Kelas : SPS 6
Dosen Pengampuh : Syamsiar Zahrani, M.A
S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN RADEN FATAH PALEMBANG
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bekerja keras adalah cara yang paling efektif untuk memperoleh
rahmat Allah, begitulah Rasulullah SAW mengajarkan sejak empat belas
abad yang lalu. Industri adalah salah satu manifestasi dari kerja keras. Dan
industri adalah cabang ekonomi yang tingkat perkembangan
produktivitasnya lebih cepat dari perkembangan tingkat produktivitas
keseluruhan cabang ekonomi. Maka peranannya dalam menciptakan
produksi dan mencipta- kan lapangan kerja tentu lebih besar dari
keseluruhan cabang ekonomi.
Industry sangat dianjurkan dalam Islam, karena industry adalah
manifestasi dari kerja keras yang sangat dianjurkan oleh Islam. Usaha
industry adalah salah satu bentuk pekerjaan yang sangat dihormati dalam
Islam. Namun dalam berindustri, seorang muslim harus menepati aturan-
aturan Islam, agar tidak menyimpang dari tujuan Islam. Lima prinsip
seorang muslim dalam aktifitas ekonominya, yaitu: tauhid uluhiyyah, tauhid
rububiyah, istikhlaf, tazkiyatu l nafs dan al-falah.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis merumuskan beberapa permasalahan yang akan
di bahas pada bab pembahasan di belakang diantaranya yaitu:
C. Tujuan
PEMBAHASAN
2.1.1 Definisi
2.2.1 Definsi
Prinsip pertama ini sebenarnya berlaku lebih luas dari sekadar ranah ekonomi.
Dalam masyarakat yang menerapkan prinsip syariah, kekuatan Allah yang
menentukan benar dan salah berlaku di semua aspek kehidupan.
Asas manfaat
Selain menentukan mana yang halal dan mana yang haram, Allah juga
membolehkan manusia untuk menikmati apa yang sudah diberikan oleh Allah
sejauh memberi manfaat baginya. Namun demikian, asas manfaat ini tidak boleh
diselewengkan melampaui batas.
Segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah memiliki manfaat untuk digunakan atau
dikonsumsi oleh manusia. Manahan diri dari tidak menggunakan atau
mengonsumsi padalah sudah disediakan dengan alasan mencapai tingkat
spiritualitas yang tinggi tidak dibolehkan. Oleh karena itu orang yang menahan diri
dari makan dan minum diwajibkan untuk berbuka ketika waktunya tiba.
Asas pertengahan
Kekayaan bukanlah larangan dalam Islam sejauh diperoleh dengan cara yang halal.
Namun menumbun kekayaan secara berlebihan dilarang. Oleh karena itu,
redistribusi kekayaan dianjurkan melalui beberpa saluran, misalnya zakat, hibah
dan sedekah. Perlu dicatat pula, redistribusi kekayaan tidak boleh membawa kita
pada kesengsaraan.
Asas keadilan
Prinsip kelima ini disebut ”justice” dalam bahasa Inggris atau ”adl” dalam bahasa
Arab. Keadilan dalam ekonomi Islam menjadi etika dasar segala bentuk kegiatan
ekonomi. Keadilan, dengan kata lain, memandu aspek dasar ekonomi seperti
produksi, distribusi, konsumsi dan pertukaran.
Dengan asas keadilan berarti tidak ada seorangpun yang bekerja demi
memenuhi kebutuhan ekonominya dengan berada dibawah praktik eksploitasi.
Pekerja harus terpenuhi haknya sebelum keringatnya kering, artinya upah sesuai
dengan tenaga dan pikiran yang dikeluarkannya sebagai tenaga kerja.
1. Adanya perbedaan gaji yang diterima antara karyawan yang masih single
dengan yang sudah berkeluarga. 2. Adanya pengakuan masa kerja jika karyawan
tersebut memang memiliki catatan kinerja yang baik. 3. Pemberian gaji penuh
terhadap karyawati yang cuti karena melahirkan.
2. Adanya perbedaan gaji yang diterima antara karyawan yang masih single
dengan yang sudah berkeluarga (Ada, berbentuk pendapatan non- upah atau
tunjangan. Diatur dalam SE Menaker 07/1990 dan UU No. 3 Tahun 1992 jo UU
No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 99)
3. Adanya pengakuan masa kerja jika karyawan tersebut memang memiliki catatan
kinerja yang baik (Ada. Hal ini diatur pada Pasal 88 ayat (1) UU No. 13/2003)
Pemberian gaji penuh terhadap karyawati yang cuti karena melahirkan (Ya,
karyawati tetap mendapatkan gaji penuh meskipun cuti karena hamil dan
persalinan. Hal ini diatur pada Pasal 153 ayat 1 huruf e UU No. 13/2003. Bahkan
karyawati memiliki hak untuk mendapatkan tanggungan dari perusahaan atas biaya
persalinannya. Hal ini tertulis pada Pasal 4 ayat 1 UU No. 3 tahun 1992 tentang
Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Pasal 2 ayat 3 Peraturan Pemerintah No. 14
Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja)
• Dalam Islam, Allah SWT merupakan pemilik utama harta yang ada di bumu dan
faktor-faktor produksi, manusia sebagai khalifah dan produsen memegang amanah
untuk memanfaatkannya.
• Perusahaan yang dibangun tidak lain ditujukan untuk mendapatkan profit atau
laba dengan maksimum (MC = MR) • Islam pada dasarnya sangat toleran terhadap
pencapai laba yang hendak dicapai oleh setiap seseorang pengelola perusahaan
atau industri, • Firman Allah SWT tentang hal ini: • “Tidak ada dosa bagimu untuk
mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila telah
bertolak dari ‘Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy’arilharam. Dan
berdzikirlah (dengan menyebut Allah) sebagaimana ditunjukkan-Nya kepadamu;
dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang- orang yang
sesat.” (Q.S. Al Baqarah (2) : 198).
• Hubungan antarpelaku industri yang terbagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu:
1. Pertama, hubungan internal antara pihak manajemen perusahaan dengan
karyawannya 2. Kedua, hubungan ekstenal yaitu hubungan antara perusahaan yang
satu dengan perusahaan lainnya dalam sebuah lingkup industri • Penggabungan
etika dan hubungan industrial Islam = cara memasukan norma-norma Islam dalam
kegiatan bisnis, seperti pengaturan etika profesi bisnis, peningkatan profesionalitas
karyawan, maupun penjalinan kerjasama anatarperusahaan dengan dasar saling
menguntungkan
• Hal yang dilarang karena tidak sesuai dengan etika Islam dalam bisnis: 1.
Pelanggaran komitmen kontrak sosial yang menjadi janji bersama 2. Pengurangan
gaji karyawan secara sepihak 3. Penipuan 4. Praktek-praktek monopoli 5. Tender
yang tidak transparan 6. Unfair Competition, seperti: Ba’i Najasy, Ihtikar
(penimbunan), talaqqi rukban, ghisy (curang), siyasah ighraq (politik dumping)
PENUTUP
A. Kesimpulan
https://easttimor17.wordpress.com/2012/03/07/tujuan-hukum-industri
http://sosiologis.com/ekonomi-islam
https://www.slideshare.net/bazari91/industrialisasi-dalam-islam