PENDAHULUAN
Mentimun merupakan tumbuhan yang biasa dimakan oleh masyarakat secara mentah
(lalap). Mentimun alias timun ataupun ketimun dapat pula dimakan sebagai teman nasi. Buah
mentimun ternyata banyak kandungan gizi yang mengandung vitamin A, vitamin B, dan
vitamin C.
Budidaya tanaman mentimun di Indonesia ini masih sangat rendah, sehingga diperlukan
teknik dalam membudidayakan tanaman yang termasuk keluarga Cucurbitaceae guna
meningkatkan produksi mentimun di Indonesia.
Tanaman mentimun berasal dari bagian utara India dan Myanmar. Mentimun juga di
dapatkan di Cina bagian tengah dan Barat. Mentimun atau ketimun dapat tumbuh dengan
layak baik itu di dataran rendah maupun dataran tinggi. Oleh karena itu, masih banyak warga
Indonesia yang sampai saat ini masih banyak yang menanam ketimun salah satunya di Bogor
tepatnya di Ciomas.
Mentimun atau ketimun dikenal dengan ragam manfaatnya, selain digunakan sebagai
teman makan untuk nasi, lalapan dan acar. Karena mentimun banyak mengandung vitamin A,
B, dan C. Selain dari vitamin juga mengandung zat-zat saponin, protein, lemak,kalsium,
fospor, besi, dan belerang. Karenannya, bisa juga digunakan untuk menurunkan panas badan,
sebagai obat sariawan, merawat kulit dan wajah, melancarkan buang air seni, menurunkan
tekanan darah tinggi, obat jerawat, dan juga meningkatkan stamina.
1.2 Rumusan
Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan tanaman semusim yang bersifat menjalar
atau merambat dengan perantaraan alat pemegang yang berbentuk spiral. Tanaman mentimun
berasal dari bagian utara India, yakni lereng Gunung Himalaya, yang kemudian berkembang
ke wilayah Mediteran. Di kawasan Asia khususnya Indonesia, mentimun baru dikenal sekitar
dua abad sebelum masehi. Di Jawa dan Sumatera, mentimun banyak ditanam di dataran
rendah (Samadi, 2002).
Metimun merupakan tanaman semusim yang bersifat menjalar. Tanaman tersebut
menjalar atau memanjat dengan menggunakan alat panjat yang berbentuk sulur berbentuk
spiral yang keluar di sisi tangkai daun. Sulur ketimun adalah batang yang termodifikasi dan
ujungnya peka sentuhan. Bila menyentuh galah misalnya, sulur akan mulai melingkarinya.
Dalam 14 jam sulur itu telah melekat kuat pada galah itu. Kira-kira sehari setelah sentuhan
pertama sulur mulai bergelung, atau menggulung dari bagian ujung maupun pangkal sulur.
Gelunggelung terbentuk mengelilingi suatu titik di tengah sulur yang disebut titik gelung
balik. Dalam 24 jam sulur telah tergulung ketat (Sunarjono, 2012).
2.2 Klasifikasi Mentimun
Klasifikasi tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama
tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Cucurbitales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Cucumis
Spesies : Cucumis sativus L.
2.3 Budidaya Mentimun
a. Syarat Tumbuh
Mentimun dapat ditanam mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi ± 1.000 meter
diatas permukaan laut (dpl). Namun untuk pertumbuhan optimum tanaman mentimun
membutuhkan iklim kering, sinar matahari cukup (tempat terbuka), dengan temperatur
berkisar antara 21,1o-26,7oC. Mentimun tumbuh sangat baik di lingkungan dengan kisaran
suhu udara 18-30oC dan kelembaban udara relatif 50-85% (Wijoyo, 2012).
Tanaman mentimun kurang tahan terhadap hujan yang terus menerus, karena akan
mengakibatkan bunga-bunga yang terbentuk berguguran dan akan gagal membentuk buah,
sehingga perlu perawatan yang intensif, pada temperatur siang dan malam harinya sangat
berbeda sangat menyolok, akan memudahkan serangan penyakit tepung (Powdery Mildew)
maupun busuk daun (Downy Mildew) (Wijoyo, 2012).
Sebagaimana diketahui apabila jenis tanaman ini mempunyai daya adaptasi yang cukup
luas terhadap lingkungan tumbuhnya serta tidak memerlukan perawatan yang khusus. Di
Indonesia misalnya yang iklimnya tropis yang mana tanaman ini dapat ditanam mulai dari
dataran rendah sampai dataran tinggi ± 1.000 meter di atas permukaan laut (dpl).Selain itu
selama pertumbuhannya, tanaman mentimun membutuhkan iklim kering, sinar matahari
cukup dengan temperatur berkisar antara 21,10-26,70C. Sedangkan beberapa mentimun
hibrida introduksi, umumnya di tanam di dataran tinggi antara 1.000- 1.200 m dpl.
Sebaliknya, tanaman mentimun kurang tahan terhadap curah hujan yang tinggi.Ini
disebabkan karena dalam cuaca yang ekstrim seperti itu dapat mengakibatkan bunga yang
terbentuk berguguran sehingga gagal membentuk buah. Begitu pula halnya dengan daerah
yang temperatur siang dan malam harinya berbeda sangat tajam, dapat memicuh munculnya
serangan penyakit tepung (Amin, 2015).
b. Teknik Budidaya
Benih