Dosen:muslimin s.pd.i
Kelompok:7
Puji Syukur kami ucapkan kepada Allah Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik Meskipun banyak
hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaian
makalah ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada teman – teman yang sudah memberi
kontribusi dan partisipasinya baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini. kami berharap semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ .i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN2
A. Pengertian Ibadah.................................................................................................... 3
B. Apa dasar dasar hukum dalam ibadah..................................................................... 4
C. pembagian ibadah .................................................................................................... 7
D. bagaimana syarat ibadah diterima............................................................................ 7
E. hakikat dan hikmahnya............................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita sering mengenal seseorang dengan citra dirinya. Ketika kita berbicara tentang
kerakusan kita teringat pada Karun, dan kta membicarakan tentang kultus individu dan
pendewaan kita teringat pada Fir’aun. Begitulah seterusnya, citra diri adalah kepribadian.
Kepribadian seorang muslim adalah sifat tertentu dengan ciri yang membedakannya
dengan non muslim. Kepribadian seorang muslim terbentuk dari interaksi antara pembawaan
dan lingkungan, serta bimbingan wahyu yang terdapat dalam Alqur’an dan Hadist.
Kepribadian yang terbimbing oleh wahyu pastilah kepribadian yang kuat dan tahan uji, yang
akan mampu mendatangkan kebahagiaan. Agar kepribadian islami terbentuk pada diri
seseorang, islam memberikan ajaran yang disebut; ikhsan, ikhlas, tawakal, sabar dan
mahabbah. Ihsan merupakan sikap mental yang timbul dari kesadaran bahwa Allah akan terus
mengawasi perbuatan hamba-hambaNya.
Ikhlas adalah sikap memelihara niat suci, batin yang bersih, lurus hati dalam
bertindak, tidak berlaku pamer, berpura-pura dan mengharapkan pamrih. Ikhlas adalah hanya
mengharapkan ridha Allah. Ikhlas bisa membuat seorang muslim tidak mudah tergoda oleh
apapun, sebaliknya ikhlas memperkukuh pertahanan dan ketahanan uji seseorang.
Tawakal identik dengan sikap berserah diri setelah melakukan upaya yang optimal.
Tawakal mendorong seorang muslim untuk terus berupaya dan mempercayakan hasil akhir
upayanya semata-mata hanya kepada Allah SWT. Sabar menunjukan sikap mental yang tidak
suka mengeluh ketika ditimpa bencana dan kesulitan. Dengan mengembangkan sikap sabar,
seorang muslim sanggup menghadapi ujian apapun dalam melaksanakan bakti dan
perjuangan.
Mahabbah adalah cinta kepada sang Pencipta. Dengan menyadari kemuliaan,
kesempurnaan, kemahakuasaan dan kasih sayangNya, terjelmalah hati sanubari seorang
muslim. Dengan memiliki mahabbah, seorang muslim akan menunjukan kesetiaan dalam
menjalankan bakti perjuangan, sekalipun untuk itu ia memberikan pengorbanan.
Manusia diciptakan bukan sekedar hidup mendiami dunia ini dan kemudian
mengalami kematian tanpa adanya pertanggung-jawaban kepada penciptanya, melainkan
manusia itu diciptakan oleh Allah SWT untuk mengabdi kepada-Nya. Sebagaimana
dinyatakan dalam Al Qur’an surah Al Bayyinah ayat 5 :
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
makalah ini adalah :
1. Apakah pengertian ibadah?
2. Apa dasar dasar hukum dalam ibadah,serta pembagian nya?
3. bagaimana syarat ibadah diterima,hakikat dan hikmahnya?
BAB II
PEMBAHASAN
1.Definisi Pengertian ibadah
Ibadah secara etimologi berasal dari kata bahasa arab yaitu abida-ya`budu-`abdan-`ibadatan,
yang berarti taat, tunduk, patuh,dan merendahkan diri. Kesemua pengertian itu mempunyai
makna yang berdekatan. Seseorang yang tunduk, patuh dan merendahkan diri dihadapan yang
disembah disebut “abid” (yang beribadah).
Kemudian pengertian ibadah secara terminologi atau secara istilah adalah sebagai berikut :
a. Menurut ulama tauhid dan hadis ibadah yaitu:
“Mengesakan dan mengagungkan Allah sepenuhnya serta menghinakan diri dan
menundukkan jiwa kepada-Nya”Selanjutnya mereka mengatakan bahwa ibadah itu sama
dengan tauhid. Ikrimah salah seorang ahli hadits mengatakan bahwa segala lafadz ibadah
dalam Al-Qur’an diartikan dengan tauhid.
b. Para ahli di bidang akhlak mendefinisikan ibadah sebagai berikut:
“Mengerjakan segala bentuk ketaatan badaniyah dan melaksanakan segala bentuk syari’at
(hukum)“Akhlak” dan segala tugas hidup (kewajiban-kewajiban) yang diwajibkan atas
pribadi, baik yang berhubungan dengan diri sendiri, keluarga maupun masyarakat, termasuk
kedalam pengertian ibadah
c. Menurut ahli fikih ibadah adalah:
“Segala bentuk ketaatan yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah SWT dan
mengharapkan pahala-Nya di akhirat.”
Jadi dari pengertian, Ibadah adalah semua yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan
diridhai oleh Allah SWT, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan
maupun tersembunyi dalam rangka mengagungkan Allah SWT dan mengharapkan pahala-
Nya.”
Pengertian ibadah tersebut termasuk segala bentuk hukum, baik yang dapat dipahami
maknanya (ma’qulat al-ma’na) seperti hukum yang menyangkut dengan muamalah pada
umumnya, maupun yang tidak dapat dipahami maknanya (ghair ma’qulat al-ma’na), seperti
shalat, baik yang berhubungan dengan anggota badan seperti rukuk dan sujud maupun yang
berhubungan dengan lidah seperti dzikir, dan hati seperti niat.
Dari ayat-ayat yang telah dikemukakan di atas, tampak jelas bahwa
Allah memerintahkan hamba-Nya untuk senantiasa beribadah kepada-Nya. Diutusnya para
Rasul untuk menyampaikan syari'at yang telah ditetapkan olehm
Allah kepada umat manusia adalah supaya manusia mengetahui kewajiban-
kewajiban apa saja yang harus dilaksanakannya dalam rangka mensyukuri nikmat yang
telah Allah anugerahkan kepadanya.
Hukum-hukum Ibadah
Dari penjelasan-penjelasan diatas bahwa dapat kita pahami bahwa ibadah adalah
mengerjakan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah seperti amalan wajib dan sunat
dan menjauhi segala yang dilarang oleh-Nya seperti haram dan makruh. Dengan demikian
hukum melaksanakan Ibadan ada empat, yaitu wajib, sunat, haram, dan makruh.
A. Wajib
Yang dimaksud dengan wajib dalam pengertian hukum islam adalah ketentuan syar’i yang
menuntut para mukallaf untuk melakukanya dengan tuntutan yang mengikat serta diberi
imbalan pahala bagi yang melakukanya dan ancaman dosa bagi yang meninggalkanya, seperti
shalat, puasa, zakat, haji, dan sebaginya.
B. Sunat
Yang dimaksud dengan sunat adalah ketentuan Syar’i tentang berbagai amaliah yang harus
dikerjakan mukallaf dengan tuntutan yang tidak mengikat. Dan pelakunya diberi imbalan
pahala tanpa ancaman dosa bagi yang meninggalkanya, seperti membaca al-Quran, Puasa
Senin-Kamis, ‘Iktiqaf, sedeqah, dan sebaginya.
C. Haram
Yang dimaksud dengan haram adalah tuntutan syar’i kepada mukallaf untuk meninggalkanya
dengan tuntutan yang mengikat, beserta imbalan pahala bagi yang mematuhi untuk
meninggalkannya dan balasan dosa bagi yang tidak mematuhi untuk meninggalkannya, sperti
zina, mencuri termasuk korupsi, merampok, menipu, dan sebaginya.
D. Makruh
Yang dimaksud dengan makruh adalah tuntutan syar’i kepada mukallaf untuk
meninggalkanya dengan tuntutan yang tidak mengikat, beserta imbalan pahala bagi yang
mematuhi untuk meninggalkannya dan tidak berdosa bagi yang tidak mematuhi untuk
meninggalkannya, sperti memakan bawang, merokok, memakan kepiting, dan sebagainya.
Secara garis besar, ibadah itu dibagi dua, yaitu ibadah pokok yang dalam kajian ushul
fiqh dimasukkan dalam hukum wajib, baik wajib ‘ain atau wajib kifayah. Termasuk kedalam
kelompok ibadah pokok itu adalah apa yang menjadi rukun islam dalam arti akan dinyatakan
keluar dari islam bila sengaja meninggalkannya yaitu ibadah shalat, zakat, puasa, dan haji.
Yang kedua adalah ibadah tambahan yang dalam kajian ushul fiqh dimasukkan dalam
hokum sunat, baik sunat muaakkadah, sunat yang mempunyai waktu, maupun sunat mutlaq.
Selain dua pokok tersebut. ibadah juga terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota
badan. Rasa khauf (takut), raja' (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan),
raghbah (senang) dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati).
Sedangkan shalat, zakat, haji dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati).
Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan hati, lisan dan badan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala memberitahukan, hikmah penciptaan jin dan manusia
adalah agar mereka melaksanakan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan Allah
Maha Kaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang
membutuhkannya; karena ketergantungan mereka kepada Allah, maka mereka menyembah-
Nya sesuai dengan aturan syari'at-Nya. Maka siapa yang menolak beribadah kepada Allah, ia
adalah sombong. Siapa yang menyembah-Nya tetapi dengan selain apa yang disyari'atkan-
Nya maka ia adalah mubtadi' (pelaku bid'ah), dan siapa yang hanya menyembah-Nya dengan
syari'at-Nya, maka dia adalah muk-min muwahhid (yang mengesakan Allah).
3.Pembagian Ibadah
Ibadah dibagi menjadi dua, yaitu ibadah mahdhoh dan ibadah ammah. Ibadah
mahdhah (murni), adalah suatu rangkaian aktivitas ibadah yang ditetapkan Allah Swt. Dan
bentuk aktivitas tersebut telah dicontohkan oleh Rasul-Nya, serta terlaksana atau tidaknya
sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran teologis dari masing-masing individu. Yang
termasuk Ibadah mahdhoh misalnya: Shalat, puasa, Zakat, dan haji.[10]
Selain ibadah mahdhah, maka ada bentuk lain diluar ibadah mahdhah tersebut yaitu
Ibadah Ghair al-Mahdhah atau ibadah ammah, yakni sikap gerak-gerik, tingkah laku dan
perbuatan yang mempunyai tiga tanda yaitu: pertama, niat yang ikhas sebagai titik tolak,
kedua keridhoan Allah sebagai titik tujuan, dan ketiga, amal shaleh sebagai garis amal. Ada
pula yang memberikan definisi ibadah ammah dengan semua perbuatan yang mendatangkan
kebaikan dan dilaksanakan dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT, seperti minum,
makan, dan bekerja mencari nafkah.
2. Ittiba’ Rasul. Dilakukan secara sah yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.
“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barangsiapa
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh
dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”. (QS al-
Kahfi/18: 110)
Syarat yang pertama merupakan konsekuensi dari syahadat lâ ilâha illallâh, karena ia
mengharuskan ikhlas beribadah hanya kepada Allah dan jauh dari syirik kepada-Nya.
Sedangkan syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah s.a.w.,
karena ia menuntut wajib-nya taat kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan meninggalkan
bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan
Hakikat ibadah
Tujuandiciptakannyamanusia di mukabumiiniyaituuntukberibadahkepada-Nya. Ibadah dalam
pengertian yang komprehensif menurut Syaikh Al-Islam IbnuTaimiyah adalah sebuah nama
yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah SWT berupa perkataan
atau perbuatan baik amalan batin ataupun yang zhahir (nyata).
Adapunhakekatibadahyaitu:
Hikmah Ibadah
1. Tidak Syirik. Seorang hamba yang sudah berketetapan hati untuk senantiasa beribadah
menyembah kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk syirik. Ia telah
mengetahui segala sifat-sifat yang dimiliki Nya adalah lebih besar dari segala yang ada,
sehingga tidak ada wujud lain yang dapat mengungguli-Nya.
2. Memiliki ketakwaan. Ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena ibadah yang
dilakukan manusia setelah merasakan kemurahan dan keindahan Allah SWT. Setelah
manusia melihat kemurahan dan keindahan Nya munculah dorongan untuk beribadah kepada
Nya. Sedangkan ketakwaan yang dilandasi rasa takut timbul karena manusia menjalankan
ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban bukan sebagai kebutuhan. Ketika manusia
menjalankan ibadah sebagai suatu kewajiban adakalanya muncul ketidak ikhlasan, terpaksa
dan ketakutan akan balasan dari pelanggaran karena tidak menjalankankewajiban.
3. Terhindar dari kemaksiatan. Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat sehingga dapat
menjadi tameng dari pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai jika
ibadah yang dilakukan berkualitas. Ibadah ibarat sebuah baju yang harus selaludipakai
dimanapun manusia berada.
4. Berjiwa sosial, ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan keadaan
lingkungan disekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari ibadah yang
dikerjakannya. Sebagaimana ketika melakukan ibadah puasa, ia merasakan rasanya lapar
yang biasa dirasakan orang-orang yang kekurangan. Sehingga mendorong hamba tersebut
lebih memperhatikan orang lain.
5. Tidak kikir. Harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi milik
Allah SWT yang seharusnya diperuntukan untuk kemaslahatan umat. Tetapi karena kecintaan
manusia yang begita besar terhadap keduniawian menjadikan dia lupa dan kikir akan
hartanya. Berbeda dengan hamba yang mencintai Allah SWT, senantiasa dawam
menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, ia menyadari bahwa miliknya adalah bukan
haknya tetapi ia hanya memanfaatkan untuk keperluanya semata-mata sebagai bekal di
akhirat yang diwujudkan dalam bentuk pengorbanan hartauntuk keperluan umat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ibadah adalah semua yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan diridhai oleh Allah
SWT, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan maupun tersembunyi
dalam rangka mengagungkan Allah SWT dan mengharapkan pahala-Nya Fungsi ibadah
adalah mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya, mendidik mental, dan
menjadikan diri disiplin.Hikmah ibadah adalah menjadikan manusia yang disiplin dan
bertanggungjawab.Keutamaan ibadah adalah untuk mensucikan jiwa dan meningkatkan
derajat manusia dihadapan tuhannya.
Saran
Sebagai manusia hendaknya kita tidak melupakan hakikat dari penciptaan kita, yaitu
untuk beribadah kepada Allah swt sesuai dengan Al Qur’an dan Hadits baik dalam ibadah
mahdah (khusus) maupun dalam ibadah ghoiru mahdah (umum) dengan niat semata-mata
ikhlas untuk mencapai ridha Allah.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
WEB
1.http://alazhar58.blogspot.co.id/2013/12/definisi-pembagian-ruang-lingkup-serta.html
2.http://lppkk-umpalangkaraya.blogspot.co.id/2014/09/materi-i-pengertian-hakikat-dan-
hikmah.html#sthash.xgYPyjHd.dpuf
3.http://hamdanimsp.blogspot.co.id/2012/03/dasar-hukum-dan-hukum-ibadah.html