Randa Febrial
Nim : 190104085
Mk : Fiqh Munakahat
A. Pengertian
Perkawinan dari bahasa kawin adalah Berkumpul. Secara bahasa kata nikah
berarti “bergabung”, “hubungan kelamin”, dan juga berarti “akad”. Kata nikah berasal
dari bahasa arab nikaahun yang merupakan masdar atau kata asal dari kata nakaha.
Sinonimnya tazawaja kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagaimana
yang disebut perkawinan. Sedangkan secara bahasa kata nikah berarti adh-dhammu
wattadkhul (bertindih dan memasukkan) ole karena itu menurut kebiasaan arab,
pergesekan rumpun pohon seperti pohon bamboo akibat tiupan angin diistilahkan dengan
tanakahatil asyjar (rumpun pohon itu sedang kawin), karena tiupan angin itu terjadi
pergesekan dan masuknya rumpun yang satu kerumpun yg lain.
Ulama golongan syafiiyah memberikan definisi nikah melihat kepada hakikat dari
akad itu bila dihubungkan dengan kehidupan suami istri yang berlaku sesudahnya, yaitu
boleh bergaul sedang sebelum akad berlangsung diantara keduanya tidak boleh bergaul.
Sedbagaimana di kalangan ulama syafii merumuskan pengertian nikah adalah
Artinya :
1
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia (Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang
Perkawinan), Hal 37
Kata peminangan berasal dari kata pinang, meminang (kata kerja). Meminang
sinonimnya adalah melamar yang dalam bahasa Arab disebut Khitbah. Menurut etimologi,
meminang atau melamar artinya (antara lain) “meminta wanita untuk dijadikan istri (bagi diri
sendiri atau orang lain)”
Kata “khitbah” , dalam terminologi Arab memiliki akar kata yang sama dengan al-
khithab dan alkhathab. Kata al-khathab berarti “pembicaraan”. Apabila dikatakan takhathaba
maksudnya “dua orang yang sedang berbincang-bincang”. Jika dikatakan khathabahu fi amr
artinya “ia memperbincangkan sesuatu persoalan pada seseorang”. Jika khitbah (pembicaraan)
ini berhubungan dengan ihwal perempuan, maka makna yang pertama kali ditangkap adalah
pembicaraan yang berhubungan dengan persoalan pernikahannya.2
B. Syarat-syarat Khitbah
Meminang dimaksudkan untuk mendapatkan atau memperoleh calon istri yang ideal atau
memenuhi syarat menurut syari’at Islam. Menurut H.Mohammad Anwar untuk memiliki calon
istri harus memenuhi 4 syarat, ialah:
a. Kosong dari perkawinan atau iddah laki-laki lain.
b. Ditentukan wanitanya.
c. Tidak ada hubungan mahram antara calon suami dengan calon istrinya, baik mahram
senasab (keturunan) maupun mahram sesusuan dan tidak ada hubungan kemertuaan atau
bekasnya sebagaimana yang akan diterangkan nanti.
d. Wanitanya beragama Islam atau kafir kitabi yang asli, bukan kafir watsani (penyembah
berhala atau atheis atau tidak beragama sama sekali. Kecuali kalau wanita kafir itu
diislamkan dahulu baru boleh dikawin)3.
Selanjutnya jika pihak wanita menerima lamaran pihak lelaki maka pasangan tersebut
dinyatakan telah bertunangan. Dalam melaksanakan khitbah atau lamaran ada dua syarat
yang harus dipenuhi yakni :
2
Cahyadi Takariawan Izinkan Aku Meminangmu,(Solo: Era Intermedia 2004)
3
Sudarsono, Pokok-pokok Hukum Islam, (Jakarta: Rineka Cipta), Hal.216
- SYARAT MUSTAHSINAH
adalah syarat yang menganjurkan pihak laki-laki untuk meneliti dahulu wanita yang
akan dipinang atau dikhitbahnya. Syarat ini termasuk syarat yang tidak wajib
dilakukan sebelum meminang seseorang. Khitbah seseorang tetap sah meskipun tanpa
memenuhi syarat mustahsinah. Bagi seorang lelaki ia perlu melihat dulu sifat dan
seperti apa penampilan wanita yang akan dipinang apakah memenuhi kriteria calon
istri yang baik dan sesuai dengan anjuran Rasulullah dalam hadits berikut ini:
Berdasarkan hadits tersebut maka hendaknya pria memperhatikan agama sang wanita,
keturunan, kedudukan wanita (apakah sesuai dengan dirinya), sifat kasih sayang dan
lemah lembut, serta jasmani dan rohani yang sehat.
- SYARAT LAZIMAH
Yang dimaksud syarat lazimah adalah syarat yang wajib dipenuhi sebelum
peminangan dilakukan dan jika tidak dilakukan maka pinangannya atau tunangannya
tidak sah. Syarat lazimah meliputi: Wanita yang dipinang tidak sedang dalam
pinangan laki-laki lain sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits berikut ini
Wanita yang sedang berada dalam iddah talak raj’i. Wanita yang sedang dalam talak
raj’i masih bisa rujuk dengan suaminya dan dianjurkan untuk tidak dipinang sebelum
masa iddahnya habis dan tidak memutuskan untuk berislah atau berbaikan dengan
mantan suaminya.4
4
Aplikasi Umma.
g. Penutupan acara khitbah5
5
https://www.popbela.com/relationship/married/windari-subangkit/arti-khitbah-dan-tata-caranya-menurut-islam/10