Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif (Lexy J
Moleong, 2006 : 2-6) dan kepustakaan dengan fokus kajian pada
pandangan fiqh muamalah terhadap hadis yang berhubungan dengan
hybrid contract model dan konstruksi hybrid contract model dalam
lembaga keuangan syariah. Lembaga keuangan syariah yang menjadi
fokus dalam penelitian ini adalah produk bank syariah yang
menggunakan kombinasi akad.
Mudhârabah
Services Investasi Khusus Muqayyadah
Mudhârabah
Musytarakah
Tijârah Financing Modal Kerja Murâbahah
Investasi Murâbahah
Pembiayaan Proyek Murâbahah
Pengadaan Barang Murâbahah
Investasi
Pembiayaan Peralatan Murâbahah
Pembiayaan Aset Murâbahah
Tetap
Pembiayaan Stok Murâbahah
Barang
Pengadaan Barang Murâbahah
Konsumsi
Pembiayaan Properti Murâbahah
Pembiayaan Murâbahah
Rumah/Toko/Kantor
Pembiayaan Murâbahah
Kendaraan Bermotor
Pembiayaan Murâbahah
Komputer
Pembiayaan Pabrik Murâbahah/Istishnâ’
dan Mesin
Pemesanan Barang Istishna
Investasi
Renovasi Istishna
Pembiayaan Ijârah (Multijasa)
Ijârah Financing Pendidikan
Pembiayaan Sewa- Ijârah Muntahia
Beli bittamlîk
Ajr Services Kartu ATM Ujr
SMS banking Ujr
Pembayaran tagihan Ujr
Pembayaran Gaji Ujr
Bank Garansi Kafâlah
Setoran Kliring Wakâlah
Tranfer Wakâlah
Pajak Impor Wakâlah
Pinjaman Kebajikan Qardhul Hasan
Gadai Rahn/Qardh
Takeover/Transfer Hawâlah
service
Giro Wajib Minimum Wadiah
Services (GWM)
Kliring Wakâlah
Sertifikat Investasi Mudhârabah
FPJPS Mudhârabah
ﹶﻣﺎﻭﹶَﻗﻌﹶﹾﺖﹶَﻋﻠﹾﻴﻪﹺﺻﹶْﻔَﻘُﺘﹸﻪ
ﺍﱠﻟﻠﻪﹸ ﹶَﻋﻠ ﻭﹶﺳﱠﹶ ﹶﻋﻦ ﹶﺻْﻔَﻘَﺘﹾﻴِﻦﻓ ﹶﺻ ﹶﻭﺍﺣ َﻗﺎَﻝ َﺃﹾﺳﹶ َﻗﺎَﻝ ﹶﺷِﺮﻳ َﻗﺎَﻝﺳﹺﹶﻤﺎٌﻙ
ﻚﹲ ﻮﺩﹸ ﹺﻲ ﻔَﻘﹴ ﹺﺪﹶﺓ ﹾﻴ ﹺ ﻠ ﻢ ﹶ ﹾ
ﹴ ﺔ ﻪ
3. Larangan bay’ dan salaf (jual beli dan akad pemesanan barang)
Riwayattentanglaranganbay’dansalaf(MaktabahSyamilah,
Musnad Ahmad, Juz 13, hlm. 377)
ﹶﻋﻦﹾ
ﻀﺤﺎُﻙﹾﺑ ْﺜﹸﻋﹶﻤﺎﻥﹶ ﹶﻋﻦ ﹶﻋﹾ ﻤﺮﻭ ﹸﺷﹶﻌﹾ ﹶﻋﻦَﹾِﺃﺑﻴ
ﻨﹶﻔﹺﻲ ﹶﱠﺣﺪَﺛﻨﹶ ﱠ ﱠ
ﹶﱠﺣﺪﺛَﻨﹶَﺎﺃﹸﺑﻮ ﹶﺑْﻜٍﺮﺍْﻟ ﱡ
ﹺﻪ ٍﹾﺑِﻦ ﻴﺐ ﹾ ﻦﹸ ﺎﺍﻟ
oleh kedua belah pihak. Jika salah satu di antaranya tidak jelas,
maka hukum dari akad itu dilarang. Imam al-Syafi’i memberi
contoh, jika seseorang hendak membeli rumah dengan harga
seratus, dengan syarat dia meminjamkan (salaf) kepadanya
seratus, maka sebenarnya akad jual beli itu tidak jelas apakah
dibayar dengan seratus atau lebih. Sehingga harga dari akad jual
beli itu tidak jelas, karena seratus yang diterima adalah pinjaman
(‘âriyah). Sehingga penggunaan manfaat dari seratus tidak jelas;
apakah dari jual beli atau pinjaman (Al-Syâfi’i, tt. : 205).
Kebolehan multiakad yang didasarkan atas prinsip hukum asal
dari akad adalah boleh dan hukum multiakad diqiyaskan dengan
hukum akad-akad yang membangunnya, harus memperhatikan
ketentuan- ketentuan agama yang membatasinya. Artinya, meskipun
multiakad diperbolehkan, ada batasan-batasan yang tidak boleh
dilanggar, karena batasan itu menjadi rambu bagi multiakad agar
tidak terjerumus kepada praktik muamalah yang diharamkan.
Batasan-batasan sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya
adalah garis batas bagi praktik multiakad yang tidak boleh dilewati.
Uraian