Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Karakteristik Pasien

Berdasarkan analisis karakteristik klien Tn. D.M. dengan malaria

dengan jenis kelamin laki-laki, dimana malaria masih merupakan salah satu

masalah kesehatan masyarakat daerah tropis dan sub tropis yang dapat

menurunkan produktivitas kerja dan kemampuan menjalankan aktifitas

sehari-hari.

Berdasarkan status klien yang merupakan seorang turis yang

melakukan perjalanan wisata ke Bali dan mengalami kelelahan karena

aktifitas mengunjungi tempat-tempat wisata, sehingga terjadi penurunan

imunitas tubuh. Pada tipe malaria dengan plasmodium ovale dan plasmodium

vivax (etiologi yang menyerang tubuh klien), plasmodium bisa menjadi

bentuk dorman yand disebut hipnozoit, yang dapat tinggal selama berbulan-

bulan bahkan bertahun-tahun, dan akan menjadi aktif pada saat imunitas

tubuh menurun (Putra, 2011).

B. Analisis Masalah Keperawatan

Pada bab sebelumnya dijabarkan bahwa kasus kelolaan penulis dalam

karya ilmiah ini adalah masalah keperawatan dengan hipertermi pada kasus

malaria sebagai penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles

sebagai vektor yang menggigit manusia pada malam hari hingga fajar

7
8

(Herawati, 2018), dengan salah satu gejala utama yaitu demam periodik yang

terdiri atas 3 stadium, yaitu menggigil, puncak demam, dan tingkat

berkeringat (Lewar, 2016). Pada malaria dengan etiologi plasmodium vivax,

demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah di mana

proses skizogoninya memerlukan waktu 48 jam (PERATURAN MENTERI

KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

PEDOMAN TATA LAKSANA MALARIA, 2013).

Demam merupakan respons fisiologis tubuh terhadap penyakit infeksi

maupun penyakit radang non infeksi. Pada penyakit infeksi, demam bisa saja

dikarenakan oleh bakteri, parasit, jamur, atau virus (Susanti, 2012). Demam

juga berperaan sebagai mekanisme adaptif, di mana demam bermanfaat

sebagai proses imun untuk mengontrol termoregulasi agar tetap stabil.

Dampak negatif demam adalah peningkatan laju metabolisme, kehilangan

cairan dan elektrolit tubuh, nyeri kepada, nyeri sendi, lemah, perasaan tidak

nyaman, kurang nafsu makan, susah tidur, dan gelisah (Rahmawati et al.,

2013)

C. Analisis Intervensi

Salah satu intervensi keperawatan yang telah direncanakan untuk

mengatasi masalah hipertermia adalah tindakan non-farmakologis berupa

pemberian kompres air hangat di daerah dahi dan axila. Kompres air hangat

adalah suatu prosedur menggunakan kain/handuk yang telah dicelupkan pada

air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu. Pemberian kompres

hangat pada daerah pembuluh darah besar merupakan upaya memberikan


9

rangsangan pada area preoptik hipotalamus agar menurunkan suhu tubuh

(Krisdiana, 2018). Sinyal hangat yang dibawa oleh darah ini menuju

hipotalamus akan menyebabkan terjadinya pengeluaran panas tubuh melalui

dua mekanisme yaitu dilatasi pembuluh darah perifer dan berkeringat

(Purwanti & Ambarwati, 2008).

D. Analisis Implementasi

Setelah implementasi intervensi keperawatan berupa pemberian

kompres air hangat dalam selang waktu kurang lebih tiga hari perawatan pada

kasus kelolaan penulis, masalah hipertermi dapat diturunkan, walaupun

kriteria hasil suhu tubuh dalam rentang normal belum terpenuhi, sehingga

intervensi terus dilanjutkan. Pemberian kompres air hangat dilakukan pada

saat klien berada pada stadium puncak demam untuk menghindari efek

cooling down dari wash lap yang bisa saja menimbulkan menggigil

(Rahmawati et al., 2013).

Penurunan suhu tubuh yang terjadi pada klien Tn. D.M. terjadi secara

bertahap selama proses implementasi yang dilakukan dalam rentang tiga hari,

khususnya pada siang hari. Penurunan suhu tubuh bertahap dapat dilihat pada

bab sebelumnya di mana suhu pada saat pengkajian adalah 38,6°C, yang

kemudian berubah menjadi 38°C pada hari kedua, dengan suhu akhir 37,9°C

pada hari ketiga (hari evaluasi terakhir). Total penurunan suhu tubuh adalah

nol koma tujuh (0,7) derajat Celsius yang memberikan deskripsi efektifitas

pemberian kompres air hangat pada pasien dengan hipertermi di RSK Bedah

BIMC Nusa Dua. Penurunan suhu yang tidak drastis merupakan suatu hal
10

yang baik karena akan membuat mekanisme penyesuaian tubuh yang baik

(Purwanti & Ambarwati, 2008).

Penurunan suhu tubuh ini mirip dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Rahmawati et al., yang dilakukan pada tahun 2013 di RSUP Dr. Hasan

Sadikin Bandung untuk mengetahui perbedaan suhu tubuh anak

bronkopneumonia yang diberikan kompres hangat di axila dan dahi, di mana

rata-rata penurunan suhu tubuh setelah diberikan intervensi kompres hangat

adalah nol koma enam puluh dua (0,62) derajat Celsius untuk area axila, dan

nol koma tiga puluh enam (0,36) derajat Celsius di daerah dahi (nilai

p=0,000; α=0,05).
11

DAFTAR PUSTAKA

Herawati, R. (2018). Pemberian Kompres Hangat dalam Penurunan Suhu Tubuh

pada Pasien Malaria di Ruang Rawat Inap Puskesmas Padang Tepong

Kabupaten Empat Lawang Tahun 2018. Politeknik Kesehatan Kemenkes

Palembang.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5

TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA LAKSANA MALARIA, (2013)

(testimony of Kementerian Kesehatan Republik Indonesia).

Krisdiana, H. (2018). Pemberian Kompres Hangat dan Massage Effleuraga

Terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Kala 1 Fase Aktif.

Lewar, E. I. (2016). Asuhan Keperawatan Malaria Dengan Pendekatan Proses

Keperawatan Di Puskesmas Melolo Kabupaten Sumba Timur. Jurnal

Kesehatan Primer, 87–97.

Purwanti, S., & Ambarwati, W. N. (2008). PENGARUH KOMPRES HANGAT

TERHADAP PERUBAHAN SUHU TUBUH PADA PASIEN ANAK

HIPERTERMIA DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI

SURAKARTA. Berita Ilmu Keperawatn, 1(2), 81–86.

Putra, T. R. I. (2011). Malaria dan Permasalahannya. Jurnal Kedokteran Syiah

Kuala, 11(2), 103–114.


12

Rahmawati, Fatimah, S., & Nurhidayah, I. (2013). Perbedaan Penurunan Suhu

Tubuh Anak Bronchopneumonia yang diberikan Kompres Hangat di Axilla

dan Frontal. Jurnal Keperawatan Padjadjaran.

https://doi.org/10.24198/jkp.v1n3.2

Susanti, N. (2012). EFEKTIFITAS KOMPRES DINGIN DAN HANGAT PADA

PENATALEKSANAAN DEMAM. SAINSTIS.

https://doi.org/10.18860/sains.v0i0.1866

Anda mungkin juga menyukai