Anda di halaman 1dari 40

DIKLAT HERMINA

Nursing
Management
Tujuan Keperawatan:
1. Memaksimalkan perfusi/fungsi otak
2. Mencegah komplikasi
3. Pengaturan fungsi secara
optimal/mengembalikan ke fungsi normal.
4. Mendukung proses pemulihan koping
klien/keluarga
5. Pemberian informasi tentang proses penyakit,
prognosis, rencana pengobatan, dan
rehabilitasi.
Pengkajian Keperawatan
1. ABCDE (Toh, 2011)
2. Status neurologik: GCS, pupil, fungsi batang
otak, fungsi motorik.
3. Wajah & tulang kepala
4. Tanda vital
A= Airway, Assessment

• Cervical collar (until neck injury is ruled out )


• Oxygen (O2) Therapy: intubation and mechanical
ventilation .. pertahankan SpO2>95%
• Observasi GCS
• Fungsi Motorik
• Refleks pupil Observation means: ACTIVE
MANAGEMENT
B= Breathing

• Kaji fungsi nafas


• OPT
• ETT
• Tracheostomy  Tube obstruction
• Suction  Jangan lebih dari 15 dtk
1. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d
penghentian aliran darah (hemoragi,
hematoma); edema cerebral; penurunan TD
Rencana sistemik/hipoksia
Internensi: (hipovolemia, disritmia
1. Posisi kepala neutral jantung).
2. Tinggikan kepala tt 30 derajat
3. Hindari rotasi leher ekstrem
4. Hindari fleksi panggul ekstrem
5. Hindari meneran: diet tinggi serat & obat pelunak
faeces
6. Pertahankan temperatur tubuh stabil
7. Pertahankan gula darah stabil
8. Ciptakan lingkungan yang tenang, kurangi stimulus.
2. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan
dengan retensi sputum sekunder terhadap
penurunan tk kesadaran
Rencana Tindakan:
1. Tinggikan posisi kepala tt 30 derajat
2. Suction secara tepat (kurang dari 15 detik)
3. Hindari batuk/ bersin (dapat menyebabkan
peningkatkan TIK)
4. Berikan Oksigen sesuai kebutuhan
5. Fisioterapi dada
6. Monitor AGD
DIAGNOSA KEPERAWATAN Lain

3. Perubahan persepsi sensori


4. Perubahan proses pikir .
5. Kerusakan mobilitas fisik.
6. Resiko tinggi infeksi
7. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
8. Perubahan proses keluarga .
9. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan
kebutuhan pengobatan
MENGATASI RISIKO TRAUMA

• Pasang sampiran tempat tidur dengan alas lunak


• Tidak boleh mengikat  asitasi
• Usahakan selalu ada yang mendampingi pasien
• Siapkan spatel lidah
• Kolaborasi mussle relabsan

5/20/2020 tatang0677 10
Mengatasi gangguan mobiliasi fisik :
• Rubah posisi setiap 2 jam
• Lakukan tindakan untuk mencegah komplikasi
imobilisasi
• ROM pasive

Mengatasi gangguan persepsi sensorik :

• Jadilah pemdamping dan pendengar yang baik


• Bicara topik sederhana
• Beri sentuhan
• Bersikap caring  (karena klien sangat frustasi
dengan keadaan)

5/20/2020 tatang0677 11
Tanggung jawab perawat

• Pantau status neurologis


• Pantau tanda vital
• Pertahankan suhu tubuh dlm batas normal
• Pertahankan jalan nafas tetap paten
• Pantau pola & frekuensi nafas
• Pantau kulit apkh ada sianosis
• Lakukan auskultasi dada
• Lakukan suction (tdk lebih dr 15 dtk)
• Hiperventilasi dg Oxygen 100% selama 1 mt sebelum suction
• Berikan Oxygen & pantau AGD
• Miringkan Suction Memandikan
• Mengatur posisi & latihan mobilisasi
• Tinggikan kepala tt 30 derajat
• Hindari posisi telungkup, trendelenburg, fleksi leher berlebihan, fleksi
panggul ekstrem.
• Rubah posisi setiap 2 jam
K E S I M P U L A N
• CK merupakan masalah besar
• terjadi pada usia produktif (15-29 th terbanyak)
•Otak memerlukan oksigen yang cukup untuk klelangsungan
hidupnya tidak boleh kurang ataupun lebih.
•Apabila kekurangan akan menimbulkan kematian jaringan di
otak

Perlu bantuan cepat, tepat, untuk mencegah kematian jaringan


otak berlanjut

• Menurunkan akibat/gejala sisa


• Meningkatkan harapan dan kualitas hidup
5/20/2020 tatang0677 13
5/20/2020 tatang0677 14
BEDAH INTRAKRANIAL
(Keperawatan kritis)

Tatang Sutisna, S.Kep.Ns.


Tujuan operasi

• Fungsion saving
• Live saving (EDH + SDH)
• Evakuasi darah
• Mengurangi Midline Shifting
Hasil segera yang ingin dicapai dari operasi :
• Kembalinya pergeseran garis tengah,
• Kembalinya TIK ke dalam batas normal,
• Kontrol pendarahan dan mencegah perdarahan ulang.

5/20/2020 tatang0677 17
5/20/2020 tatang0677 18
Pengertian
KRANIOTOMI
• Membuka tulang tengkorak melalui pembedahan untuk meningkatkan
akses pada struktur intra kranial. (brunner&Sudath, 2002)

• Craniotomy adalah Operasi untuk membuka tengkorak (tempurung


kepala) dengan maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan
otak. ( Menurut Brown CV, Weng J,)
Tenik pendekatan tindakan

• Diatas tentorium (kraniotomi


supratentorial) ke dalam supratentorial
• Dibawah tentorium ke dalam
kompartemen infratentorial (fosa
posterior)  Trepanasi
• Pendekatan Transspenoidal melalui
sinus mulut dan hidung untuk membuat
akses hipofisis
Pengertian
TREPANASI
Tindakan dengan membuka tulang kepala
diawalai dengan boor tulang satu lubang
yg selanjutnya diperluas dengan
memotong tulang (Dengan Rounger)
(Brunner&Sudath, 2002)
Tekhnik
Tujuan tindakan

• Mengangkat atau menghilangkan tumor


• Mengurangi TIK
• Mengevakuasi bekuan darah
• Mengontrol haemoragic
Indikasi

• Perdarahan
Hematoma Epidural
Hematoma Subdural
Hematoma Intraserebral
• Brain Tumor
Evaluasi diagnostik

• Tomografi komputer (pemindaian CT-Scan Memperlihatkan


derajat edema otak sekitarnya, ukuran ventrikel, perubahan posisi
• Pencitraan Resonan Magnetic (MRI)  memberikan informasi
serupa CT-Scan
• Angiografi serebral  meneliti suplai darah tumor atau memberi
informasi mengenai lesi vaskuler.
Penatalaksanaan pra Operasi

• Medikasi anti konvulsan (fenitoin) 


mengurangi kejang pasca operasi
• Steroid  mengurangi edema cerebral
• Agen hiperosmotik (manitol) da diuretik
(furosemid)
Penatalaksanaan Pasca Operatif

 Pemasangan jalur tekana vena sentral (CVP)  memantau tekanan


darah dan mengukur CVP
 Mengurangi Edema Cerebral  Terapi medikasi untuk mngurangi
edema cerebral : Manitol, Dekasametason
 Meredakan Nyeri dan mencegah kejang  peregangan saraf kulit
kepala, iritasi selama pembedahan.
 Memantau TIK
Komplikasi post op

• Edema cerebral
• Perdarahan subdural, epidural, dan intracerebral
• Hypovolemik syok
• Hydrocephalus
• Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (SIADH
atau Diabetes Insipidus)
• Gangguan perfusi jaringan s.d tromboplebitis. 
biasanya timbul 7 - 14 hari setelah operasi.
• Infeksi.  sering muncul pada 36 - 46 jam setelah
operasi  stapilokokus aurens,
PROSES KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
 Lakukan pengkajian untuk membandingkan status pra dan post
operasi
 Tingkat kesadaran
 Resposivitas terhadap rangsang
 Mengidentifikasi terhadap adanya defisit neurologis
Paralisis
Disfungsi viasual
Perubahan pada kepribadian dan bicara
Gangguan kandung kemih dan usus
 Fungsi motorik tangan diuji dengan kekuatan genggaman tangan
dan obs. Gerakan kaki.
• Pemahaman pasien dan keluarga tentang rencana prosedur
bedah dan kemungkinan gejala sisa
• Ketersedian sistem pendukung

Intervensi
• Persiapan pembedahan tingkatkan status fisik dan emosional
untuk mengurangi komplikasi pasca bedah.
• Pesiapkan kebutuhan untuk tindakan operasi
Pengkajian pasca Operasi
• Frekuensi pemantauan disesuaikan dengan status klinis pasien
• Kaji fungsi pernafasan  Hipoksia ringan dpt meningkatkan
iskemia cerebral.
• Frekuensi dan pola pernafasan dipantau serta nilai AGD
• Fluktuasi tanda vitan  Mengidikasikan pe ↑ TIK
• Deteksi peningkatan TIK akibat oedema cereblal dan perdarahan
dan adanya perubahan pada tingkat kesadaran.
Pengkajian status neurologik
 Tingkat Kesadaran
 Tanda-tanda mata
 Respon motorik
 Dan Tanda vital

Observasi tanda taknyata defisisit neurologik


 Penurunan respon terhadap rangsang
 Masalah bicara
 Kesulitan dalam menelan
 Kelemahan atau paralisis ekstremitas
 Perubahan visual (diplopia, penglihatan kabur)
 Parestesia atau kejang
Diagnosa Keperawatan
• Perubahan perfusi jaringan Cerebral b.d Oedema
serebral
• Potensial terhadap ketidakefektifpan termoregulasi 
kerusakan hipothalamus, dehidrasi, dan infeksi
• Potensial terhadap kerusakan pertukaran gas 
Hipoventilasi, aspirasi dan immobilisasi
• Perubahan persepsi sensori (visual, auditorius, bicara)
 edema periorbita, balutan kepala, selang ETT,
Efek TIK.
Penatalaksanaan Perawatan
• Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.
• Mempercepat penyembuhan.
• Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum
operasi.
• Mempertahankan konsep diri pasien.
• Mempersiapkan pasien pulang.
Perawatan Pasca Operasi
• Monitor kesadaran, tanda-tanda vital, CVP, intake dan
output
• Observasi dan catat sifat darai drain (warna, jumlah)
drainage.
• Perawatan luka operasi secara steril.
• Makanan  Makanan tinggi protein dan vitamin C.
• Pembatasan diit yang dilakukan adalah NPO (nothing
peroral)  makanan baru diberikan jika Perut tidak
kembung, Peristaltik usus normal, Flatus positif, dan Bowel
movement positif
• Mobilisasi
Pemenuhan kebutuhan eliminasi

Sistem Perkemihan.
• Kontrol volunter fungsi perkemihan kembali setelah 6 – 8 jam post
anesthesia inhalasi, IV, spinal.

Sistem Gastrointestinal.
• Mual muntah
• Kaji fungsi gastro intestinal dengan auskultasi suara usus.
• jumlah, warna, konsistensi isi lambung tiap 6 – 8 jam.
• Meningkatkan istirahat.
• Memonitor perdarahan.
• Mencegah obstruksi usus.
Penatalaksanaan medis
• Dexamethason/kalmethason
• Terapi hiperventilasi (trauma kepala berat), untuk
mengurnagi vasodilatasi.
• Pengobatan anti edema dnegan larutan hipertonis yaitu
manitol 20 % atau glukosa 40 % atau gliserol 10 %.
• Antibiotika yang mengandung barrier darah otak
(penisillin) atau untuk infeksi anaerob diberikan
metronidasol.
• Makanan atau cairan

Anda mungkin juga menyukai