Anda di halaman 1dari 21

BAB IV

PEMADATAN DAN STABILISASI TANAH

Tujuan Mata Kuliah:

Setelah mengikuti perkuliahan pada bab ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan
tentang konsep pemadatan dan stabilisasi tanah, serta dapat menjelaskan cara
pengujian kepadatan tanah di lapangan.

4.1.1 Konsep Umum Stabilisasi Tanah

A pabila suatu tanah yang terdapat di lapangan bersifat sangat lepas atau sangat
mudah tertekan, atau mempunyai indeks konsistensi yang tidak sesuai,
permeabilitas yang terlalu tinggi, atau sifat lain yang tidak diinginkan sehingga tidak
sesuai untuk suatu proyek pembangunan, maka tanah tersebut harus distabilisasikan.
Tujuan stabilisasi dapat berupa:
Meningkatkan kerapatan tanah;
Menambah material yang tidak aktif sehingga meningkatkan kohesi dan tahanan
gesek yamg timbul;
Menambah bahan untuk menyebabkan perubahan-perubahan kimia atau fissis
pada tanah;
Menurunkan muka air tanah (drainase tanah);
Mengganti tanah yang buruk.

4.1.2 Stabilisasi Tanah

Stabilisasi dapat terdiri dari salah satu atau kombinasi dari pekerjaan-pekerjaan
berikut:
Mekanis; pemadatan dengan berbagai jenis peralatan mekanis seperti mesin gilas
(roller), benda berat yang dijatuhkan, ledakan, tekanan statis, tekstur, pembekuan,
pemansan dsb;
Bahan pencampur additiver; kerikil untuk tanah kohesif’ lempung untuk tanah
berbutir; dan pencampur kimiawi seperti semen, gamping, abu batubara dengan

46
47

gamping atau dengan semen, semen aspal, sodium, dan kalsium klorida, limbah
pabrik kertas, (sodium silikat, polifosfat dsb).
Prosedur stabilisasi yang biasa terdapat pada tanah berbutir halus adalah dengan
menggali sampai suatu kedalaman tertentu dan mencampur tanah dengan:
Semen;
Semen dan abu batu bara;
Gamping;
Gamping dan abu batubara.
Tanah yang distabilisasi tersebut dicampur dan dipadatkan dengan mesin gilas,
dan menghasilkan beton yang bergradasi rendah. Apabila digunakan semen biasanya
disebut stabilisasi tanah semen (soil cement).
Campuran semen aspal digunakan sama seperti semen untuk stabilisasi tanah.
Sedangakan stabilisasi dengan klorida biasanya didasarkan pada sifat hidroskopis (tarikan
terhadap air) material ini untuk menghasilkan tanah yang lembab untuk meningkatkan
kohesi dan mengurangi masalah gangguan debu yang terdapat pada jalan akibat lalu
lintas yang lewat.
Penambahan gamping, abu batu bara, dan kadang-kadang semen diterapkan pada
deposit lempung terutama pada lempung yang mengalami perubahan volume yang besar
yang mengakibatkan perubahan ion-ion Ca2+ untuk mengurangi kegiatan-kegiatan
mineral lempung. Tanah yang diperlakukan dengan cara ini dapat mengalami penurunan
IP (Indeks Plastis), penyusutan dan pemuaian yang cukup berarti yang tergantung pada
jumlah gamping yang digunakan. Pengurangan indeks plastis terutama akibat
bertambahnya batas plastis atau mungkin pula berkurangnya batas cair yang cukup
berarti.
Pengisian adukan encer (grouting) adalah suatu injeksi campuran kental (slurry)
berupa; lempung dan tanah lainnya seperti pasir halus, semen dan lempung, sodium
silikat, dan bahan-bahan kimia yang sama sifatnya ke dalam tanah untuk mengurangi
porositas (n) dan meningkatkan kekuatan tanah.
Lempung bentonit merupakan bahan adukan encer yang biasa dipakai untuk
menimbulkan suatu rintangan air untuk menghentikan rembesan air yang masuk ke dalam
lantai dasar suatu bangunan. Bentonit disuntikan ke dalam lobang-lobang yang berjarak
dekat satu sama lain di sekitar zona yang mengalami kebocoran. Selama periode kering,
lempung akan mengering, ketika air berpindah ke arah dinding lantai dasar selama cuaca
48

basah dan bersentuhan dengan lempung tadi, kegiatan lempung akan menyerap air dan
akan mengembang sehingga dapat menutup rongga tanah dan dapat menghentikan aliran
air yang datang. Keberhasilan akan tergantung pada cukup tidaknya lempung yang
digunakan sehingga suatu rintangan lempung pada saat memuai akan terbentuk secara
penuh.
Penyuntikan adukan encer biasanya dipakai pada tumpuan bendungan dan di
bawah bendungan untuk mengisi retakan-retakn pada batuan dan mengurangi porositas
tanah untuk mengontrol rembesan. Ia dipakai juga untuk memperkuat tanah di bawah
pondasi. Di bawah pondasi yang mengalami vibrasi mesin, adukan encer dapat membuat
tanah menjadi kaku sehingga amplitudo vibrasi masih berada di bawah toleransi peralatan
tersebut.

4.1.3 Macam-Macam Stabilisasi Lapisan Tanah dasar

Lapisan Tanah Dasar yang Lunak

Umumnya lapisan tanah lunak adalah lempung atau lanau yang mempunyai harga
percobaan SPT (Standard Penetration Test) N = 4 atau tanah organis seperti gambut
(peat) yang mempunayi kadar air alami yang sangat tinggi. Demikan pula tanah pasir
yang mempunyai N = 10.
Metoda stabilisasi lapisan tanah dasar yang lunak:
Perbaikan karakteristik geseran;
Perbaikan kemampatan;
Pengurangan permeabilitas;
Perbaikan karakteristik.

Lapisan Tanah Dasar yang Lunak Dan Kohesif

Mengingat lapisan tanah dasar yang lunak dan kohesif itu rumit beserta
karakteristik mekanisnya yang sulit, kadang-kadang penggalian untuk fondasi bangunan
itu sulit dilaksanakan. Meskipun sedah diadakan tindakan pengamanan. Jadi dalam
menghadapi pelaksanaan di atas tanah yang lunak dan kohesif diperlukan suatu persiapan
yang lengkap.
Metode-metode yang digunakan:
Metode perbaikan permukaan;
Metode perpindahan (displacement method);
49

Metode timbunan imbangan berat


Metode pembebanan perlahan;
Metode pembebanan;
Metode drainase vertikal:
Metode drainase pasir;
Metode drainase sumbu kertas karbon;
Metode drainase kertas plastik.
Metode tiang pasir padat;
Metode tiang kapur;
Metode pencampuran lapisan dalam.

Lapisan Tanah Dasar yang Berpasir

Bila suatu gaya gempa bekerja pada tanah berpasir, maka sering tanah pasir
tersebut mengalami peristiwa liquifaction (pencairan) yang dapat menimbulkan
kerusakan yang berat. Karakteristik liquifaction tanah yang terdiri dari tanah berpasir
lepas dipengaruhi oleh faktor sbb:
Intensitas gempa dan lamanya gempa;
Kerapatan pasir;
Distribusi gradasi pasir;
Beban pada pasir atau tekanan bebas.
Metode-metode stabilisasi yang digunakan:
Metode tiang pasir padat;
Metode vibroflotasi (vibro floation method.
Air disemprotkan ke dalam lapisan tanah dengan bantuan suatu vibrator silinder.
Air yang disemprotkan dan bergetar tersebut akan dapat memadatkan tanah berpasir.
Bersamaan dengan penyemprotan air juga dimasukkan kerikil yang akan mengisi rongga-
rongga yang akan terjadi karena penyemprotan air.

Lapisan Dangkal

Bilamana mudah diperoleh bahan dengan kualitas yang baik, maka dapat
dilaksanakan stabilisasi tanah dengan hanya merubah kadar air tanah asli atau dengan
penggilasan dan tidak perlu mengadakan pekerjaan perbaikan khusus, seperti
penambahan bahan stabilisasi, tetapi kadang-kadang terpaksa juga digunakan.
50

Metoda utama yang digunakan untuk mengadakan peningkatan stabilitas tanah


dangkal:
Metode fisik seperti pemadatan;
Metode kimia (pencampuran atau grouting dengan bahan semen, kapur dsb).
Metoda pembekuan.

4.1.4 Pemadatan Tanah


Tujuan pemadatan tanah adalah untuk meningkatkan sifat-sifat teknis suatu jenis
tanah. Berat isi kering harus dispesifikasikan untuk mencapai tujuan ini. Pemadatan pada
tanah akan menyebabkan berat volume dan kekuatan tanah meningkat sedangkan
koefisien permeabilitasnya menjadi berkurang.
Meskipun pada pemadatan dipakai energi yang sama, nilai kepadatan tanah yang
diperoleh sesudah pemadatan akan berbeda-beda, tergantung dari kadar air (water
content) tenah tersebut. Hubungan antara berat isi dan kering (dry density) dari tanah
yang dipadatkan dengan kadar air adalah berubah-ubah secara parabolis. Harga
maksimum dari berat isi kering disebut berat isi kering maksimum (maximum dry
density) dan kadar air yang diperoleh pada kepadatan ini disebut kadar air optimum
(optimum water content).

4.1.5 Teori Pemadatan


Pemeriksaan spesifikasi untuk pemadatan tanah kohesif telah dikembangkan oleh
R.R. Proctor ketika sedang membangun bendungan-bendungan untuk Los Angeles Water
Districk pada akhir tahun 1920-an. Metoda asli yang dilaporkan melalui seri-seri artikel
di dalam Engineering New Record oleh Proctor tahun 1933. Prosedur dinamis
laboratorium standar biasanya disebut Standar Proctor Test.
Proctor mendefinisikan empat variabel pemadatan tanah, yaitu:
1. Usaha Pemadatan (energi pemadatan);
2. Jenis tanah (gradasi, kohesif atau tidak, ukuran butir dsb);
3. Kadar air;
4. Angka pori atau berat isi kering.
Sedangkan maksud dari pemadatan antara lain adalah;
1. Mempertinggi kuat geser tanah;
2. Mengurangi sifat mudah mampat (kompressibilitas);
51

3. Mengurangi permeabilitas;
4. Mengurangi perubahan volume sebagi akibat perubahan kadar air.
Maksud tersebut dapat tercapai dengan pemilihan tanah timbunan, cara
pemadatan, pemilihan alat (mesin pemadat) dan jumlah lintasan yang sesuai.
Ada dua macam percobaan laboratorium:
 Percobaan Pemadatan Standar (Standar Compaction Test)
 Percobaan Pemadatan Modifikasi (Modified Compaction Test)

4.5.1 Percobaan Pemadatan Standar (Standard Proctor Test)

Percobaan pemadatan standar dikenal pula sebagai percobaan pemadatan ringan.


Pada uji pemadatan standar , tanah dipadatkan dalam sebuah silinder bervolume 1/30 ft3
(943.3 cm3). Diameter cetakan tersebut 4 in (101.6 mm). Tanah sekitar 2500 gram
dicampur air dengan kadar air berbeda-beda kemudian dipadatkan dengan alat penumbuk
dengan berat 5.5 lb (2.5 kg), tinggi jatuh 12 in (30.48 cm). Pemadatan tanah tersebut
dilakukan dalam 3 lapisan dengan jumlah tumbukan per lapis 25 kali. Percobaan dapat
diulang dalam 5 kali percobaan dengan kadar air yang berbeda-beda.

Tabel 4.1 Ringkasan Spesifikasi Percobaan Pemadatan Standar

ASTM D-698 AASHTO T-99


Deskripsi Metode Satuan
Metode A Metode B Metode C
D
1/30 1/13.33 1/30 1/13.33 ft3
Isi
943.90 2124,30 943.90 2124,30 cm3
4.58 4.58 4.58 4.58 in
Tabung Tinggi
116.33 116.33 116.33 116.33 mm
4 6 4 6 in
Diameter
101.60 152.40 101.60 152.40 mm
5.5 5.5 5.5 5.5 lb
Berat Palu
2.5 2.5 2.5 2.5 kg
12 12 12 12 in
Tinggi Jatuh Palu
304.80 304.80 304.80 304.80 mm
Jumlah Lapisan 3 3 3 3
Jumlah Tumbukan tiap lapis 25 56 25 56
Sample tanah lolos ayakan No.4 No.4 ¾ in ¾ in
52

Untuk mendapatkan hasil pemadatan yang merata pada uji laboratorium, maka
perlu dilakukan pola tumbukan untuk tiap-tiap lapis sebagai berikut yang baik sbb:

Gambar 4.1 Pola Tumbukan pada Uji Kepadatan Laboratorium

Untuk setiap percobaan, berat volume tanah basah (γb) dari tanah yang
dipadatkan tersebut dapat dihitung:

W
b 
V

Ket: W = berat tanah yang dipadatkan dalam cetakan


V = Volume cetakan
53

Pada setiap percobaan, besarnya kadar air (w) dapat ditentukan, selanjutnya dapat
dihitung nilai kepadatn kering (γd) sebagai berikut:

b
d 
1 w

Selanjutnya digambarkan sebuah grafik hubungan antara kadar air (w) dan berat
volume kering (γd) serta kurva rongga udara nol (Sr = 100%) seperti pada grafik di
bawah ini. Kurva rongga udara nol tidak pernah berpotongan dengan kurva hasil
pemadatan, kurva ini menunjukkan posisi tingkat kepadatan tanah maksimal teoritis yang
dapat dicapai jika tanah tersebut sangat padat dan tanpa rongga udara. Hal ini sulit
diterapkan dalam praktik, karena rongga udara tidak mungkin dikeluarkan 100% ketika
pemadatan dilakukan di laboratorium atau di lapangan. Namun kurva zav (zero air void)
tersebut sangat berperan terhadap aspek pemadatan yang kita lakukan. Puncak kurva
menunjukkan posisi kepadatan maksimum (dmax) dan kadar air optimum (OMC), yang
sering digunakan sebagai acuan dalam pekerjaan pemadatan di lapangan.

1.90
Kepadatan Kering (gr/cm3)

1.80 Kurva rongga udara nol


(zero air void)

1.70

1.60
γd max
1.50

1.40

1.30

1.20
12 14 16 18 20 22 24 26 28

Kadar Air (%)

Gambar 4.2 Grafik hubungan antara kadar air (w) dan


berat volume kering (γd)
54

Kurva rongga udara nol zero air void (zav) dapat ditentukan dengan rumus:

Gs.w
 zav 
1  w.Gs

Ket: γzav = berat volume tanpa rongga udara


e = w.Gs untuk keadaan jenuh (Sr =100%)

4.5.2 Percobaan Pemadatan Modifikasi (modified proctor test)

Dengan berkembangnya alat-alat penggilas berat yang digunakan pada


pemadatan di lapangan, uji proctor standar harus dimodifikasi untuk dapat lebih mewakili
kondisi lapangan. Pelaksanaan proctor modifikasi dipakai cetakan yang sama dengan
volume 1/30 ft3 (944 cm3), tetapi tanah dipadatkan dalam 5 lapisan dengan menggunakan
penumbuk 10 lb (4.54 kg), tinggi jatuh penumbuk 18 in (47.52 cm). Jumlah tumbukan
per lapis adalah tetap 25 kali.
Karena energi pemadatan lebih besar, uji Proctor modifikasi juga menghasilkan
suatu harga berat volume kering maksimum (γd max) yang lebih besar. Namun peningkatan
kepadatan kering max tersebut disertai dengan penurunan kadar air optimum.
Untuk menghitung energi pemadatan (compaction energy) dapat digunakan
rumus beriukut ini:

NxnxWrxH
CE 
Vm

Ket: N = jumlah pukulan/lapis


n = jumlah lapisan
Wr = berat palu
H = tinggi jatuh palu
Vm = isi tabung
55

Tabel 4.2 Ringkasan Spesifikasi Percobaan Pemadatan Modifikasi

ASTM D-698 AASHTO T-99


Deskripsi Metode Metode Metode Satuan
Metode A
B C D
1/30 1/13.33 1/30 1/13.33 ft3
Isi
943.90 2124,30 943.90 2124,30 cm3

4.58 4.58 4.58 4.58 in


Tabung Tinggi
116.33 116.33 116.33 116.33 mm

4 6 4 6 in
Diameter
101.60 152.40 101.60 152.40 mm

10 10 10 10 lb
Berat Palu
4.54 4.54 4.54 4.54 kg

18 18 18 18 in
Tinggi Jatuh Palu
457.20 457.20 457.20 457.20 mm

Jumlah Lapisan 5 5 5 5
Jumlah Tumbukan tiap
25 56 25 56
lapis
Sample tanah lolos
No.4 No.4 ¾ in ¾ in
ayakan

Dari grafik 4.3 di atas terlihat bahwa dengan semakin tingginya energi
pemadatan, maka puncak kurva akan bergeser ke sebelah kiri. Hal ini berarti bahwa
untuk mencapai kepadatan maksimum yang lebih tinggi diperlukan energi pemadatan
yang lebih tinggi, serta pengurangan persentase kadar air dari kadar air optimum semula.
56

Hubungan antara hasil pengujian pemadatan standar dan pemadatan modifikasi


ditampilkan pada grafik berikut ini:

Gambar 4.3 Grafik Pemadatan standar vs Pemadatan Modifikasi

4.1.6 Pemadatan Tanah Non Kohesif

Tanah tidak kohesif tidak dapat dipadatkan langsung dengan menggunakan


metode tumbukan maupun metode remasan. Tanah ini dapat dipadatkan dengan
menggunakan tekanan statis terkekang (confined static compression), tetapi sangat tidak
efisien. Metode yang biasa digunakan untuk memadatkan tanah tidak kohesif adalah
dengan melakukan kombinasi antara kekangan dan getaran. Di lapangan hal ini dapat
dilakukan dengan menggunakan mesin gilas beroda halus dengan alat penggetar di
dalamnya.
Metode lain yang digunakan adalah dengan membanjiri (menjenuhkan) tanah dan
menggilasnya, sebaiknya dengan mesin penggilas berpenggetar. Metode ini paling sesuai
untuk tanah sangat berpasir di mana air yang berlebihan bukanlah merupakan masalah.
Penjenuhan akan menjamin hilangnya tarikan permukaan dari tanah yang baru saja
57

dilembabkan tersebut, dan pemakaian yang cepat dari pemakaian mesin gilas akan
menimbulkan tekanan pori yang berlebihan. Tekanan pori tanah ini akan mencairkan
tanah untuk sementara waktu, sehingga butiran-butirannya dengan mudah dapat diubah
menjadi lebih padat selama terjadinya aliran air pada pori-pori tanah.
Di laboratorium, tanah tidak kohesi dipadatkan dengan mengekang lapisan-
lapisan tanah kering di dalam cetakan pemadat dan meratakan sisinya dengan alat perata
dari karet. Cara lain adalah dengan mengisi cetakan, memberikan beban dan meletakkan
sistem tersebut di atas meja penggetar untuk periode waktu tertentu. Dalam semua kasus
kita harus melakukan beberapa kali percobaan untuk menentukan nilai berat isi kering
maksimum yang dipakai.

4.1.7 Metode Pengujian dan Pemadatan Tanah di Lapangan

4.7.1 Metode Kerucut Pasir (sand cone method)

Pengujian kepadatan lapangan dengan menggunakan peralatan sand cone


merupakan pengujian destruktif. Kepadatan lapangan ditentukan dengan melakukan
penggalian pada tanah yang telah dipadatkan sesuai dengan persyaratan yang diinginkan.
Tanah basah yang diambil dari tanah galian ditentukan beratnya (W). Agar kadar air
tanahnya tidak menguap maka pada saat penggalian tanah basah langsung dimasukkan
dalam kantong plastik atau tabung tertutup. Selanjutnya tanah di oven pada suhu 105 oC
selama 24 jam untuk mengetahui kadar airnya (w). Jika berat volume kering pasir ottawa
diketahui, maka dengan peralatan sand cone, kepadatan maksimum tanah lapangan
(γdmax) dapat ditentukan.
Formula yang dipergunakan pada pengujian sand cone:

W b
b  d 
V 1 w

Ket: γb = berat volume tanah basah


W = berat tanah basah
V = volume galian (ditentukan dari banyaknya pasir ottawa dalam lubang)
w = kadar air tanah
58

γd = berat volume kering lapangan

Gambar 4.4 Peralatan Sand Cone

Untuk memperoleh hasil pengujian yang akurat, berikut ini ditampilkan syarat
volume galian, berat galian dan diameter butir maksimum yang diperlukan pada suatu
pengujian kepadatan di lapangan dengan menggunakan peralatan sand cone:
59

Tabel 4.3 Syarat isi galian tanah sekitar lubang


Ukuran butir Isi minimum untuk Berat Contoh Untuk
maksimum (mm) percobaan (cm3) Percobaan (gram)
0.42 1700 100
12.70 1900 250
25.40 2100 500
50.80 2800 1000
Selanjutnya ditampilkan contoh pengujian kepadatan lapangan dengan
menggunakan peralatan sand cone:

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Kepadatan Lapangan dengan


Alat Sand Cone

Biasanya pengukuran kadar air (w) dilakukan dengan mengambil sampel tanah
dan dioven selama  24 jam pada suhu 105o C -110o C, atau dengan menggunakan alat
pengukur kadar air secara cepat dengan menggunakan speedy tester.

4.7.2 Metode Pengujian Kepadatan Non Nuklir


60

Saat ini untuk penentuan kadar air dapat ditentukan langsung di lapangan dengan
menggunakan alat TDR yang merupakan alat non nuklir yang dapat mengukur secara
langsung berat volume dan kadar air di lapangan sama seperti pada pengujian kepadatan
dengan alat uji kepadatan nuklir, keuntungan dari alat ini sangat aman terhadap kesehatan
dan terbebas dari radiasi. Alat TDR ini baik digunakan untuk tanah timbunan yang
dipadatkan (embankment). Untuk lebih jelas tentang penggunaan alat ini dan hal-hal lain
yang lebih rinci pembaca dapat merujuk ASTM D 6780.
Berikut ini ditampilkan penggunaan alat TDR untuk pengukuran kepadatan dan
kadar air di lapangan.

Gambar 4.5 pengujian berat volume dan kepadatan dengan alat TDR

4.7.2 Metode Pengujian Kepadatan Nuklir (Nuclear densometer)

Metode dengan menggunakan densitas nuklir sekarang digunakan dalam beberapa


proyek besar untuk menentukan berat isi kering yang dipadatkan. Densitas meter nuklir
dapat dioperasikan di dalam lubang atau di atas permukaan tanah.
Metode nuklir digunakan secara luas untuk menentukan kerapatan kelembaban
tanah. Instrumen yang diperlukan untuk pengujian dapat diangkut dengan mudah ke
61

tempat timbunan, diletakkkan pada tempat pengujian, dan dalam bebrapa menit hasilnya
dapat dibaca langsung pada indikator-indikatornya.
Alat tersebut menggunakan efek compton dari penyebaran sinar gamma untuk
penentuan kerapatan dan penyadapan energi kalor dari netron-cepat hidrogen untuk
penentuan kelembaban. Sinar yang dipancarkan masuk ke dalam tanah, yang sebagian
diserap dan sebagian dipantulkan. Sinar dipantulkan melalui tabung-tabung Geiger-
Muller dalam alat pengukur di permukaan tanah. Cacahan permenit dibaca langsung
pada alat penghitung cahaya yang dipantulkan dan dihubungkan dengan kurva kalibrasi
kelembaban dan kerapatan.
Keuntungan-keuntungan metode nuklir apabila dibandingkan dengan metode
Proctor, termasuk yang berikut:
1. Mengurangi waktu yang diperlukan untuk pengujian dari sehari menjadi beberapa
menit, dengan demikian meniadakan kelambatan yang berlebihan;
2. Tidak memerlukan pengambilan contoh tanah dari tempat pengujian;
3. Memberikan cara penyelenggaraan pengujian kerapatan pada tanah yang
mengandung agregat berukuran besar dan pada bahan-bahan yang membeku;
4. Mengurangi atau meniadakan pengaruh unsur perorangan, dan kesalahan-
kesalahan yang mungkin terjadi, atau yang dapat terjadi dalam penyelenggaraan
pengujian-pengujian Proctor.
Tersedia instrumen-instrumen yang dapat mengukur kelembaban dan kerapatan
tanah pada kedalaman sampai 200 ft atau lebih di bawah permukaan tanah. Pengukuran
itu dilakukan dengan mengebor lubang di tanah sampai kedalaman yang diinginkan,
memasang pipa aluminium dalam lubang untuk sementara, kemudian menurunkan alat
pengindera nuklir ke dalam pipa dan membuat pengujian pada kedalaman-kedalaman
yang diinginkan.
Karena pengujian nuklir dilakukan dengan instrumen-insrumen yang
menimbulkan sumber radiasi yang cukup kuat, maka seorang operator harus bekerja
cukup hati-hati agar yakin bahwa tidak ada bahaya yang timbul dari penggunaan-
pengguanaan instrumen itu, akan tetapi dengan berhati-hati, penyinaran dapat dijaga
62

cukup jauh di bawah batas-batas yang ditetapkan oleh Komisi Pengaturan Nuklir
(Nuclear Regulating Commission NRC), yang dahulu bernama Atomic Energy
Commission. Di Amerika Serikat diharuskan lebih dahulu memiliki lisensi untuk
memiliki, menguasai, atau menggunakqn instrumen-instrumen pengukuran kerapatan dan
kelembaban jenis nuklir . Lisensi dapat diperoleh dari NRC, dan jika perlu dari jawatan-
jawatan pemerintah negara bagian setempat.
Berikut ditampilkan sketsa pengujian kepadatan lapangan dengan cara nuklir:

Gambar 4.6 Sketsa Pengujian kepadatan dan kadar air dengan alat nuklir
63

4.7.3 Metode Balon Karet (Rubber Ballon)


Pada prinsipnya metode balon karet ini hampir sama dengan metode sand cone,
hanya saja pada metode ini dipergunakan air untuk menentukan volume galian.
Untuk melakukan pengolahan data pengujian kepadatan laboratorium dan
kepadatan lapangan saat ini dapat dilakukan dengan mudah melalui aplikasi komputer
yang sudah umum dipergunakan yaitu program Excell, fitur-fitur untuk grafik dan
formula untuk perhitungan telah tersedia dalam program tersebut.
64

Gambar 4.7 Alat Uji Balon Karet

4.1.8 Contoh-contoh Soal


Pada suatu percobaan pemadatan diperoleh data-data sebagai berikut:

Kadar air (%) 7,70 11,50 14,60 17,50 19,50 21,20


Berat tanah
1,70 1,89 2,03 1,99 1,96 1,92
basah (kg)

Jika volume tabung 950 cc dan Gs = 2,65. Tentukan


a. Gambarkan grafik hubungan antara kadar air dan Berat volume kering
b. Gambarkan pula kurva derajat kejenuhan 80% dan 100%
Penyelesaian:
a. Dari perkuliahan sifat-sifat fisis dikeahui

b W
d  dan  
1 w V

Maka hasil perhitungan tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk tabel sebagai berikut

Kadar air (%) 7,70 11,50 14,60 17,50 19,50 21,20


Berat tanah basah (gr) 1.700 1 .890 2.030 1.990 1.960 1.920
Berat Vol. Basah (b) 1,79 1,99 2,14 2,10 2,06 2,02
Berat Volume Kering (d) 1,67 1,78 1,87 1,79 1,72 1,66
65

Gambar 4.8 Kurva Hasil Percobaan Pemadatan

Untuk menentukan kurva derajat kejenuhan Sr = 80% dan Sr = 100%, maka


gunakan persamaan berikut:
Gs.w
d 
w.Gs
1
Sr
Hasil Perhitungan ditampilkan dalam tabel berikut:

Kadar air (%) 7,70 11,50 14,60 17,50 19,50 21,20


d (gr/cm3), Sr = 80% 2.11 1.92 1.79 1.68 1.61 1.56
d (gr/cm3), Sr = 100% 2.20 2.03 1.91 1.81 1.75 1.70

Gambar 4.9 Kurva Hasil Percobaan Pemadatan vs Kurva Sr =80% dan 100 %
4.9 Soal-soal Latihan
1. Dalam pengujian pemadatan standar Proctor, diperoleh data sebagai berikut:
Berat volume basah
(g/cm3) 2.07 2.14 2.16 2.17 2.15
66

Kadar air (%) 12.89 14.20 15.60 16.80 17.80

a. Gambarkan grafik hubungan berat volume kering dan kadar air, dan tentukan
besarnya berat volume kering maksimum dan kadar airnya.
b. Hitung kadar air yang dibutuhkan untuk membuat tanah menjadi jenuh pada berat
volume kering maksimum, jika berat jenis tanah 2.69.
c. Gambarkan garis rongga udara nol (zero air void) dan rongga udara 5 %.

2. Untuk mengetahui berat volume tanah di lapangan, dilaku kan percobaan kerucut
pasir (sand cone). Tanah dengan berat 4.2 kg digali dari lubang di permukaan tanah.
Lubang diisi dengan 3,84 kg pasir kering sampai memenuhi lubang tersebut.
a. Jika dengan pasir yang sama membutuhkan 6.7 kg untuk mengisi cetakan dengan
volume 0.0044 m3. Tentukan berat volume basah tanah teersebut.
b. Untuk menentukan kadar air, tanah basah dengan berat 26 gram, dan berat kering 21
gram dipakai sebagai benda uji. Tentukan kadar air, berat volume kering dan derajat
kejenuhanya, jika G s = 2.64.

Anda mungkin juga menyukai