Anda di halaman 1dari 12

RANGKUMAN PHI 15 NOVEMBER 2019

Oleh Bu Fully Handayani Ridwan, S.H., M.Kn.

 Hukum privat adalah hukum yang mengatur subjek hukum:


1.persoontger (pribadi hukum) yaitu orang yang dapat melakukan hak dan kewajiban
serta bertanggung jawab. Orang itu kategorinya seperti apa? dari dilahirkan sampai
meninggal dunia
Syarat-syarat: Harus cakap dan dewasa. Cakap artinya sudah dewasa dan sehat
jasmani-rohani/tidak memiliki gangguan jiwa. Dalam hal ini anak kecil bukan
subjek hukum karena belum mampu melakukan perbuatan hukum dengan
pertanggungjawabannya sendiri (mempertanggungjawabkan hukum). Bagi orang-
orang yang tidak waras, hilang ingatan, orang yang boros (tidak cakap) atau capable
didampingi pengampuan/kurator (pengurus/pengawas). Tidak boleh melakukan
sendiri karena ia tidak tau mana yang benar dan salah.
 Pasal 2 KUHPer: Anak didalam kandungan telah dianggap dilahirkan apabila ada
kepentingan yang menghendaki (apabila ayahnya meninggal sewaktu ia dikandungan
bayi itu posisinya sebagai pewaris tetap dihitung karena dianggap sudah lahir. Kecuali
apabila bayi itu mati dalam kandungan. Maka penghitungan warisan, misal anaknya
ada 2, warisan harus dibagi 3 karena ada bayi dalam kandungan ibu.) sebagai fiksi
 Yang termasuk badan hukum : PT, koperasi, yayasan, dan perkumpulan
Yang termasuk badan usaha: firma, persekutuan perdata, selain badan hukum diatur
dalam kitab undang-undang hukum dagang
 KUHD hanya membahas badan usaha, selebihnya diatur dalam KUHPer
 KUHD masih berlaku. Hubungannya dengan KUHPer yaitu Lex spesialis derogat lex
generalis dari perdata
 Badan hukum lahir ketika mendapatkan pengesahan dari menteri hukum dan hak asasi
manusia dan berakhir ketika ada likuidasi/pailit
 KUHPer masih ada yang berlaku dan sebagian sudah dicabut
Yang sudah tidak berlaku:
1. Perkawinan diganti dengan UU no.1 tahun 1974: KUHPer memandang
perkawinan sebagai sebuah perjanjian. Sedangkan dalam agama apapun di
Indonesia, perkawinan bukan lah perjanjian tetapi suatu ikatan yang sakral.
Sehingga dibuat unifikasi yang mengatur perkawinan yaitu UU No.1 Tahun
1974. Perkawinan dianggap Sah apabila Sah dimata agama. Dengan adanya
UU No.1 Tahun 1974, tidak dimungkinkan lagi pernikahan beda agama.
Kemudian, perkawinan yang dicatatkan di luar negeri sah apabila dicatatkan di
negara Indonesia maksimal 1 tahun setelah perkawinan berlangsung,
2. Pertanahan dan haknya. Sebelum mengalami unifikasi, pertanahan diatur
dalam Buku II yang memuat tentang hukum benda dan hukum waris.
Kemudian diganti menjadi UU Pokok Agraria No.5 Tahun 1960, mengenai
3. Hipotik (Jaminan) atas tanah diatur hukum 2 digantikan UU tanggungan UU
No.2 tahun 1996 yang masih berlaku hipotik atas kapal yaitu syakh bandar,
4. Gadai di KUHPer memiliki perbedaan konsep dengan unifikasinya. Yang
pertama kepercayaan digantikan UU Jaminan Fiducia No. 42 tahun 1999 kalo
gadai jangka lama kalo fiducia tidak terlalu lama. Kalo tidak dicabut masih
berlaku
 Sistematika KUHPer. Terdiri dari 4 buku dikritisi ahli hukum yang berpendapat
strukturnya tidak tepat karena menempatkan Buku ke-IV (Perihal Pembuktian dan
Kedaluwarsa) ke struktur KUHPer. Apabila berbicara pembuktian masuk ke hukum
formil yaitu hukum acara. Para ahli hukum ini berpendapat tidak tepat menyatukan
hukum materiil (KUHPer) dengan hukum formil (Buku IV). Solusi: (1)Pribadi hukum
; (2) struktur ilmu pengetahuan
 Hukum pribadi membicarakan orang, anak, adopsi, perkawinan, hubungan orang tua
dan anak dibahas dalam Buku I
 Hubungan Orangtua dan anak: Dibawah umur 21 tahun anak masih dibawah
kekuasaan orangtua. Akan tetapi, ada berbagai UU yang membuat standar tersendiri
berapa usia dewasa itu. Dalam UU perkawinan usia dewasa yang diperbolehkan untuk
menikah usia 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk laki-laki. Kemudian di
judicial review jadi usia 19 tahun untuk perempuan maupun laki-laki. Usia KTP
Hukum Publik menurut kementerian dan Hukum pidana 18 tahun. Sebelum 18 tahun,
melakukan pidana dikurangi sepertiga. Semua tindakan harus butuh wali.
 Anak luar kawin posisinya dilemahkan tidak sama dengan anak sah (telah diakui
secara biologis oleh ayah biologisnya) kalo tidak sah hanya berhubungan dengan
keluarga ibu dan tidak boleh meminta pertanggungjawaban ayahnya. Karena yang
boleh dicatatkan hanya anak dari perkawinan satu orang laki-laki dan satu orang
perempuan.
 Perjanjian kawin adalah perjanjian (persetujuan) yang dibuat oleh calon suami istri
sebelum atau pada saat perkawinan dilangsungkan untuk mengatur akibat-
akibat perkawinan terhadap harta kekayaan mereka (UU perkawinan pasal 52).
 Di Judicial Review sama temennya Bu Fully. Berpengaruh sama aset orang tersebut.
Karena di Judicial Review oleh MK, diperbolehkan melakukan perjanjian kawin
selama pernikahan.
 Hukum waris tidak dapat di unifikasi karena sangat sensitif apabila dilakukan
penggabungan hukum
 Kalo lupa pencatatan perkawinan luar negeri di Indonesia kasusnya Jupe
PERBEDAAN GADAI & FIDUSIA
URAIAN GADAI FIDUSIA
Pengertian Gadai adalah suatu hak yang diperoleh Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan
kreditor (berpiutang) atas suatu barang suatu benda atas dasar kepercayaan dengan
bergerak yang diserahkan kepadanya oleh ketentuan bahwa benda yang hak
debitur (berutang) atau oleh seorang lain atas kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam
namanya dan yang memberikan kekuasaan penguasaan pemilik benda.
kepada kreditor itu untuk mengambil Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda
pelunasan dari barang tersebut secara bergerak baik yang berwujud maupun tidak
didahulukan daripada kreditur-kreditur berwujud dan benda tidak bergerak khususnya
lainnya dengan kekecualian biaya untuk Bangunan yang tidak dapat dibebani hak
melelang barang tersebut dan biaya yang tanggungan sebagaimana dimaksud dalam UU
telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya yang tetap berada di dalam penguasaan Pemberi
mana harus didahulukan. Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan uang
tertentu, yang memberikan kedudukan yang
diutamakan kepada Penerima Fidusia terhadap
kreditor lainnya.

Sumber Pasal 1150 s.d. Pasal 1160 Kitab undang- 1. Undang-undang No. 42 Tahun 1999 tentang
Hukum undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Jaminan Fidusia;
2. Peraturan Pemerintah No. 86 Tahun 2000
tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia
dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia.

Unsur- 1. gadai diberikan hanya atas benda bergerak; 1. fidusia diberikan atas benda bergerak dan
Unsur 2.jaminan gadai harus dikeluarkan dari benda tidak bergerak yang tidak dapat dibebani
penguasaan Pemberi Gadai (Debitor), adanya hak tanggungan atau hipotek;
penyerahan benda gadai secara fisik 2. fidusia merupakan jaminan serah kepemilikan
(lavering); yaitu debitur tidak menyerahkan benda jaminan
3. gadai memberikan hak kepada kreditor secara fisik kepada kreditur tetapi tetap berada di
untuk memperoleh pelunasan terlebih dahulu bawah kekuasaan debitur (constitutum
atas piutang kreditur (droit de preference); possessorium), namun pihak debitur tidak
4. gadai memberikan kewenangan kepada diperkenankan mengalihkan benda jaminan
kreditor untuk mengambil sendiri pelunasan tersebut kepada pihak lain (debitur menyerahkan
secara mendahului. hak kepemilikan atas benda jaminan kepada
kreditur);
3. fidusia memberikan kedudukan yang
diutamakan kepada kreditur untuk memperoleh
pelunasan terlebih dahulu atas hasil eksekusi
benda yang menjadi obyek jaminan;
4. fidusia memberikan kewenangan kepada
kreditur untuk menjual benda jaminan atas
kekuasaannya sendiri.

Sifat 1. Gadai merupakan perjanjian yang bersifat 1. Fiducia merupakan perjanjian ikutan dari
assesoir (tambahan) terhadap perikatan suatu perjanjian pokok, dan bukan kewajiban
pokok, yang tanpa adanya keberadaan dari bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi.
utang pokok, maka hak atas benda yang Perjanjian Fidusia tidak disebut secara khusus
digadaikan tidak pernah ada. Gadai diberikan dalam KUH Perdata. Karena itu, perjanjian ini
setelah adanya perjanjian pokok; tergolong dalam perjanjian tak bernama
2. Bersifat memaksa, berkaitan dengan (Onbenoem De Overeenkomst);
adanya penyerahan secara fisik benda gadai 2. Berrsifat memaksa, karena dalam hal ini
dari Debitur/Pemberi Gadai kepada terjadi penyerahan hak milik atas benda yang
Kreditur/Penerima Gadai; dijadikan obyek Jaminan Fidusia, walaupun
3. Dapat beralih atau dipindahkan, benda tanpa penyerahan fisik benda yang dijadikan
gadai dapat dialihkan atau dipindahkan oleh obyek jaminan;
Penerima Gadai kepada Kreditur lain namun 3. Dapat digunakan, digabungkan, dicampur atau
dengan persetujuan dari Pemberi Gadai; dialihkan terhadap benda atau hasil dari benda
4. Bersifat individualiteit, sesuai Pasal 1160 yang menjadi obyek Jaminan Fidusia dengan
KUH Perdata, bahwa benda gadai melekat persetujuan dari Penerima Fidusia;
secara utuh pada utangnya meskipun karena 4. Bersifat individualiteit, bahwa benda yang
meninggalnya debitur atau kreditur dijadikan obyek Jaminan Fidusia melekat secara
diwariskan secara terbagi-bagi, namun hak utuh pada utangnya sehingga meskipun sudah
gadai atas benda yang digadaikan tidak dapat dilunasi sebagian, namun hak fidusia atas benda
hapus dengan begitu saja hingga seluruh yang dijadikan obyek jaminan tidak dapat hapus
utang telah dilunasi; dengan begitu saja hingga seluruh utang telah
5. Bersifat menyeluruh (totaliteit), berarti hak dilunasi;
kebendaan atas gadai mengikuti segala 5. Bersifat menyeluruh (totaliteit), berarti hak
ikutannya yang melekat dan menjadi satu kebendaan atas fidusia mengikuti segala
kesatuan dengan benda terhadap mana hak ikutannya yang melekat dan menjadi satu
kebendaan diberikan; kesatuan dengan benda terhadap mana hak
6. Tidak dapat dipisah-pisahkan kebendaan diberikan;
(Onsplitsbaarheid), berarti pemberian gadai 6. Tidak dapat dipisah-pisahkan
hanya dapat diberikan untuk keseluruhan (Onsplitsbaarheid), erartipemberian fidusia
benda yang dijadikan jaminan dan tidak hanya dapat diberikan untuk keseluruhan benda
mungkin hanya sebagian saja; yang dijadikan jaminan dan tidak mungkin
7. Mengikuti bendanya (Droit de suite), hanya sebagian saja;
pemegang hak gadai dilindungi hak 7. Bersifat mendahulu (droit de preference),
kebendaannya, ke tangan siapapun bahwa Penerima Fidusia mempunyai hak yang
kebendaan yang dimiliki dengan hak didahulukan terhadap kreditur lainnya untuk
kebendaan tersebut beralih, pemilik berhak mengambil pelunasan piutangnya atas hasil
untuk menuntut kembali dengan atau tanpa eksekusi benda yang dijadikan obyek Jaminan
disertai ganti rugi; Fidusia;
8. Bersifat mendahulu (droit de preference), 8. Mengikuti bendanya (Droit de suite),
bahwa Penerima Gadai mempunyai hak yang pemegang hak fidusia dilindungi hak
didahulukan terhadap kreditur lainnya untuk kebendaannya, Jaminan Fidusia tetap mengikuti
mengambil pelunasan piutangnya atas hasil benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia
eksekusi benda gadai; dalam tangan siapapun benda itu berada, kecuali
9. Sebagai Jura in re Aliena  (yang terbatas), pengalihan atas benda persediaan yang menjadi
gadai hanya semata-mata ditujukan bagi obyek Jaminan Fidusia;
pelunasan utang. Gadai tidaklah memberikan 9. Harus diumumkan (asas publisitas), benda
hak kepada Pemegang Gadai/Penerima Gadai yang dijadikan obyek Jaminan Fidusia wajib
untuk memanfaatkan benda yang digadaikan, didaftarkan, hal ini merupakan jaminan
terlebih lagi mengalihkan atau memindahkan kepastian terhadap kreditur lainnya mengenai
penguasaan atas benda yang digadaikan tanpa benda yang telah dibebani Jaminan Fidusia;
izin dari Pemberi Gadai. 10. Berjenjang/Prioriteit  (ada prioritas yang satu
atas yang lainnya), hal ini sebagai akibat dari
kewajiban untuk melakukan pendaftaran dalam
pembebanan Jaminan Fidusia dan apabila atas
benda yang sama menjadi obyek lebih dari 1
(satu) perjanjian Jaminan Fidusia;
11. Sebagai Jura in re Aliena (yang terbatas),
Fidusia adalah hak kebendaan yang bersifat
terbatas, yang tidak memberikan hak kebendaan
penuh kepada Pemegang atau Penerima Fidusia.
Jaminan Fidusia hanya sematamata ditujukan
bagi pelunasan utang. Fidusia hanya
memberikan hak pelunasan mendahulu, dengan
cara menjual sendiri benda yang dijaminkan
dengan fidusia.

Subyek 1. Dari segi individu (person), yang menjadi 1. Dari segi individu (person), yang menjadi
subyek gadai adalah setiap orang subyek fidusia adalah :
sebagaimana dimaksud Pasal 1329 KUH a. Orang perorangan;
Perdata; b. Korporasi.
2. Para Pihak, yang menjadi subyek gadai 2. Para Pihak, yang menjadi subyek
adalah : fidusia adalah :
a. Pemberi Gadai atau Debitur; a. Pemberi Fidusia atau Debitur;
b. Penerima Gadai atau Kreditur; b. Penerima Fidusia atau Kreditur.
c. Pihak Ketiga yaitu orang yang disetujui
oleh Pemberi Gadai dan Penerima Gadai
untuk memegang benda gadai sehingga
disebut Pemegang Gadai.

Obyek Benda bergerak baik bertubuh maupun tidak 1. Benda bergerak baik yang berwujud maupun
bertubuh. tidak berwujud;
2. Benda tidak bergerak yang tidak dapat
dibebani hak tanggungan atau hipotek, yaitu
bangunan di atas tanah milik orang lain, sebagai
contoh rumah susun, apartemen.

Pembebana 1. benda gadai tidak dapat dibebankan 1. Benda jaminan fidusia dapat dibebankan
n Benda berkali-kali kepada kreditur yang berbeda; berkali-kali kepada kreditur yang berbeda;
Jaminan 2. Tidak ada aturan untuk mendaftarkan Catatan :
benda jaminan yang menjadi obyek gadai. Pasal 17 UU tentang Fidusia mengatur
larangan melakukanFidusia ulang terhadap
benda yang menjadi obyek jaminan
fidusia yang sudah terdaftar.
2. Jaminan Fidusia dapat diberikan kepada lebih
dari satu Penerima Fidusia atau Kuasa/Wakil
Penerima Fidusia, dalam rangka pembiayaan
kredit konsorsium;
3. Pembebanan benda dengan Jaminan Fidusia
dibuat dengan akta notaris dan merupakan akta
Jaminan Fidusia;
4. Benda yang dibebani dengan Jaminan Fidusia
wajib didaftarkan pada Kantor Pendaftaran
Fidusia untukditerbitkan Sertifikat Jaminan
Fidusia;
5. Penerbitan Sertifikat Jaminan Fidusia yang di
dalamnya dicantumkan kata-kata “DEMI
KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN
YANG MAHA ESA”, sehingga mempunyai
kekuatan eksekutorial yang sama dengan
putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap.
Kedudukan benda jaminan secara fisik berada di bawah hak kepemilikan atas benda jaminan diserahkan
Benda penguasaan Kreditur/Penerima Gadai atau kepada Kreditur/Penerima Fidusia, sedangkan
Jaminan pihak ketiga yang telah disetujui kedua belah benda jaminan secara fisik masih berada
pihak. dibawah penguasaan Debitur/Pemberi Fidusia.
Kewajiban 1. Penerima Gadai/Kreditur : 1. Penerima Fidusia :
atau a. bertanggung jawab untuk hilangnya atau a. wajib mendaftarkan jaminan fidusia kepada
tanggung kemerosotan barangnya sekedar itu telah Kantor Pendaftaran Fidusia;
jawab terjadi karena kelalaiannya; b. wajib mengajukan permohonan pendaftaran
b. harus memberitahukan Pemberi Gadai, jika atas perubahan dalam Sertifikat Jaminan Fidusia
benda gadai dijual; kepada Kantor Pendaftaran Fidusia;
c. bertanggungjawab terhadap penjualan c. wajib mengembalikan kepada Pemberi Fidusia
benda gadai. dalam hal hasil eksekusi melebihi nilai
2. Pemberi Gadai diwajibkan mengganti penjaminan;
kepada kreditur segala biaya yang berguna d. wajib memberitahukan kepada Kantor
dan perlu, yang telah dikeluarkan oleh pihak Pendaftaran Fidusia mengenai hapusnya jaminan
yang tersebut belakangan guna keselamatan fidusia.
barang gadainya Pengecualian:
Penerima Fidusia tidak menanggung kewajiban
atas akibat tindakan atau kelalaian Pemberi
Fidusia baik yang timbul dari hubungan
kontraktual atau yang timbul dari perbuatan
melanggar hukum sehubungan dengan
penggunaan dan pengalihan Benda yang
menjadi objek Jaminan Fidusia.
2. Pemberi Fidusia :
a. dalam hal pengalihan benda yang menjadi
obyek jaminan fidusia, wajib menggantinya
dengan obyek yang setara;
b. wajib menyerahkan benda yang menjadi
obyek jaminan fidusia dalam rangka
pelaksanaan eksekusi;
c. tetap bertanggung jawab atas utang yang
belum terbayarkan.

Hak 1. Penerima Gadai mempunyai hak: 1. Penerima Fidusia mempunyai hak:


a. penguasaan benda gadai, namun tidak a. kepemilikan atas benda yang dijadikan obyek
mempunyai hak untuk memiliki benda gadai; fidusia, namun secara fisik benda tersebut tidak
b. dalam hal debitur wanprestasi, untuk di bawah penguasaannya;
menjual dengan kekuasaan sendiri (parate b. dalam hal debitur wanprestasi, untuk menjual
eksekusi), sehingga hak untuk penjualan benda yang menjadi obyek jaminan fidusia atas
benda gadai tidak diperlukan adanya titel kekuasaannya sendiri (parate eksekusi), karena
eksekutorial. Penerima Gadai/ Pemegang dalam Sertifikat Jaminan Fidusia terdapat
Gadai dapat melaksanakan penjualan tanpa adanya titel eksekutorial, sehingga mempunyai
adanya penetapan Pengadilan, tanpa perlu kekuatan eksekutorial yang sama dengan
adanya juru sita ataupun mendahului dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh
penyitaan; kekuatan hukum tetap;
c. menjual benda gadai dengan perantaraan c. yang didahulukan terhadap kreditur lainnya
hakim, dimana kreditur dapat memohon pada untuk mengambil pelunasan piutangnya atas
hakim untuk menentukan cara penjualan hasil eksekusi benda yang menjadi obyek
benda gadai; jaminan fidusia;
d. mendapat ganti rugi berupa biaya yang d. memperoleh penggantian benda yang setara
perlu dan berguna yang telah dikeluarkan yang menjadi obyek jaminan dalam hal
guna keselamatan barang gadai; pengalihan jaminan fidusia oleh debitur;
e. retensi (menahan) benda gadai, bilamana e. memperoleh hak terhadap benda yang menjadi
selama hutang pokok, bunga, dan ongkos- obyek jaminan fidusia dalam rangka
ongkos yang menjadi tanggungan belum pelaksanaan eksekusi;
dilunasi maka si berhutang/debitur maka f. tetap berhak atas utang yang belum dibayarkan
debitur tidak berkuasa menuntut oleh debitur.
pengembalian benda gadai; 2. Pemberi Fidusia mempunyai hak:
f. untuk didahulukan (kreditur preferen) a. tetap menguasai benda yang menjadi obyek
pelunasan piutangnya terhadap kreditur jaminan fidusia;
lainnya, hal tersebut diwujudkan b. dapat menggunakan, menggabungkan,
melalui parate eksekusi ataupun dengan mencampur atau mengalihkan benda atau hasil
permohonan kepada Hakim dalam cara dari benda yang menjadi obyek jaminan
bentuk penjualan barang gadai. fidusia, atau melakukan penagihan atau
2. Pemberi Gadai tetap mempunyai hak milik melakukan kompromi atas utang apabila
atas Benda Gadai. Penerima Fidusia menyetujui.

Larangan Penerima Gadai atau kreditur tidak 1. Pemberi Fidusia dilarang melakukan fidusia
diperkenankan untuk memiliki atau menjadi ulang terhadap benda yang menjadi obyek
pemilik atas benda yang digadaikan. jaminan fidusia yang sudah terdaftar;
2. Pemberi Fidusia dilarang mengalihkan,
menggadaikan, atau menyewakan kepada pihak
lain benda yang menjadi obyek jaminan fidusia
yang tidak merupakan benda persediaan, kecuali
dengan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari
Penerima Fidusia.

Eksekusi Apabila debitur atau Pemberi Gadai cidera Apabila debitur atau Pemberi Fidusia
janji, eksekusi terhadap benda yang menjadi cidera janji, eksekusi terhadap benda yang
obyek Jaminan Gadai dapat dilakukan : menjadi obyek Jaminan Fidusia dapat dilakukan
1. Kreditur diberikan hak untuk menyuruh dengan cara :
jual benda gadai manakala debitur ingkar 1. pelaksanaan titel eksekutorial oleh Penerima
janji, sebelum kreditur menyuruh jual benda Fidusia, berarti eksekusi langsung dapat
yang digadaikan maka ia harus dilaksanakan tanpa melalui pengadilan dan
memberitahukan terlebih dahulu mengenai bersifat final serta mengikat para pihak untuk
maksudnya melaksanakan putusan tersebut;
tersebut kepada debitur atau Pemberi Gadai; 2. Penjualan benda yang menjadi obyek Jaminan
2. Suatu penjualan benda gadai oleh kreditur Fidusia atas kekuasaan Penerima Fidusia sendiri
berdasarkan perintah pengadilan, maka melalui pelelangan umum serta mengambil
kreditur wajib segera memberitahukan pelunasan piutangnya dari hasil penjualan;
kepada Pemberi Gadai. Penjualan di bawah tangan yang dilakukan
berdasarkan kesepakatan bersama jika dengan
cara demikian dapat diperoleh harga tertinggi
yang menguntungkan para pihak;
3. Pelaksanaan penjualan dibawah tangan
dilakukan setelah lewat waktu 1 (satu) bulan
sejak diberitahukan secara tertulis oleh Para
Pihak kepada pihak-pihak yang berkepentingan
dan diumumkan sedikitnya dalam 2 (dua) surat
kabar di daerah yang bersangkutan.

Hapusnya 1. Apabila benda gadai dikeluarkan dari 1. Hapusnya utang yang dijamin dengan fidusia;
kekuasaan Penerima Gadai dan kembali ke 2. Adanya pelepasan hak atas Jaminan Fidusia
tangan Pemberi Gadai; oleh Penerima Fidusia;
2. Manakala perikatan pokok telah dilunasi 3. Musnahnya benda yang menjadi obyek
atau jika utang pokok telah dilunasi Jaminan Fidusia
semuanya atau telah hapus;
3. Hilangnya atau dicurinya benda gadai dari
penguasaan Pemegang Gadai/Penerima
Gadai (musnahnya benda gadai);
4. Dilepaskannya benda gadai secara sukarela
oleh Pemegang/Penerima Gadai.

Sanksi Dalam KUH Perdata tidak diatur mengenai 1. Setiap orang yang dengan sengaja
sanksi bagi Para Pihak. memalsukan, mengubah, menghilangkan atau
dengan cara apapun memberikan keterangan
secara menyesatkan yang jika hal tersebut
diketahui oleh salah satu pihak tidak melahirkan
perjanjian jaminan fidusia;
2. Pemberi Fidusia yang mengalihkan,
menggadaikan, atau menyewakan Benda yang
menjadi obyek Jaminan Fidusia yang dilakukan
tana persetujuan tertulis dari Penerima Fidusia.

Anda mungkin juga menyukai