Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENGANTAR SISTEM
KOMUNIKASI SERAT OPTIK

1.1. Sejarah Perkembangan Teknologi Serat Optik


Pada tahun 1880 Alexander Graham Bell menciptakan sebuah sistem komunikasi
cahaya yang disebut photo-phone dengan menggunakan cahaya matahari yang
dipantulkan dari sebuah cermin suara termodulasi tipis untuk membawa
percakapan, pada penerima cahaya matahari termodulasi mengenai sebuah foto
konduktif sel selenium, yang mengubahnya menjadi arus listrik, sebuah penerima
telepon melengkapi sistem. Photophone tidak pernah mencapai sukses komersial,
walaupun sistem tersebut bekerja cukup baik. Pada tahun 1881, menemukan
tentang system pendistribusian cahaya dan tahun 1937 Norman R. Frebnc
menemukan system telepon optik menggunakan media transmisi dari tabung/pipa
dengan redaman mencapai 1000 dB per kilometer. Tahun 1950 Ray D Kell dan
George C. Sziklai menemukan cara pengiriman sinyal televisi melalui media
tabung/pipa. Terobosan besar yang membawa pada teknologi komunikasi serat
optik dengan kapasitas tinggi adalah penemuan Laser pada tahun 1960 oleh TH
Maiman, namun pada tahun tersebut kunci utama di dalam sistem serat praktis
belum ditemukan yaitu serat yang efisien. Baru pada tahun 1970 serat dengan loss
yang rendah dikembangkan dan komunikasi serat optik menjadi praktis (Serat
optik yang digunakan berbentuk silinder seperti kawat pada umumnya, terdiri dari
inti serat (core) yang dibungkus oleh kulit (cladding) dan keduanya dilindungi
oleh jaket pelindung (buffer coating). Ini terjadi hanya 100 tahun setelah John
Tyndall, seorang fisikawan Inggris, mendemonstrasikan kepada Royal Society
bahwa cahaya dapat dipandu sepanjang kurva aliran air. Dipandunya cahaya oleh
sebuah serat optik dan oleh aliran air adalah peristiwa dari fenomena yang sama
yaitu total internal reflection. Sehingga pada tahun 1980 serat optic mode tunggal
mulai dikembangkan, setelah penemuan tahun 1970 memperkecil redaman dari 20
dB/km menjadi sekitar 4 dB/km.
Teknologi serat optik selalu berhadapan dengan masalah bagaimana caranya agar
lebih banyak informasi yang dapat dibawa, lebih cepat dan lebih jauh
penyampaiannya dengan tingkat kesalahan yang sekecil-kecilnya. Informasi yang

1
dibawa berupa sinyal digital, digunakan besaran kapasitas transmisi diukur dalam
1 Gb.km/s yang artinya 1 milyar bit dapat disampaikan tiap detik melalui jarak 1
km. Di Indonesia sendiri baru pada tahun 1986 mulai dibangun kabel serat optik
oleh Alcatel/NKF sebagai jaringan penghubung antar sentral di wilayah DKI dan
transmisi backbone antara Jakarta dan Surabaya oleh PT. Telkom.

1000
1968
first
window
100
α 1970
dB/km

10
1974 second
window
third
1
window 1980
1988

0,6 0,8 1,0 1,2 1,3 1,5 1,6 λ (µm)

Gambar 1.1. Perkembangan Serat Optik


Sumber: DIVLAT PT.TELKOM, 1998

Berikut adalah beberapa tahap sejarah perkembangan teknologi serat optik :


• Generasi Petama ( mulai tahun 1970)
- Sistem masih sederhana dan menjadi dasar bagi sistem generasi
berikutnya terdiri dari :
Encoding : Mengubah input (misal suara) menjadi sinyal listrik.
Transmitter : Mengubah sinyal listrik menjadi gelombang cahaya
termodulasi, berupa LED dengan panjang gelombang 0,87 µm.
Serat Silika : Sebagai pengantar gelombang cahaya.
Repeater : Sebagai penguat gelombang cahaya yang melemah di jalan
Receiver : Mengubah gelombang cahaya termodulasi menjadi sinyal
listrik, berupa foto-detektor
Decoding : Mengubah sinyal listrik menjadi ouput (misal suara)

2
- Repeater bekerja dengan merubah gelombang cahaya menjadi sinyal
listrik kemudian diperkuat secara elektronik dan diubah kembali
menjadi gelombang cahaya.
- Pada tahun 1978 dapat mencapai kapasitas transmisi 10 Gb.km/s.
• Generasi Ke- Dua ( mulai tahun 1981)
- Untuk mengurangi efek dispersi, ukuran inti serat diperkecil.
- Indeks bias kulit dibuat sedekat-dekatnya dengan indeks bias inti.
- Menggunakan diode laser, panjang gelombang yang dipancarkan 1,3 µm.
- Kapasitas transmisi menjadi 100 Gb.km/s.
• Generasi Ke- Tiga ( mulai tahun 1982)
- Penyempurnaan pembuatan serat silika.
- Pembuatan chip diode laser berpanjang gelombang 1,55 µm.
- Kemurniaan bahan silika ditingkatkan sehingga transparansinya dapat
dibuat untuk panjang gelombang sekitar 1,2 µm sampai 1,6 µm
- Kapasitas transmisi menjadi beberapa ratus Gb.km/s.

• Generasi Ke- Empat ( mulai tahun 1984)


- Dimulainya riset dan pengembangan sistem koheren, modulasinya bukan
modulasi intensitas melainkan modulasi frekuensi, sehingga sinyal yang
sudah lemah intensitasnya masih dapat dideteksi, maka jarak yang dapat
ditempuh, juga kapasitas transmisinya, ikut membesar.
- Pada tahun 1984 kapasitasnya sudah dapat menyamai kapasitas sistem
deteksi langsung (modulasi intensitas).
- Terhambat perkembangannya karena teknologi piranti sumber dan
deteksi modulasi frekuensi masih jauh tertinggal.

• Generasi Ke- Lima ( mulai tahun 1989)


- Dikembangkan suatu penguat optik yang menggantikan fungsi repeater
pada generasi-generasi sebelumnya.
- Pada awal pengembangannya kapasitas transmisi hanya dicapai 400
Gb.km/s tetapi setahun kemudian kapasitas transmisinya sudah
menembus 50.000 Gb.km/s !

3
• Generasi Ke- Enam ?
- Pada tahun 1988 Linn F. Mollenauer mempelopori sistem komunikasi
optic soliton. Soliton adalah pulsa gelombang yang terdiri dari banyak
komponen panjang gelombang yang berbeda hanya sedikit dan juga
bervariasi dalam intensitasnya.
- Panjang soliton hanya 10-12 detik dan dapat dibagi menjadi beberapa
komponen yang saling berdekatan, sehingga sinyal-sinyal yang berupa
soliton merupakan informasi yang terdiri dari beberapa saluran sekaligus
(wavelength division multiplexing).
- Eksprimen menunjukkan bahwa soliton minimal dapat membawa 5 saluran
yang masing-masing membawa informasi dengan laju 5 Gb/s. Kapasitas
transmisi yang telah diuji mencapai 35.000 Gb.km/s.
- Cara kerja sistem soliton ini adalah efek Kerr, yaitu sinar-sinar yang
panjang gelombangnya sama akan merambat dengan laju yang berbeda di
dalam suatu bahan jika intensitasnya melebihi suatu harga batas. Efek ini
kemudian digunakan untuk menetralisir efek dispersi, sehingga soliton
tidak melebar pada waktu sampai di receiver. Hal ini sangat
menguntungkan karena tingkat kesalahan yang ditimbulkannya amat kecil
bahkan dapat diabaikan.

4
1.2. Karakteristik Cahaya Sebagai Gelombang
Gelombang cahaya merupakan gelombang elektromagnetik (Sri Widodo,
1995 : 4). Semua gelombang elektromagnetik mempunyai medan magnetik dan
elektrik, serta merambat dengan sangat cepat. Di dalam ruang hampa gelombang
elektromagnetik merambat dengan kecepatan c = 3.108 m/s, sedangkan di dalam
suatu media, kecepatan gelombang elektromagnetik berbeda-beda tergantung dari
bahan dan struktur pandu gelombang. Kecepatan cahaya di dalam media (v)
dinyatakan sebagai berikut (Sri Widodo, 1995 : 5) :
v=λ.f (1)
dimana : v = kecepatan cahaya (m/s)
λ = panjang gelombang cahaya (m)
f = frekuensi cahaya (Hz)

Indek bias suatu bahan: n = c/v, dengan v = kecepatan cahaya di dalam bahan
tersebut. Artinya kecepatan cahaya didalam suatu medium bukan ruang hampa
akan lebih kecil daripada kecepatan cahaya di ruang hampa.

1.2.1. Cahaya Bersifat sebagai Partikel


Cahaya sebagai gelombang elektromagnetik dapat diperlihatkan dalam
gembar berikut, sedangkan komunikasi serat optik menggunakan daerah kerja
antara 800 nm sampai 2,25 µm (tidak tampak).
cahaya
daerah kerja skso
tampak

sinar γ sinar sinar sinar sinar


rontgent ultra infra panas
violet merah

10-12 10-9 10-6 10-3 1 103 106


λ(m)

Gambar 1.2. Spektrum Gelombang Elektromagnetik


Sumber: DIVLAT PT.TELKOM, 1998

Terkadang cahaya juga bersifat sebagai partikel-partikel kecil yang


disebut foton dalam bentuk partikel energi sesuai panjang gelombangnya, inilah
yang menentukan warna suatu cahaya. Energi sebuah foton adalah (Sri Widodo,
1995 : 6) :

5
W=h.f (2)
dimana : W = energi foton (joule)
h = tetapan Planck = 6,626.10-34 (joule.s)
f = frekuensi cahaya (Hz)

1.2.2. Pemantulan Cahaya


Pemantulan cahaya terjadi karena adanya perbedaan nilai indeks bias
antara dua bahan dielektrik (media). Indeks bias didefinisikan sebagai rasio
kecepatan cahaya di dalam ruang hampa terhadap kecepatan cahaya di dalam
bahan dielektrik (Sri Widodo, 1995 : 24).
Syarat terjadinya pemantulan cahaya (Roddy Coolen, 1990 : 734) :
1. Sinar datang dari bahan dielektrik dengan indeks bias tinggi (n1) ke
bahan dielektrik dengan indeks bias rendah (n2) (gambar 1.3.c).
2. Sudut datang sinar (φ) lebih besar dari sudut kritis (φc). Sudut kritis
adalah sudut antara sinar datang terhadap garis normal, dimana sinar
tersebut akan dibiaskan sejajar pada permukaan dielektrik (gambar
1.3.b), atau dengan kata lain sudut kritis merupakan sudut terkecil
dimana sinar datang masih dapat dipantulkan. Nilai sudut kritis
diberikan oleh persamaan berikut (Roddy Coolen, 1990 : 734) :
n2
φc = arc sin (3)
n1
Bila syarat tersebut tidak dipenuhi, maka sinar datang akan dibiaskan
dengan sudut bias (φ2) tertentu (gambar 1.3.a). Hubungan antara sudut datang (φ1)
dan sudut bias (φ2) terhadap indeks bias bahan dielektrik dinyatakan oleh hukum
Snell (Sri Widodo, 1995 : 25)
sin φ1 n 2
= (4)
sin φ2 n1

6
Indeks tinggi Indeks rendah
n1 (kaca) n2 (kaca) n1 n2 n1 n2

Sinar datang

φ1 φC φ

φ2 φ
Sinar keluar

Pantulan
internal parsial

(a) (b) (c)

Gambar 1.3. a Pembiasan Cahaya


b Pembiasan Cahaya pada Sudut Kritis
c Pemantulan Cahaya
Sumber : Sri Widodo, 1995 : 25

1.2.4. Sudut Penerimaan

φa
φ φ0

Gambar 1.4. Sudut Penerimaan (θa)


Sumber : Sri Widodo, 1995 : 27

Geometri transmisi sinar ke dalam serat optik dapat dilihat pada gambar 1.4.
Ketika sinar masuk ke inti serat optik dengan sudut θa, sinar tersebut akan
dibiaskan sejajar pada permukaan inti serat optik. Jika sudut sinar datang lebih
besar dari θa atau berada di luar kritis penerimaan, maka sinar akan dibiaskan ke
luar inti serat optik. Agar sinar datang mengalami pemantulan, maka θa harus
berada di dalam sudut kritis penerimaan.
Hubungan antara sudut penerimaan dan indeks bias media (udara, inti,
selubung) dinyatakan sebagai Numerical Aperture (NA) (Sri Widodo, 1995 : 27)

NA = N o sin = n12 − n 22
a (5)

7
Numerical aperture (NA) adalah ukuran kemampuan sebuah serat untuk
menangkap cahaya, juga dipakai untuk mendefenisikan acceptance cone dari
sebuah serat optik.
Karena medium dimana tempat cahaya memasuki serat umumnya adalah udara
maka n0 = 1 sehingga NA = sin θa. NA digunakan untuk mengukur source-to fiber
power-coupling efficiencies, NA yang besar menyatakan source-to-fiber power-
coupling efficiencies yang tinggi. Nilai NA biasanya sekitar 0,20 sampai 0,29
untuk serat gelas, serat plastik memiliki NA yang lebih tinggi dapat melebihi 0,5.

1.3. Struktur Dasar Serat Optik

Cladding Coating
Core

➬ Core ( inti )
➬ Cladding ( lapisan )

➬ Coating ( jaket )

Gambar 1.5. Struktur Dasar Serat Optik


Serat optik terdiri dari:
• Inti, disebut juga core.
- Terbuat dari bahan kuarsa dengan kualitas sangat tinggi.
- Merupakan bagian utama dari serat optik karena perambatan cahaya
sebenarnya terjadi pada bagian ini.
- Memiliki diameter 10 µm-50 µm. Ukuran core sangat mempengaruhi
karakteristik serat optik.
- Berfungsi untuk menentukan cahaya merambat dari satu ujung ke ujung
lainnya.
• Lapisan disebut juga Cladding.
- Terbuat dari bahan gelas dengan index bias lebih kecil dari core.

8
- Merupakan selubung dari core.
- Hubungan index bias antara Core dan Cladding akan mempengaruhi
perambatan cahaya pada core (mempengaruhi besarnya sudut kritis).
- Berfungsi sebagai cermin, yaitu memantulkan cahaya agar dapat
merambat ke ujung lainnya.
• Jaket disebut juga Coating.
- Terbuat dari bahan plastik.
- Berfungsi untuk melindungi serat optik dari kerusakan dan tempat kode
warna.

1.4. Karakteristik dan Jenis Serat Optik.


1.4.1.a. Karakteristik Serat Optik.
 Ukurannya kecil dengan diameter luar serat optik 100-120 µm. Setelah
dilapisi jaket diameter maksimum ± 1 mm.
 Ringan, dengan spesifigravity bahan silica sangat kecil yaitu 22
sehingga beratnya 1/2 - 1/3 berat kabel transmisi biasa.
 Lentur (tidak akan patah bila dilengkungkan dengan radius 5 mm)
 Tidak berkarat
 Rugi-rugi transmisi rendah, besarnya berkisar 2-8 dB/km pada panjang
gelombang 830 µm.
 Kapasitas dalam menyalurkan informasi tinggi dengan band frekuensi
yang lebar.
 Bebas induksi elektromagnet dan kilat atau petir.
 Cross talk (kebocoran sinar) sangat kecil.
 Tahan temperatur tinggi, mempunyai titik leleh +1900º C
 Tidak menimbulkan bunga api
 Tidak dapat dicabangkan karena memiliki ukuran yang sangat kecil /
tipis.
 Mudah rapuh namun masih mempunyai daya peregangan ±5%.
 Dapat dimodulasi langsung pada frekuensi tinggi.

9
Kelebihan Penggunaan Serat optik:
 Mempunyai lebar pita frekuensi (bandwidth) yang lebar.
 Dapat mentransmisikan sinyal digital dengan kecepatan data yang
sangat tinggi.
 Kebal terhadap interferensi gelombang elektromagnetik.
 Memiliki redaman yang sangat kecil.
 Memiliki ukuran fisik kabel yang sangat kecil.
 Serat optik dibuat dari silica atau kaca sehingga tidak mengalirkan arus
listrik.

Kerugian Penggunaan Serat Optik:


 Tidak menyalurkan arus listrik sehingga repeater harus dicatu secara
remote menggunakan kabel tembaga yang terpisah.
 Intensitas energi yang dipancarkan pada sinyal infra merah bila terkena
retina mata dapat merusak mata.
 Konstruksinya lemah/ rapuh.
 Karakteristik transmisi dapat berubah bila terjadi tekanan yang
berlebihan dari luar.

Mode Perambatan Cahaya :


• Cahaya dapat merambat dalam serat optik melalui sejumlah lintasan
yang berbeda.
• Lintasan cahaya yang berbeda-beda ini disebut mode dari suatu serat
optik.
• Ukuran diameter core menentukan jumlah mode yang ada dalam suatu
serat optik
• Serat optik yang memiliki lebih dari satu mode disebut serat optik
multimode
• Serat optik yang hanya satu mode saja disebut serat optik single mode,
serat optik single mode memiliki ukuran core yang lebih kecil

10
Prinsip perambatan cahaya dalam serat optik :

Coating
3
Cladding

1 Core
2

Gambar 1.6. Perambatan Cahaya dalam Serat Optik

• Sinar merambat lurus sepanjang sumbu serat tanpa mengalami refleksi


/refraksi.
• Sinar mengalami refleksi total karena memiliki sudut datang yang
lebih besar dari sudut kritis dan akan merambat sepanjang serat
melalui pantulan-pantulan.
Sinar akan mengalami refraksi dan tidak akan dirambatkan sepanjang
serat karena memiliki sudut datang yang lebih kecil dari sudut kritis
Jendela Panjang Gelombang
Jendela panjang gelombang yang mungkin digunakan dalam sistem
komunikasi serat optik (SKSO) adalah :
a. 0,8 nm disebut dengan Jendela 1
b. 1,31 nm disebut dengan Jendela 2
c. 1,55 nm disebut dengan Jendela 3

α
dB/km
8
Window 1
6

Window 2
4 loss total
Rayleigh Window 3
OH
Scattering
2
absorpsi UV absorpsi
OH OH Infra merah
0,7 0,8 0,9 1,0 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 1,6
Panjang gelombang

Gambar 1.7. Karakteristik Redaman SKSO

11
Jendela yang digunakan tergantung dari jenis serat optiknya, apakah
single mode atau multi mode.
Jendela 1 mempunyai karakteristik sebagai berikut :
• jenis serat optik yang digunakan multimode
• digunakan untuk komunikasi jarak dekat
• redaman sekitar 4 dB / km
• dispersi besar
• bit rate rendah
• dipakai untuk LAN dengan sumber cahaya berupa LED
Jendela 2 mempunyai karakteristik sebagai berikut :
• jenis serat optik yang digunakan single mode
• redaman sekitar 0,35 dB / km
• dispersi kecil, bahkan sama dengan 0
• bit rate tinggi
• dipakai untuk komunikasi jarak jauh dengan sumber cahaya berupa
laser baik monochrome atau tidak
Jendela 3 mempunyai karakteristik sebagai berikut :
• jenis serat optik yang digunakan single mode
• redaman sekitar 0,15 dB / km
• dispersi kecil
• bit rate tinggi sampai dengan 10 Gbit / s
• dipakai untuk komunikasi jarak jauh dengan sumber cahaya berupa
laser baik monochrome atau tidak

12
1.5. Komponen-komponen Optik

1.5.1. Sumber Cahaya


Sumber cahaya digunakan untuk membangkitkan sinyal optik yang
berfungsi sebagai gelombang pembawa (carrier wave). Sinyal optik yang
dibangkitkan akan dimodulasi menurut sinyal input elektrik (sinyal infomasi)
pada rangkaian modulator sehingga dihasilkan sinyal optik temodulasi yang akan
ditransmisikan ke dalam serat optik. Diagram sumber cahaya dapat dilihat pada
gambar 1.8.

Elektrical
Driver Input
Optical
Optical Channel Output
Modulator
Source Coupler

Gambar 1.8. Diagram Sumber Cahaya


Sumber : PT. Rentang Gunaputra, tanpa tahun

 Driver, memelihara tingkat daya dan arus bias optical source.


 Optical Source, membangkitkan sinyal optik yang berfungsi sebagai
gelombang pembawa (carrier wave).
 Modulator, memodulasi gelombang pembawa (carrier wave) dan
sinyal input elektrik (sinyal informasi) sehingga dihasilkan sinyal
optik termodulasi.
 Channel Coupler, menghubungkan sumber cahaya dengan serat optik.
Sumber cahaya yang digunakan dalam komunikasi serat optik harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut (Roddy-Coolen, 1997) :
1. Mampu menghasilkan cahaya yang bersifat monokromatis
(berfrekuensi tunggal).
2. Mempunyai intensitas cahaya yang cukup tinggi, sehingga dapat
memancarkan energi yang cukup untuk mengatasi rugi-rugi sepanjang
serat optik.
3. Mudah dimodulasi.

13
4. Memiliki ukuran yang kecil, ringkas, dan mudah disambungkan
dengan serat optik sehingga tidak menimbulkan rugi-rugi sambungan
yang berlebihan.
Sumber cahaya yang banyak digunakan untuk komunikasi serat optik
adalah diode pemancar cahaya (Light Emitting Diode, LED) dan diode laser
injeksi (Injection Laser Diode, ILD).

1.5.2. Light Emitting Diode ( LED )


LED merupakan dioda sambungan (junction) dari semikonduktor jenis-p
yang mengandung sejumlah besar lubang dan semikonduktor jenis-n yang
mengandung banyak sekali elektron penghantar bebas. Bila pada semikonduktor
dikenakan tegangan bias maju (forward bias) yang cukup untuk melewati
sambungan, maka lubang dari semikonduktor jenis-p akan bergerak melewati
sambungan menuju ke daerah n, sedangkan elektron dari semikonduktor jenis-n
akan bergerak melewati sambungan menuju ke daerah p, seperti yang terlukis
dalam gambar 10. Bila sebuah lubang dan elektron bertemu dan berkombinasi
kembali, maka akan terpancar sebuah foton cahaya. Cahaya yang dihasilkan akan
dipancarkan secara acak dan mempunyai spektrum yang sangat lebar, sehingga
LED pada umumnya digunakan untuk serat optik multi mode dengan diameter inti
yang besar, yang beroperasi dengan laju bit yang rendah. Intensitas cahaya LED
sangat rendah sehingga biasanya hanya digunakan untuk sistem komunikasi serat
optik jarak pendek, misalnya pada pesawat terbang, gedung-gedung, dan
sebagainya.

h h
Konduksi

Eg (EB - VX)

VX
p n

Valensi Elektron-elektron Lubang-lubang minoritas


minoritas di daerah-p pada zone-n berkombinasi
berkombinasi kembali kembali dengan elektron-
dengan lubang-lubang elektron dan melepaskan
foton-foton, h

Gambar 1.9. Distribusi Pembawa dalam Semikonduktor


yang dibias maju
Sumber : Roody-Coolen, 1990 : 768

14
1.5.3. Injection Laser Diode ( ILD )
Pada komunikasi serat optik, jenis laser yang digunakan adalah laser
semikonduktor. Laser semikonduktor adalah suatu jenis laser padat khusus.
Cahaya laser dihasilkan dengan cara meningkatkan kerapatan dari pembawa
(lubang dan elektron), sehingga setiap foton yang semula dilepaskan dengan emisi
spontan dapat memicu (trigger) beberapa foton lain dengan emisi yang
dirangsang, sebelum meninggalkan daerah sambungan. Efek laser dari dioda
semikonduktor dapat diperkuat dengan menempatkan suatu permukaan yang
berfungsi sebagai pemantul pada setiap ujung dari daerah sambungan seperti
diperlihatkan dalam gambar 1.10.

Daerah
w p sambungan

Sinar pancaran
yang sejajar

n
Permukaan yang
Permukaan yang memantulkan sebagian
memantulkan sebagian
atau keseluruhan i

Gambar 1.10. Dioda Laser Broad Contact


Sumber : Roddy Coolen, 1990 : 770
Kerja laser terjadi di dalam sambungan dioda semikonduktor sama seperti
pada LED. Laser mampu menghasilkan daya yang besar dengan spektrum yang
sempit sehingga dapat digunakan untuk serat optik single-mode dengan diameter
inti kecil. Laser dapat menghasilkan cahaya berintensitas tinggi sehingga sesuai
untuk digunakan pada sistem komunikasi serat optik jarak jauh.

1.5.4. Parameter Umum Sumber Cahaya


Untuk memilih sumber cahaya dalam perencanaan serat optik harus
memperhatikan bandwidth dan sistem transmisi yang digunakan. Untuk
mendapatkan unjuk kerja yang optimal ada beberapa parameter umum sumber
cahaya yang perlu dipertimbangkan, antara lain (Hoss, 1990 : 88) :
1. Pola pancaran cahaya.

15
2. Panjang gelombang
3. Lebar spektrum
Lebar spektrum merupakan faktor yang mempengaruhi efisiensi
transfer daya dari sumber optik ke serat optik dan dispersi pada serat
optik.
4. Daya keluaran sumber cahaya
Daya keluaran adalah besar daya yang dihasilkan atau dipancarkan
oleh sumber cahaya. Karakteristik daya keluaran terhadap arus untuk
sumber cahaya LED dan ILD dapat dilihat pada gambar 1.11.

Ps
ILD SRD

10 mW

LED
1 mW
If
Ith Ib

20 - 100 mA 50 - 200 mA
ILD LED

Gambar 1.11. Karakteristik Daya Keluaran Sumber Cahaya


Sumber : Hoss, 1990 : 89
5. Waktu jangkit (rise-time)
Waktu jangkit adalah karakteristik lamanya sumber cahaya untuk
membentuk amplitudo pulsa dari kondisi 10 % - 90 % seperti
ditunjukkan dalam gambar 1.12.

90 %

10 %

Ragam gelombang arus masukan Ragam gelombang daya keluaran

Gambar 1.12. Waktu Jangkit


Sumber : Sri Widodo, 1995 : 71

16
1.5.5. Detektor Cahaya
Prinsip kerja detektor cahaya adalah mendeteksi sinyal optik
yang datang dan mengubah sinyal tersebut menjadi sinyal elektrik. Diagram
detektor cahaya dapat dilihat pada gambar 1.13.

Preamplifier Amplifier

Optical Signal Decisios Data


Photodioda Filter
Sircuit

Voltage Automatic Clock


Supply Gain control Recovery

Front end Linier Channel Data Recovery

Gambar 1.13. Diagram Detektor Cahaya


Sumber : PT. Rentang Gunaputra, tanpa tahun
 Front-End
Photodiode, mengubah sinyal optik menjadi sinyal elektrik
Preamplifier, menguatkan sinyal elektrik
 Linier Channel
Main Amplifier
Low Pass Filter, membatasi frekuensi untuk mengurangi
noise
 Data Recovery
Decision Circuit, membandingkan output linier channel
terhadap level threshold dan memutuskan apakah sinyal
merupakan bit “1” atau bit “0”
Sirkit Clock Recovery, mensinkronkan proses keputusan

1.5.6. Dioda-foto P-I-N


Dioda-foto p-i-n adalah dioda yang terdiri dari lapisan –p dan
lapisan –n yang dipisahkan oleh lapisan intrinsik (gambar 1.14). Ketika dioda
diberi bias-mundur (reverse-bias), maka akan terbentuk daerah pengosongan di
sekitar sambungan. Cahaya masuk melalui lapisan –p, kemudian menuju ke

17
sambungan. Adanya lapisan intrinsik yang cukup tebal akan menyebabkan
sebagian besar foton yang melalui sambungan diserap ke dalam lapisan ini.
Lubang yang ditimbulkan di dalam lapisan intrinsik akan disapu jauh ke dalam
daerah –i, lewat sambungan oleh medan listrik. Sedangkan elektron disapu ke luar
daerah –i menuju ke dalam daerah –n. Hal ini akan membangkitkan arus foto
(photo-current) yang besar, yang dapat memperbaiki kepekaan dioda.

Daerah Daerah
penyerapan pengosongan

ip
p n

Pembawa-pembawa yang tersapu

Medan ambang avalanche

Gambar 1.14. Dioda-foto P-I-N


Sumber : Roody Coolen, 1990 : 773

1.5.7. Dioda-foto Avalanche


Bila tegangan negatif yang dikenakan untuk memberikan bias-mundur
pada dioda-foto p-i-n ditingkatkan, maka suatu ambang akan dicapai dimana
intensitas medan intern dekat daerah sambungan akan menjadi cukup tinggi,
sehingga elektron-elektron yang sedang dipercepat lewat daerah tersebut akan
menyebabkan dibangkitkannya pasangan-pasangan elektron-lubang sekunder.
Jumlah pembawa yang dibangkitkan dengan cara ini akan membanyak (multiply)
secara eksponensial terhadap intensitas medan, sehingga menyebabkan suatu efek
guguran (avalanche effect). Struktur dioda-foto avalanche dapat dilihat pada
gambar 1.15.

18
Daerah penyerapan dan
pengosongan

ip
P+ i P n+

Pembawa-pembawa yang tersapu

Ambang avalance
E

Daerah
pembangkitan Daerah
avalance

Gambar 1.15. Dioda-foto Avalance


Sumber : Roody Coolen, 1990 ; 773
Cahaya masuk melalui lapisan-n yang mendapat doping tinggi (highly
doped), menuju ke lapisan-p dan selanjutnya ke lapisan-i yang mempunyai doping
rendah (ligthly doped). Sebagian besar foton diserap di daerah ini sehingga
menghasilkan pasangan elektron-lubang. Lubang yang dibebaskan bergerak ke
lapisan –p+, sedangkan elektron akan disapu ke daerah sambungan p-n+ (daerah
avalanche) dimana medan listrik yang tinggi menyebabkan pelipatgandaan
elektron.

1.6. Parameter Umum Detektor Cahaya


Ada beberapa parameter yang penting diketahui pada suatu detektor
cahaya, yaitu :
1. Arus cahaya (photocurrent)
Arus cahaya adalah arus yang dibangkitkan ketika daya optik
minimum yang dapat terdeteksi (Minimum Required Detected Power,
MDP) diterima oleh detektor cahaya (Hoss, 1990).
2. Efisiensi kuantum
Efisiensi kuantum merupakan kemampuan detektor cahaya untuk
mengubah sinyal optik menjadi sinyal elektrik (Yunus, 2000 : 33).

19
Banyaknya elektron bebas yang dibangkitkan
η=
Banyaknya foton yang jatuh
Ip .h . c
= (6)
Po . q .
dimana : Ip = arus cahaya yang dibangkitkan (Ampere)
Po = daya optik yang diterima oleh detektor (Watt)
h = konstanta Planck = 6,626.10-34 Js
q = muatan elektron = 1,6.10-19 J
c = kecepatan cahaya = 3.108 m/s
λ = panjang gelombang (meter)
3. Ketanggapan (responsivity)
Ketanggapan adalah perbandingan arus keluaran detektor cahaya
dengan daya optik masukan (Sri Widodo, 1995 : 82)
i
ρ = (7)
P
dimana : ρ = ketanggapan (Ampere/Watt)
i = arus keluaran detektor cahaya (Ampere)
P = daya optik masukan (Watt)
4. Penguatan (Gain)
5. Tanggapan spektral (Spektral Response)
Tanggapan spektral adalah kurva ketanggapan detektor cahaya sebagai
fungsi panjang gelombang. Tidak semua panjang gelombang dapat
dideteksi. Batas panjang gelombang antara panjang gelombang yang
dapat dideteksi dengan panjang gelombang yang tidak dapat dideteksi
disebut panjang gelombang cut off (λc) yang dirumuskan (Palais,
1988)
1,24
λc = (8)
Wg (eV)

λ yang lebih besar dari λc tidak akan terdeteksi karena energi fotonnya
tidak mencukupi, sedangkan λ yang lebih kecil dari λc dapat terdeteksi
karena mempunyai energi yang cukup.

20
6. Waktu jangkit (rise-time)
Waktu jangkit adalah karakteristik lamanya detektor cahaya
membentuk amplitudo pulsa dalam tegangan listrik dari 10% - 90%.

c. Dispersi
Dispersi adalah suatu berkas cahaya yang melintas di dalam serat optik
yang memiliki mode, panjang gelombang, dan kecepatan yang berbeda.
Dispersi menyebabkan pelebaran pulsa cahaya yang ditransmisikan pada
serat optik.

d. Pemantulan Fresnel
Berkas cahaya yang datang tegang lurus pada suatu bidang permukaan
batas antara udara dengan inti serat optik, dalam hal ini akan terjadi
pantulan pada bagian sumber cahaya dengan inti serat optik.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar dibawah ini :

Gambar 1.16. Pantulan fresnel antara udara - inti


Pantulan diatas merupakan Fresnel refraction yang besarnya adalah :
2
 n0 − n1 
ρ =  (9)
 n0 − n1 
Hal serupa juga akan terjadi pada bidang batas antara inti serat optik
dengan udara di bagian terima seperti gambar berikut :

Gambar 1.17. pantulan Fresnel antara inti – udara

21
Dimana besarnya adalah :
2
 n0 − n1 
ρ = 
 n0 − n1 
Sehingga pada serat optik akan terjadi dua kali pemantulan Fresnel
Sedangkan untuk Loss (redaman) yang akibat pemantulan ini dapat
dihitung dengan rumus :

10 Log ( 1-2 ρ ) dB (10)

22
1.7. Bahan Pengaman Serat Optik
Dalam penggunaannya, kabel serat optik harus mampu menyalurkan
informasi tanpa cacat sampai di penerima. Untuk maksud tersebut, kabel optik
diberi pelindung atau pengaman terhadap kemungkinan pengaruh lingkungan.
Bentuk pelindunng ada 2 macam :
a. Pelindung atau Pembungkus Longgar
b. Pelindung atau Pembungkus kencang.
Masing-masing jenis tersebut mempunyai keuntungan dan kerugian sebagai
berikut :

PEMBUNGKUS PEMBUNGKUS
LONGGAR KENCANG
Metode Memasukkan serat optik Membungkus dengan rapat
Pemasangan kedalam pipa dengan serat optik dengan lapisan
diameter lebih besar. pembungkus hingga kompak
Redaman - Bergantung pada besarnya Bergantung pada hasil
koefisien antara serat pembuatan serat optik, jika
optik dengan pembungkus baik (tidak ada pelengkungan)
- Pada temperatur rendah maka pembungkus baik,
koefisien muai turun, sehingga redaman kecil
pengaruh lengkung serat karena temperatur akan kecil.
optik besar, redaman besar Sebaliknya bila pembuatan
- Pada temperatur tinggi, serat optik buruk (ada
koefisien muai tinggi, pelengkungan) maka
pengaruh lengkung serat pembungkus tidak kencang
optik kecil, redaman dan rendah karena temperatur
rendah akan besar.
Tekanan Tidak langsung ke serat Langsung ke serat optik,
Luar optik, karena antara sehingga tergantung pada
pembungkus dengan serat ketebalan dan kesempurnaan
optik ada jarak. pembungkus
Bahan HDPE Polythylene dengan HDPE
kerapatan tinggi Polypropylene (PP)
Polypropylene (PP), Nylon Nylon 12
12

23
1.8. Proses Pembuatan Serat Optik
Serat optik yang digunakan untuk keperluan telekomunikasi terdiri dari
kumpulan serat optik dimana masing-masing serat optik tersebut telah
dilengkapi dengan pelindung atau jaket yang dapat menahan dan menjaga
serat optik tersebut dari getaran atau goresan, benturan langsung dan
temperatur tinggi. Selain itu kabel serat optik juga dapat diberi penguat
tambahan seperti kawat baja, plastik monofilamen, glass tiloert dan karbon.
Dalam pembuatan serat optik bahan atau material yang digunakan
adalah :
1. Silica murni
2. Multi component glass
Bahan-bahan tersebut dipilih karena mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut :
1. Transparan
2. Mempunyai sifat kimiawi yang stabil
3. Mudah digunakan dalam teknologi pembuatan serat optik

Pembuatan serat optik dapat dilakukan dengan berbagai metode :


1. Metode ICVD
1

O2
F
X 2

X MFC
X
O2 Pemanas
SiCl4
X MFC X
Keterangan :
CeCl4 1. Exhause
2. Pipa Silica
X MFC
X
F = Flow meter
MFC = Mass Flow
POCl3 Controller
BCl3
MFC
X

Gambar 1.18. Metode ICVD

24
Metode ICVD (Internal Chemical Vapour Deposition) merupakan proses
dengan cara mengendapkan lapisan glass silikon pada dinding dalam
sebuah tabung silika yang diputar dan dipanasi. Lapisan silika ini
mempunyai ketebalan dan circularity yang merata dan nantinya akan
menjadi cladding. Sedangkan bahan glass silicon yang diendapkan akan
menjadi core. Numerical Aperture dan indek bias yanng dikehendaki
didapat dengan mengatur konsentrasi larutan Dopant yang diberikan.
Cladding dengan rugi-rugi rendah didapatkan dengan cara uap SiCl 4
dicampur dengan Oksigen dihembuskan kedalam tabung silika tersebut.
Untuk memperoleh Cladding dengan index bias rendah uap BCl3
dimasukkan kedalam tabung silika tersebut. Dengan pemanasan 1500°C
dihasilkan silikon dioksida dalam bentuk jelaga yang diendapkan pada
dinding dalam tabung silikon dan diputar. Untuk mendapatkan panas yang
merata, pemanas digerakkan bolak balik sepanjang tabung silika tersebut.
Bila ketebalan yang diinginkan sudah tercapai, kemudian ditambahkan uap
PCl3 atau CeCl4 sehingga membentuk Core. Aliran Oksigen dijaga
konstan dengan menggunakan Mass Controller. Kemudian temperatur
pemanas dinaikkan guna memadatkan jelaga, sehingga membentuk
batangan pejal. Dari bentuk batangan kemudian dimasukkan kedalam
mesin pencetak untuk dijadikan serat optik. Diameter serat optik ini dapat
diatur dengan mengatur kecepatan masuknya batang silica tersebut
kedalam dapur pemanas.

25
2. Metode VAD (Vapour Phase Axial Deposition )

2
1
5
2 3

6 3 4

Gambar 1.19. Metode VAD


Gelas kaca diatur, perputaran Core dan Cladding diatur waktunya agar
bersamaan. Cara demikian dilakukan agar cepat dihasilakn core dengan
diameter 50 mm dan panjang 100 cm. Proses pengaturannya dilakukan
oleh komputer. Temperatur ditingkatkan hingga mencapai 2000 °C,
Kemudian ditarik untuk memperoleh ukuran core 50 µm dan cladding 125
µm. hasil pemanasan dan penarikan dapat menghasilkan serat optik
dengan panjang mencapai 20 km.

26
3. Metode Multi Glass Component

Peleburan dalam

Peleburan luar

Bahan Core

Bahan Cladding

Daerah Ionisasi

Gambar 1.20. Metode Multi Glass Component


Serat Optik dari bahan multi glass component dibuat dari unsur oksida dan
karbonat dimana proses pemurniannya dilakukan dengan proses kimia
basah. Dengan proses tersebut kemurnian yang dihasilkan tidak semurni
seperti pada proses CVD. Proses kimia basah tidak dapat memisahkan
elemen transisi pada bahan pembuat glass. Bahan glass yang dihasilkan
kemudian dicetak dalam peleburan ganda untuk dijadikan serat optik.
Metode multi glass component ini sangat cocok untuk produksi serat optik
dalam jumlah besar, karena dengan temperatur 800 °C dapat dihasilkan
serat optik dengan panjang ratusan meter tiap menit.

27

Anda mungkin juga menyukai