Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Tentang

“ANALISIS INFORMASI E-GOVERNMENT”

OLEH:

ANDI ASDAR

S1A116009

ADM NEGARA KELAS A

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada abad ke-21 ini, perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan komunikasi
sangat pesat. Berbagai sistem informasi internet dan komunikasi digunakan pada
lingkungan pemerintah dan dikenal sebagai e – government. Dalam
perkembangannya saat ini e-government banyak digunakan oleh pemerintah pusat
maupun daerah yang sudah memiliki SDM serta fasilitas yang memadai. Dalam
pelaksanaanya e-goverment membutuhan dana yang tidak sedikit dan
membutuhkan tenaga ahli yang kompeten dalam hal ini serta kesiapan dari
masyarakat itu sendiri. Hasil dari penelitian di beberapa negara berkembang
menujukan bahwa permerintahan di negara tersebut belum bahkan tidak sama
sekali melaksanaan pemerintahan secara online, di karenakan pemerintahan di
negara tersebut masih bersifat tradisional dan belum ada tenaga ahli yang
kompeten untuk melaksanakan e-goverment tersebut. Dalam kesempatan ini
penulis mengajak untuk belajar bagaimana cara pelaksanaan, tata cara
pengelolaan, serta kendala dalam penerapan e-goverment di indonesia.
Pemerintahan elektronik atau e-government (berasal dari kata Bahasa Inggris
electronics government, juga disebut e-gov, digital government, online government
atau dalam konteks tertentu transformational government) adalah penggunaan
teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan
bagi warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan
pemerintahan. e-Government dapat diaplikasikan pada legislatif, yudikatif, atau
administrasi publik, untuk meningkatkan efisiensi internal, menyampaikan
pelayanan publik, atau proses kepemerintahan yang demokratis. Model
penyampaian yang utama adalah Government-to-Citizen atau Government-
toCustomer (G2C), Government-to-Business (G2B) serta Government-
toGovernment (G2G). Keuntungan yang paling diharapkan dari e-government
adalah peningkatan efisiensi, kenyamanan, serta aksesibilitas yang lebih baik dari
pelayanan public.

. 1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pelaksanaan e-goverment di instansi pemerintahan?
2. Bagaimana tata cara pengelolaan e-goverment?
3. Apa saja kendala dalam pengaplikasian e-goverment?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pelaksanaan E- Government di instansi pemerintah.
2. Untuk mengetahui tat acara pengelolaan E- Government.
3. Untuk mengetahui kendala dalam pengaplikasian E- Government.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi E- Government

E-government adalah tentang penyampaian informasi pemerintah dan


penyelenggaraan pelayanan secara online melalui internet atau alat digital lainnya.
Sedangkan menurut Holmes (2000), E-Gov didefinisikan sebagai “Kegunaan
Teknologi Informasi untuk memberikan/menyajikan pelayanan kepada publik
dengan lebih nyaman, berorientasi pada konsumen, mengefektifkan biaya, dan
secara keseluruhan merupakan cara yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan
penulis lain (Fang, 2002; Seifert and Bonham, 2004) mendefinikan E-government
merupakan sebuah cara bagaimana pemerintah menggunakan teknologi informasi
khususnya aplikasi internet berbasis web, untuk menyediakan akses yang mudah
terhadap informasi pemerintah dan menyediakan pelayanan publik, juga untuk
meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan, serta melakukan transformasi
hubungan antara pejabat publik dengan penduduk dan juga bisnis. Dari berbagai
definisi ini, umumnya pemerintah- pemerintah di dunia yang mengimplementasikan
E-Gov menggunakan definisi dari Bank Dunia[2], yaitu pemanfaatan Teknologi
Informasi (seperti Wide Area Network, Internet, Mobile Computing) oleh agen
pemerintah yang mampu mentransformasi hubungan dengan penduduk, bisnis
serta unit pemerintah lainnya. Secara garis besar dari definisi-definisi yang beredar
mengenai E-Gov dapat disimpulkan bahwa E-Gov mempunyai beberapa
penekanan penting yaitu pada:
a. adanya pemanfaatan teknologi informasi (Internet, WAN, Mobile Computing dll).
b. adanya tujuan untuk meningkatkan layanan kepada publik yaitu dengan adanya
pelayanan umum secara online (Online Public Services).
c. adanya tujuan untuk melakukan transformasi hubungan antara agen pemerintah
dengan penduduk, bisnis ataupun dengan unit pemerintah lainnya.

2.2 Faktor- Faktor yang Menimbulkan Penerapan E- Government

Pada zaman yang serba berhubungan dengan IT perlu adanya penyesuaian dalam
pelaksanaan pemerintahan dalam berbagai sektor, salah satu yang harus
menyesuaikan adalah sektor pelayanan publiknya, karena pelayanan publik
berhubungan langsung dengan masyarakat penerima hasil dari proses
pemerintahan tersebut, maka wajar perlu adanya peningkatan proses pelayanan
kepada masyarakat. Namun masih banyak faktor-faktor yang menghambat
tercapainya tujuan tersebut,faktor internal ataupun faktor eksternal baik makro
ataupun micro yang ada dalam negara Indonesia selaku penyelenggara E-
government .
2.2.1 Faktor Internal

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan E-government di negara Indonesia


diantaranya kepemimpinan, SDM, pengelolaan informasi dan budaya organisasi
yang masih belum seperti diharapkan.

2.2.2 Faktor Eksternal

Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan E-government yakni sejarah, budaya,


pendidikan, pandangan politik, kondisi ekonomi, dari negara Indonesia. Faktor-
faktor ini sendiri yang menentukan mampu atau tidak dinegara Indonesia
melaksanakan E-government seperti yang diharapkan.

2.3 Macam- Macam E- Government

E-government dilakukan oleh pemerintah dan menggunakan teknologi informasi.


Teknologi informasi tersebut digunakan untuk mendukung proses pelayanan publik
berupa pertukaran informasi dan pelayanan kepada penduduk, perusahaan, dan
pemerintah lainya. E-government dapat memberikan keutungan berupa
kemudahan dalam pembuatan KTP, pembayaraan pajak, penyediaan data
demografi, dan sebagainya. E-government adalah adalah e-business yang
dilakukan oleh pemerintah untuk menjalankan proses bisnisnya, yaitu
pemerintahan dan layanan masyarakat.

2.3.1 E-Commerce (EC)

E-Commerce (EC) adalah pembelian dan penjualan barang atau jasa melalui
sistem elektronik seperti internet dan jaringan komputer lainnya.
(http://en.wikipedia.org/wiki/E-commerce) E-Commerce adalah bagian dari
ebusiness karena adanya penggunaan teknologi informasi berupa internet dan
jaringan komputer lainnya untuk menjalankan proses bisnis utama berupa
pembelian dan penjualan.

2.3.2 E- Market
E-Market yaitu tempat bertemunya para penjual dengan para pembeli melalui
media elektronik dan tersambung dalam sebuah jaringan yang disebut
internet.Dalam penerapanya telah diciptakan berbagai macam istilah salah satunya
e-market dan membuat sedikit bergesernya define dari pasar itu sendiri. Dari
bentuk pasar yang konvensional, yaitu pembeli dan penjual bertemu langsung
secara fisik, ke bentuk pasar di era digital. Apalagi sekarang ini, di saat teknologi
sudah semakin maju dan Internet telah menjadi salah satu gaya hidup dalam
masyarakat di seluruh dunia. Dengan ada e-market, membuat sebuah kegiatan
jenis belanja dengan bentuk baru yaitu belanja secara online (online shopping).
Belanja secara online dapat dikatakatan sebuah proses dimana pembeli langsung
membeli barang atau jasa dari penjual secara realtime melalu internet.

2.3.3 E- Product

E-product merupakan produk yang ditawarkan melalui bisnis di internet. Dan


produk yang dapat diunduh melalu jaringan. E-businessjuga melahirkan istilah
untuk barang-barang yang ditawarkan melalui internet, baik yang secara fisik atau
hanya berupa data digital. Produk-produk yang secara global menjadi kebutuhan
dan diminati masyarakat serta memiliki standar kualitaslah yang dapat dipasarkan
melalui Internet mengingat orang-orang yang terkait dengan e-market berasal dari
berbagai daerah, bahkan negara, yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pelaksanaan E- Goverment di Instansi Pemerintahan


Dalam pelaksanaanya e-government sudah mulai bekembang di indonesia
khususnya pada bidang pelayanan masyarakat yang bersifat terbuka dan
transparan. E-Gov di Indonesia mulai dilirik sejak tahun 2001 yaitu sejak munculnya
Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2001 tgl. 24 April 2001 tentang Telematika
(Telekomunikasi, Media dan Informatika) yang menyatakan bahwa aparat
pemerintah harus menggunakan teknologi telematika untuk mendukung good
governance dan mempercepat proses demokrasi. Namun dalam perjalanannya
inisiatif pemerintah pusat ini tidak mendapat dukungan serta respon dari segenap
pemangku kepentingan pemerintah yaitu ditandai dengan pemanfaatan teknologi
informasi yang belum maksimal. Berdasarkan data yang ada, pelaksanaan E-
Government di Indonesia sebagian besar barulah pada tahap publikasi situs oleh
pemerintah atau baru pada tahap pemberian informasi, dalam tahapan Layne &
Lee baru masuk dalam Cataloguing. Data Maret 2002 menunjukkan 369 kantor
pemerintahan telah membuka situs mereka. Akan tetapi 24% dari situs tersebut
gagal untuk mempertahankan kelangsungan waktu operasi karena anggaran yang
terbatas. Saat ini hanya 85 situs yang beroperasi dengan pilihan yang lengkap.
(Jakarta Post, 15 Januari 2003). Indikator lainnya adalah penestrasi internet baru
mencapai 1,9 juta penduduk atau 7,6 persen dari total populasi Indonesia pada
tahun 2001. Pada tahun 2002 dengan 667.000 jumlah pelanggan internet dan
4.500.000 pengguna komputer dan telepon, persentasi penggunaan internet di
Indonesia sangatlah rendah. (Sumber: Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia/APJII). Pada tahun 2003, di era Presiden Megawati Soekarno Putri,
Pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan yang lebih fokus terhadap pelaksanaan
E-Gov, melalui Instruksi Presiden yaitu Inpres Nomor 3 tahun 2003. Inpres ini berisi
tentang Strategi Pengembangan E-gov yang juga sudah dilengkapi dengan
berbagai Panduan tentang e-gov seperti: Panduan Pembangunan Infrastruktur
Portal Pemerintah; Panduan Manajemen Sistem Dokumen Elektronik Pemerintah;
Pedoman tentang Penyelenggaraan Situs Web Pemda; dan lain-lain. Demikian
pula berbagai panduan telah dihasilkan oleh Depkominfo pada tahun 2004 yang
pada dasarnya telah menjadi acuan bagi penyelenggaraan e-gov di pusat dan
daerah. Dalam Inpres ini, Presiden dengan tegas memerintahkan kepada seluruh
Menteri, Gubernur, Walikota dan Bupati untuk membangun Egovernment dengan
berkoordinasi dengan Menteri Komunikasi & Informasi. Di lihat dari pelaksanaan
aplikasi e-gov setelah keluarnya Inpres ini maka dapat dikatakan bahwa
perkembangan pelaksanaan implementasi E-Gov masih jauh dari harapan. Data
dari Depkominfo (2005) menunjukkan bahwa hingga akhir tahun 2005 lalu
Indonesia baru memiliki: 1. 564 domain go.id; 2. 295 website pemerintah pusat dan
pemda; 3. 226 website telah mulai memberikan layanan publik melalui website; 4.
198 website pemda masih dikelola secara aktif. Beberapa pemerintah daerah
memperlihatkan kemajuan cukup berarti. Bahkan Pemkot Surabaya sudah mulai
memanfaatkan e-gov untuk proses pengadaan barang dan jasa (e-procurement).
Beberapa pemda lain juga berprestasi baik dalam pelaksanaan e-gov seperti:
Pemprov DKI Jakarta, Pemprov DI Yogyakarta, Pemprov Jawa Timur, Pemprov
Sulawesi Utara, Pemkot Yogyakarta, Pemkot Bogor, Pemkot Tarakan, Pemkab
Kebumen, Pemkab. Kutai Timur, Pemkab. Kutai Kartanegara, Pemkab Bantul,
Pemkab Malang. Sementara itu dari sisi infrastruktur, layanan telepon tetap masih
di bawah 8 juta satuan sambungan dan jumlah warung telekomunikasi (Wartel) dan
warung Internet (Warnet) yang terus menurun karena tidak sehatnya persaingan
bisnis. Telepon seluler menurut data Depkominfo tersebut telah mencapai 24 juta
ss. Meski kepadatan telepon tetap di beberapa kota besar bisa mencapai 11%-
25%, kepadatan telepon di beberapa wilayah yang relatif tertinggal baru mencapai
0,2%. Jangkauan pelayanan telekomunikasi dalam bentuk akses telepon baru
mencapai 65% desa dari total sekitar 67.800 desa yang ada di seluruh tanah air.
Jumlah telepon umum yang tersedia hingga saat ini masih jauh dari target 3% dari
total sambungan seperti ditargetkan dalam penyusunan Program Pembangunan
Jangka Panjang II dahulu. Sementara itu jumlah pelanggan dan pengguna Internet
masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan total penduduk Indonesia.
Hingga akhir 2004 berbagai data yang dikompilasi Asosiasi Penyedia Jasa Internet
Indonesia (APJII) memberikan jumlah pelanggan Internet masih pada kisaran 1,9
juta, sementara pengguna baru berjumlah 9 juta orang. Rendahnya penetrasi
Internet ini jelas bukan suatu kondisi yang baik untuk mengurangi lebarnya
kesenjangan digital (digital divide) yang telah disepakati pemerintah Indonesia
dalam berbagai pertemuan Internasional untuk dikurangi. Contoh Aplikasi e-
government yang sudah diimplemntasikan di Indonesia oleh dinas kependudukan
dan pencatatan sipil yaitu :
1. Pelayanan KTP Online Saat ini hampir semua pemerintahan daerah di
Indonesia sudah mempunyai website, dengan isi informasi umum seperti struktur
organisasi, visi dan misi, alamat pejabat-pejabat, informasi pariwisata, pendidikan
dan sebgaianya. Pemrosesan Pembuatan KTP secara online via Internet ini
dipandang perlu dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Diharapkan aplikasi ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi waktu,
mengatasi prosedur manual yang tidak praktis, dan sebagainya. Pelayanan KTP
Online adalah sebuah aplikasi untuk pembuatan Kartu Tanda Penduduk secara
online baik bagi yang akan membuat KTP baru maupun yang akan melakukan
perpanjangan. Dengan Aplikasi ini pemohon KTP dapat melakukan
peromohonanya secra langsung, dengan mengklik menu yang tersedia pada
website. Aplikasi Pelayanan KTP online ini mempunyai beberapa tugas sebagai
berikut: a. Menyimpan biodata Penduduk b. Menyimpan data Kecamatan c.
Menyimpan data permohonan d. Menyimpan data masa berlaku
2. Pelayanan Izin Gangguan (HO) Online Aplikasi pelayanan masyarakat ini untuk
pengurusan izin gangguan bagi yang akan menjalankan sebuah usaha ataupun
untuk perpanjangan bagi usaha yang sudah memiliki izin usaha yang telah habis
masa berlakunya. Pada Aplikasi ini masyarakat yang akan memohon izin gangguan
(HO) tinggal memilih layanan yang diinginkan, izin gangguan untuk usaha baru
atau perepanjangan izin gangguan lama. Dengan Aplikasi ini setiap pemohon
dapata mengajukan permohonan dan mengisi formulir permohonan kapanpun dan
dimana pun, selagi masih terhubung dengan internet. Dengan begitu, pemohon
tidak perlu mewakilkan ke orang lain untuk pengurusan izin ini.

3.1.1 Contoh Penerapan Aplikasi E- Government di Indonesia

1. Kabupaten Sragen mengembangkan “One Stop Service (OSS)” OSS Center


adalah sebuah institusi yang memberikan dukungan pengembangan satuan kerja
layanan perijinan terpadu atau lebih dikenal dengan istilah One Stop Services
disingkat OSS (lihat About OSS). OSS Center mendukung terwujudnya inovasi
layanan perijinan terpadu d idaerah yang pada kenyataannya masih memiliki
keterbatasan untuk dari tingginya kompetisi bisnis di tingkat lokal dan nasional,
keberadaan OSS Center akan memiliki korelasi positif terhadap perbaikan
pelayanan publik pemerintah terhadap investor (baik PMA maupun PMDN) dan
pebisnis lokal. Dengan terbentuknya OSS Center di tingkat nasional dan regional
(propinsi), diharapkan akan memiliki andil dalam perbaikan iklim investasi dan
kualitas pelayanan perijinan di Indonesia. OSS Center akan memberikan
pendampingan pada OSS bagi daerah-daerah yang membutuhkan melalui
penguatan sistem dan informasi, menganalisa kebutuhan dan melakukan asistensi
di tiap level kebijakan pemerintah, mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan dari
satuan kerja pelayanan perijinan usaha dan investasi, serta bentuk-bentuk asistensi
lainnya. Selain itu, dengan keberadaan OSS Center ini diharapkan akan
membentuk jaringan data dan informasi yang luas antar stakeholder dalam ranah
investasi nasional dan lokal. Terbentuknya OSS Center ini ternyata sejalan dengan
Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2006 tentang Paket Kebijakan Investasi dimana
dalamkebijakan tersebut dituangkan berbagai hal yang harus diatur kembali agar
iklim investasi di Indonesia dapat tumbuh dan bersaing di skala internasional.
Dengan dukungan dukungan luas dari jaringan Forum Daerah (Forda UKM),
lembaga-lembaga yang concern pada pengembangan usaha dan investasi baik
pemerintah maupun non pemerintah, sektor swasta serta keterlibatan media cetak
dan elektronik, OSS Center diharapkan mampu menjadi motivator terciptanya
perbaikan kualitas layanan perijinan usaha dan investasi di Indonesia. Sedangkan
manfaat nyata dari OSS ini adalah: OSS diharapkan mampu melayani seluruh
perijinan yang dibutuhkan oleh investor dan dunia usaha di daerah masing-masing,
mulai dari ijin mendirikan bangunan (IMB), ijin gangguan (HO), ijin usaha (SIUP,
TDP, TDI, IUT, IUI, TDG, dll) atau ijin per sektor seperti ijin usaha restora, ijin
pendirian salon dan OSS Center akan memberikan berbagai informasi dan
pelatihan tentang sistem, metode, dan cara untuk mengembangkan layanan
perijinan dan investasi di Indonesia yang dapat diakses secara langsung di kantor
OSS Center atau melalui telepon, email, dan website (www.oss-center.net). OSS
Center juga akan menghubungkan pemerintah kota/kabupaten dan OSS di seluruh
Indonesia dengan lembaga pendamping atau lembaga-lembaga lain yang dapat
memberikan bantuan teknis untuk pengembangan OSS.
2. Pemerintah Surabaya menerapkan e-procurement Dengan adanya e-
procurement yang dikembangkan pemerintah Surabaya http://www.surabaya-
eproc.or.id maka masyarakat Surabaya bisa lebih mudah untuk mengetahui projek
yang sedang ada dan mereka bisa lebih mudah untuk mengetahui projek yang
sedang ada dan mereka bisa lebih mudah untuk ikut didalam lelang tender projek
tersebut.
3. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) BPPT termasuk salah satu
bagian pemerintahan yang telah mengembangkan sebuah sistem TEWS yang
sering disebut dengan Tsunami Early Warning System. Sistem ini digunakan
sebagai pemberi sinyal ke pusat yang menandakan kemungkinan ada tsunami.
Dan jika sistem dipusat menerima sinyal dari satelit bahwa disuatu tempat akan
terjadi tsunami, maka sistem control room akan menentukan sirene mana yang
akan dibunyikan, dan akan mengirim sms secara langsung kepada orang-orang
yang berwewenang didaerah dimana kemungkinan tsunami itu akan terjadi, supaya
bisa diinformasikan kemasyarakat. Sistem TEWS ini, menggunakan sistem jaringan
yang sangat kompleks, dan setiap peralatan yang digunakan telah menggunakan
Internet Protocol (IP) yang spesifik. Misalnya, Sirene, Sensor dan beberapa tools
lainnya. Selain contoh-contoh yang diatas, masih banyak daerah-daerah atau
departemen atau lembaga pemerintahan yang lain yang telah mengembangkan e-
government misalnya dibagian e-learning, e-registration, samsat dan lain
sebagainya.

3.2 Tata Cara Pengelolaan E- Government

Dalam pengeloaanya e-goverment pertama-tama yang harus dilihat adalah


bagaimana sistem pemerintahan berjalan sebelum penerapan e-government,
karena untuk menjalankan e-government diperlukan suatu sistem informasi yang
baik, teratur dan sinergi dari masing-masing lembaga pemerintahan, sehingga dari
kesemuanya itu bisa didapatkan suatu sistem informasi yang terjalin dengan baik.
Karena dengan sistem informasi yang demikian akan memudahkan pemerintah
dalam menjalankan fungisnya ke masyarakat. Sedangkan untuk mewujudkan
sistem informasi yang baik, teratur dan sinergi antara lembaga pemerintahan, maka
sistem informasi dari masing-masing lembaga pemerintahan harus memenuhi
suatu standar sistem informasi, dimana standar ini meliputi persyaratan minimal
untuk faktor-faktor dari sistem informasi tersebut. Dalam pengertian sistem
informasi secara umum, maka unsur-unsur yang terkandung didalamnya adalah
manusia,teknologi, prosedurdan organisasi. Untuk memenuhi konsep sistem
informasi yang baik maka dari masing-masing unsur tersebut harus memiliki
standar yang harus dipatuhi dan dijalankan, sehingga sistem informasi dari satu
lembagapemerintah ke lembaga pemerintah lainnya dapat terhubung, dan
informasi yang dihasilkan dari sistem informasi tersebut bisa dipergunakan untuk
keperluan pemerintah dalam menjalankan fungsinya baik kedalam maupun keluar.
Kemudian dalam konteks e-government, maka kita akan berbicara mengenai
sistem informasi yang berbasiskan komputer, karena untuk mewujudkan e-
government tidak ada jalan lain bahwa yang harus dilakukan pertama-tama adalah
mengotomatisasi semua unsur yang terdapat dalam sistem informasi dan untuk
memperlancar otomatisasi tersebut maka dipergunakanlah teknologi ICT yang
dapat mendukung yaitu komputer.

3.3 Kendala dalam Pengaplikasian E- Government

Salah satu kendala utama dalam pelaksanaan e-government adalah kurangnya


ketersediaan infrastruktur telekomunikasi. Jaringan telepon masih belum tersedia di
berbagai tempat di Indonesia. Biaya penggunaan jasa telekomunikasi juga masih
mahal. Harapan kita bersama hal ini dapat diatasi sejalan dengan perkembangan
telekomunikasi yang semakin canggih dan semakin murah. Kendala lainnya adalah
masih banyaknya penyelenggara pelayanan publik baik di pusat maupun daerah yang
belum mengakomodir layanan publiknya dengan fasilitas internet. Terutama pada
institusi pusat dengan unit pelaksana teknisnya dan juga dengan institusi lain dengan
item pelayanan yang sama (G2G= government to Government). Dengan kata lain hal ini
belum terkoordinir dengan baik dan masih kuatnya kepentingan di masing-masing
sektor. Sistem informasi yang berbasiskan komputer menggunakan
komponenkomponen berikut ini seperti data, prosedur, manusia, software dan
hardware. Tetapi sebelum menjalankan sistem informasi yang berbasiskan komputer,
sebelumnya yang harus dibenahi adalah sistem informasi yang bukan berbasiskan
komputer, karena otomatisasi tidak akan mempunyai pengaruh yang signifikan apabila
sistem informasi yang bukan berbasiskan komputernya belum bagus. Dengan demikian
tidaklah heran apabila negara yang dapat menjalankan egovernment hanyalah negara-
negara maju (dalam konteks e-government seutuhnya, bukan semata-mata situs
informasi dari pemerintah). Karena untuk membereskan sistem informasi dalam satu
lembaga pemerintah saja sudah sangat sulit apalagi harus tercapainya sinergi dari
sistem informai dari lembaga-lembaga pemerintahan, karena hal ini berkaitan erat
dengan faktor budaya, politik dan ekonomi suatu negara. Data: Tampilan bentuk e-
government Dalam penerapan e-government di Indonesia banyak lembaga – lembaga
yang memakai e-goverrnment sebagai bentuk transparansi dari lembaga tersebut.
Salah satunya adalah MPR RI dimana MRP merupakan dan legislatif yang ada di
Indonesia. Tujuan dari di terapkanya e-government di MPR RI ini adalah agar
masyarakat bisa mengetahiu apa saja yang sedang berjalan di dalam MPR RI itu
sendiri dan agar tidah ada salah paham antara masyarakat dan MPR RI mengenai
usulan – usulan ataupun kebijakan yang di buat oleh lembaga tersebut.

BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan

E-government adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk


memberikan informasi dan pelayanan bagi warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain
yang berkenaan dengan pemerintahan. Dalam pelaksanaanya egoverment sudah mulai
bekembang di indonesia khususnya pada bidang pelayanan masyarakat yang bersifat
terbuka dan transparan. E-Gov di Indonesia muncul karena adanyaInstruksi Presiden
No. 6 Tahun 2001 tgl. 24 April 2001 tentang Telematika (Telekomunikasi, Media dan
Informatika) yang menyatakan bahwa aparat pemerintah harus menggunakan teknologi
telematika untuk mendukung good governance dan mempercepat proses demokrasi.
Dalam pengeloaanya e-goverment pertama-tama yang harus dilihat adalah bagaimana
sistem pemerintahan berjalan sebelum penerapan e-government, karena untuk
menjalankan e-government diperlukan suatu sistem informasi yang baik, teratur dan
sinergi dari masing-masing lembaga pemerintahan, sehingga dari kesemuanya itu bisa
didapatkan suatu sistem informasi yang terjalin dengan baik. Salah satu kendala utama
dalam pelaksanaan e-government adalah kurangnya ketersediaan infrastruktur
telekomunikasi. Jaringan telepon masih belum tersedia di berbagai tempat di Indonesia.

3.2 Saran

Dengan semakin majunya teknologi yang begitu pesat diharapkan pemerintah saling
bersinergi dengan para stakeholders yang ada agar untuk semakin memajukan dan
memaksimalkan penerapan e-gov di indonesia khususnya didalam pemerintah agar
dapat menunjang berbagai macam pekerjaan agar lebih efektif,efisien dan akuntabel.

DAFTAR PUSTAKA
Anggono, Bambang Dwi, 2007. Kesejajaran ABG E- Government. Depkominfo, 2005.
Peluang Indonesia Untuk Bangkit Melalui Implementasi EGovernment. Laguboti, Toba

Anda mungkin juga menyukai