Kronik 2
Kronik 2
DOSEN PENGAMPU:
NS. Ari Rahmat Aziz,S.Kep,M.Kep
DISUSUN OLEH :
Nadia Aufa (180101147)
A. Latar Belakang
Penyakit kronis merupakan ancaman serius bagi kesehatan di negara-negara berkembang.
Pada negara-negara berkembang lainnya, kematian dan kecacatan dari penyakit kronis sekarang
persentasenya melebihi dari penyakit-penyakit menular yang terdiri dari 49%, dibandingkan
dengan sekitar 40% untuk penyakit menular dan 11% untuk cedera. Dominasi penyakit kronis di
Negara berkembang ini tidak juga diakui kalangan ahli kesehatan (Nugent, 2008). Asumsi lama
adalah bahwa penyakit kronis ada terutama di negara-negara kaya dan bahwa penyakit menular
ada terutama di negara-negara berkembang. Pembagian sederhana ini sudah tidak berlaku
kembali.
Menurut Nugent (2008) Finlandia, Taiwan, dan Korea Selatan adalah contoh negara-negara
yang relatif kaya dengan prevalensi rendah dari tingkat kematian utama karena penyakit kronis.
Sebaliknya, negara-negara yang sangat berkembang sekalipun, seperti India dan Pakistan, dan
negara-negara yang cukup berkembang, seperti Rusia dan China, menunjukkan tingkat kematian
yang lebih tinggi dari penyakit kronis daripada penyakit menular. Kesimpulannya adalah bahwa
kondisi telah berubah di negara berkembang dalam beberapa tahun terakhir, diasumsikan karena
negara-negara berkembang semakin mengadopsi gaya hidup tidak sehat dari negara maju.
Penyakit tidak menular (non-communicable disease) atau yang sering kita sebut dengan
penyakit kronik ternyata telah menjadi penyumbang kematian terbesar di Asia Tenggara.
Penyakit jantung, stroke, serta penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) adalah contoh penyakit
tidak menular yang menjadi tren gaya hidup saat ini. Berdasarkan data dari WHO di
AsiaTenggara pada tahun 2008, sebanyak 55% kematian disebabkan oleh penyakit tidak
menular, 35% disebabkan oleh penyakit menular, dan sisanya 10,7% disebabkan luka (Tawilah,
2017).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam kegiatan monitoring dan deteksi dini faktor
risiko PTM (merokok, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas, stress, hipertensi,
hiperglikemi, hiperkolesterol) secara terpadu, rutin dan periodik, serta menindaklanjutinya
secara dini faktor risiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera merujuknya ke
fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
Kegiatan ini dikembangkan sebagai bentuk kewaspadaan dini, mengingat hampir semua faktor
resiko PTM tidak memberikan gejala kepada yang mengalaminya. Kegiatan posbindu PTM
diintegrasikan (diposkan) ke kegiatan masyarakat yang sudah aktif berjalan baik di sekolah, di
tempat kerja, maupun di lingkungan tempat tinggal misalnya kegiatan uks, karang taruna,
majelis taklim/jemaat ibadah, klub jantung sehat/klub kesehatan lain, PKK, Dharma Wanita,
pabrik, kelompok nelayan dan lain-lain.(Buku Saku Kementrian Kesehatan RI Tahun 2016)
Adalah usia remaja, dewasa dan lanjut usia. Pada kegiatan Posbindu PTM ini dilakukan
konseling kesehatan seperti konseling diet, konseling berhenti merokok, sharing pengalaman
pengobatan seperti pengobatan alternative, ramuan jamu saintifik, dan obat tradisional lainnya.
Selain itu dilakukan juga kegiatan bersama seperti olahraga atau senam bersama, penyuluhan,
dan demo masak makanan sehat.
Melalui kegiatan Posbindu PTM, penyakit tidak menular dan faktor risikonya diharapkan
dapat dideteksi dan ditindak lanjuti secara dini, dengan demikian angka kesakitan, kematian, dan
kecacatan akibat PTM dapat dikendalikan. .(Buku Saku Kementrian Kesehatan RI Tahun 2016)
C. Laporan kesehatan dunia
Penyakit kronik adalah gejala penyakit yang dirasakan dalam jangka waktu lebih dari 6 bulan
dan menyebabkan perubahan fungsi biologis, psikologis, dan sosiokultural. Penyakit kronik
gejala yang dirasakan begitu lama dan tidak terlalu menjadi perhatian penderita hingga
menimbulkan deficit mayor yang jelas. Kesembuhan bukan tujuan utama dalam penanganan
penyakit kronik, tujuan penanganan adalah memberikan perawatan yang berguna
untukmengatasi gejala penyakit kronik, artinya dalam merawat klien dengan penyakit kronik kita
harus berfokus pada bagaimana supaya klien dapat melakukan fungsi pada level yang optimal
secara fisik, sosial, spiritual, dan psikologis. Pencapaian tujuan perawatan pada penyakitt kronik
dilihat melalui peningkatan kualitas hidup klien dan penurunan mordibitas (ketidakmampuan).
Tujuan lain dari keperawatan penyakit kronik adalah untuk memungkinkan klien meninggal
dalam damai, tujuan ini adalah tujuan realistic yang harus disadari oleh perawat pemberi
layanan.(Buku Ajar Keperawatan Gerontik,2014)
Penyakit kronis adalah penyakit yang berkepanjangan, tidak sembuh secara spontan, dan
jarang disembuhkan sepenuhnya penyakit ini dapat dicegah, dan mereka menimbulkan beban
yang signifikan dalam hal kematian, mordibitas, dan biaya pribadi dan sosial. [ CITATION
Jud14 \l 1033 ] (Community & Public Health Nursing)
Penyakit kronis dapat diderita oleh semua kelompok usia, tingkat sosial ekonomi, dan
budaya. Penyakit kronis cenderung menyebabkan kerusakan yang bersifat permanen yang
memperlihatkan adanya penurunan atau menghilangnya suatu kemampuan untuk menjalankan
berbagai fungsi, terutama muskuloskletal dan organ-organ pengindraan. Ada banyak faktor yang
menyebabkan penyakit kronis dapat menjadi masalah kesehatan yang banyak ditemukan hampir
di seluruh negara, di antaranya kemajuan dalam bidang kedokteran modern yang telah mengarah
pada menurunnya angka kematian dari penyakit infeksi dan kondisi serius lainnya, nutrisi yang
membaik dan peraturan yang mengatur keselamatan di tempat kerja yang telah memungkinkan
orang hidup lebih lama, dan gaya hidup yang berkaitan dengan masyarakat modern yang telah
meningkatkan insiden penyakit kronis (Smeltzer & Bare, 2010).
Menurut Smeltzer & Bare (2010), ada sembilan fase dalam penyakit kronis, yaitu sebagai
berikut :
1. Fase pra-trajectory adalah risiko terhadap penyakit kronis karena faktor-faktor genetik
atau perilaku yang meningkatkan ketahanan seseorang terhadap penyakit kronis.
2. Fase trajectory adalah adanya gejala yang berkaitan dengan penyakit kronis. Fase ini
sering tidak jelas karena sedang dievaluasi dan sering dilakukan pemeriksaan
diagnostik.
3. Fase stabil adalah tahap yang terjadi ketika gejala-gejala dan perjalanan penyakit
terkontrol. Aktivitas kehidupan sehari-hari tertangani dalam keterbatasan penyakit.
4. Fase tidak stabil adalah periode ketidakmampuan untuk menjaga gejala tetap terkontrol
atau reaktivasi penyakit. Terdapat gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
5. Fase akut adalah fase yang ditandai dengan gejala-gejala yang berat dan tidak dapat
pulih atau komplikasi yang membutuhkan perawatan di rumah sakit untuk
penanganannya.
6. Fase krisis merupakan fase yang ditandai dengan situasi kritis atau mengancam jiwa
yang membutuhkan pengobatan atau perawatan kedaruratan.
7. Fase pulih adalah keadaan pulih kembali pada cara hidup yang diterima dalam batasan
yang dibebani oleh penyakit kronis.
8. Fase penurunan adalah kejadian yang terjadi ketika perjalanan penyakit berkembang
disertai dengan peningkatan ketidakmampuan dan kesulitan dalam mengatasi gejala-
gejala.
9. Fase kematian adalah tahap terakhir yang ditandai dengan penurunan bertahap atau
cepat fungsi tubuh dan penghentian hubungan individual
1. Lived with illnesses. Pada kategori ini individu diharuskan beradaptasi dan mempelajari
kondisi penyakitnya selama hidup dan biasanya tidak mengalami kehidupan yang
mengancam. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah diabetes, asma, arthritis,
dan epilepsi.
2. Mortal illnesses. Pada kategori ini secara jelas kehidupan individu terancam dan individu
yang menderita penyakit ini hanya bisa merasakan gejala-gejala penyakit dan ancaman
kematian. Penyakit dalam kategori ini adalah kanker dan penyakit kardiovaskuler.
3. At risk illnesses. Kategori penyakit ini sangat berbeda dari dua kategori sebelumnya.
Pada kategori ini tidak ditekankan pada penyakitnya, tetapi pada risiko penyakitnya.
Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah hipertensi dan penyakit yang
berhubungan dengan hereditas
Kondisi kronis mempunyai ciri khas dan masalah penatalaksanaan yang berbeda. Sebagai
contoh, banyak penyakit kronis berhubungan dengan gejala seperti nyeri dan keletihan. Penyakit
kronis yang parah dan lanjut dapat menyebabkan kecacatan sampai tingkat tertentu, yang
selanjutnya membatasi partisipasi individu dalam beraktivitas. Banyak penyakit kronis yang
harus mendapatkan penatalaksanaan teratur untuk menjaganya tetap terkontrol, seperti penyakit
gagal ginjal kronis (Smeltzer & Bare, 2008)
K. Sifat penyakit kronik
Menurut Wristht Le (1987) mengatakan bahwa penyakit kronik mempunyai beberapa sifat
diantaranya adalah :
1. Progresi
Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah. Contoh penyakit jantung.
2. Menetap
Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan menetap pada individu.
Contoh penyakit diabetes mellitus.
3. Kambuh
Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu dengan kondisi yang sama atau
berbeda. Contoh penyakit arthritis
L. Dampak penyakit kronik terhadap klien
Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronik terhadap klien diantaranya
(Purwaningsih dan kartina, 2009) adalah :
a. Dampak psikologis
2. Tergantung
3. Kekanak-kanakan
5. Bingung
6. Merasa menderita
b. Dampak somatic
Dampak somatic adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena keadaan
penyakitnya. Keluhan somatic sesuai dengan keadaan penyakitnya.
c. Dampak terhadap gangguan seksual
Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik (kerusakan organ) dan perubahan
secara psikologis (persepsi klien terhadap fungsi seksual)
d. Dampak gangguan aktivitas
Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan social dapat
terganggu baik secara total maupun sebagian.
M. Dampak pada Keluarga
Memiliki anggota keluarga yang sakit kronis sering berarti bahwa individu yang bekerja
harus mengambil cuti dari pekerjaan. Meskipun beberapa perlindungan hukum yang disediakan
di bawah keluarga dan cuti medis tindakan 1993, tindakan tidak berlaku dalam segala situasi.
Lebih penting lagi, memungkinkan hanya untuk waktu; itu tidak mandat pembayaran selama
periode tersebut.
Anggota keluarga mungkin harus memilih antara mengambil waktu yang belum dibayar dan
terus bekerja ketika berhadapan dengan kebutuhan anggota keluarga sebaik mungkin. Beberapa
orang memilih untuk bekerja paruh waktu atau tidak bekerja sama sekali, sehingga mereka dapat
merawat anggota keluarga. Pada saat banyak keluarga memiliki dua penerima untuk membantu
memenuhi komitmen keuangan, keluarga ini mungkin harus mengandalkan hanya satu
penghasilan. Keterbatasan pendapatan sangat sulit ketika kita menganggap segudang kebutuhan
penyandang cacat dan sakit kronis,
Keluarga individu dengan cacat atau penyakit kronis berada pada peningkatan risiko untuk
sejumlah konsekuensi negatif. Meskipun keluarga bervariasi dalam tingkat risiko atau gangguan,
perawat kesehatan masyarakat harus mengakui dampak potensial dari kebutuhan anggota
tergantung pada seluruh keluarga. Keluarga mungkin menderita kesulitan keuangan, kesehatan
fisik atau mental yang buruk, dan berbagai tantangan lainnya. Mereka sering tidak siap untuk
menangani sistem yang rumit yang harus diakses untuk mendapatkan perawatan yang
dibutuhkan.
Perawat kesehatan masyarakat berada dalam posisi yang optimal untuk menafsirkan sistem-
sistem dengan keluarga dan melakukan advokasi untuk membutuhkan perawatan, layanan, dan
peralatan. Perawat harus melihat keluarga secara holistik, mengenali kebutuhan tambahan yang
mungkin berkembang sebagai akibat dari situasi saat ini mereka hadapi.
N. Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik
Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-Psiko-Sosial- Spritual
ini akan meliputi respon kehilangan. (Purwaningsih dan kartina, 2009)
1. Kehilangan kesehatan
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa klien merasa takut ,
cemas dan pandangan tidak realistic, aktivitas terbatas.
2. Kehilangan kemandirian
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat ditunjukan melalui berbagai
perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan
3. Kehilangan situasi
Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti panas,
nyeri, dll
5. Kehilangan fungsi fisik
Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien dengan gagal ginjal harus
dibantu melalui hemodialisa
6. Kehilangan fungsi mental
Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental seperti klien mengalami
kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir efisien sehingga klien tidak
dapat berpikir secara rasional
7. Kehilangan konsep diri
Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan fungsi
sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional (bodi image) peran serta identitasnya. Hal
ini dapat akan mempengaruhi idealism diri dan harga diri rendah
8. Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga
O. Perilaku Klien Dengan Penyakit Kronis
Ada beberapa respon emosional yang muncul pada pasien atas penyakit kronis yang
dideritanya oleh klien atau individu (Purwaningsih dan kartina, 2009), yaitu:
1. Penolakan
Merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis seperti jantung,
stroke dan kanker. Atas penyakit yang dideritanya ini, pasien akan memperlihatkan sikap
seolah-olah penyakit yang diderita tidak terlalu berat (menolak untuk mengakui bahwa
penyakit yang diderita sebenarnya berat) dan menyakini bahwa penyakit kronis ini akan
segera sembuh dan hanya akan memberi efek jangka pendek (menolak untuk mengakui
bahwa penyakit kronis ini belum tentu dapat disembuhkan secara total dan menolak untuk
mengakui bahwa ada efek jangka panjang atas penyakit ini, misalnya perubahan body
image).
2. Cemas
Setelah muncul diagnosa penyakit kronis, reaksi kecemasan merupakan sesuatu yang
umum terjadi. Beberapa pasien merasa terkejut atas reaksi dan perubahan yang terjadi pada
dirinya bahkan membayangkan kematian yang akan terjadi padanya. Bagi individu yang
telah menjalani operasi jantung, rasa nyeri yang muncul di daerah dada, akan memberikan
reaksi emosional tersendiri. Perubahan fisik yang terjadi dengan cepat akan memicu reaksi
cemas pada individu dengan penyakit kanker.
3. Depresi
Depresi juga merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis.
Kurang lebih sepertiga dari individu penderita stroke, kanker dan penyakit jantung
mengalami depresi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
KASUS
Di Perumahan Pelita II daerah Sukatani,Kecamatan Tapos, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat,
terdapat warga sekitar 1500 jumlah penduduk, 400 orang mengalami penyakit kronik yaitu
Hipertensi diantaranya dewasa dan lansia.
a) Lingkungan fisik
1. Bagaimana bentuk rumah
Tipe A/permanen : 95%
Tipe B/semipermanen : 5%
2. Kondisi rumah :
Layak huni : 80%
Tidak layak huni : 20%
3. Halaman rumah
Memiliki halaman rumah : 15 %
Tidak memiliki halaman rumah : 85 %
4. Pembuangan sampah : Tersedia pembuangan sampah
5. Mandi cuci kakus(MCK) : Tidak terdapat MCK di lingkungan masyarakat
6. Batas wilayah :Kelurahan Sukatani merupakan salah satu kelurahan yang berada pada
wilayah Kecamatan Tapos Kota Depok dengan luas wilayah +/- 508 Ha, dengan batas
wilayah :
a) Sebelah Utara : Kelurahan Harjamukti Kecamatan Cimanggis Depok
b) Sebelah Timur : Desa Cimatis Kab. Bekasi dan Kelurahan Tapos Kecamatan Tapos
Depok
c) Sebelah Selatan : Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos Depok
d) Sebelah Barat : Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Depok
7. Bagaimana lingkungan sekitar
Tersedia saluran pembuangan air : 70%
Tidak tersedia saluran pembuangan air : 30 %
8. Kondisi lingkungan sekitar : Bersih dan gersang karena kurangnya tumbuh-tumbuhan
9. Geografis :
b) Persepsi perawat
1) Pernyataan umum tentang kesehatan masyarakat setempat
a. Masyarakat tidak antusias terhadap program gerakan sehat.
b. Pola konsumsi makanan tinggi garam dan malas aktivitas fisik pada masyarakat.
c. Pelatihan kader di masyarakat belum berjalan dengan baik.
2) Apa kekuatannya
Jumlah penyakit tidak menular yang meningkat prevelensinya di masyarakat perumahan pelita
II , salah satunya adalah hipertensi 60 orang (15%)tipe primer (dikarenakan pola hidup), dan
40 orang (10%) menderita tipe sekunder.
3) masalah yang dapat diidentifikasi
B. ANALISA DATA
No. Data Masalah
1. DS:
Perilaku kesehatan cenderung beresiko
a. Dari hasil wawancara
didapatkan 60 orang
(15%) penduduk beresiko
terkena hipertensi karena
obesitas dan 40 orang
(10%) penduduk
merupakan perokok aktif
DO:
b. 60 orang (15%) penduduk
merupakan penderita penyakit
kronik yaitu Hipertensi tipe primer
(dikarenakan pola hidup), dan 40
orang (10%) menderita penyakit
Hipertensi tipe sekunder
(dikarenakan mempunyai riwayat
hipertensi sehingga menjadi
komplikasi penyakit).
c. 300 orang (75%) masyarakat
mengatakan memiliki pengetahuan
yang kurang tentang penyakit
Hipertensi
DO :
i. Sekitar 60 orang (15%) tidak rutin
mengkonsumsi obat Hipertensi.
ii. 300 orang (75%) masyarakat
mengatakan memiliki pengetahuan
yang kurang tentang penyakit
Hipertensi
C. DIAGNOSA
D. INTERVENSI
Diagnosis
Data keperawatan NOC NIC
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
DS: Dari hasil wawancara
00188 Perilaku Setelah Prevensi Primer
didapatkan 60 orang (15%)
kesehatan dilakukan
penduduk beresiko terkena
cenderung tindakan 5510 Pendidikan kesehatan
hipertensi karena obesitas
berisiko 1632 keperawatan tentang perawatan
dan 40 orang (10%)
selama 2 hipertensi
penduduk merupakan
minggu Aktivitas- aktivitas :
perokok aktif
perilaku
DO:
kesehatan 1.Identifikasi faktor
1. 60 orang cenderung internal atau eksternal
(15%) penduduk 16320 berisiko yang dapat
merupakan penderita 2 menurun mengurangi motivasi
penyakit kronik yaitu masyarakat untuk
Hipertensi tipe primer Prevensi memeriksa tekanan
darah ke pelayanan
(dikarenakan pola hidup), Primer
kesehatan.
dan 40 orang (10%)
menderita penyakit 16320 Perilaku
2.Targetkan sasaran pada
Hipertensi tipe sekunder 3 Patuh :
kelompok berisiko
(dikarenakan mempunyai aktivitas yang
tinggi hipertensi dan
riwayat hipertensi Disarankan
rentang usia yang
sehingga menjadi Indikator:
akan mendapat
komplikasi penyakit).
manfaat besar dari
2. 300 orang Mengidentifika
pendidikan kesehatan.
(75%) masyarakat si manfaat
mengatakan memiliki aktivitas fisik
3.Identifikasi
pengetahuan yang kurang 16321 dari 2 menjadi
karakteristik populasi
tentang penyakit 1 4
rentan hipertensi yang
Hipertensi
mempengaruhi
Mengidentifikasik
pemilihan strategi
an hambatan
belajar.
163210 untuk
melaksananka
4. Identifikasi sumber
n aktivitas
daya (misalnya
fisik dari 2
tenaga,ruang,peralata
menjadi 4.
n,uang dan lain-lain)
yang diprlukan untuk
Memantau denyut
melaksanakan
nadi
program mencegah
dari 1 menjadi 4
penyakit kronik
(hipertensi).
Berpartisipasi
dalam
1837
aktivitas fisik 5.Gunakan presentasi
sehari-hari kelompok untuk
yang memberikan
ditentukan dukungan dan
dari 2 menjadi mengurangi ancaman
18370
4. bagi pembelajar yang
1
mengalami masalah
dan risiko hipertensi.
Prevensi
Sekunder
6.Jelaskan faktor
risiko yang dapat
Manajemen
mempengaruhi
18370 diri:
kesehatan
2 hipertensi
Indikator:
7.Ajarkan perilaku
hidup bersih dan sehat
Kisaran
normal untuk
8.Ajarkan strategi
18370 tekanan darah
yang dapat digunakan
3 sistolik dari 2
untuk meningkatkan
menjadi 4.
perilaku hidup bersih
dan sehat.
18370
5 Kisaran
Prevensi Sekunder
normal untuk
tekanan darah
01027
Terapi
distolik dari 2
pemberhentian
18337 menjadi 4.
merokok
09
Aktivitas :
Target tekanan
1. jelaskan manfaat
darah dari 1
berhenti merokok.
menjadi 4.
Prevensi 7040
Dukungan
Tersier
pengasuhan
Aktivitas :
16250 Perilaku
1.memberikan
5 berhenti
informasi kepada
merokok
dukungan pengasuhan
(care giver suport)
Indikator :
mengenai dukungan
Mengekspresik
pelayanan kesehatan
16251 an keinginan
dan pelayanan
0 untuk berhenti
kesehatan komunitas
merokok dari 2
yang bisa diakses.
menjadi 4.
2. mengajarkan
Mengidentifika
kepada caregiver
si hambatan
strategi untuk dapat
untuk berhenti
mengoptimalisasi
16251 merokok dari 2
akses pelayanan
7 menjadi 4.
kesehatan dan
pelayanan kesehatan
Berpartisipasi
komunitas.
dalam skrining
untuk
membantu
masalah
kesehatan yang
etrkait dari 3
menjadi 4.
Menggunakan
terapi
pengganti
nikotin dari 1
menjadi 3.
5.dukung penggantian
Memantau denyut
kebiasaan yang tidak
nadi
16321 diinginkan dengan
dari 1 menjadi 4
1 kebiasaan yang
diinginkan
Berpartisipasi
dalam
prevensi sekunder
aktivitas fisik
163210
sehari-hari
Mendengar aktif
yang
Aktivitas- aktivitas :
ditentukan
1. Buat tujuan
dari 2 menjadi
4920 interaksi
4.
2. Tunjukkan
Prevensi
ketertarikan
Sekunder
kepada klien
Manajemen
3. Gunakan
diri:
1837 pertanyaan
hipertensi
maupun
Indikator:
pernyataan yang
mendorong klien
Kisaran
untuk
normal untuk
18370 mengekspresikan
tekanan darah
1 perasaan,pikiran
sistolik dari 2 dan
menjadi 4. kekhawatiran.
4. Berespon segera
sehingga
Kisaran
menunjukkan
18370 normal untuk
pemahaman
2 tekanan darah
terhadap pesan
distolik dari 2
yang diterima
menjadi 4.
Target tekanan
5. Klarifikasikan
18370 darah dari 1
pesan yang
3 menjadi 4.
diterima dengan
menggunakan
Komplikasi
pertanyaan
18370 potensial
maupun
5 hipertensi dari
memberikan
2 menjadi 4.
umpan balik.
Penggunaan
18337 yang benar
09 dari obat yang
diresepkan dari
2 menjadi 3.
Efek samping
18337 obat dari 1
11 menjadi 3
Manfaat
18337 modifikasi
19 gaya hidup
dari 1 menjadi
3.
Prevensi
Tersier
Perilaku
1625 berhenti
merokok
Indikator :
Mengekspresik
16250 an keinginan
1 untuk berhenti
merokok dari 2
menjadi 4.
Mengidentifika
16250 si hambatan
5 untuk berhenti
merokok dari 2
menjadi 4.
Berpartisipasi
16251 dalam skrining
0 untuk
membantu
masalah
kesehatan yang
etrkait dari 3
menjadi 4.
Menggunakan
16251 terapi
7 pengganti
nikotin dari 1
menjadi 3.
d. Menjelaskan e. 70%
Tentang Masyarakat
Pencegahan paham tentang
Hipertensi pencegahan
Hipertensi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bulechek, M.G dkk.2013. Nursing Intervensions Classification (NIC). 6th indonesian edition.
Indonesia : Mecomedia.
Bulechek, M.G dkk.2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). 6th indonesian edition.
Indonesia : Mecomedia.