Disusun oleh:
Kelompok 2
Khairunnisa MB (201702017)
Leyrganed Anisya T (201702020)
Magefirah Nasham (201702022)
Manjaeni Muhtia S (201702023)Editor
Mardawati M (201702024)
Idawati (201702012)
Irfan Firdaus (201702014)PPT
Lidiani (201702021)
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES ST FATIMAH MAMUJU
Provinsi Sulawesi Barat
2020
A. KONSEP TEORI
1. Defenisi
2. Etiologi
a. Sepsis
b. Cedera di kepala atau dada, misalnya akibat benturan atau
kecelakaan
c. Pneumonia (infeksi paru-paru) yang berat
d. Luka bakar
e. Menghirup zat berbahaya, seperti asap pekat atau uap kimia
f. Tersedak atau kondisi nyaris tenggelam
g. Menerima transfusi darah dengan volume darah yang banyak
h. Pankreatitis
3. Patofisiologi
Patofisiologi Sindrom Distres Pernapasan Akut / Acute Respiratory
Distress Syndrome (ARDS) merupakan proses yang sangat kompleks.
ARDS terjadi akibat inflamasi sistemik dan lokal yang menyebabkan
kerusakan jaringan paru, sehingga terjadi gangguan pertukaran gas,
penurunan komplians paru, ventilation perfusion
mismatch (V/Q mismatch), dan kenaikan tekanan arteri pulmonal
(seperti pada hipertensi pulmonal). Proses ARDS umumnya
berlangsung dalam 3 fase, yaitu: Eksudatif atau inflamasi, Proliferatif,
Fibrotik.
b. Fase Proliferatif
Fase proliferatif mengikuti fase eksudatif. Fase ini merupakan
proses penting pada patofisiologi ARDS, karena pada fase ini
terjadi perbaikan homeostasis jaringan yang ditandai dengan
ekspansi fibroblas, pembentukan matriks provisional, proliferasi
sel progenitor dan sel epitel alveolus tipe 2 baru. Sel-sel baru yang
terbentuk akan mengalami infiltrasi ke dalam alveolus dan
membentuk membrane hialin pada membran basal alveolus.
Setelah integritas epitel kembali terbentuk, edema dalam alveolus
akan mengalami resorpsi. Matriks provisional juga akan
memperbaiki struktur dan fungsi alveolus. Pada beberapa pasien,
resolusi ini tidak terjadi melainkan terjadi fase fibro-proliferatif
yang ditandai dengan pembentukan matriks ektraseluler dan
penumpukan sel inflamasi akut serta kronis yang dapat
menyebabkan remodelling struktur paru yang buruk. [3,7-9]
c. Fase Fibrotik
Fase fibrotik tidak terjadi pada seluruh pasien. Apabila terjadi,
fase ini menyebabkan peningkatan mortalitas dan kebutuhan akan
ventilasi mekanik yang lebih panjang. Pada fase fibrotik, terjadi
kerusakan membran basal secara ekstensif, reepitelisasi terlambat
atau tidak adekuat yang kemudian menyebabkan fibrosis
interstisial dan intra-alveolar serta metaplasia sel skuamous. Sel-
sel yang berperan pada fase ini adalah akuaporin 5 (AQP5),
regulator transmembran fibrosis kistik (CFTR), faktor stimulasi
koloni makrofag granulosit (GM-CSF), faktor regulasi interferon 4
(IRF4), faktor pertumbuhan keratinosit (KGF), faktor
pertumbuhan insulin (IGF), faktor pertumbuhan hepatosit (HGF),
reseptor mannose (MR), faktor pertumbuhan turunan platelet
(PDGF), dan faktor perubahan pertumbuhan β (TGF- β). [
IDAWATI 201702012
4. Manifestasi Klinis
Gejala biasanya terjadi dalam 1-2 hari penyakit atau cedera asal.
Gejala umum dari ARDS adalah:
a. Kesulitan bernapas
b. Tekanan darah rendah
c. Sesak napas
d. Detak jantung berdebar cepat
e. DemamKelelahan otot
f. Kebingungan mental
g. Diskolorasi kulit atau kuku karena berkurangnya kadar oksigen
pada darah.
KHAIRUNNISA MB 201702017
Widyawinata Rena. ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome) di
https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/ards-
5. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnostik ARDS dapat dibuat berdasarkan pada criteria berikut :
a. Gagal nafas akut
b. Infiltrat pulmoner “fluffy” bilateral pada gambaran rontgen
thoraks.
c. Hipoksemia (PaO2 di bawah 50-60 mmHg) meski FcO2 50-60%
(fraksi oksigen yang dihirup). Alkalosis respiratorik, tahap lanjut
akan terjadi hiperkapnea.
(Mutaqin, 2013).
a. Laboratorium
1) Analisa gas darah:
a) Hipoksemia (penurunan PaO2)
b) Hipokapnia (penurunan PCO2) Pada tahap awal karena
hiperventilasi
c) Hiperkapnia (peningkatan PC02) menunjukan gagal ventilasi
d) Alkalosi respiratori (pH >7,45) pada tahap dini
e) Asedosis respiratori/metabolic terjadi pada tahap lanjut.
2) Leukosit (pada sepsis), anemia, trombositopenia (refleksi implamasi
sistemik dan injuri endotel), peningkatan kadar amilasee (pada
pancreatitis).
6. Terapi
Tidak ada terapi spesifik yang efektif untuk pasien dengan ARDS.
Penerapan strategi pemberian cairan, menjaga tekanan vena sentral
serendah mungkin akan mempersingkat masa pemakaian ventilasi
mekanik. Berdasarkan beberapa penelitian, penggunaan kortikosteroid
dan nitric oxide tidak direkomendasikan pada ARDS.Terapi non-
konvensional seperti memposisikan pasien dalam posisi tengkurap
(prone position), memberikan efek dalam meningkatkan oksigenasi
dan berhubungan dengan menurunkan mortalitas.
MARDAWATI M. 201702024
Pelepasan dari
Trauma tipe ll
fibrinopeptida dan
Henti pheocytes
asam amino
simpatetik
hipotalamus
Penurunan
Trauma endothelium surfactan
Vasokontriksi paru dan epithelium
paru alveolar
Atelektasis
Perubahan volume
darah menuju sirkulasi Peningkatan
paru permeabilitas
Fungsi Broncho
Peningkatan tekanan residu spasme
hidrostatik kapiler kapasitas
pulmonal Edemaparu menurun
Kelebihan Penurunanpenge
Pemenuhan
volume cairan mbangan paru
paruberkur
ang
Hipoksemia
Cairan menumpuk di
intestinium
Abnormalitas
ventilasi -
Mencairkan Peningkatankerj perfusi
sistem surfaktan apernapasan
Ketidakefektifan
Gangguan
pola nafas
Infiltrat Ronchi pertukaran
alveolar gas
Ketidakefektifa
n bersihan jalan Gambar 2.3 Patofisiologi Nanda NIC NOC
nafas
B. KONSEP KEPERAWATAN (BERDASARKAN SKENARIO)
Skenario Kasus
Seorang laki – laki 69 tahun pensiunan pekerja pabrik semen dibawa ke
rumah sakit oleh anaknya karena menderita sesak hebat dan sangat lemah.
TD 160/80 MmHg, P 34 kali/menit. Saat ini ia juga menderita batuk yang
produktif dengan sputum berwarna kecoklatan sejak 4 hari yang lalu, dan
sejak 2 hari yang lalu ia mengeluh demam yang disertai muntah. Saat
dilakukan pengukuran suhu 38,9 oC. Ia tidak ada riwayat merokok maupun
minum – minuman keras, dan tidak pernah melakukan perjalanan jauh
keluar kota.
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Jalan nafas terdapat sumbatan berupa lendir tidak ada darah,
tidak ada suara nafas seperti gurling, snorling, stridor.
2) Breathing
RR : 34 x/mnt, nafas nonregular, tidak ada sianosis, tidak ada
suara nafas ronchi maupun wheezing, tidak ada nafas cuping
hidung, dan ada tarikan dinding dada. Nafas cepat, Kelemahan
otot pernapasan, adanya reflek batuk, menggunakan otot bantu
pernapasan
3) Circulation
Tekanan Darah 160/80, Nadi 120 x/mnt, Suhu, 39,8 C, akral
hangat, takikardi.
4) Disability
Kesadaran pasien somnolen, nilai GCS E3M6V2 total GCS :
11, pupilanisokor lebih besar kanan ;ka 4 mm ki 3 mm, reaksi
pupilterhadap cahaya positif.
5) Exposure
Suhu pasien 36,20C,
b. Pengkajian Sekunder
1) Pengkajian Kegawatdaruratan
Identitas Pasien
Nama : Tn. P
Umur : 69Th
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pensiunan Pekerja Pabrik
Alamat : Jl. Diponegoro
Diagnosa Medis : Acute Respiratory Distress Syndrome
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Dibawa ke rumah sakit oleh anaknya karena menderita sesak
hebat dan sangat lemah. TD 160/80 MmHg, P 34 kali/menit.
Saat ini ia juga menderita batuk yang produktif dengan sputum
berwarna kecoklatan sejak 4 hari yang lalu, dan sejak 2 hari
yang lalu ia mengeluh demam yang disertai muntah. Saat
dilakukan pengukuran suhu 38,9 oC. Ia tidak ada riwayat
merokok maupun minum – minuman keras, dan tidak pernah
melakukan perjalanan jauh keluar kota.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengalami batuk produktif sejak 4 hari yang lalu dan
sejak 2 hari yang lalu ia mengeluh demam disertai muntah. Ia
tidak ada riwayat merokok maupun minum – minuman keras,
dan tidak pernah melakukan perjalanan jauh keluar kota.
4) Pemeriksaan Fisik
a) B1 (Breath)
Sesak nafas, nafas cepat dan dangkal, tidak terdapat suara
tambahan
b) B2 (Blood)
Takikardi, tekanan darah bisa normal atau meningkat
(terjadinya hipoksemia).
c) B3 (Brain)
Tingkat kesadaran tidak menurun.
d) B4 (Bowel)
Tidak adakah penurunan produksi urine (tidak
berkurangnya produksi urine menunjukkan adanya
gangguan perfusi ginjal).
e) B5 (Bladder)
Nutrisi berkurang karena 2 hari yang lalu mengeluh demam
dan muntah
f) B6 (Bone)
Kelemahan otot, mudah lelah
ANALISA DATA
Umur : 69Th
2 DS :
Klien batuk
produktif sejak 4
hari lalu
DO :
- Sputum klien Ketidakefektifan
berwarna kecoklatan Infiltrat alveolar Bersihan Jalan
Nafas
DS :
3 - Klien mengeluhkan
demam 2 hari yang lalu
DO : Hipetermi
RENCANA KEPERAWATAN
Terapi Oksigen
v Bersihkan mulut,
hidung dan secret trakea
v Pertahankan jalan
nafas yang paten
v Atur peralatan
oksigenasi
v Monitor aliran
oksigen
v Pertahankan posisi
pasien
v Onservasi adanya
tanda tanda
hipoventilasi
v Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
2. Monitor TD, nadi,
Ketidakefektifan RR, sebelum, selama,
bersihan jalan nafas dan setelah aktivitas
berhubungan Monitor kualitas dari Agar jalan nafs
dengan infiltra nadi klien bebas dari
alveolar hambatan
sehingga TUJUAN Agar Klien dapat
menyebabkan batuk NOC : beristirahat dengan
produktif dengan v Respiratory status : nyaman
sputum berwarna Ventilation Agar jalan nafas
kecoklatan v Respiratory status : klien bersih.
Airway patency Agar jalan nafas
v Aspiration Control klien tidak ada
Kriteria Hasil : hambatan
v Mendemonstrasikan Section dilakukan
batuk efektif membersihkan jalan
v Menunjukkan jalan nafas dan memenuhi
nafas yang paten kebutuhan oksigenasi
mengidentifikasikan
dan mencegah factor
yang dapat menghambat
jalan nafas
NIC :
Airway suction
Pastikan kebutuhan oral
/ tracheal suctioning
Auskultasi suara nafas
sebelum dan sesudah
suctioning.
Informasikan pada klien
dan keluarga tentang
suctioning
Minta klien nafas
dalam sebelum suction
dilakukan.
Berikan O2 dengan
menggunakan nasal
untuk memfasilitasi
suksion nasotrakeal
Gunakan alat yang steril
setiap melakukan
tindakan
Anjurkan pasien untuk
istirahat dan napas
dalam setelah kateter
dikeluarkan dari
nasotrakeal
3. Monitor status oksigen
pasien
Hipetermi Hentikan suksion dan
berhubungan berikan oksigen apabila
dengan adanya pasien menunjukkan
inflamasi sehingga bradikardi, peningkatan
menyebabkan saturasi O2, dll.
demam Airway Management
Agar suhu tubuh klien
Buka jalan nafas,
dapat normal.
guanakan teknik chin
Agar klien tidak
lift atau jaw thrust bila
merasakan demam
1. perlu
Agar perubahan
Posisikan pasien warna kulit tidak
untukmemaksimalkan terjadi
ventilasi Agar intake dan
· Tujuan output optimal
NOC : Agar dapat monitor
Thermoregulation suhu tubuh sehingga
Kriteria Hasil : menjadi normal .
v Suhu tubuh dalam
rentang normal
v Nadi dan RR dalam
rentang normal
v Tidak ada perubahan
warna kulit dan tidak
ada pusing, merasa
nyaman
INTERVENSI
NIC :
Fever treatment
§ Monitor suhu
sesering mungkin
§ Monitor tekanan
darah, nadi dan RR
§ Monitor intake dan
output
Berikan pengobatan
untuk mengatasi
penyebab demam
§ Berikan pengobatan
untuk mencegah
terjadinya menggigil
Temperature regulation
§ Monitor suhu
minimal tiap 2 jam
§ Rencanakan
monitoring suhu secara
kontinyu
§ Monitor TD, nadi,
dan RR
§ Monitor warna dan
suhu kulit
§ Monitor tanda-tanda
hipertermi dan
hipotermi
§ Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
§ Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
§ Ajarkan pada pasien
cara mencegah
keletihan akibat panas
Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
a. Implementasi
b. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Implementasi Evaluasi
dx
1. TUJUAN Agar klien bisa S : Dengan
NOC : bernafas dengan pengguanaan
v Respiratory status : normal alat bantu
Ventilation Agar Klien dapat pernafasan.
v Respiratory status : beristirahat dengan Klien dapat
Airway patency nyaman bernafas
v Vital sign Status Agar klien dapat normal sedikit
Kriteria Hasil : segera diberi demi sedikit
v Mendemonstrasikan oertolongan dengan dan merasa
batuk efektif penggunaan alat nyaman
v Menunjukkan jalan bantu nafas O : klien
nafas yang paten Agar jalan nafas klien tampak
v Tanda Tanda vital tidak ada hambatan nyaman dan
dalam rentang normal Memenuhi intake lebih tenang
NIC : untukmengoptimalka A : Intervensi
Airway Management n keseimbangan berhasil
Buka jalan nafas, cairan. P : Tetap
gunakan teknik chin lift Agar dapat terkontrol lanjutkan
atau jaw thrust bila respirasi dan status intervensi
perlu O2 hingga klien
Posisikan pasien untuk benar benar
memaksimalkan pulih
ventilasi
Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
Atur intake untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan
status O2
Terapi Oksigen
v Bersihkan mulut,
hidung dan secret trakea
v Pertahankan jalan
nafas yang paten
v Atur peralatan
oksigenasi
v Monitor aliran
oksigen
v Pertahankan posisi
pasien
v Onservasi adanya
tanda tanda
hipoventilasi
v Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
2. Monitor TD, nadi,
RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari
nadi
TUJUAN S : Dengan
NOC : penggunaan
v Respiratory status : Agar jalan nafs klien section klien
Ventilation bebas dari hambatan dapat
v Respiratory status : Agar Klien dapat bernafas
Airway patency beristirahat dengan dengan legah
v Aspiration Control nyaman dan baruk
Kriteria Hasil : Agar jalan nafas klien klien mulai
v Mendemonstrasikan bersih. berkurang
batuk efektif Agar jalan nafas klien O : klien
v Menunjukkan jalan tidak ada hambatan tampak
nafas yang paten Section dilakukan kurang batuk
vMampu membersihkan jalan dan lebih
mengidentifikasikan dan nafas dan memenuhi nyaman
mencegah factor yang kebutuhan oksigenasi
A:
dapat menghambat jalan bagi klien.
Intervensi
nafas
berhasil
NIC :
P : Tetap
Airway suction
lanjutkan
Pastikan kebutuhan
intervensi
oral / tracheal
hingga klien
suctioning
benar benar
Auskultasi suara nafas
pulih
sebelum dan sesudah
suctioning.
Informasikan pada klien
dan keluarga tentang
suctioning
Minta klien nafas
dalam sebelum suction
dilakukan.
Berikan O2 dengan
menggunakan nasal
untuk memfasilitasi
suksion nasotrakeal
Gunakan alat yang steril
setiap melakukan
tindakan
Anjurkan pasien untuk
istirahat dan napas
dalam setelah kateter
dikeluarkan dari
nasotrakeal
Monitor status oksigen
pasien
3 Hentikan suksion dan
. berikan oksigen apabila
pasien menunjukkan
bradikardi, peningkatan
saturasi O2, dll.
Airway Management
Buka jalan nafas,
Agar suhu tubuh klien
guanakan teknik chin
dapat normal.
lift atau jaw thrust bila
Agar klien tidak
perlu
merasakan demam
Posisikan pasien
Agar perubahan warna
untukmemaksimalkan kulit tidak terjadi
ventilasi Agar intake dan output
· Tujuan optimal
NOC : Agar dapat monitor S : Dengan
Thermoregulation suhu tubuh sehingga pemberian
Kriteria Hasil : menjadi normal . terapi pereda
v Suhu tubuh dalam demam .
rentang normal Suhu badan
v Nadi dan RR dalam klien normal
rentang normal menjadi 36,7
v Tidak ada perubahan drjt celcius
warna kulit dan tidak O : klien
ada pusing, merasa tampak lebih
nyaman tenang
INTERVENSI A:
NIC : Intervensi
Fever treatment berhasil
§ Monitor suhu P : intervensi
sesering mungkin dihentikan
§ Monitor tekanan
darah, nadi dan RR
§ Monitor intake dan
output
Berikan pengobatan
untuk mengatasi
penyebab demam
§ Berikan pengobatan
untuk mencegah
terjadinya menggigil
Temperature regulation
§ Monitor suhu
minimal tiap 2 jam
§ Rencanakan
monitoring suhu secara
kontinyu
§ Monitor TD, nadi,
dan RR
§ Monitor warna dan
suhu kulit
§ Monitor tanda-tanda
hipertermi dan
hipotermi
§ Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
§ Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
§ Ajarkan pada pasien
cara mencegah
keletihan akibat panas
Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR