Dosen Pengampu : Aguscik, S.Kep, Ns, M.Kes Kelompok 5 : 1. Anita Kisda Sapitri 2. Deddy Ferdiansyah 3. Dwi Fitri Yani 4. Indah Tri Oktavianti 5. Inga Dwi Oktapianti 6. Fahri Tri Cahyo Konsep Dasar Penyakit Alergi Pengertian Alergi adalah reaksi sistem kekebalan tubuh yang berlebihan terhadap benda asing tertentu yang disebut alergen. Alergen sebenarnya adalah zat yang tidak berbahaya bagi tubuh. Alergen masuk ke tubuh bisa melalui saluran pernapasan, dari makanan, melalui suntikan atau bisa juga timbul akibat adanya kontak dengan kulit. Alergi adalah respon abnormal dari sistem kekebalan tubuh. Orang-orang yang memiliki alergi memiliki sistem kekebalan tubuh yang bereaksi terhadap suatu zat biasanya tidak berbahaya di lingkungan. Tanda dan Gejala 1. Gatal 10. Flu atau bahkan kedingininan. 2. Mata berair 11. Parah reaksi alergi sangat tidak 3. Bersin nyaman, bahkan melumpuhkan. 4. hidung beringus 12.REAKsi alergi yang paling parah 5. Ruam disebut anafilaksis. Dalam 6. Merasa lelah atau sakit anafilaksis, alergen 7. Hives (gatal-gatal dengan menyebabkan reaksi alergi bercak merah dibangkitkan) seluruh tubuh yang dapat mencakup: 8. Eksposur lainnya dapat menyebabkan reaksi alergi yang 13. Gatal-gatal dan gatal-gatal di berbeda: seluruh (bukan hanya di daerah terbuka) 9. Alergi makanan : Reaksi alergi terhadap alergen makanan juga 14. Mengi atau sesak napas bisa menyebabkan kram perut, 15. Suara serak atau sesak di muntah, atau diare. tenggorokan 16. Kesemutan di tangan, kaki, bibir, atau kulit kepala Etiologi 1. Jenis makanan tertentu, vaksin dan obat- obatan, bahan berbahan dasar karet, aspirin, debu, bulu binatang, dan lain sebagainya. 2. Sengatan lebah, gigitan semut api, penisilin’ kacang-kacangan. Biasanya reaksi yang ditimbulkan akan berlebihan dan bisa mengakibatkan rius di sekujur tubuh. 3. Penyebab minor; suhu udara panas ataupun dingin, dan kadar emosi yang berlebihan. Terjadinya alergi 1. Pada paparan awal, alergen dikenali oleh sel penyaji antigen untuk selanjutnya mengekspresikan pada sel-T. Sel-T tersensitisasi dan akan merangsang sel-B menghasilkan antibodi dari berbagai subtipe. 2. Alergen yang intak diserap oleh usus dalam jumlah cukup banyak dan mencapai sel-sel pembentuk antibodi di dalam mukosa usus dan organ limfoid usus,yang pada anak atopi cenderung terbentuk IgE lebih banyak. 3. Pada paparan selanjutnya mulai terjadi produksi sitokin oleh sel-T. Sitokin mempunyai berbagai efek terhadap berbagai sel terutama dalam menarik sel-sel radang misalnya netrofil dan eosinofil, sehingga menimbulkan reaksi peradangan. Aktifasi komplemen dan terjadinya komplek imun akan menarik netrofil. 4. Gejala klinis yang timbul adalah hasil interaksi mediator, sitokin dan kerusakan jaringan yang ditimbulkannya. Faktor Resiko 1. Imaturitas usus secara fungsional (misalnya dalam fungsi-fungsi : asam lambung, enzym-enzym usus, glycocalyx) maupun fungsi-fungsi imunologis (misalnya : IgA sekretorik) memudahkan penetrasi alergen makanan. Imaturitas juga mengurangi kemampuan usus mentoleransi makanan tertentu. 2. Genetik berperan dalam alergi . Sensitisasi alergen dini mulai janin sampai masa bayi dan sensitisasi ini dipengaruhi oleh kebiasaan dan norma kehidupan setempat. 3. Faktor pencetus : faktor fisik (dingin, panas, hujan), faktor psikis (sedih, stress) atau beban latihan (lari, olah raga). Pengkajian Keperawatan Anamnesis • Hal-hal yang perlu diperhatikan pada anamnesis pasien alergi obat adalah: • Catat semua obat yang dipakai pasien, termasuk vitamin,tonikum, dan juga obat yang sebelumnya telah sering dipakai tetapi tidak menimbulkan gejala alergi obat. • Lama waktu yang diperlukan mulai dari pemakaian obat sampai timbulnya gejala. Pada reaksi anafilaksis gejala timbul segara, tetapi gejala alergi obat baru timbul 7 sampai 10 hari setelah pemakaian pertama. • Cara lama pemakaian serta riwayat pemakaian obat sebulumnya. Alergi obat sering timbul bila obat diberikan secara berselang-seling, berulang-ulang, serta dosis tinggi secara parenteral. • Manifeatasi klinis alergi obat sering dihubungkan dengan jenis obat tertentu. • Diagnosis alergi obat sangat mungkin, bila gejala menghilang setelah pemberian obat dihentikan dan timbul kembali bila pasien diberikan obat yang sama. • Pemakaian obat topikal (salep) antibiotik jangka lama merupakan salah satu jalan terjadinya sensitisasi obat yang harus diperhatikan. Pemeriksaan Fisik • Kulit, seluruh kulit harus diperhatikan apakah ada peradangan kronik, bekas garukan terutama daerah pipi dan lipatan kulit daerah fleksor. • Mata, diperiksa terhadap hiperemia, edema, sekret mata yang berlebihan dan katarak yang sering dihubungkan dengan penyakit atropi. • Telinga, telinga tengah dapat merupakan penyulit rinitis alergi. • Hidung, beberapa tanda yang sudah baku misal: salute, allergic crease, allergic shiners, allergic facies. • Mulut dan orofaring pada rinitis alergik, sering terlihat mukosa orofaring kemerahan, edema. Palatum yang cekung kedalam, dagu yang kecil serta tulang maksila yang menonjol kadang-kadang disebabkan alergi kronik. • Dada, diperiksa secara infeksi, palpasi, perkusi, auskultasi. Pada waktu serangan asma kelainan dapat berupa hiperinflasi, penggunaan otot bantu pernafasan. • Periksa tanda-tanda vital terutama tekanan darah. Diagnosa Keperawatan • Perubahan pola napas berhubungan dengan bronkospasme akibat kontraksi otot polos karena pelepasan histamin ditandai dengan dispneu. • Nyeri berhubungan dengan reaksi inflamasi kulit. • Gangguan pola istirahat berhubungan dengan perasaan kulit terbakar, gatal dan nyeri akibat timbulnya urtikaria. • Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perdarahan lokal kulit dan ruam kulit ditandai dengan purpura dan urtikaria. • Gangguan konsep diri berhubungan dengan lesi atau ruam ad kulit ditndai dengan dermatitis kontak. Intervensi Diagnosa No Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Intervensi Keperawatan 1. Perubahan pola Tujuan : a) Identifikasi faktor pencetus napas Dalam waktu 1 x 24 jam b) Awasi kesesuaian pola nafas berhubungan setelah dilakukan intervensi c) Auskultasi bunyi nafas, tandai daerah paru adanya bunyi dengan maka pasien mampu adventisius, misal: krekels, mengi, ronchi bronkospasme mempertahankan pola d) Berikan periode istirahat yang cukup dientara waktu aktivitas akibat kontraksi pernafasan efektif. perawatan otot polos Kriteria Hasil : e) Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien kontrol diri dengan karena a) Pasien tidak mengalami nafas lambat atau dalam pelepasan sesak nafas. Kolaborasi : histamin b) Bebas dari tanda dan a) Berikan tambahan O2 melalui cara yang sesuai lewat masker, ditandai dengan gejala sesak nafas. kanul dispneu. c) RR pasien normal b) Berikan obat-obatan sesuai indikasi seperti bronkodilator, ekspektoran 2. Nyeri berhubungan Tujuan : a) Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi dengan reaksi Dalam waktu 2 x 24 jam, nyeri menghilang atau dan intensitasnya. inflamasi kulit. berkurang. b) Berikan tindakan kenyamanan dasar Kriteria Hasil : seperti pijatan pada area yang sakit. a) Melaporkan nyeri berkurang b) Menunjukkan ekspresi wajah atau postur c) Pantau TTV tubuh rileks. d) Berikan analgetik sesuai indikasi.
3. Gangguan pola Tujuan : a) Berikan bedak pada area yang gatal
istirahat berhubungan Dalam waktu 2 x 24 jam setelah dilakukan b) Beritahu pasien untuk menghindari dengan perasaan kulit intervensi maka pasien mampu untuk makanan yang dapat menimbulkan alergi terbakar, gatal dan mentoleransi rasa gatal yang dirasakan lebih parah nyeri akibat timbulnya Kriteria Hasil: urtikaria. a) pasien melaporkan dapat beristirahat dengan c) Kolaborasi dengan tim medis dalam cukup pemberian obat b) mengurangi atau menghilangkan rasa gatal 4. Gangguan integritas Tujuan : a) Observasi kulit setiap hari catat turgor kulit berhubungan Dalam waktu 3 x 24 jam turgor kulit kembali sirkulasi dan sensori serta perubahan dengan perdarahan normal. lainnya yang terjadi. lokal kulit dan ruam Kriteria hasil : b) Gunakan pakaian tipis dan alat tenun kulit ditandai dengan a) Lesi dan ruam berkurang yang lembut. purpura dan urtikaria. b) Jaringan kulit kembali utuh c) Jaga kebersihan daerah di sekitar pasien.
d) Kolaborasi dengan tim medis.
5. Gangguan konsep diri Tujuan : a) Berikan kesempatan mengungkapkan berhubungan dengan Dalam waktu 3 x 24 jam setelah dilakukan masalah tentang proses penyakit, harapan lesi atau ruam ad kulit intervensi maka pasien dapat meningkatkan masa depan. ditandai dengan integritas diri dan lebih percaya diri b) Diskusikan persepsi pasien mengenai dermatitis kontak. Kriteria Hasil : bagaimana orang terdekat menerima a) mengungkapkan peningkatan rasa percaya keadaan atau keterbatasan diri dalam menghadapi penyakit c) Dukung pasien untuk mengungkapkan b) perubahan gaya hidup aktualisasi dirinya Lakukan Implementasi Sesuai Dengan Intervensi Yang Telah Direncanakan Evaluasi Keperawatan • Hasil yang diharapkan pada proses perawatan pasien, yaitu: • Masalah pernapasan dapat diatasi, pola napas normal. • Nyeri menghilang atau berkurang dengan berkurangnya reaksi inflamasi pada kulit • Pola istirahat kembali normal dengan berkurang atau menghilangnya rasa gatal dan perasaan terbakar pada kulit • Terjadi peningkatan rasa percaya diri • Lesi dan Ruam pada kulit berkurang atau hilang.