BAB1
BAB1
PENGANTAR SISTEM
KOMUNIKASI SERAT OPTIK
1
dibawa berupa sinyal digital, digunakan besaran kapasitas transmisi diukur dalam
1 Gb.km/s yang artinya 1 milyar bit dapat disampaikan tiap detik melalui jarak 1
km. Di Indonesia sendiri baru pada tahun 1986 mulai dibangun kabel serat optik
oleh Alcatel/NKF sebagai jaringan penghubung antar sentral di wilayah DKI dan
transmisi backbone antara Jakarta dan Surabaya oleh PT. Telkom.
1000
1968
first
window
100
α 1970
dB/km
10
1974 second
window
third
1
window 1980
1988
2
- Repeater bekerja dengan merubah gelombang cahaya menjadi sinyal
listrik kemudian diperkuat secara elektronik dan diubah kembali
menjadi gelombang cahaya.
- Pada tahun 1978 dapat mencapai kapasitas transmisi 10 Gb.km/s.
• Generasi Ke- Dua ( mulai tahun 1981)
- Untuk mengurangi efek dispersi, ukuran inti serat diperkecil.
- Indeks bias kulit dibuat sedekat-dekatnya dengan indeks bias inti.
- Menggunakan diode laser, panjang gelombang yang dipancarkan 1,3 µm.
- Kapasitas transmisi menjadi 100 Gb.km/s.
• Generasi Ke- Tiga ( mulai tahun 1982)
- Penyempurnaan pembuatan serat silika.
- Pembuatan chip diode laser berpanjang gelombang 1,55 µm.
- Kemurniaan bahan silika ditingkatkan sehingga transparansinya dapat
dibuat untuk panjang gelombang sekitar 1,2 µm sampai 1,6 µm
- Kapasitas transmisi menjadi beberapa ratus Gb.km/s.
3
• Generasi Ke- Enam ?
- Pada tahun 1988 Linn F. Mollenauer mempelopori sistem komunikasi
optic soliton. Soliton adalah pulsa gelombang yang terdiri dari banyak
komponen panjang gelombang yang berbeda hanya sedikit dan juga
bervariasi dalam intensitasnya.
- Panjang soliton hanya 10-12 detik dan dapat dibagi menjadi beberapa
komponen yang saling berdekatan, sehingga sinyal-sinyal yang berupa
soliton merupakan informasi yang terdiri dari beberapa saluran sekaligus
(wavelength division multiplexing).
- Eksprimen menunjukkan bahwa soliton minimal dapat membawa 5 saluran
yang masing-masing membawa informasi dengan laju 5 Gb/s. Kapasitas
transmisi yang telah diuji mencapai 35.000 Gb.km/s.
- Cara kerja sistem soliton ini adalah efek Kerr, yaitu sinar-sinar yang
panjang gelombangnya sama akan merambat dengan laju yang berbeda di
dalam suatu bahan jika intensitasnya melebihi suatu harga batas. Efek ini
kemudian digunakan untuk menetralisir efek dispersi, sehingga soliton
tidak melebar pada waktu sampai di receiver. Hal ini sangat
menguntungkan karena tingkat kesalahan yang ditimbulkannya amat kecil
bahkan dapat diabaikan.
4
1.2. Karakteristik Cahaya Sebagai Gelombang
Gelombang cahaya merupakan gelombang elektromagnetik (Sri Widodo,
1995 : 4). Semua gelombang elektromagnetik mempunyai medan magnetik dan
elektrik, serta merambat dengan sangat cepat. Di dalam ruang hampa gelombang
elektromagnetik merambat dengan kecepatan c = 3.108 m/s, sedangkan di dalam
suatu media, kecepatan gelombang elektromagnetik berbeda-beda tergantung dari
bahan dan struktur pandu gelombang. Kecepatan cahaya di dalam media (v)
dinyatakan sebagai berikut (Sri Widodo, 1995 : 5) :
v=λ.f (1)
dimana : v = kecepatan cahaya (m/s)
λ = panjang gelombang cahaya (m)
f = frekuensi cahaya (Hz)
Indek bias suatu bahan: n = c/v, dengan v = kecepatan cahaya di dalam bahan
tersebut. Artinya kecepatan cahaya didalam suatu medium bukan ruang hampa
akan lebih kecil daripada kecepatan cahaya di ruang hampa.
5
W=h.f (2)
dimana : W = energi foton (joule)
h = tetapan Planck = 6,626.10-34 (joule.s)
f = frekuensi cahaya (Hz)
6
Indeks tinggi Indeks rendah
n1 (kaca) n2 (kaca) n1 n2 n1 n2
Sinar datang
φ1 φC φ
φ2 φ
Sinar keluar
Pantulan
internal parsial
φa
φ φ0
Geometri transmisi sinar ke dalam serat optik dapat dilihat pada gambar 1.4.
Ketika sinar masuk ke inti serat optik dengan sudut θa, sinar tersebut akan
dibiaskan sejajar pada permukaan inti serat optik. Jika sudut sinar datang lebih
besar dari θa atau berada di luar kritis penerimaan, maka sinar akan dibiaskan ke
luar inti serat optik. Agar sinar datang mengalami pemantulan, maka θa harus
berada di dalam sudut kritis penerimaan.
Hubungan antara sudut penerimaan dan indeks bias media (udara, inti,
selubung) dinyatakan sebagai Numerical Aperture (NA) (Sri Widodo, 1995 : 27)
NA = N o sin = n12 − n 22
a (5)
7
Numerical aperture (NA) adalah ukuran kemampuan sebuah serat untuk
menangkap cahaya, juga dipakai untuk mendefenisikan acceptance cone dari
sebuah serat optik.
Karena medium dimana tempat cahaya memasuki serat umumnya adalah udara
maka n0 = 1 sehingga NA = sin θa. NA digunakan untuk mengukur source-to fiber
power-coupling efficiencies, NA yang besar menyatakan source-to-fiber power-
coupling efficiencies yang tinggi. Nilai NA biasanya sekitar 0,20 sampai 0,29
untuk serat gelas, serat plastik memiliki NA yang lebih tinggi dapat melebihi 0,5.
Cladding Coating
Core
➬ Core ( inti )
➬ Cladding ( lapisan )
➬ Coating ( jaket )
8
- Merupakan selubung dari core.
- Hubungan index bias antara Core dan Cladding akan mempengaruhi
perambatan cahaya pada core (mempengaruhi besarnya sudut kritis).
- Berfungsi sebagai cermin, yaitu memantulkan cahaya agar dapat
merambat ke ujung lainnya.
• Jaket disebut juga Coating.
- Terbuat dari bahan plastik.
- Berfungsi untuk melindungi serat optik dari kerusakan dan tempat kode
warna.
9
Kelebihan Penggunaan Serat optik:
Mempunyai lebar pita frekuensi (bandwidth) yang lebar.
Dapat mentransmisikan sinyal digital dengan kecepatan data yang
sangat tinggi.
Kebal terhadap interferensi gelombang elektromagnetik.
Memiliki redaman yang sangat kecil.
Memiliki ukuran fisik kabel yang sangat kecil.
Serat optik dibuat dari silica atau kaca sehingga tidak mengalirkan arus
listrik.
10
Prinsip perambatan cahaya dalam serat optik :
Coating
3
Cladding
1 Core
2
α
dB/km
8
Window 1
6
Window 2
4 loss total
Rayleigh Window 3
OH
Scattering
2
absorpsi UV absorpsi
OH OH Infra merah
0,7 0,8 0,9 1,0 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 1,6
Panjang gelombang
11
Jendela yang digunakan tergantung dari jenis serat optiknya, apakah
single mode atau multi mode.
Jendela 1 mempunyai karakteristik sebagai berikut :
• jenis serat optik yang digunakan multimode
• digunakan untuk komunikasi jarak dekat
• redaman sekitar 4 dB / km
• dispersi besar
• bit rate rendah
• dipakai untuk LAN dengan sumber cahaya berupa LED
Jendela 2 mempunyai karakteristik sebagai berikut :
• jenis serat optik yang digunakan single mode
• redaman sekitar 0,35 dB / km
• dispersi kecil, bahkan sama dengan 0
• bit rate tinggi
• dipakai untuk komunikasi jarak jauh dengan sumber cahaya berupa
laser baik monochrome atau tidak
Jendela 3 mempunyai karakteristik sebagai berikut :
• jenis serat optik yang digunakan single mode
• redaman sekitar 0,15 dB / km
• dispersi kecil
• bit rate tinggi sampai dengan 10 Gbit / s
• dipakai untuk komunikasi jarak jauh dengan sumber cahaya berupa
laser baik monochrome atau tidak
12
1.5. Komponen-komponen Optik
Elektrical
Driver Input
Optical
Optical Channel Output
Modulator
Source Coupler
13
4. Memiliki ukuran yang kecil, ringkas, dan mudah disambungkan
dengan serat optik sehingga tidak menimbulkan rugi-rugi sambungan
yang berlebihan.
Sumber cahaya yang banyak digunakan untuk komunikasi serat optik
adalah diode pemancar cahaya (Light Emitting Diode, LED) dan diode laser
injeksi (Injection Laser Diode, ILD).
h h
Konduksi
Eg (EB - VX)
VX
p n
14
1.5.3. Injection Laser Diode ( ILD )
Pada komunikasi serat optik, jenis laser yang digunakan adalah laser
semikonduktor. Laser semikonduktor adalah suatu jenis laser padat khusus.
Cahaya laser dihasilkan dengan cara meningkatkan kerapatan dari pembawa
(lubang dan elektron), sehingga setiap foton yang semula dilepaskan dengan emisi
spontan dapat memicu (trigger) beberapa foton lain dengan emisi yang
dirangsang, sebelum meninggalkan daerah sambungan. Efek laser dari dioda
semikonduktor dapat diperkuat dengan menempatkan suatu permukaan yang
berfungsi sebagai pemantul pada setiap ujung dari daerah sambungan seperti
diperlihatkan dalam gambar 1.10.
Daerah
w p sambungan
Sinar pancaran
yang sejajar
n
Permukaan yang
Permukaan yang memantulkan sebagian
memantulkan sebagian
atau keseluruhan i
15
2. Panjang gelombang
3. Lebar spektrum
Lebar spektrum merupakan faktor yang mempengaruhi efisiensi
transfer daya dari sumber optik ke serat optik dan dispersi pada serat
optik.
4. Daya keluaran sumber cahaya
Daya keluaran adalah besar daya yang dihasilkan atau dipancarkan
oleh sumber cahaya. Karakteristik daya keluaran terhadap arus untuk
sumber cahaya LED dan ILD dapat dilihat pada gambar 1.11.
Ps
ILD SRD
10 mW
LED
1 mW
If
Ith Ib
20 - 100 mA 50 - 200 mA
ILD LED
90 %
10 %
16
1.5.5. Detektor Cahaya
Prinsip kerja detektor cahaya adalah mendeteksi sinyal optik
yang datang dan mengubah sinyal tersebut menjadi sinyal elektrik. Diagram
detektor cahaya dapat dilihat pada gambar 1.13.
Preamplifier Amplifier
17
sambungan. Adanya lapisan intrinsik yang cukup tebal akan menyebabkan
sebagian besar foton yang melalui sambungan diserap ke dalam lapisan ini.
Lubang yang ditimbulkan di dalam lapisan intrinsik akan disapu jauh ke dalam
daerah –i, lewat sambungan oleh medan listrik. Sedangkan elektron disapu ke luar
daerah –i menuju ke dalam daerah –n. Hal ini akan membangkitkan arus foto
(photo-current) yang besar, yang dapat memperbaiki kepekaan dioda.
Daerah Daerah
penyerapan pengosongan
ip
p n
18
Daerah penyerapan dan
pengosongan
ip
P+ i P n+
Ambang avalance
E
Daerah
pembangkitan Daerah
avalance
19
Banyaknya elektron bebas yang dibangkitkan
η=
Banyaknya foton yang jatuh
Ip .h . c
= (6)
Po . q .
dimana : Ip = arus cahaya yang dibangkitkan (Ampere)
Po = daya optik yang diterima oleh detektor (Watt)
h = konstanta Planck = 6,626.10-34 Js
q = muatan elektron = 1,6.10-19 J
c = kecepatan cahaya = 3.108 m/s
λ = panjang gelombang (meter)
3. Ketanggapan (responsivity)
Ketanggapan adalah perbandingan arus keluaran detektor cahaya
dengan daya optik masukan (Sri Widodo, 1995 : 82)
i
ρ = (7)
P
dimana : ρ = ketanggapan (Ampere/Watt)
i = arus keluaran detektor cahaya (Ampere)
P = daya optik masukan (Watt)
4. Penguatan (Gain)
5. Tanggapan spektral (Spektral Response)
Tanggapan spektral adalah kurva ketanggapan detektor cahaya sebagai
fungsi panjang gelombang. Tidak semua panjang gelombang dapat
dideteksi. Batas panjang gelombang antara panjang gelombang yang
dapat dideteksi dengan panjang gelombang yang tidak dapat dideteksi
disebut panjang gelombang cut off (λc) yang dirumuskan (Palais,
1988)
1,24
λc = (8)
Wg (eV)
λ yang lebih besar dari λc tidak akan terdeteksi karena energi fotonnya
tidak mencukupi, sedangkan λ yang lebih kecil dari λc dapat terdeteksi
karena mempunyai energi yang cukup.
20
6. Waktu jangkit (rise-time)
Waktu jangkit adalah karakteristik lamanya detektor cahaya
membentuk amplitudo pulsa dalam tegangan listrik dari 10% - 90%.
c. Dispersi
Dispersi adalah suatu berkas cahaya yang melintas di dalam serat optik
yang memiliki mode, panjang gelombang, dan kecepatan yang berbeda.
Dispersi menyebabkan pelebaran pulsa cahaya yang ditransmisikan pada
serat optik.
d. Pemantulan Fresnel
Berkas cahaya yang datang tegang lurus pada suatu bidang permukaan
batas antara udara dengan inti serat optik, dalam hal ini akan terjadi
pantulan pada bagian sumber cahaya dengan inti serat optik.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar dibawah ini :
21
Dimana besarnya adalah :
2
n0 − n1
ρ =
n0 − n1
Sehingga pada serat optik akan terjadi dua kali pemantulan Fresnel
Sedangkan untuk Loss (redaman) yang akibat pemantulan ini dapat
dihitung dengan rumus :
22
1.7. Bahan Pengaman Serat Optik
Dalam penggunaannya, kabel serat optik harus mampu menyalurkan
informasi tanpa cacat sampai di penerima. Untuk maksud tersebut, kabel optik
diberi pelindung atau pengaman terhadap kemungkinan pengaruh lingkungan.
Bentuk pelindunng ada 2 macam :
a. Pelindung atau Pembungkus Longgar
b. Pelindung atau Pembungkus kencang.
Masing-masing jenis tersebut mempunyai keuntungan dan kerugian sebagai
berikut :
PEMBUNGKUS PEMBUNGKUS
LONGGAR KENCANG
Metode Memasukkan serat optik Membungkus dengan rapat
Pemasangan kedalam pipa dengan serat optik dengan lapisan
diameter lebih besar. pembungkus hingga kompak
Redaman - Bergantung pada besarnya Bergantung pada hasil
koefisien antara serat pembuatan serat optik, jika
optik dengan pembungkus baik (tidak ada pelengkungan)
- Pada temperatur rendah maka pembungkus baik,
koefisien muai turun, sehingga redaman kecil
pengaruh lengkung serat karena temperatur akan kecil.
optik besar, redaman besar Sebaliknya bila pembuatan
- Pada temperatur tinggi, serat optik buruk (ada
koefisien muai tinggi, pelengkungan) maka
pengaruh lengkung serat pembungkus tidak kencang
optik kecil, redaman dan rendah karena temperatur
rendah akan besar.
Tekanan Tidak langsung ke serat Langsung ke serat optik,
Luar optik, karena antara sehingga tergantung pada
pembungkus dengan serat ketebalan dan kesempurnaan
optik ada jarak. pembungkus
Bahan HDPE Polythylene dengan HDPE
kerapatan tinggi Polypropylene (PP)
Polypropylene (PP), Nylon Nylon 12
12
23
1.8. Proses Pembuatan Serat Optik
Serat optik yang digunakan untuk keperluan telekomunikasi terdiri dari
kumpulan serat optik dimana masing-masing serat optik tersebut telah
dilengkapi dengan pelindung atau jaket yang dapat menahan dan menjaga
serat optik tersebut dari getaran atau goresan, benturan langsung dan
temperatur tinggi. Selain itu kabel serat optik juga dapat diberi penguat
tambahan seperti kawat baja, plastik monofilamen, glass tiloert dan karbon.
Dalam pembuatan serat optik bahan atau material yang digunakan
adalah :
1. Silica murni
2. Multi component glass
Bahan-bahan tersebut dipilih karena mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut :
1. Transparan
2. Mempunyai sifat kimiawi yang stabil
3. Mudah digunakan dalam teknologi pembuatan serat optik
O2
F
X 2
X MFC
X
O2 Pemanas
SiCl4
X MFC X
Keterangan :
CeCl4 1. Exhause
2. Pipa Silica
X MFC
X
F = Flow meter
MFC = Mass Flow
POCl3 Controller
BCl3
MFC
X
24
Metode ICVD (Internal Chemical Vapour Deposition) merupakan proses
dengan cara mengendapkan lapisan glass silikon pada dinding dalam
sebuah tabung silika yang diputar dan dipanasi. Lapisan silika ini
mempunyai ketebalan dan circularity yang merata dan nantinya akan
menjadi cladding. Sedangkan bahan glass silicon yang diendapkan akan
menjadi core. Numerical Aperture dan indek bias yanng dikehendaki
didapat dengan mengatur konsentrasi larutan Dopant yang diberikan.
Cladding dengan rugi-rugi rendah didapatkan dengan cara uap SiCl 4
dicampur dengan Oksigen dihembuskan kedalam tabung silika tersebut.
Untuk memperoleh Cladding dengan index bias rendah uap BCl3
dimasukkan kedalam tabung silika tersebut. Dengan pemanasan 1500°C
dihasilkan silikon dioksida dalam bentuk jelaga yang diendapkan pada
dinding dalam tabung silikon dan diputar. Untuk mendapatkan panas yang
merata, pemanas digerakkan bolak balik sepanjang tabung silika tersebut.
Bila ketebalan yang diinginkan sudah tercapai, kemudian ditambahkan uap
PCl3 atau CeCl4 sehingga membentuk Core. Aliran Oksigen dijaga
konstan dengan menggunakan Mass Controller. Kemudian temperatur
pemanas dinaikkan guna memadatkan jelaga, sehingga membentuk
batangan pejal. Dari bentuk batangan kemudian dimasukkan kedalam
mesin pencetak untuk dijadikan serat optik. Diameter serat optik ini dapat
diatur dengan mengatur kecepatan masuknya batang silica tersebut
kedalam dapur pemanas.
25
2. Metode VAD (Vapour Phase Axial Deposition )
2
1
5
2 3
6 3 4
26
3. Metode Multi Glass Component
Peleburan dalam
Peleburan luar
Bahan Core
Bahan Cladding
Daerah Ionisasi
27