MAKALAH
Oleh:
Penyusun
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2
D. Manfaat.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Fraktur................................................................................3
B. Patofisiologi..........................................................................................3
C. Etiologi ................................................................................................4
D. Klasifikasi Fraktur................................................................................4
E. Jenis Fraktur..........................................................................................8
F. WOC Fraktur........................................................................................9
G. Manifestasi Klinis Fraktur....................................................................10
H. Pemeriksaan Penunjang........................................................................10
I. Komplikasi............................................................................................10
J. Pemeriksaan Diagnostik ......................................................................10
K. Penatalaksanaan....................................................................................12
L. Proses Penyembuhan Fraktur Dan Fase...............................................14
M. Asuhan Keperawatan Teori..................................................................16
N. Asuhan Keperawatan kasus..................................................................33
BAB III PENUTUP
A. Simpulan...............................................................................................45
B. Saran.....................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................46
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tingkat kecelakaan lalu lintas di kota besar terbilang cukup tinggi. Dimana
kecelakaan tersebut dapat menimbulkan kerugian yang cukup tinggi bagi korban
kecelakaan lalu lintas tersebut. Akibat yang ditimbulkan bagi korban itu sendiri dapat
berupa efek fisik dan psikis. Dari segi fisik tentunya kecelakaan dapat menyebabkan
timbulnya luka pada setiap jaringan tubuh yang terkena trauma dari kecelakaan lalu
lintas baik secara langsung maupun tidak langsung. Efek langsung dari trauma
tersebut dapat berupa adanya fraktur, luka terbuka ataupun kerusakan pada organ
dalam tubuh yang dapat juga menyebabkan kematian. Sedangkan efek psikis dari
kecelakaan lalu lintas dapat berupa trauma ataupun rasa takut.
Fraktur merupakan suatu patahan pada kontinuitas struktur jaringan tulang
atau tulang rawan yang umumnya disebabkan trauma, baik trauma langsung ataupun
tidak langsung. Akibat dari suatu trauma pada tulang dapat bervariasi tergantung pada
jenis, kekuatan dan arahnya trauma. Patahan tadi mungkin tidak lebih dari suatu
retakan, suatu pengisutan atau perimpilan korteks, biasanya patahan itu lengkap dan
fragmen tulang bergeser. Kalau kulit diatasnya masih utuh, keadaan ini disebut
fraktur tertutup (fraktur sederhana), kalau kulit atau salah satu dari rongga tubuh
tertembus keadaan ini disebut fraktur terbuka (fraktur compound) yang cenderung
mengalami kontaminasi dan infeksi.
B. Rumusan Masalah
1. Dari latar belakang diatas maka dapat dibuat suatu rumusan masalah yaitu
Bagaimana Pengertian Fraktur,Patofisiologi,Klasifikasi,Jenis Fraktur,Etiologi
Fraktur,WOC Fraktur,Manifestasi Klinis Fraktur,Pemeriksaan
Penunjang,Komplikasi,Pemeriksaan Diagnostik, Penatalaksanaan
Pemeriksaan Fisik, dan Asuhan Keperawatan asuhan keperawatan penyakit
Fraktur.?
1
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Agar kita sebagai mahasiswa dapat mengetahui serta mampu menerapkan Proses
keperawatan Pada klien dengan Fraktur.
2. Tujuan Khusus
D. MANFAAT
Hasil studi kasus ini dapat memberikan wawasan tantang penyakit Fraktur dan
Asuhan keperawatan pada klien Fraktur.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan
oleh rudapaksa (Mansjoer et al, 2000). Sedangkan menurut Linda Juall C. dalam buku
Nursing Care Plans and Dokumentation menyebutkan bahwa Fraktur adalah rusaknya
kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari
yang dapat diserap oleh tulang.
Patah Tulang Tertutup adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar (Soedarman, 2000). Pendapat lain
menyatakan bahwa patah tulang tertutup adalah suatu fraktur yang bersih (karena
kulit masih utuh atau tidak robek) tanpa komplikasi (Handerson, M. A, 1992).
B. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat
diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya
atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh
darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus
tulang rusak.
Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di
rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang
patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon
inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan
infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses
penyembuhan tulang nantinya
3
Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur
a. Faktor Ekstrinsik : Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang
yang tergantung terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat
menyebabkan fraktur.
b. Faktor Intrinsik : Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang
menentukan daya tahan untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas
absorbsi dari tekanan, elastisitas
C. Etiologi
a. Trauma
- Kecelakaan lalu lintas
- Jatuh
b. Patologis
- Penyakit metabolic
- Infeksi tulang
- Tumor tulang
- Osteo porosis
D. Klasifikasi Fraktur
Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis , dibagi
4
fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih
antara hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya
perlukaan kulit.
tulang atau melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.
b) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks
mekanisme trauma.
5
c) Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral
a) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan
saling berhubungan.
b) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi
tidak berhubungan.
c) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
6
menjauh).
a) 1/3 proksimal
b) 1/3 medial
c) 1/3 distal
patologis tulang.
a) Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak
sekitarnya.
b) Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
d) Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata ddan
7
E. Jenis Fraktur
8
F. WOC Fraktur
9
G. Manifestasi Kinis
a. Deformitas
b. Bengkak /Edema
c. Spasme Otot
d. Nyeri Krepitasi
e.Kurang/Hilang Sensasi
f. Krepitas
g. Mobilitas Abnormal
h. Gangguan Fungsi
i. Shock Hipovolemik
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya
b. Pemeriksaan jumlah darah lengkap
c. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigaid. Kreatinin :
trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal
I. Komplikasi Fraktur
f. Kompartement Syandrom
a. Shock Neurogenik g. Fat Embolisme Syandrom
b. Infeksi
h. Delayed Union
c. Nekrosis Divaskuler
i. Nonnunion
d. Cedera Vaskuler Dan Syaraf
j. Malunion
e. Kerusakan Arteri
k. Luka Akibat Tekanan
l. Kaku Sendi
J. Pemeriksaan Diagnostik Fraktur
a. Pemeriksaan Radiologi
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan”
menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi
keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu
10
AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan
(khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan pathologi yang dicari karena
adanya superposisi. Perlu disadari bahwa permintaan x-ray harus atas dasar
indikasi kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan
permintaan. Hal yang harus dibaca pada x-ray:
a. Bayangan jaringan lunak.
b. Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau biomekanik atau
juga rotasi.
c. Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.
d. Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.
Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya seperti:
a. Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain
tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan struktur
yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur lain
juga mengalaminya.
b. Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah
di ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma.
c. Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda
paksa.
d. Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara transversal
b. Pemeriksaan Laboratorium
tulang.
11
osteoblastik dalam membentuk tulang.
c. Pemeriksaan lain-lain
Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan konservatif. Merupakan penatalaksanaan non
pembedahan agar immobilisasi pada patah tulang dapat terpenuhi.
a. Proteksi (tanpa reduksi atau immobilisasi). Proteksi fraktur terutama untuk
mencegah trauma lebih lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada
anggota gerak atas atau tongkat pada anggota gerak bawah.
b. Imobilisasi degan bidai eksterna (tanpa reduksi). Biasanya menggunakan
plaster of paris (gips) atau dengan bermacam-macam bidai dari plastic atau
12
metal. Metode ini digunakan pada fraktur yang perlu dipertahankan posisinya
dalam proses penyembuhan.
c. Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna yang
menggunakan gips. Reduksi tertutup yang diartikan manipulasi dilakukan
dengan pembiusan umum dan local. Reposisi yang dilakukan melawan
kekuatan terjadinya fraktur.penggunaan gips untuk imobilisasi merupakan alat
utama pada teknik ini.
d. Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi. Tindakan ini
mempunyai dua tujuan utama, yaitu berupa reduksi yang bertahap dan
imobilisasi.
Penatalaksanaan Medis
a. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan K-Wire
(kawat kirschner), misalnya pada fraktur jari.
b. Reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF:Open Reduction internal
Fixation). Merupakan tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada
derah fraktur, kemudian melakukan implant pins, screw, wires, rods, plates
dan protesa pada tulang yang patah
jalan membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru
13
tulang, yaitu:
sekali.
proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan
fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah
osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai
membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh
14
sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur
d) Stadium Empat-Konsolidasi
tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang
lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa
bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan
pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae yang lebih tebal
diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak
dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya
15
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu
diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat
memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan
sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
1) Anamnesa
16
e) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan
memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung.
Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’s yang
menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain
itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sanagt beresiko terjadinya
osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses
penyembuhan tulang (Ignatavicius, Donna D, 1995).
17
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi
walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau
feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji
frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga
dikaji ada kesulitan atau tidak. (Keliat, Budi Anna, 1991)
18
nyeri yang dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji status perkawinannya
termasuk jumlah anak, lama perkawinannya (Ignatavicius, Donna D, 2000).
(10) Pola Penanggulangan Stress
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu ketidakutan
timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang
ditempuh klien bisa tidak efektif (Ignatavicius, Donna D, 1995).
(11)
1.1) Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah
dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan
karena nyeri dan keterbatasan gerak klien. (Ignatavicius, Donna D, 2000).
(b) Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan
pada kasus fraktur biasanya akut.
(c) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi
maupun bentuk.
(b) Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada
penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
19
(c) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan
ada.
(d) Muka
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi
maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.
(e) Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak terjadi
perdarahan)
(f) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau
nyeri tekan.
(g) Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
(i) Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
(j) Paru
a) Inspeksi : Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
b) Palpasi : Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
c) Perkusi : Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
d) Auskultasi : Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara
tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.
(k) Jantung
a) Inspeksi : Tidak tampak iktus jantung.
b) Palpasi : Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
c) Auskultasi : Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
(l) Abdomen
a) Inspeksi : Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
20
b) Palpasi : Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
c) Perkusi : Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
d) Auskultasi : Peristaltik usus normal 20 kali/menit.
(m) Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.
21
(3) Move (pergeraka terutama lingkup gerak)
Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan dengan
menggerakan ekstrimitas dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada
pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar dapat mengevaluasi
keadaan sebelum dan sesudahnya. Gerakan sendi dicatat dengan ukuran
derajat, dari tiap arah pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau
dalam ukuran metrik. Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan
gerak (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif
dan pasif. (Reksoprodjo, Soelarto, 1995)
(1) Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang
lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan
struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada
struktur lain juga mengalaminya.
(2) Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan
pembuluh darah di ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan
akibat trauma.
(3) Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena
ruda paksa.
22
(4) Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara
transversal dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang
rusak.
23
mengsintesa data klinis dan menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi,
menghilangkan, atau mencegah masalah kesehatan klien yang menjadi tanggung
jawabnya.
a. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera
jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.
b. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d penurunan aliran darah (cedera
vaskuler, edema, pembentukan trombus)
c. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli, perubahan
membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru, kongesti)
d. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri,
terapi restriktif (imobilisasi)
e. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen,
kawat, sekrup)
f. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit,
taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)
g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi,
keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada
h. (Doengoes, 2000)
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera
INTERVENSI
RASIONAL
KEPERAWATAN
24
1. Pertahankan imobilasasi bagian Mengurangi nyeri dan mencegah
yang sakit dengan tirah baring, gips,
bebat dan atau traksi malformasi.
Tujuan : Klien akan menunjukkan fungsi neurovaskuler baik dengan kriteria akral
25
INTERVENSI
RASIONAL
KEPERAWATAN
klien tidak sesak nafas, tidak cyanosis analisa gas darah dalam batas
normal
26
INTERVENSI
RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Instruksikan/bantu latihan napas Meningkatkan ventilasi alveolar dan
dalam dan latihan batuk efektif.
perfusi.
2. Lakukan dan ajarkan perubahan Reposisi meningkatkan drainase sekret
posisi yang aman sesuai keadaan dan menurunkan kongesti paru.
klien.
restriktif (imobilisasi)
27
meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian
INTERVENSI
RASIONAL
KEPERAWATAN
28
8. Kolaborasi pelaksanaan fisioterapi Kerjasama dengan fisioterapis perlu
sesuai indikasi. untuk menyusun program aktivitas fisik
secara individual.
e. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat,
sekrup)
lesi terjadi
3. Lindungi kulit dan gips pada Mencegah gangguan integritas kulit dan
daerah perianal jaringan akibat kontaminasi fekal.
29
f. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan
Tujuan : Klien mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulen
INTERVENSI
RASIONAL
KEPERAWATAN
30
h. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
INTERVENSI
RASIONAL
KEPERAWATAN
Evaluasi
a. Nyeri berkurang atau hilang
31
d. Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
32
36,5 ºC, edema (-) , kekuatan otot kaki tangan lemah, ekspresi wajah
tampak meringis kesakitan,mukosa bibir kering, keadaan gigi baik dan
lengkap, leher nampak miring kesamping, nyeri tekan pada leher (+),
bising usus (+), turgor kulit buruk, urine kateter (+). Selama sakit klien
melakukan segala aktivitas ditempat tidur dengan dibantu oleh keluarga.
Klien tidak boleh dilakukan mobilisasi sehingga perawat sulit ketika
akan memandikan. Rambut klien tampak bau karena sudah 4 hari tidak
keramas dan kulit klien juga lengket dan terdapat bau badan.
I. Pengkajian
Tgl MRS : 14 Maret 2017
Tgl pengkajian : 15 Maret 2017
Ruang : Kamar 5, Ruang Soehoed RS Rajawali
Bandung
Jam : 09.00 WIB
No. rekam medis : 7509877
Diagnosa medis : Fraktur Servikal
A. Pengumpulan Data
1. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Tempat, tanggal lahir : Bandung, 11 Januari 1967
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Raya Gadobangkong Rt 05 Rw 04,
Kec. Ngamprah Kab. Bandung Barat
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SMA
33
2. Identias Penanggung Jawab
Nama : Tn. R
Tempat, tanggal lahir :Bandung, 15 Agustus 1980
Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SMA
Hubungan : Anak kandung klien
Alamat : Jl. Raya Gadobangkong Rt 05 Rw 04,
Kec. Ngamprah Kab. Bandung Barat
B. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama :
Klien mengeluh nyeri pada leher
34
C. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Penampilan : Buruk
Kesadaran : Composmetis
TD : 120/90 mmHg
Nadi : 70 x/menit
RR : 19 x/menit
Suhu : 36,5˚c
b. Pengkajian Head To Toe
- Kepala : tidak ada lesi, distribusi rambut merata, rambut klien
tampak bau dan lengket, nyeri di kepala bagian belakang
wajah pasien mengerenyit saat di palpasi kepalanya terpasang
servical colar.
- Mata : bentuk simetris, konjungtiva anemis, sclera putih,
reaksi pupil terhadap cahaya (+), pergerakan bola mata
simetris, penglihatan klien baik dapat membaca/melihat tanpa
menggunakan kacamata.
- Hidung : bentuk hidung proposional, tidak ada lesi,
persebaran silia merata, tidak ada secret, tidak ada
pembengkakan ,tidak ada nyeri tekan, dapat membedakan
harum kopi & minyak kayu putih.
- Telinga : bentuk kedua telinga simetris, tidak ada lesi,
kebersihan cukup, klien tidak mengalami gangguan
pendengaran
- Mulut :Mukosa bibir kering , lidah bersih, tidak adanya
pendarahan pada gigi dan gusi, kebersihan cukup, tidak ada
benjolan di palatum mulut, keadaan gigi baik dan lengkap.
35
- Leher : nampak miring kesamping, ada nyeri tekan pada
leher, tidak ada lesi, tidak adanya pembesaran kelenjar limfe,
adanya nyeri tekan ,
- Pemeriksaan thorax : Dada simetris, tidak ada lesi, tidak ada
pembengkakan, warna merata, pada saat bernafas dada kanan
dan dada kiri simetris mengembang dan mengempis.
- Pemeriksaan abdomen : warna kuning langsat, bentuk datar,
tidak ada pembengkakan, tidak ada lesi, bising usus
10x/menit.
- Pemeriksaan Genitalia : Kebersihan cukup, tidak adanya lesi,
terpasang kateter urine.
- Pemeriksaan anus : Kebersihan cukup, tidak adanya lesi,
tidak adanya hemoroid.
- Pemeriksaan ekstremitas
Atas : tidak ada lesi, tidak ada edema. Tangan kiri dan
tangan kanan tidak bisa digerakan karena pasien lemah
Bawah : tidak ada lesi, tidak ada edema, kaki kiri dan kanan
tidak bisa digerakan karena pasien lemah. Turgor kulit
kurang elastis
4 4
4 4
36
1 Nutrisi
1. a. Makan - Klien makan 2x sehari 1 - Klien makan 2x sehari ⅟4
porsi nasi habis. porsi bubur.
Keluhan - Tidak ada keluhan - Sulit mengunyah dan
menelan
b. Minum - Klien minum 2 Liter/hari - Klien minum 1 Liter/hari
2 Eliminasi
.2 a. BAK - 5x sehari - 1300cc
- Kuning jernih - Kuning jernih
37
E. Data Psikososial
Klien dapat menerima dengan sabar terhadap penyakit yang
dideritanya . klien juga dapat beradaptasi dengan baik
dilingkungan Rumah Sakit dan tim kesehatan.
F. Data Spriritual
Klien beragama islam, sebelum dirumah sakit klien tidak
pernah lupa beribadah 5 waktunya. Namun saat dirawat
diRumah sakit klien tidak dapat beribadah 5 waktu. Klien
terkadang hanya berdoa untuk meminta kesembuhannya.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X spinal
2. CT scan
3. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur
4. Pemeriksaan jumlah darah lengkap
5. Arteriografi
I. Analisa Data
38
1 TD : 120/90 mmHg tulang
Nadi : 70 x/menit
RR : 19 x/menit
Suhu : 36,5˚c Nyeri akut
P : edema
Q : Terus – Menerus
R : di Leher
S : GCS : 8 Samnolen
T : Tidak Menentu
4 4
Hambatan mobilitas
fisik
4 4
39
kulit klien juga lengket dan terdapat
bau badan
Diagnosa keperawatan :
1. Nyeri akut b/d spasme otot,gerakan fragmen tulang,edema,cedera jaringan
lunak
2. Hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neumuskuler,nyeri, dan
imobilisasi
3. Defisit perawatan Diri b/d penurunan motivasi minat, dan kelemahan
40
3.Mampu megontrol nyeri nyeri
4.Melaporkan bahwa
nyeri berkurang dengan
menggunakan manajemen
nyeri
5.Mampu mengenali nyeri
(skala,intensitas,frekuensi
dan tanda nyeri)
41
1.Klien bisa mandi secara 2.Sediakan dalam melakukan
mandiri atau dibantu lingkungan yang perbersihan diri.
keluarga atau perawat. terapeutik dengan
2.Mampu membersihkan memastikan hangat,
tubuh secara mandiri santai, pengalaman
dengan atau tanpa alat pribadi dan personal
bantu 3.Berikan bantuan
3.Mampu untuk sampai pasien
mempertahankan sepenuhnya dapat
kebersihan dan mengasumsikan
penampilan dengan atau perawatan diri
tanpa alat bantu
42
pasien dalam O:- klien masih tampak lemas
mobilisasi - klien kesakitan saat bergerak
4. Mengajarkan pasien A: masalah belum teratasi
bagaimana merubah P: intervensi dilanjutkan
posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan
43
perawatan diri
BAB III
PENUTUP
A.Simpulan
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat penyusun simpulkan, Fraktur
adalah patah tulang yang diakibatkan tekanan atau benturan yang keras yang tulang.
Fraktur disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang berlebihan pada
tulang yang biasanya di akibatkan secara langsung dan tidak langsung dan sering
berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang di sebabkan oleh kendaraan
bermotor (Reeves, 2001:248)
B. Saran
Kita sebagai seorang perawat dalam mengatasi masalah Fraktur di
masyarakat dapat memberikan berbagai cara untuk mencegah Fraktur
dan diharapkan mahasiswa/i dapat memberikan asuhan keperawatan
khususnya pada klien yang mengalami Fraktur yang sesuai dengan apa
yang dipelajari.
44
45
DAFTAR PUSTAKA
46