Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KI2221

PERCOBAAN 4

ESKTAKSI PELARUT

Nama : Dinny

NIM : 10518056

Kelompok :8

Tanggal Pengumpulan : 27 April 2020

Asisten :-

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2020
PERCOBAAN 4

EKSTRAKSI PELARUT

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan pH optimal pada ekstraksi logam Pb 2+ menggunakan ditizon
dalam kloroform
2. Menentukan nilai n dan Kekstraksi pada ekstraksi logam Pb2+ menggunakan
ditizon dalam kloroform

II. TEORI DASAR


Pada suatu solute yang terdistribusi antara dua fasa cairan yang tidak saling
bercampur, maka pada keadaan yang berkesetimbangan terdapat hubungan definit
antara konsentrasi solute pada kedua cairan bersangkutan. Hubungan kuantitafif
ini dikenal sebagai hukum distribusi Nerst dan dapat dinyatakan dalam persamaan
berikut : (Christian, 2004)
K D=¿ ¿

Pemisahan logam dilakukan melalui metode ekstraksi pelarut dengan terlebih


dahulu membentuk spesi netral dari logam yang bersangkutan. Misalnya dengan
melalui pembentukan senyawa kompleks atau senyawa kelat logam dengan
pereaksi organic yang bersifat ligail. Pada percobaan yang telah dilakukan ion
logam dengan pereaksi difeniltiokarbazida atau ditizon sehingga membentuk
senyawa kompleks netral sehingga dapat terekstraksi dari fasa air ke fasa organic.
M n+¿+nHDz ⇌ M ¿¿
Karena nilai Kf dan Kd masing – masing logam berbeda, maka nilai D (angka
banding distribusi) yang berbeda sehingga ion-ion logam tersebut dapat
dipisahkan.(Underwood, 2002).

III. CARA KERJA


Pertama-tama disiapkan 5 buah corong pisah dan dimasukan 10mL (dipipet)
larutan baku Pb (II) 0,7 ppm. Setelah itu kedalam masing-masing corong pisah
ditambahkan 15 mL larutan buffer pH 6; pH 7; Ph 7,5; Ph 8; dan Ph 9. Lalu
selanjutnya ditambahkan 10 mL larutan ditizon dalam kloroform. Selanjutnya
dilakukan ekstraksi dengan cara dikocokan cukup kuat dan sesekali dibuka kran
corong pisah. Sampai telah terbentuk dua lapisan. Selanjutnya lapisan kloroform
dipisahkan kemudian diukur transmitannya dengan menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 500 nm dengan ditizon dalam kloform
sebagai blanko.

IV. DATA PENGAMATAN


[Pb2+]aq = 0,7 ppm
[HDz2+]org = 0,025% m/v

Tabel 5.1 Nilai %T terhadap pH

pH %T
6 38,0
7 21,8
7,5 13,0
8 9,2
9 4,4

V. PENGOLAHAN DATA
A. Nilai A terhadap pH
Absorbansi atau nilai A , dapat dicari melalui persamaan
A=−log %T /100

Sehingga didapat nilai A,


Tabel 6.1 Absorbasi terhadap pH
pH %T A
6 38,0 0,420
7 21,8 0,662
7,5 13,0 0,886
8 9,2 1,036
9 4,4 1,357

B. Penentuan [Pb]org dalam kloroform (asumsi E = 99%)

[Pb ]org
%E= x 100 %
[ Pb]awal

[Pb]org
99 %= x 100 %
0.7 ppm

[Pb]org = 0,693 ppm

C. Penentuan Koefisien Absorbansi ( ε )


Dengan menggunakan persamaan,
A=ε x b x c
dimana ,
A = absorbansi
b = diameter kuvet
c = konsentrasi [Pb]org
maka, ε untuk pH 9
1,357
ε=
1cm x 0,693 ppm
ε =1,9582 ppm-1cm-1

D. Penentuan c untuk tiap pH


Konsentrasi c dapat ditentukan melalui persamaan,
A
c=
ε xb
Sehingga akan didapat c untuk pH 6
0,420
c=
1,9582 ppm−1 cm −1 x 1 cm
c=0,2145 ppm = [Pb]org

Cara yang sama digunakan untuk menentukan [Pb]org untuk berbagai pH berikut.
Tabel 6.2 Nilai [Pb]org untuk tiap pH

pH [Pb]org
6 0,2145
7 0,3381
7,5 0,4525
8 0,5291

E. Penentuan D tiap pH
Nilai D dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan,
( c ) org
D=
( c ) air

Sehingga diperoleh nilai D untuk pH 6

0,2145
D=
0,7

D=0,3064

Cara yang sama digunakan untuk menentukan D untuk berbagai pH berikut.


Tabel 6.3 Nilai D untuk tiap pH

pH [Pb]org D
6 0,2145 0,3064
7 0,3381 0,4830
7,5 0,4525 0,6464
8 0,5291 0,7559
9 0,6930 0,9900

F. Penentuan Nilai n dan Keks


Tabel 6.4 Nilai log D untuk tiap pH

pH [Pb]org D Log D
6 0,2145 0,3064 -0.5137
7 0,3381 0,4830 -0.3161
7,5 0,4525 0,6464 -0.1895
8 0,5291 0,7559 -0.1216
9 0,6930 0,9900 -0.0044

Akan diperoleh kurva pH terhadap log D, seperti berikut:

0
5.5 6 f(x) = 0.17
6.5 x − 1.527 7.5 8 8.5 9 9.5
-0.1

-0.2
log D

-0.3

-0.4

-0.5

-0.6
pH

Gambar1. Grafik hubungan pH dan log D

Melalui persamaan,
log D = n. pH + n log [HDz]org + log Keks
y = m.x + c
maka, n = 0,1722
c = n log [HDz]org + log Keks
1,5209 = 0,1722 . 1 + log Keks
log Keks = 1,3487
Keks = 22,3203
VI. PEMBAHASAN
Ekstraksi pelarut merupakan suatu metode pemisahan yang dapat dilakukan
pada tingkat makro maupun mikro pada suatu larutan. Ekstraksi pelarut juga dapat
dikatakan sebagai metode pemisahan yang didasarkan pada distribusi atau partisi
dari suatu analit diantara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Prinsip dasar
ekstraksi pelarut yaitu adanya distrubusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu
dalam dua pelarut yang tidak saling campur. Bagi suatu zat terlarut, terdapat
kesetimbangan partisi atau distribusi antara fasa air dengan fasa organic yang
tidak saling bercampur. Kesetimbangan partisi atau distribusi analit dalam kedua
fasa tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2. Kesetimbangan Analit dalam Fasa Organik dan Fasa Air

Reaksi kesetimbangan yang terjadi antara fasa 1(air) dan fasa 2(organik) yaitu :
Aorg ⇌ A air

Pada percobaan yang telah dilakukan yaitu ekstraksi pada logam Pb 2+. Untuk
mengekstraksi logam tersebut ke dalam fasa organik, logam Pb2+ direaksikan
dengan ditizon untuk membentuk senyawa kompleks. Ditizon merupakan suatu
ligan yang berfungsi untuk mengikat ion logam Pb2+ sehingga terbentuk senyawa
kompleks. Pembentukan senyawa kompleks ini dilakukan agar logam dapat
terekstraksi ke fasa organiknya, karena ion Pb 2+ merupakan ion yang bermuatan
yang menyebabkan sulit untuk terekstraksi ke fasa organiknya sehingga Pb 2+ harus
dinetralkan terlebih dahulu (dibuat tidak memiliki muatan) dengan cara
pembentukan senyawa kompleks. Berikut merupakan struktur ditizon :

Gambar3. Ligan Ditizon

Ditizon digunakan sebagai ligan dalam pembentukan kompleks karena ditizon


merupakan molekul yang berukuran besar, dan memiliki nilai koefisien
pembentukan kompleks yang sangat tinggi. Selain itu juga karena ligan ditizon
memiliki bagian yang hidrofob. Berikut merupakan persamaan reaksi
pembentukan kompleks Pb2+ dengan ligan ditizon :

Pb2+(aq) + 2HDz(aq) ⇌ Pb(Dz)2(aq) + 2H+(aq)

Pada percobaan yang telah dilakukan, proses ekstraksi dilakukan dengan alat
corong pisah. Pada system ekstraksi yang dilakukan pelarut organik yang
digunakan adalah kloroform. Senyawa kompleks yang terbentuk dari ion logam
Pb2+ dan ditizon merupakan senyawa kompleks yang tidak bermuatan, sehingga
senyawa kompleks tersebut lebih mudah terekstraksi kedalam fasa organic.
Ditizon merupakan suatu senyawa ligan yang sifat keasamannya rendah atau
merupakan suatu asam lemah. Sehingga prinsip kerja dari ligan ditizon tersebut
bergantung terhadap pH. Sehingga untuk menjaga pH agar tidak berubah dan
untuk memaksimalkan kerja dari ligan ditizon digunakan larutan buffer dengan
berbagai pH yaitu 6;7;7.5;8;9. Senyawa ditizon dalam wujud larutannya berwarna
biru kehitaman. Namun ketika telah membentuk senyawa kompleks dengan ion
logam Pb2+ maka terjadi perubahan warna menjadi keunguan. Perubahan warna
tersebut digunakan untuk mengetahui apakah ion logam Pb 2+ telah membentuk
senyawa kompleks dengan ligan ditizon dan telah terdistrubusi ke dalam fasa
organic.

Pada fasa air masing – masing campuran reaksi setelah diekstraksi, pada pH
6;7;7.5;8 berwarna bening. Namun pada pH 9 fasa airnya berwarna coklat. Hal ini
dikarenakan pada pH tersebut sebagia ditizon larut dalam air dikarenakan pada
pH tersebut merupakan kondisi yang sudah cukup basa sehingga sebagian ditizon
larut, hal ini dikarenakan ditizon merupakan asam lemah yang dapat larut jika
suasana yang diberikan pada ditizon adalah suasana basa.

Pada saat proses ekstraksi, seluruh campuran reaksi (larutan baku Pb 2+, larutan
buffer, dan larutan ditizon dalam kloroform) diaduk dengan kencang. Fungsi dari
pengadukan ini agar zat analit atau ion logam Pb2+ dapat membentuk kompleks
dengan ligan ditizon dengan baik dan agar analit dapat terdistribusi ke dalam dua
fasa. Saat proses pengadukan selama ekstraksi dilakukan keran corong pisah
dibuka sesekali untuk mengeluarkan uap – uap gas yang terdapat dalam campuran
reaksi akibat pengadukan. Proses ekstraksi ini harus dilakukan pada ruang asam.
Karena ketika pengadukan dan pengeluaran gas yang ada dalam campuran reaksi
saat pengadukan, merupakan gas yang cukup berbahaya yaitu salah satunya gas
klorin yang berasal dari kloroform.

Setelah dilakukannya pengadukan pada corong pisah terbentuk dua fasa yaitu
fasa air dan fasa organik(fasa kloroform). Fasa kloroform berada dibagian bawah
fasa air, dengan warna ungu yang menandakan bahwa telah terbentuk senyawa
kompleks Pb(HDz)2, sedangkan fasa yang diatas adalah fasa air. Fasa organic
berada dibawah fasa air karena massa jenis fasa organik (dalam kloroform)
memiliki massa jenis yang lebih besar dibandingkan dengan air (massa jenis
kloroform = 1.49 g/mL, sedangkan massa jenis air = 1 g/mL).

Pada masing – masing system campuran reaksi yang diekstraksi tersebut,


terdapat perbedaan pada masing – masing komposisi campuran reaksi. Perbedaan
tersebut didasarkan pada masing – masing pH larutan buffer yang ditambahkan.
Sehingga dapat ditentukan pengaruh pH terhadap efiensi dari ekstraksi yang
dilakukan. Untuk mengetahui pengaruh pH terhadap efisiensi ekstraksi dilakukan
pengukuran %T dari masing – masing lapisan organic (kloroform) pada reaksi
menggunakan spektrofotometer dengan blanko larutan ditizon. Secara teoritis
semakin tinggi pH maka %T yang terukur menjadi menurun sehingga nilai
absorbansinya meningkat yang menyebabkan konsentrasi zat yang terekstraksi
meningkat. Hal ini dikarenakan hubungan antara nilai absorbansi dan nilai
konsentrasi memiliki hubungan berbanding lurus berdasarkan persamaan hukum
lambert beer yaitu :
A=ε ×b × c

Dengan : A = absorbansi

b = tebal kuvet

c = konsentrasi zat

ε = tetapan absorptivitas

Pengaruh pH terhadap nilai %T yang terukur dipengaruhi oleh beberapa factor,


salah satunya yaitu sifat dari ligan yang merupakan suatu asam lemah, sehingga
cenderung lebih mudah berinteraksi dan bekerja dengan baik pada pH yang lebih
tinggi (cenderung basa) sehingga pada pH yang tinggi persen transmitan yang
dihasilkan rendah yang menyebabkan konsentrasi analit dalam fasa organiknya
menjadi lebih banyak sehingga efisiensi ekstraksinya menjadi lebih besar. Selain
itu jika dilihat dari reaksi kesetimbangan yang terjadi pada saat pembentukan
kompleks :

Pb2+(aq) + 2HDz(aq) ⇌ Pb(Dz)2(aq) + 2H+(aq)

Berdasarkan reaksi kesetimbangan tersebut jika pH larutan buffer yang


ditambahkan rendah maka konsentrasi H+ meningkat sehingga menyebabkan
reaksi bergeser ke kanan yang menyebabkan jumlah kompleks Pb(Dz) 2 menurun
sehingga efisiensi ekstraksinya menurun. Oleh karena itu agar diperoleh efisiensi
ekstraksi yang besar maka ekstraksi dilakukan pada pH yang lebih tinggi sehingga
kesetimbangan menjadi bergeser kearah produk dan senyawa kompleks Pb(Dz)2
dapat terbentuk lebih banyak.

Pada saat percobaan seluruh peralatan yang digunakan harus kering dan bebas
dari air. Hal ini dikarenakan air yang tersisa didalam peralatan yang digunakan
(jika alat yang digunakan tidak kering seluruhnya) air tersebut sebagian dapat
bergabung ke dalam fasa organic yang menyebabkan data yang diperoleh menjadi
kurang akurat dikarenakan pada saat pengukuran absorbansi, yang terukur
absorbansinya bukan senyawa kompleks melainkan air yang tergabung dalam fasa
organic yang mengandung senyawa kompleks. Selain itu juga dikarenakan air
yang terdapat dalam peralatan dapat mengandung suatu logam lain, dan logam
lain tersebut dapat berikatan kompleks dengan ditizon sehingga menyebabkan
logam analit tidak terekstraksi dengan sempurna.

Berdasarkan hasil percobaan dan pengolahan data – data yang diperoleh dapat
ditentukan nilai angka banding distribusi (D) dari masing – masing fasa organic
dengan berbagai pH, nilai n dan nilai K eks. Angka banding distrubusi merupakan
suatu besaran yang digunakan untuk menunjukkan perbandingin jumlah zat
terlarut yang terdapat dalam fasa organic dengan jumlah zat terlarut yang tersisa
dalam fasa organic. Untuk nilai D untuk masing – masing pH dapat dilihat pada
Tabel 6.4. Nilai KD merupakan tetapan distribusi dari ekstraksi pada tekanan dan
temperature tertentu pada suatu keadaan yang ideal dan nilainya bergantung pada
konsentrasi masing – masing zat dalam fasa organic dan fasa air. Tetapan
ekstraksi (Keks) merupakan tetapan yang ditentukan berdasarkan tetapan – tetapan
yang bersangkut paut dengan berbagai jenis reaksi kesetimbangan yang terjadi
selama reaksi berlangsung. Sedangkan nilai n memiliki makna sebagai muatan
dari ion logam yang dianalisis. Nilai Keks yang diperoleh dari percobaan sebesar
22,3203. Dan nilai n yang diperoleh sebesar 0,1722. pH optimum pada ekstraksi
yang dilakukan merupakan pH dimana efisiensi ekstraksinya paling besar. Pada
percobaan ini pH optimum ekstraksinya yaitu 8. Namun pH yang digunakan pada
percobaan, pH tersebarnya yaitu 9. Namun pada pH tersebut nilai %T yang
terukur dalam spektrofotometer lebih besar dari pH 8. Hal ini dikarenakan
pengadukan pada campuran reaksi yang dilakukan kurang maksimal sehingga
ditizon tidak seluruhnya dapat membentuk kompleks dengan logam Pb2+ sehingga
konsentrasi kompleks dalam fasa organic sedikit sehingga persen ekstraksinya
menjadi kecil. Namun untuk mendapatkan kosentrasi senyawa kompleks pada fasa
organic yang lebih banyak maka harus dilakukan pengadukan dengan waktu yang
lebih lama dan pengadukan yang lebih kencang agar seluruh senyawa kompleks
dapat terbentuk dan konsentrasi senyawa kompleks terdistribusi lebih banyak
dalam fasa organic.

Kesalahan – kesalahan yang terjadi dalam percobaan yang telah dilakukan


yang menyebabkan hasil pengukuran kurang optimal diantaranya pada peralatan
yang digunakan tidak sepenuhnya kering dan terdapat sebagian kecil air yang
masih mengendap dalam peralatan. Selain itu dikarenakan pada saat pengocokan
dilakukan dengan orang yang berbeda – beda sehingga hasil pengocokan
mempengaruhi keakuratan data yang didapatkan. Selain itu waktu pengocokan
juga mempengaruhi keakuratan data yang diperoleh pada percobaan ini.

Berdasarkan literatur, ekstraksi pelarut juga dapat dilakuan untuk menganalisa


insektisida dalam makanan. Jus apel dipilih sebagai sampel yang diuji karena
merupakan makanan yang relatif sederhana yang bebas dari padatan. Percobaan
ini dilakukan karena ada kekhawatiran terhadap jajanan anak-anak terutama jus
dari buah-buahan yang mengandung insektisida. Meskipun beberapa kimiawi
kartrid sesuai untuk analisis residu insektisida, tetapi pada percobaan ini
digunakan C18 dan amina primer−sekunder (PSA). Berdasarkan eksperimen
telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa kartrid dua lapis yang
mengandung C18 dan PSA efektif dalam mengekstraksi berbagai insektisida.
Insektisida dipilih dianalisis berdasarkan pemulihan ekstraksi. Meskipun
insektisida sering ditemukan dalam makanan pada tingkat subnanogram per
mililiter (sub-ng / mL), konsentrasi 50 ng / mL dipilih pada percobaan tersebut
karena senyawanya memiliki kromatogram yang bersih dan mudah
diinterpretasikan.

Percobaan telah diselesaikan tiga kali oleh total 27 siswa dalam kursus kimia
analitik sarjana tahun kedua diperoleh kurva kalibrasi berkisar 2,5 hingga 100 ng /
mL dan umumnya menghasilkan R2 > 0,99. Sebuah kromatogram representatif
ditunjukkan pada Gambar 4.
Gambar4. Representatif kromatogram insektisida yang diperolah sampel
siswa: (A) bendiocarb, (B)diazinon, (C) chlorpyrifos-methyl, (D) chlopyfifos, (E)
o,p-DDE, (F) endosulfan B, (G) p,p-DDE, (H) endosulfan B, (I) permethrin, (J)
cyfluthrin, (K) cypermeterin, and (L) fenvalerate.

Menurut hasil percobaan yang telah dilakukan, pemulihan diterima (80−


120%) untuk beberapa insektisida, meskipun C18 umumnya menghasilkan
pemulihan yang lebih tinggi (Gambar 5). Menggunakan kartrid C18, pemulihan
rata-rata siswa adalah antara 78 dan 121%, dan RSD antara 1,8 dan 16,2% (n =
30). Menggunakan kartrid PSA, rata-rata pemulihan antara 47 dan 121%, dan
RSD antara 1,2 dan 6,1% (n = 6).
Gambar5. Pemulihan dan penyimpangan standar untuk ekstraksi insektisida dari
jus apel.

Meskipun kebanyakan mahasiswa sudah terbiasa dengan kromatografi karena


percobaan kromatografi lapis tipis (KLT) sebelumnya, percobaan laboratorium ini
memungkinkan untuk mempelajari bagaimana prinsip-prinsip KLT diterjemahkan
ke media pemisahan lain. Selain itu, percobaan ini mengajarkan bahwa
kromatografi dapat memisahkan senyawa yang tidak terlihat oleh mata telanjang.
Kekuatan khusus dari percobaan ini adalah bahwa ia menggabungkan banyak
teknik dan konsep yang telah dihadapi sebelumnya, seperti partisi, keseimbangan
kimia, bekerja secara kuantitatif, elektronegativitas (terutama dengan deteksi
penangkapan elektron), dan mungkin spektrometri massa. Secara bersamaan,
percobaan ini mengajarkan konsep baru kepada siswa melalui akar
interdisiplinernya dalam kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan.

VII. KESIMPULAN

Berdasakan percobaan yang telah dilakukan, pH optimal pada ekstraksi pelarut


logam Pb2+ menggunakan ditizon dalam kloroform adalah pH 9. Nilai n yang
dipeoleh melalui regresi linier adalah 0,1722 dan nilai Keks adalah 22,3203.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Christian, G.D. 2004. Analytical Chemistry 6th edition. Washington: John Willey
and Sons Inc. p.223-225
Day, R. A dan A. L Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif.
Jakarta:Erlangga. p.178
Grube, A.; Donaldson, D.; Kiely, T.; Wu, L. Pesticides Industry Sales and Usage:
2006 and 2007 Market Estimates. In Office of Chemical Safety and Pollution
Prevention; United States Environmental Protection Agency: Washington, DC,
2011.
Harvey, David. 2000. Modern Analytical Chemistry. New York: McGraw-Hill
Companies p.482-486
Skoog, D. A., West D.M., Holler F.J., Fundamental of Analytical Chemistry, 7th
edition. Saunders College Publishing. 1996. p.112-115
Radford, Samantha A.; Ronald E. Hunter, Jr.; Dana Boyd Barr; P. Barry Ryan.
Liquid−Liquid Extraction of Insecticides from Juice: An Analytical Chemistry
Laboratory Experiment: United States.2013

Anda mungkin juga menyukai