Anda di halaman 1dari 24

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian


Penelitian ini dilakukan menggunakan rancangan analitik berpasangan
dengan studi prospektif.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di poliklinik rawat jalan dan rawat inap di bagian
paru Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan selama kurun waktu 3
bulan.

3.3. Populasi dan Sampel


3.3.1. Populasi
Populasi penelitian adalah semua pasien MDR-TB yang berobat jalan dan
rawat inap di bagian paru Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi penelitian yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi.
a. Kriteria Inklusi.
• Pasien MDR-TB, yaitu : MDR-TB dengan hasil GeneXpert mtb
positif rifampisin resistance.
• Semua pasien MDR-TB yang belum mengkonsumsi OAT MDR.
• Semua pasien MDR-TB yang mengkonsumsi OAT MDR secara
teratur pada 3 bulan awal pengobatan.
• Umur > 17 tahun dan < 70 tahun.
• Bersedia ikut penelitian dan telah menandatangani inform consent.
• Tidak disertai penyakit paru yang lain.

b. Kriteria Eksklusi
• Pasien yang memiliki riwayat skizofrenia.

36

Universitas Sumatera Utara


• Menderita penyakit kronis lain.
• Semua pasien MDR-TB yang putus pengobatan OAT MDR pada 3
bulan awal pengobatan.

3.3.3. Besar Sampel


Besar sampel dihitung berdasarkan rumus :

n=
Berdasarkan penelitian Vega et al (2004), diperoleh proporsi depresi pada =
n=
n = 1,57 / 0,04
n = 39,25 ≈ 40 sampel
Keterangan :
= Nilai deviat baku normal pada α = 5% (1.96)
α = tingkat kemaknaan (5%)
Z = Nilai deviat baku normal untuk tingkat akurasi 80% = 0.84
β = Tingkat kemaknaan (20%)
d = Perbedaan proporsi depresi dan/atau kecemasan sebelum dan
sesudah pengobatan MDR. Proporsi depresi sebelum pengobatan =
29% (Vega et al, 2004)
f = Diskordan (diasumsikan perbedaan proporsi sebesar 20%)

3.4. Definisi operasional


Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien MDR-TB, usia,
jenis kelamin, pendidikan, status pernikahan, riwayat merokok, riwayat
pekerjaan, riwayat pengobatan, simptom depresi dan kecemasan.

37

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.1 Variabel Penelitian
DEFINISI CARA UKUR/
NO. VARIABEL HASIL UKUR KATEGORI
OPERASIONAL INSTRUMEN
1. MDR-TB Penyakit yang Gene-Xpert • Mtb negatif Nominal
disebabkan oleh kuman • Mtb rif sus
tuberkulosis yang • Mtb rif res
resisten paling sedikit
terhadap rifampicin dan
isoniazid dengan atau
tanpa resisten terhadap
obat lain.
2. Depresi Gejala – gejala adalah HADS Penilaian Ordinal
merasa sedih dan dengan HADS
bersalah, merasa cemas ditentukan
dan kosong, merasa tidak klasifikasi total
ada harapan, merasa skor :
tidak berguna dan • 0-7 : Normal
gelisah, merasa mudah • >8 : Depresi
tersinggung dan tidak
ada yang peduli,
gangguan berkosentrasi,
membuat keputusan,
gangguan pola tidur,
kehilangan nafsu makan
atau makan terlalu
banyak, kekurangan
energi dan adanya
pikiran untuk bunuh diri
3. Kecemasan Gejala- gejala HADS Penilaian Ordinal
kecemasan meliputi rasa dengan HADS

38

Universitas Sumatera Utara


khawatir, tidak tenang, :
ragu, was-was, kurang • 0-7 : Normal
percaya diri, gugup, • >8 :
sering merasa tidak Kecemasan
bersalah dan
menyalahkan orang lain,
tidak mudah mengalah,
tidak tenang bila duduk,
sering kali mengeluh,
khawatir berlebihan
terhadap penyakit,
mudah tersinggung, suka
membesarkan masalah
yang kecil
4. Jenis Jenis Kelamin responden Rekam medik • Laki-laki Nominal
kelamin baik laki-laki dan • Perempuan
perempuan.
5. Usia Usia responden saat Rekam medik • 0-17 tahun Ordinal
pengambilan data. • 18-65 tahun
• 66-79 tahun
• 80-99 tahun
• >100 tahun
6. Pendidikan Tingkat pendidikan Rekam medik • SD Ordinal
responden berdasarkan • SMP
proses belajar pada • SMA
tempat pendidikan • D3
formal terakhir pada • S1
saat pengambilan data.
7. Pekerjaan Profesi responden yang Rekam medik • Tidak ada Nominal
dilakukan pada pekerjaan

39

Universitas Sumatera Utara


keseharian-nya. • PNS
• Swasta
8. Status Status hubungan Rekam medik • Belum Nominal
perkawinan pernikahan responden menikah
dengan pasangan • Menikah /
hidupnya saat dilakukan pernah
penelitian. menikah

9. OAT MDR Pasien yang belum Rekam medik Evaluasi Numerik


sebelum pernah mendapat HADS
pengobatan pengobatan OAT MDR Bulan - 0

10. OAT MDR Pasien yang sudah Rekam medik Evaluasi Numerik
setelah satu mendapat pengobatan HADS
bulan OAT MDR selama satu Bulan -1
pengobatan bulan (30 hari)

11. OAT MDR Pasien yang sudah Rekam medik Evaluasi Numerik
setelah mendapatkan HADS
pengobatan pengobatan OAT MDR Bulan -3
tiga bulan selama tiga bulan (90
hari)

40

Universitas Sumatera Utara


3.5. Cara Kerja Penelitian
3.5.1. Persiapan alat
• Kuesioner
3.5.2. Persiapan pasien
• Persetujuan dan menandatangani informed consent oleh pasien sebagai
bukti persetujuan untuk mengikuti penelitian ini.
3.5.3. Cara kerja kuesioner
1. Kuesioner disebarkan yang kemudian diisi oleh responden pada saat
sebelum mendapatkan pengobatan OAT MDR, bulan pertama pengobatan
dan bulan ketiga pengobatan OAT MDR.
2. Kuesioner terdiri atas 14 pertanyaan.
3. Setelah kuesioner diisi oleh responden kemudian diserahkan langsung ke
peneliti untuk dikumpulkan.

41

Universitas Sumatera Utara


3.6. Alur penelitian

Pasien dengan MDR-TB dari hasil pemeriksaan Gene-Xpert yang


tercantum pada status dan memenuhi kriteria inklusi

Informed consent kepada pasien dan keluarga

Sebelum mendapat OAT MDR


Penilaian oleh peneliti
dari hasil kuesioner
Prosedur menjawab kuesioner yaitu
MDR-TB yaitu
Hospital Anxiety and Depression
Hospital Anxiety and
Scale (HADS) oleh pasien MDR-TB
Depression Scale
(HADS)
Sudah mendapat
OAT MDR bulan
ke-1 Penilaian oleh peneliti
dari hasil kuesioner
Prosedur menjawab kuesioner yaitu MDR-TB yaitu
Hospital Anxiety and Depression Hospital Anxiety and
Scale (HADS) oleh pasien MDR-TB Depression Scale
(HADS)

Sudah mendapat OAT


MDR bulan ke-3 Penilaian oleh peneliti
dari hasil kuesioner
MDR-TB yaitu
Prosedur menjawab kuesioner yaitu
Hospital Anxiety and
Hospital Anxiety and Depression
Depression Scale
Scale (HADS) oleh pasien MDR-TB
(HADS)

Gambar 3.1 Alur Penelitian

42

Universitas Sumatera Utara


3.7. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
a. Coding, yaitu data diberi kode yang sesuai dengan kriteria masing-masing
variabel.
b. Entry, yaitu memasukkan data ke dalam program komputer.
c. Editing, yaitu koreksi meliputi kelengkapan jawaban dan tulisan yang jelas.
d. Analyzing: pengolahan dan analisis statistik dari data yang diperoleh
dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan alat bantu program
Statistical Package for Social Sciences (SPSS).

3.8. Analisis data


Data hasil merupakan kuesioner. Data yang berhasil dikumpulkan diolah dan
dianalisis dengan mempergunakan program komputer dengan menggunakan
perangkat lunak statistic SPSS. Data akan dianalisis secara deskriptif untuk
melihat distribusi frekuensi variabel serta karakteristik. Kemudian dilanjutkan
dengan analisis uji hipotesis melalui uji X2 Mc Nemar.

3.9. Etika Penelitian


Sebelum dilakukan pengumpulan data terhadap subjek penelitian, peneliti
mengajukan ethical clearance terlebih dahulu kepada Komisi Etik Penelitian
Kesehatan (KEPK) Fakultas Kedokteran USU, Medan.

43

Universitas Sumatera Utara


3.10. Jadwal Penelitian
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian
Jadwal Bulan
Uraian Jun Jul Agus Sep Okt No Des Jan Feb
16 16 16 16 16 v 16 17 17
16
Persiapan √
Pengumpulan data √ √ √ √ √ √ √ √ √

Analisis data √ √
Penulisan laporan √
Seminar √

3.11. Perkiraan Biaya Penelitian


a. Pengumpulan kepustakaan Rp. 1.000.000,-
b. Pembuatan proposal Rp. 1.000.000,-
c. Seminar proposal Rp. 1.500.000,-
d. Bahan dan alat pendukung penelitian Rp. 4.000.000,-
e. Seminar hasil penelitian Rp. 1.500.000,-
Jumlah Rp. 9.000.000,

NB : Seluruh biaya penelitian ditanggung oleh peneliti

44

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Sampel Penelitian


Penelitian ini melibatkan 40 orang pasien MDR-TB yang mendapatkan
regimen pengobatan MDR-TB dan dilakukan follow up selama 3 bulan yang
dimulai sejak awal sebelum pasien memulai pengobatan MDR-TB, bulan pertama
dan bulan ketiga sesudah minum OAT MDR secara teratur selama periode 9
bulan dimulai dari Juni 2016 - Februari 2017. Pasien dinyatakan sebagai pasien
MDR-TB jika hasil pemeriksaan GeneXpert Mtb Rif menunjukkan hasil MTb (+)
Rif Res (Rifampicin Resistance).
Karateristik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin menunjukan data
bahwa sebanyak 22 orang (55%) adalah laki laki, dan sisanya sebanyak 18 orang
(45%) adalah perempuan.
Adapun karakteristik sampel berdasarkan usia dijumpai bahwa usia termuda
pasien yang menderita MDR-TB adalah 19 tahun dan usia tertua adalah 65 tahun.
Sampel yang berada dalam kisaran usia < 30 tahun adalah sebanyak 4 orang. Usia
30 - 39 tahun sebanyak 8 orang, usia 40 - 49 tahun sebanyak 12 orang, dan
sisanya sampel yang berada dalam rentang usia lebih atau sama dengan 50 tahun
adalah sebanyak 16 orang. Rata - rata usia responden dalam penelitian ini adalah
45,1 +/- 11,47 tahun. Sementara itu, karakteristik sampel berdasarkan pekerjaan
didapati bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 37,5% bekerja sebagai ibu
rumah tangga dan 32,5% bekerja sebagai wiraswasta.
Mayoritas responden dalam penelitian ini memiliki pendidikan terakhir
tamatan SMA (67.5%) dan 95% responden sudah menikah. Dari ke 40 sampel
penelitian, 35% diantaranya tidak merokok, dan 30% diantaranya adalah perokok
dengan indeks brinkman (IB) sedang.

45

Universitas Sumatera Utara


Berikut adalah tabel karaktersitik sampel dalam penelitian ini :
Tabel 4.1. Karakteristisik Sampel Penelitian

Jumlah
Karakteristik
N %
Jenis Kelamin
Perempuan 18 45.0
Laki laki 22 55.0
Usia
<30 tahun 4 10.0
30 – 39 tahun 8 20.0
40 – 49 tahun 12 30.0
≥ 50 tahun 16 40.0
Pendidikan
SD 2 5.0
SMP 6 15.0
SMA 27 67.5
D3 4 10
Strata 1 1 2.5
Riwayat Merokok
Bukan Perokok 14 35.0
IB ringan 7 17.5
IB sedang 12 30.0
IB berat 7 17.5

Status Pernikahan
Menikah 38 95.0
Belum menikah 2 5.0
Pekerjaan
Buruh pabrik 2 5.0
Ibu rumah tangga 15 37.5

46

Universitas Sumatera Utara


Karyawan swasta 1 2.5
Wiraswasta 13 32.5
Supir 3 7.5
Petani 2 5.0
Tidak bekerja 4 10.0

4.2. Simptom Depresi Pada Pasien MDR-TB


Depresi merupakan salah satu simptom psikiatrik yang sering ditemui pada
pasien MDR-TB. Gejala depresi diidentifikasi dengan menggunakan kuesioner
HADS. Pasien dinyatakan memiliki simptom depresi jika skor kuesioner HADS
memiliki nilai lebih dari atau sama dengan delapan. Pengisian kuesioner
dilakukan pada sebelum pengobatan, bulan ke-1, dan pada bulan ke-3.
Adapun simptom depresi pada sampel dalam penelitian ini dapat disajikan
dalam tabel berikut :
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Simptom Depresi Pada Pasien MDR-TB

Depresi
Ya Tidak Jumlah
Sebelum pengobatan 16 (40%) 24 (60%) 40
Bulan 1 24 (60%) 16 (40%) 40
Bulan 3 33 (82.5%) 7 (17.5%) 40

Dari tabel 4.2 terlihat jelas bahwa terjadi pertambahan jumlah yang
signifikan simptom depresi dari awal mulai pengobatan hingga bulan ke- 3.
Sebelum pengobatan, sebanyak 40% sampel sudah memiliki simptom depresi saat
baru terdiagnosis MDR-TB, dan angka ini meningkat lebih dari 2 kali lipat
menjadi 82.5% setelah 3 bulan pengobatan.
Adapun pertambahan proporsi pasien yang memiliki simptom depresi dapat
dilihat dalam grafik berikut :

47

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.1. Grafik Peningkatan Simptom Depresi Pada Pasien MDR-TB

4.3. Simptom Kecemasan Pada Pasien MDR-TB


Kecemasan merupakan simptom psikiatrik yang juga sering ditemui pada
pasien MDR-TB selain depresi. Gejala kecemasan diidentifikasi dengan
menggunakan kuesioner HADS. Pasien dinyatakan memiliki simptom kecemasan
jika skor kuesioner HADS memiliki nilai lebih dari atau sama dengan 8. Pengisian
kuesioner dilakukan pada sebelum pengobatan, bulan ke-1, dan pada bulan ke-3.
Adapun simptom kecemasan pada sampel dalam penelitian ini dapat
disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Simptom Kecemasan Pada Pasien MDR-TB
Kecemasan
Ya Tidak Jumlah
Sebelum pengobatan
4 (10%) 36 (90%) 40
Bulan 1
9 (22.5%) 31 (77.5%) 40
Bulan 3
21 (52.5%) 19 (47.5%) 40

48

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel 4.3 terlihat jelas bahwa terjadi pertambahan jumlah yang
signifikan simptom kecemasan dari awal mulai pengobatan hingga bulan ke- 3.
Sebelum pengobatan, hanya sejumlah 10% sampel saja yang memiliki simptom
kecemasan. Hasil yang cukup mengejutkan adalah bahwa dalam waktu 3 bulan
pengobatan, kejadian simptom depresi meningkat 5 kali lipat menjadi 52.5%.
Adapun pertambahan proporsi pasien yang memiliki simptom kecemasan
dapat dilihat dalam grafik berikut :

Gambar 4.2. Grafik Peningkatan Simptom Kecemasan Pada Pasien MDR-TB

4.4. Hubungan Waktu Pengobatan Dengan Simptom Depresi


Depresi telah terbukti sering menyertai pasien MDR-TB. Tabel 4.2
menunjukkan bahwa sebagian pasien MDR-TB telah menunjukkan simptom
depresi saat awal terdiagnosis yaitu pada awal sebelum pengobatan OAT MDR.
Depresi dapat pula diperberat oleh efek samping dari pengobatan MDR-TB yang
dijalani. Oleh karena itu perlu diidentifikasi apakah terdapat hubungan antara
waktu pengobatan dengan kejadian simptom depresi pada pasien MDR-TB.

49

Universitas Sumatera Utara


Adapun hubungan antara waktu pengobatan dengan simptom depresi dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4 Hubungan Waktu Pengobatan Dengan Simptom Depresi
(sebelum pengobatan dan setelah 1 bulan pengobatan)
bulan 1
p value*
depresi tidak depresi
Depresi 16 0
sebelum pengobatan 0.008
tidak depresi 8 16
*Uji Mc Nemar
Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa terdapat perubahan yang signifikan
kejadian simptom depresi antara sebelum pengobatan dengan setelah 1 bulan
pengobatan. Sebanyak 16 orang responden sudah memiliki simptom depresi
sebelum pengobatan dimulai dan kesemuanya tetap mengalami depresi setelah 1
bulan pengobatan. Sebanyak 8 orang responden yang awalnya tidak memiliki
simptom depresi sebelum pengobatan, ternyata setelah 1 bulan pengobatan telah
menunjukkan gejala depresi.
Tabel 4.5 Hubungan Waktu Pengobatan Dengan Simptom Depresi
(setelah 1 bulan pengobatan dan setelah 3 bulan pengobatan)

bulan 3 p value*
depresi tidak depresi
Depresi 24 0
bulan 1 0.344
tidak depresi 9 7
*Uji Mc Nemar
Tabel 4.5 memperlihatkan sebanyak 24 orang responden yang pada
pengobatan bulan 1 telah menunjukkan tanda depresi, ternyata kesemuanya tetap
menunjukkan gejala depresi, selain itu ada sebanyak 9 orang responden yang
awalnya tidak menunjukkan depresi, setelah menjalani pengobatan 3 bulan
ternyata menunjukkan simptom depresi. Uji Mc Nemar memperlihatkan bahwa
tidak ada perubahan yang signifikan simptom depresi pada bulan ke-1 dan bulan
ke-3 pengobatan.

50

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.6 Hubungan Waktu Pengobatan dengan Simptom Depresi
(sebelum pengobatan dan setelah 3 bulan pengobatan)
bulan 3
p value*
depresi tidak depresi
Depresi 16 0
sebelum pengobatan 0.001
tidak depresi 17 7
*Uji Mc Nemar
Dari tabel 4.6 terlihat jelas bahwa terdapat perubahan yang signifikan
simptom depresi antara sebelum pengobatan dengan setelah 3 bulan pengobatan.
Keseluruhan pasien yang telah menunjukkan gejala depresi di awal pengobatan,
ternyata tetap menunjukkan gejala depresi setelah 3 bulan pengobatan. Sebaliknya
ada 17 orang responden yang awalnya tidak menunjukkan gejala depresi sebelum
pengobatan, ternyata menunjukkan gejala depresi setelah menjalani pengobatan
selama 3 bulan.

4.5. Hubungan Waktu Pengobatan Dengan Simptom Kecemasan


Kecemasan telah terbukti sering menyertai pasien MDR-TB. Tabel 4.3
menunjukkan bahwa hanya 10% saja pasien MDR-TB yang telah menunjukkan
simptom kecemasan sebelum menerima pengobatan MDR-TB. Akan tetapi angka
ini meningkat lima kali lipat setelah pengobatan selama 3 bulan. Kecemasan dapat
pula diperberat oleh efek samping dari pengobatan MDR-TB yang dijalani. Oleh
karena itu perlu diidentifikasi apakah terdapat hubungan antara waktu pengobatan
dengan kejadian simptom kecemasan pada pasien MDR-TB.
Adapun hubungan antara waktu pengobatan dengan simptom kecemasan
dapat dilihat pada tabel berikut :

51

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.7 Hubungan Waktu Pengobatan dengan Simptom Kecemasan
(sebelum pengobatan dan setelah 1 bulan pengobatan)
bulan 1 p
kecemasan tidak kecemasan value*
sebelum Kecemasan 4 0
0.025
pengobatan tidak kecemasan 5 31
*Uji Mc Nemar
Tabel 4.7 memperlihatkan bahwa terdapat perubahan yang signifikan
kejadian simptom kecemasan antara sebelum pengobatan dengan setelah 1 bulan
pengobatan. Sebanyak 4 orang responden sudah memiliki simptom kecemasan
sebelum pengobatan dimulai dan kesemuanya tetap mengalami kecemasan setelah
1 bulan pengobatan. Sebanyak 5 orang responden yang awalnya tidak memiliki
simptom kecemasan sebelum pengobatan, ternyata setelah 1 bulan pengobatan
telah menunjukkan gejala kecemasan.
Tabel 4.8 Hubungan Waktu Pengobatan dengan Simptom Kecemasan
(setelah 1 bulan pengobatan dan setelah 3 bulan pengobatan)
bulan 3 p
kecemasan tidak kecemasan value*
bulan 1 Kecemasan 8 1
0.002
tidak kecemasan 12 19
*Uji Mc Nemar
Tabel 4.8 memperlihatkan bahwa ada 1 orang responden yang pada
pengobatan bulan 1 telah menunjukkan tanda kecemasan, ternyata setelah
menjalani pengobatan selama 3 bulan, justru tidak lagi menujukkan gejala
kecemasan. Akan tetapi di sisi lain, ada sebanyak 12 orang responden yang
awalnya tidak menunjukkan gejala kecemasan, setelah menjalani pengobatan 3
bulan ternyata menunjukkan gejala kecemasan. Uji Mc Nemar memperlihatkan
bahwa terdapat perubahan yang signifikan simptom kecemasan pada bulan 1 dan
bulan ke-3 pengobatan.

52

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.9 Hubungan Waktu Pengobatan dengan Simptom Kecemasan
(sebelum pengobatan dan setelah 3 bulan pengobatan)
bulan 3 p
kecemasan tidak kecemasan value*
Kecemasan 4 0
sebelum pengobatan 0.001
tidak kecemasan 16 20
*Uji Mc Nemar
Dari tabel 4.9 terlihat jelas bahwa terdapat perubahan yang signifikan
simptom kecemasan antara sebelum pengobatan dengan setelah 3 bulan
pengobatan. Keseluruhan pasien yang telah menunjukkan gejala kecemasan di
awal pengobatan, ternyata tetap menunjukkan gejala kecemasan setelah 3 bulan
pengobatan. Sebaliknya ada 16 orang responden yang awalnya tidak menunjukkan
gejala kecemasan sebelum pengobatan, ternyata menunjukkan gejala kecemasan
setelah menjalani pengobatan selama 3 bulan.

4.6. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Simptom Depresi dan Kecemasan


Analisis mengenai simptom depresi dan kecemasan pada pasien MDR-TB
dilanjutkan dengan mengidentifikasi apakah terdapat hubungan antara jenis
kelamin dengan proporsi kejadian simptom depresi dan kecemasan. Data yang
diperoleh dapat disajikan melalui tabel berikut :
Tabel 4.10 Hubungan Jenis Kelamin dengan Simptom Depresi dan Kecemasan
Depresi Kecemasan

Ya Tidak p- p-
value Ya Tidak value
Laki laki 18(85.7%) 3(14.3%) 10(47.6%) 11(52.4%)
0.194b
a
Perempuan 5(78.9%) 4(21.1%) 0.62 12(21.1%) 7 (36.8%)

a) Uji Fisher Exact


b) Uji Chi Kuadrat

Tabel 4.10 memperlihatkan dengan jelas bahwa jenis kelamin tidak


memiliki pengaruh dengan kejadian depresi maupun kecemasan (p > 0.05).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan proporsi depresi

53

Universitas Sumatera Utara


dan kecemasan antara laki - laki maupun perempuan setelah 3 bulan menjalani
pengobatan MDR-TB.

4.7. Pembahasan
Penelitian ini merupakan suatu studi deskriptif analitik yang mencoba
mengidentifikasi kejadian simptom depresi dan kecemasan pada 40 orang pasien
MDR-TB yang tidak memiliki komorbid penyakit lain. Dengan melakukan follow
up selama 3 bulan, dilakukan penilaian gejala depresi dan kecemasan pada pasien
MDR-TB dengan menggunakan kuesioner HADS.
Laporan dari World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa
penyakit MDR-TB memiliki kaitan dengan economic lost yaitu kehilangan
pendapatan rumah tangga. Seseorang yang menderita tuberculosis biasa
diperkirakan akan kehilangan pendapatan rumah tangganya sekitar 3-4 bulan
(Depkes RI, 2012) dan tentunya angka ini akan meningkat pada pasien MDR-TB
mengingat durasi pengobatan yang lebih lama. Pasien tuberkulosis yang
kehilangan pekerjaan akan stres. Selain itu pasien juga stres karena pengobatan
penyakit MDR-TB yang lama.
Salah satu dari tujuh peristiwa hidup yang paling menimbulkan stres dalam
skala Family Inventory of Live Events (FILE) adalah stres karena sakit kronik.
Jika salah satu anggota keluarga mangalami penyakit tuberkulosis maka pasien
akan stres karena penyakit yang dideritanya dan perannya dalam keluarga juga
terganggu. Stres tersebut pada akhirnya akan menimbulkan kecemasan (Friedman,
2010).
Clark (2011) dalam studinya yang mengidentifikasi perbedaan proporsi
kecemasan antara perempuan dengan laki-laki dan mendapati bahwa perempuan
dua kali lebih rentan terhadap kecemasan daripada laki-laki dan juga menegaskan
bahwa perempuan secara signifikan lebih cenderung ke arah emosi negatif, kritik
diri, dan menggerutu tentang masalah. Beberapa studi menyebutkan bahwa
perbedaan hormonal antara laki-laki dan perempuan mungkin memainkan peranan
yang dapat menjelaskan mengapa perempuan secara biologis cenderung ke arah
kecemasan dibandingkan laki-laki (Clark, 2011).

54

Universitas Sumatera Utara


Hal ini sedikit berbeda dengan data yang didapat dari penelitian ini yang
menyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan
kejadian depresi ataupun kecemasan pada pasien MDR-TB. Meski demikian,
perlu dilakukan studi lanjutan yang melihat perubahan proporsi depresi dan
kecemasan pada laki laki dan perempuan seiring perjalanan waktu pengobatan
yang dilakukan follow up hingga akhir pengobatan.
Secara umum, terdapat beberapa penyebab yang mendasari munculnya
gejala depresi dan kecemasan pada pasien MDR-TB. Pertama, maraknya
informasi yang beredar mengenai MDR-TB tak jarang membuat pasiennya yang
baru didiagnosis menderita MDR-TB berasumsi buruk mengenai dirinya sendiri.
Mereka menganggap penyakit MDR-TB memiliki peluang yang sangat kecil
untuk dapat bertahan hidup. Kerap kali pasien mengkhawatirkan tentang berapa
lama dia bisa sembuh, dan bagaimana dia akan beradaptasi dengan keluarga dan
masyarakat. Hal ini yang pada akhirnya membuat pasien menjadi depresi (Pachi et
al, 2013).
Kedua, perubahan pola hidup pada pasien MDR-TB juga menjadi pemicu
terjadinya depresi. Banyak yang harus diubah ketika seseorang telah terdiagnosis
MDR-TB, antara lain pola makan, pola tidur, aktivitas sehari-hari dan lain-lain.
Pasien MDR-TB juga akan mengalami perubahan pola tidur yang dikarenakan
gejala klinis seperti sesak napas, batuk yang semakin berat dirasakan pada malam
hari sehingga mengganggu pola tidur pasien.
Ketiga, kenyataan bahwa dirinya harus mengkonsumsi obat setiap hari
secara tepat waktu dapat menjadi beban bagi pasien. Sebagian obat MDR-TB
diberikan melalui jalur suntikan yang mengakibatkan munculnya rasa nyeri di
bekas tempat suntikan, dan ini berlangsung setiap hari selama beberapa bulan,
menyebakan keluhan pasien yang semakin bertambah. Belum lagi ditambah
dengan efek samping beberapa obat MDR-TB yang memang dapat mencetuskan
gejala depresi dan kecemasan.
Keempat, adalah anggapan dalam diri pasien yang merasa bahwa dirinya
menjadi beban bagi orang lain terutama anggota keluarganya. Terlebih bagi laki -
laki yang selama ini menjadi tulang punggung dalam menafkahi keluarga,

55

Universitas Sumatera Utara


kejadian MDR-TB sedikit banyak tentu akan membatasi peranannya sebagai
pencari nafkah keluarga.
Untuk mengatasi masalah psikososial yang dihadapi oleh pasien TB paru,
seyogyanya dilakukan psikoedukasi (psikoedukasi aktif dan pasif). Psikoedukasi
merupakan pendidikan kesehatan untuk mengatasi masalah psikososial bagi
pasien baik yang mengalami penyakit fisik maupun gangguan jiwa (Donker et al,
2009). Psikoedukasi ini terdiri dari psikoedukasi aktif dan pasif. Psikoedukasi
aktif dilakukan dengan melakukan konseling bagi pasien yang mengalami
masalah psikososial terkait penyakit yang dialaminya sedangkan psikoedukasi
pasif dilakukan dengan memberikan booklet, pamflet, website atau video tentang
bagaimana mengatasi masalah psikososial yang biasanya dialami oleh pasien TB.
Terapi psikoedukasi yang dilakukan kepada kelompok pasien dapat pula
berupa gabungan dari psikoedukasi aktif dan psikoedukasi aktif. Pemberian terapi
gabungan (aktif dan pasif) ini didasarkan pada temuan sebelumnya oleh Moult et
al (2004) bahwa informasi kesehatan yang diterima oleh seorang pasien bisa
terlupakan dalam beberapa menit setelah mereka mendapatkan informasi, karena
itu diperlukan booklet supaya pasien bisa mengulang di rumah apa yang telah
dibicarakan sebelumnya dengan dokter. Pasien TB diberikan konseling tentang
masalah psikososial yang mereka hadapi, kemudian diberikan booklet yang berisi
tentang cara - cara mengatasi masalah psikososial yang biasa dialami pasien TB.
Kombinasi kedua pendekatan psikoedukasi (pasif dan aktif) ini sangatlah efektif
dalam mengatasi masalah psikososial pasien TB, terbukti dengan hasil penelitian
yang signifikan dimana terdapat perbedaan yang bermakna dari tingkat depresi,
cemas dan stres kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Beberapa hal yang masih menjadi kelemahan dalam penelitian ini antara,
lain adalah jumlah sampel yang masih sangat sedikit yaitu sebesar 40 orang.
Selain itu, observasi gejala depresi dan kecemasan hanya dilakukan melalui
follow up selama 3 bulan. Untuk itu perlu dikembangkan penelitian lanjutan yang
mengidentifikasi gejala depresi dan kecemasan ini dengan melibatkan jumlah
sampel yang lebih besar dan dengan durasi follow up yang lebih lama. Hal ini

56

Universitas Sumatera Utara


guna melihat perbedaan kejadian depresi dan kecemasan di awal pengobatan,
selama pengobatan berlangsung, dan di akhir pengobatan.
Selain itu, perlu juga diidentifikasi apakah kejadian depresi dan kecemasan
yang terjadi pada pasien MDR-TB berhubungan dengan faktor demografis seperti
tingkat ekonomi, suku dan sosio-kultur ataupun tempat tinggal. Hal ini diperlukan
mengingat bahwa gejala depresi dan kecemasan tentunya sangat dipengaruhi oleh
dukungan dari lingkungan dan persepsi dari masyarakat sekitar.

57

Universitas Sumatera Utara


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah :
1. Terdapat perbedaan simptom depresi pada pasien MDR-TB dari sebelum
pengobatan (40%), bulan ke-1 (60%) hingga bulan ke-3 sesudah
mendapatkan pengobatan MDR-TB (82,5%).
2. Terdapat peebedaan simptom kecemasan pada pasien MDR-TB dari
sebelum pengobatan (10%), bulan ke-1 (22,5%) hingga bulan ke-3
pengobatan MDR-TB (52,5%).
3. Terdapat hubungan antara waktu pengobatan dengan kejadian simptom
depresi dan kecemasan pada pasien MDR-TB.
4. Tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian simptom
depresi dan kecemasan pada pasien MDR-TB.

5.2. Saran
Adapun saran yang dapat diajukan dari penelitian ini adalah :
1. Diperlukan penelitian lanjutan yang mengidentifikasi gejala depresi dan
kecemasan pada pasien MDR-TB dengan melibatkan lebih banyak sampel
penelitian dan dalam durasi follow up yang lebih lama.
2. Diperlukan penelitian lanjutan yang mengidentifikasi pengaruh faktor
demografis seperti suku, tingkat pendidikan, tempat tinggal serta persepsi
lingkungan sekitar dan tingkat ekonomi terhadap kejadian depresi dan
kecemasan pada pasien MDR-TB.
3. Terapi psikoedukasi baik aktif maupun pasif dapat dijadikan salah satu
elemen dalam protokol pengobatan pasien MDR-TB, khususnya yang
tekah menunjukkan gejala depresi dan kecemasan.
4. Diperlukan adanya hubungan kerjasama antara divisi paru dan psikiatri
dalam penanganan pasien dengan gejala depresi dan kecemasan guna

58

Universitas Sumatera Utara


memaksimalkan pengobatan MDR-TB dan meningkatkan kualitas hidup
pasien MDR-TB.
5. Diharapkan agar penerapan kuesioner HADS dapat dipakai pada pasien
MDR-TB untuk mendeteksi dini terhadap simptom depresi dan
kecemasan sebelum memulai pengobatan MDR-TB dan follow up setiap
bulan setelah mendapatkan pengobatan MDR-TB.

59

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai