MASALUL FIQIYAH
(MEMAKAI CADAR DALAM ISLAM)
Disusun oleh :
Achmad Khoirul Huda Saliyo
NIM 20155601211653
Dosen :
(Drs. Nursaman)
Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan kekuatan dan keteguhan
hati kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Sholawat beserta salam
semoga senantiasa tercurah limpahan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang
menjadi tauladan para umat manusia yang merindukan keindahan surga.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas,
Drs. Nursaman pada mata kuliah Masailul Fiqiyah. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Nursaman
selaku dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan mata kuliah yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah Ta’ala telah menghancurkan peradaban-peradaban dan bangsa-
bangsa besar di dunia antara lain karena mereka merendahkan kaum wanita
mereka. Sejarah telah mencatat bangsa Yunani yang memberikan
“kebebasan” kepada kaum wanita, padahal sebenarnya hal itu ditujukan untuk
memperturutkan dorongan nafsu mereka. Sejarah juga telah mencatat bangsa
Persia yang menganaktirikan wanita. Salah satunya, mereka menganggap
bahwa hukuman hanya berlaku atas wanita.
Sejarah masih mengenang bangsa Romawi, Cina, India, Yahudi, Kristen
serta Arab Jahiliyah yang mengesampingkan hak pernikahan dan warisan
kaum wanita. Berbeda dengan bangsa lain yang menganggap wanita sebagai
makhluk tak berharga, bangsa Arab Jahiliyah justru menganggap wanita
sebagai harta yang dapat diperjualbelikan.
Kemudian islam datang membebaskan wanita dari semua itu. Islam
datang dan mendudukkan wanita pada tempat yang semestinya. Islam juga
melindungi wanita dari gangguan dan marabahaya, salah satunya dengan
syari’at hijab.
Namun muslimin berbeda pendapat tentang berbagai hal seputar hijab,
terutama cadar. Oleh karena itu maka penulis berkeinginan untuk
mengumpulkan sebagian pembahasan tentang cadar, kemudian
menuliskannya dalam makalah berjudul: MEMAKAI CADAR DALAM
ISLAM
B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang di atas maka dapat diambil Rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa itu cadar dan bagaimana sejarah munculnya cadar?
2. Bagaimana respon para ulama dalam menyikapi masalah cadar?
C. Tujuan
1
1. Memahami tentang pengertian dan sejarah munculnya cadar
2. Memahami masalah tentang cadar di lingkungan masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Asal Usul Cadar
1. Pengertian Cadar
Dikatakan dalam kamus Al Muhith bahwa kata cadar dalam bahasa
arabnya ( )نقابatau nikoob mempunyai arti : kain yang digunakan untuk
menutupi muka seorang wanita.1
Niqab adalah penutup kepala yang menutupi bagian wajah, namun
masih membiarkan bagian mata terbuka. Niqab pada umumnya
menjuntai hingga bagian tengah punggung dan menutupi bagian tengah
dada. Penutup kepala ini sering digunakan oleh wanita di Arab, namun
beberapa wanita muslim di negara Barat juga seringkali
menggunakannya.
Cadar adalah pakaian yang digunakan untuk menutupi
wajah,minimal untuk menutupi hidung dan mulut. Cadar merupakan
jubah full body yang didesain untuk perempuan bila ingin berpergian
keluar rumah. Cadar biasanya berwarna hitam dan siapapun yang
memakainya harus memegang erat cadar di bagian depan tubuh mereka
karena tidak memiliki pengikat atau tempat untuk ikat pinggang. Pakaian
ini umumnya dipakai di Iran.
2. Asal Usul Cadar
Jika menelusuri asal-usul wanita memakai cadar, tentunya agak
kesulitan mendapatkan beberapa referensi valid yang mengungkap masa
atau masyarakat pertama kali yang memakai cadar. Namun penulis
berusaha untuk memberi pandangan dan mengarahkan ke beberapa
tempat dan masa munculnya cadar di kalangan wanita. Umat Islam di
luar daerah Arab mengenal cadar (niqab) dari salah satu penafsiran ayat
al-Quran di surat An-Nur dan surat Al-Ahzab yang diuraikan oleh
2
sebagian sahabat Nabi, sehingga pembahasan cadar wanita dalam Islam
masuk dalam salah satu pembahasan disiplin ilmu Islam, termasuk fikih
dan sosial.
3
4
mereka gunakan untuk menghiasi mata mereka. Kaki dan tangan mereka
dihiasi dengan gelang yang bergerincing ketika berjalan. Telapak tangan
dan kaki mereka sering kali juga diwarnai dengan pacar. Alis mereka pun
dicabut dan pipi mereka dimerahkan, tak ubahnya seperti wanita-wanita
masa kini, walau cara mereka masih sangat tradisional. Mereka juga
memberi perhatian terhadap rambut yang sering kali mereka sambung
dengan guntingan rambut wanita lain, baru setelah Islam datang, al-
Quran dan Sunnah berbicara tentang pakaian dan memberi tuntunan
menyangkut cara-cara memakainya.5
Intelektual kontemporer asal Pakistan, Abu al-A’la al-Mawdudi
menjelaskan, bahwa banyak sekali tuduhan-tuduhan tidak penting
terhadap Islam yang datang dari orang-orang yang tidak bertanggung
jawab, seperti halnya mereka menuduh hijab dan cadar (niqab) berasal
dari budaya perempuan-perempuan Arab jauh sebelum Islam masuk,
tepatnya di masa Jahiliyah, kemudian berlanjut warisan jahiliyah ini ke
orang-orang Muslim di abad-abad berikutnya, khususnya setelah masa
Nabi. Mereka sangat pandai berusaha menghantam beberapa ajaran
Islam, seperti mencari sejarah lahirnya cadar atau beberapa tradisi
masyarakat tertentu yang dikaitkan ke masalah syari’ah, agar
menggoncang pembahasan yang telah ditetapkan oleh ulama sebagai
ahlinya.6
a) Ijma Shahabat
10 lihat Fiqh ala Mazaaibil Arba’ah Jilid : 1 hal 583 ; Fiqh Islam Wa Adilatuhu, Dr.Wahbah Az-Zuhayli,
1/744-755
11 Islam tanya & Jawab , Sholeh Al-Munajid (www.islam Qa-com)
12
3. Saat pengobatan.
Kaum wanita juga boleh membuka tempat yang terkena penyakit pada
wajah atau bagian tubuhnya yang terkena penyakit kepada dokter untuk
diobati. Dengan syarat harus disertai mahram atau suaminya.
Ibnu Qudamah berkata: “Seorang dokter dibolehkan melihat bagian
tubuh wanita yang sakit bila perlu diperiksa. Sebab bagian tubuh itu
memang perlu dilihat.
4. Saat menjadi saksi atau sebagai orang yang diberi persaksian
Ibnu Qudamah mengatakan: “Saksi boleh melihat terdakwa supaya
persaksiannya tidak salah alamat. Imam Ahmad berkata: Tidak boleh
memberikan persaksian terhadap seorang terdakwa wanita hingga Ia
mengenali indentitasnya dengan pasti.12
12 lihat kitab Al-Mughni VII/459, Syarah Al-Kabir ‘Alal Muqni’ VII/348 dan Al-Hidayah ma’a Takmilah
Fathul Qadir X/26
PENUTUP
Demikianlah apa yang patut kita ketahui tentang hukum memakai cadar. Dan
setelah itu marilah kita melihat kenyataan hari ini di mana kita hidup di dalamnya,
maka kita akan mendapatkan fitnah ada di mana-mana. Rasulullah sudah
mengingatkan kita akan besarnya fitnah wanita terhadap laki-laki sebelum beliau
wafat. Dan Sabdanya : Bertaqwalah akan fitnah dunia dan fitnah wanita. Karena
sesungguhnya fitnah yang pertama sekali menimpa bani isroil adalah fitnah
wanita. [Muslim : 17/55 ]
Di zaman Rasulullah wanita-wanita yang tidak memakai cadar adalah para
budak. Sehingga diceritakan dalam tafsir “Adhwa’aul Bayan”: Wanita-wanita
budak tidak memakai cadar sehingga mereka diganggu. Maka untuk membedakan
antara wanita budak dengan wanita merdeka diperintahkan untuk menutup muka
dengan menurunkan jilbabnya. Sebagian para ulama berpendapat seorang laki-laki
lebih tertarik dikarenakan melihat wajahnya daripada melihat kakinya. Dan kita
bisa melihat wanita-wanita yang tidak menutup auratnya yang sering menjadi
korban pelecehan saksual oleh lelaki yang tidak bermoral. Hanya kepada Allah
sajalah kami memohon agar memperbaiki keadaan kaum muslimin. Shalawat dan
salam semoga tercurah atas nabi kita Muhammad.
13
DAFTAR PUSTAKA
14