id
TUGAS AKHIR
Oleh:
UJI AYUNINGTYAS UTAMI
NIM. M3508077
DIPLOMA 3 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
TUGAS AKHIR
Oleh:
UJI AYUNINGTYAS UTAMI
NIM. M3508077
DIPLOMA 3 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commiti to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commitii to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commitiiito user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
INTISARI
Teofilin merupakan obat asma yang sering digunakan baik secara sendiri maupun
secara kombinasi. Teofilin mempunyai rentang terapi yang sempit 10-
(Notary, 1980). Formulasi sediaan lepas lambat teofilin diharapkan dapat
menghasilkan konsentrasi obat dalam darah dengan kadar puncak yang tidak
fluktuatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Na-montmorillonit
sebagai matriks sediaan lepas lambat terhadap sifat fisis granul dan tablet teofilin
serta profil pelepasannya.
Pembuatan tablet menggunakan metode granulasi basah, dimana teofilin, matriks,
dan bahan tambahan lainnya dicampur dengan larutan pengikat musilago amili 10%
yang kemudian dicetak dengan mesin tablet dengan pengendalian variabel kekerasan
6 7 kg. Granul dan tablet diuji sifat fisisnya. Selain itu tablet juga diuji pelepasan
teofilinnya dengan alat disolusi tipe dayung pada medium larutan dapar fosfat 7,2.
Data yang diperoleh dianalisa menggunakan Microsoft Excel untuk selanjutnya
dibandingkan dengan formula pembanding dan pustaka.
Hasil penelitian menunjukan bahwa matriks Na-montmorillonit mempengaruhi
sifat fisis granul dan tablet teofilin namun kurang baik dalam profil pelepasannya.
Profil pelepasan pada matriks Na-montmorillonit cenderung mendekati profil
pelepasan sediaan konvensional daripada sediaan lepas lambat.
Kata kunci : Teofilin, Na-montmorillonit, tablet lepas lambat, sifat fisis tablet,
disolusi.
commitivto user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
commitv to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
Sesunguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai
(dari suatu urusan), tetap bekerja keras (untuk urusan yang lain).
(Asy-Syarh:6-7)
Kemenangan yang seindah indahnya dan sesukar sukarnya yang boleh direbut
(Ibu Kartini )
Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan, jangan pula lihat masa depan dengan
(James Thurber)
commitvito user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
vii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
karena hanya berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis berhasil menyelesaikan
penelitian hibah pekerti yang didanai sepenuhnya oleh DIPA Universitas Sebelas
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan Tugas Akhir ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Dalam
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk dapat
commiti to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8. Team Montmo-Kitosan, Fidha, Olin, Niken, Kristin, Mas Bolang dan Mas
kita akan selalu melekat kuat seperti musilago yang mengikat granul-
granulnya,
10. Teman-teman kost Shadira, Dinda, Siska, Icha dan Tia, yang selalu memberi
11. Teman-teman D3 Farmasi angkatan 2008 FMIPA UNS yang tidak bisa
12. Semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun
commitii to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini
masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari nilai sempurna. Oleh karena itu
Akhir kata, penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi
Penulis
commitiiito user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
INTISARI ............................................................................................................ iv
ABSTRAK ........................................................................................................... v
MOTTO ............................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
commitivto user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. Tablet................................................................................................... 4
5. Matriks ................................................................................................ 19
6. Disolusi ............................................................................................... 20
8. Kerangka Pemikiran............................................................................ 30
9. Hipotesis .............................................................................................. 31
A. Metode Penelitian...................................................................................... 32
D. Prosedur Penelitian.................................................................................... 33
commitv to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3. Pengetapan .......................................................................................... 44
C. Penabletan ................................................................................................. 45
2. Kekerasan Tablet................................................................................. 48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 57
LAMPIRAN ......................................................................................................... 60
commitvito user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
vii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Profil Kadar Obat dalam Plasma VS Waktu yang Menunjukkan Bentuk
viii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
commitixto user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR SINGKATAN
Al : Alumunium
Ca : Calsium
CV : Coefficient of variation
FI : Formula I
F II : Formula II
F III : Formula III
HPMC : Hidroksi Propil Metil Selulosa
Li : Lithium
Mg : Magnesium
Na : Natrium
SD : Standar deviasi
Si : Silium
UV : Ultraviolet
Vo : Volume awal
Vt : Volume Akhir
commitx to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
Bentuk sediaan dengan sistem penghantaran obat konvensional sampai saat ini
merupakan bentuk sediaan farmasi yang umum digunakan. Untuk mencapai dan
mempertahankan konsentrasi efektif obat dalam darah pada rentang waktu yang
panjang, diperlukan penggunaan obat beberapa kali dalam sehari. Obat-obat dengan
frekuensi penggunaan yang tinggi seringkali tidak menguntungkan antara lain adanya
fluktuasi konsentrasi obat dalam darah dan seringnya pasien lalai dalam
memberikan keuntungan diantaranya konsentrasi efektif obat dalam darah yang relatif
konstan dalam jangka waktu relatif lama sehingga mengurangi frekuensi pemakaian
obat dan dapat mengurangi dosis total obat sehingga meminimalkan efek samping.
Penggunaan sediaan lepas lambat akan memberikan manfaat terapi yang besar
terutama untuk bahan aktif dengan jendela terapi yang relatif sempit.
Teofilin merupakan obat asma yang sering digunakan baik secara sendiri maupun
konsentrasi obat dalam darah yang lebih seragam dan kadar puncak yang tidak
fluktuatif. Bentuk sediaan lepas lambat dapat menjamin kepuasan pasien terutama
jika pasien kesulitan untuk mengkonsumsi obat secara berulang selama serangan
commit1 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pada penelitian ini dilakukan pembuatan sediaan lepas lambat tablet teofilin
keberhasilan dari penelitian ini dapat digunakaan sebagai dasar pembuatan obat
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan suatu
C. Tujuan Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian
3. Memperoleh suatu informasi tentang sifat fisik granul, tablet dan proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tablet
Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat secara cetak, dalam bentuk
tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung mengandung satu
jenis bahan obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Anonim, 1979 ).
Tablet merupakan bahan obat dalam sediaan padat yang biasanya dibuat dengan
dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan dan daya hancurnya, dan dalam
aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya.
kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna, zat pemberi rasa dan
Karena popularitasnya yang sangat besar dan penggunaannya yang sangat luas
sebagai sediaan obat, tablet terbukti menunjukkan suatu bentuk yang efisien, sangat
praktis dan ideal untuk pemberian zat aktif terapi secara oral. Pada umumnya tablet
adalah bentuk obat untuk orang dewasa yang paling luas diterima karena berbagai
a. Rasa obat yang pahit atau memuakkan atau tidak menyenangkan dibuat agar
dapat diterima dan bahkan enak dengan menutup keseluruhan tablet atau granul
tablet dengan suatu salut pelindung yang cocok. Salut ini didesain hanya untuk
commit4 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Keuntungan tablet yang paling nyata adalah kemudahan pemberian dosis yang
untuk memberi kemudahan dalam pemberian dosis yang akurat apabila tablet
dipotong menjadi dua bagian atau lebih untuk pemberian pada anak-anak.
d. Kandungan tablet dapat segera disesuaikan dalam berbagai dosis zat aktif. Oleh
karena itu, pembuatan konsentrasi zat aktif secara tepat merupakan hal yang
mudah, dapat dilakukan dengan baik, benar dan ekonomi, tersedia bagi dokter
e. Sifat tablet yang sangat mendasar adalah mudah dibawa, bentuk kompak,
segera tersedia, mudah diberikan, memastikan kesan psikologis yang baik bagi
a. Tablet adalah suatu bentuk sediaan unit dosis dan memberikan kemampuan
terbesar diantara semua bentuk sediaan oral, presisi dosis zat aktif yang tepat,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Harga pada umumnya relatif cukup murah dibandingkan dengan bentuk sediaan
oral lainnya.
c. Bentuk sediaan yang paling ringan dan paling kompak dari semua bentuk
sediaan oral.
d. Pada umumnya, pengemasan dan pengiriman sediaan tablet paling mudah dan
murah.
di atas lambung, terutama jika disalut, asalkan tablet tidak terlalu cepat
aktif tertentu, seperti sediaan enterik atau pelepasan diperlambat atau lepas-
terkendali.
h. Sediaan tablet lebih cocok untuk produksi skala besar daripada bentuk unit oral
lainnya kerena tersedia mesin rotari berkapasitas besar dan juga peralatan
lainnya.
j. Sediaan tablet memberikan keuntungan bagi instalasi farmasi rumah sakit atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dalam pemberian dosis yang akurat dan presisi bagi seseorang pasien tertentu.
Selain keuntungan tablet yang besar terdapat juga keterbatasan sediaan tablet
sebagai berikut:
a. Beberapa zat aktif menahan atau menolak pengempaan menjadi kompak padat
karena sifat amorf atau karakter berbentuk jonjot (seperti kapas) yang
kepadatannya rendah.
b. Zat aktif dengan pembasahan yang buruk, sifat disolusi yang rendah, tingkat
dosis yang besar, atau kombinasi sifat-sifat tersebut mungkin sulit atau tidak
c. Zat aktif rasa pahit atau aroma yang tidak disenangi atau zat aktif yang peka
dikempa (jika lain atau praktis), atau tablet mungkin disalut. Dalam hal ini
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, tablet yang baik bila memenuhi
Diameter tablet tidak boleh lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
berikut: ditimbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang
satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata-
rata lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom A dan tidak boleh satu
tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga
kolom B. jika perlu dapat digunakan 10 tablet dan tidak satu tablet yang
bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam
Uji waktu hancur umumnya dilakukan untuk tablet yang belum diuji waktu
disolusinya. Uji waktu hancur tablet dilakukan untuk tablet tidak bersalut, tablet
bersalut bukan enterik, tablet salut enterik, tablet bukal, dan tablet sublingual.
Uji waktu hancur dilakukan dengan menggunakan uji waktu hancur. Masing-
masing sediaan tablet tersebut mempunyai prosedur uji waktu hancur dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
menyebabkan tablet pecah atau hancur dalam air atau cairan lambung. Faktor-
faktor yang mempengaruhi disintegrasi tablet antara lain sifat fisik dan kimia
Wikarsa, 2010).
teratur 30 kali tiap menit. Tablet dinyatakan hancur, jika tidak ada bagian tablet
yang tertinggal diatas kasa, kecuali fragmen dari dari zat penyalut. Bila tidak
dinyatakan waktu untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit
untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut
d. Kekerasan
Tablet yang diuji kekerasannya diletakkan dalam sebuah alat logam kecil
pada hardness tester dan tekanannya diatur sedemikian rupa sehingga tablet
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
stabil ditempatnya dan jarum penunjuk berada pada skala 0. Dengan memutar
ulirnya, tablet akan terjepit semakin kuat dengan menaiknya tekanan tablet
secara lambat, yang ditransfer melalui sebuah per sedemikian lama, sampai
akhirnya tablet tersebut pecah. Besarnya tekanan dapat dibaca langsung pada
e. Kerapuhan
persen, yang mengacu pada masa tablet awal sebelum pengujian (Voigt, 1995).
goresan dan guncangan dengan memakai sejumlah kotak plastik yang berputar
pada kecepatan 25 rpm, menjatuhkan tablet sejauh enam inci pada setiap
putaran. Biasanya tablet yang telah ditimbang diletakkan didalam alat ini,
kemudian dijalan sebanyak 100 putaran. Tablet ini kemudian dibersihkan dan
ditimbang ulang. Kehilangan berat lebih kecil dari 0,5 % sampai 1 % masih
Semua eksipien tablet harus memenuhi kriteria tertentu dalam formulasi, seperti
a. Tidak toksik dan dapat diterima oleh lembaga regulator semua negara tempat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
b. Tersedia secara komersial dalam tingkat kualitas yang dapat diterima disemua
f. Stabil secara fisik dan kimia, baik tunggal dan/atau dalam kombinasi dengan
i. Tidak mempunyai pengaruh buruk pada ketersediaan hayati zat aktif dalam
tablet.
j. Disetujui secara langsung sebagai zat tambahan makanan jika sediaan obat juga
Wikarsa, 2010).
a. Bahan Pengisi
bahan pengisi ditambahkan jika jumlah zat aktif sedikit atau sulit dikempa
(Anonim, 1995).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
Zat pengisi yang sering digunakan untuk pembuatan tablet pada granulasi
basah terbagi menjadi dua yaitu yang larut dan yang tidak larut. Contoh bahan
pengisi yang larut antara lain laktosa, sukrosa, dekstrosa, manitol, sorbitol
sedangkan contoh pengisi yang tidak larut adalah kalsium fosfat dihidrat,
b. Bahan pengikat
kekompakan dan daya tahan tablet. Oleh karena itu bahan pengikat menjamin
berlebihan menjadi penabletan yang keras sehingga tidak mudah hancur dan
biasa digunakan yaitu gula, jenis pati, gelatin turunan selulosa, gom arab dan
c. Bahan penghancur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
kekuatan fisis tablet sebagai akibat tekanan mekanik pada proses pengempaan.
Makin kuat kerja bahan pengikat maka diperlukan bahan penghancur yang lebih
d. Bahan Pelicin
Bahan pengatur aliran (glidant) berfungsi memperbaiki sifat alir massa atau
gesekan antara dinding dalam lubang ruang cetak dengan permukaan sisi tablet.
tablet pada dinding ruang cetak dan permukaan punch serta menghasilkan kilap
Pembuatan tablet ada 3 macam metode, yaitu metode granulasi basah, metode
pembuatan tablet dengan metode ini adalah menimbang dan mencampur bahan-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap air atau karena
Metode ini digunakan untuk bahan aktif dengan sifat mudah mengalir atau
dalam mesin tablet tanpa memerlukan granulasi basah dan kering (Ansel,
1989).
sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
Istilah lepas terus menerus (sustained release) atau istilah lepas lambat (FI.Ed.IV)
diketahui telah ada dalam pustaka farmasetik dan kedokteran selama berabad-abad.
Istilah ini telah secara tetap digunakan untuk memberikan bentuk sediaan farmasetik
sehingga kemunculan zat aktif dalam sirkulasi sistemik ditunda dan/atau diperpanjang
dan profil durasi zat aktif dalam plasma diperpanjang. Permulaan kerja farmakologis
obat sering ditunda dan durasi efek terapi bersifat terus menerus. Sebaliknya, istilah
pelepasan terkendali mempunyai arti diluar lingkup kerja zat aktif yang diperpanjang.
Istilah ini juga menyatakan secara tidak langsung suatu perkiraan dan reprodusibilitas
kinetik pelepasan zat aktif. Hal ini berarti pelepasan ingredient zat aktif dari sistem
pemberian zat aktif lepas terkendali diteruskan dengan profil kecepatan yang tidak
saja dapat diperkirakan secara kinetik, tetapi juga bersifat reprodusibel dari suatu unit
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
Jadi lepas lambat dan lepas terkendali menunjukkan metode pemberian yang
sama sekali berbeda. Lepas lambat terdiri atas setiap bentuk sediaan yang
menyediakan atau memberikan zat aktif selama suatu periode yang diperpanjang,
penempatan ruang (spatial), atau kedua-duanya. Dengan kata lain, sistem terkendali
berusaha mengendalikan konsentrasi zat aktif dalam jaringan sasaran, sering kali ini
adalah plasma darah. Dengan demikian, pernyataan bahwa sistem pemberian lepas
lambat tidak dapat dianggap sebagai sistem pemberian terkendali adalah pernyataan
Sediaan obat lepas lambat didesain untuk memberikan suatu dosis zat aktif
sebagai terapi awal (dosis muatan=loading dose) dan diikuti oleh pelepasan zat aktif
yang lebih lambat dan konstan. Laju pelepasan dosis pemeliharaan didesain
sedemikian rupa agar jumlah zat aktif yang hilang dari tubuh karena eliminasi diganti
secara konstan. Dengan memberikan sediaan obat lepas lambat, konsentrasi zat aktif
dalam plasma dipertahankan selalu konstan dengan fluktuasi yang minimal (Siregar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
e. Mampu membuat lebih rendah biaya harian bagi pasien (Ansel, 1989).
b. Adanya dose dumping yaitu sejumlah besar obat dari sediaan obat dapat lepas
secara cepat.
c. Tidak semua jenis zat aktif sesuai dengan formulasi sediaan lepas lambat.
dengan segera.
e. Sediaan lepas lambat yang cenderung tetap utuh dapat tersangkut pada suatu
unit dosis tunggal menyajikan pelepasan sejumlah obat segera setelah pemakaiannya,
Keunggulan tipe sediaan ini menghasilkan kadar obat dalam darah yang merata tanpa
perlu mengulangi pemberian unit dosis. Pola pelepasan obatnya dapat dilihat pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
Gambar 1. Profil kadar obat dalam plasma Vs waktu yang menunjukkan bentuk sediaan
konvensional dan sustained release
Teknologi yang sering digunakan dalam formulasi tablet lepas lambat menurut
a. Sistem matriks
dapat digolongkan menjadi bahan pembawa tidak larut air bersifat lilin/wax dan
b. Penyalutan
pellet mengandung bahan aktif atau tablet. Lapisan penyalutan ini berfungsi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
larut air atau teknik polimerisasi pada antar permukaan antara larutan bahan
aktif dalam pelarut organik dan larutan monomer dalam pelarut air.
c. Pompa osmotis
permeabel. Membran ini dapat dilalui hanya oleh molekul-molekul air tetapi
tidak oleh bahan aktif terlarut. Membran tersebut dilubangi dengan Bor laser.
Melalui lubang inilah larutan bahan aktif didorong keluar dari tablet bersalut
5. Matriks
Suatu matriks dapat digambarkan sebagai pembawa padat inert yang di dalamnya
Polimer inert yang tidak larut seperti polietilen, polivinil klorida dan
formulasi di pasaran. Tablet yang dibuat dari bahan-bahan ini didesain untuk
Matriks jenis ini mengontrol pelepasan obat melalui difusi pori dan erosi.
Bahan-bahan yang termasuk dalam golongan ini adalah asam stearat, stearil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
c. Matriks Hidrofilik
Sistem ini mampu mengembang dan diikuti oleh erosi dari bentuk gel
sehingga obat dapat terdisolusi dalam media air. Matriks hidrofilik diantaranya
Bila bahan-bahan tersebut kontak dengan air, maka akan terbentuk lapisan
matriks terhidrasi. Lapisan ini bagian luarnya akan mengalami erosi sehingga
murah dan aman, mampu memuat dosis dalam jumlah yang besar, dapat
6. Disolusi
Disolusi adalah proses suatu zat solid memasuki pelarut untuk menghasilkan
suatu larutan. Disolusi secara singkat didefinisikan sebagai proses suatu solid
melarut. Bentuk sediaan farmasetik solid dan bentuk sediaan sistem terdispersi solid
dalam cairan setelah dikonsumsi kepada seseorang akan terlepas dari sediaannya dan
mengalami disolusi dalam media biologis, diikuti dengan absorbsi zat aktif kedalam
sirkulasi sistematik dan akhirnya menunjukkan respon klinis (Siregar dan Wikarsa,
2010).
Suatu tablet atau sediaan obat lainnya dimasukkan ke dalam beaker yang berisi air
atau saluran cerna (saluran gastrointestin), obat tersebut mulai masuk ke dalam
larutan dari bentuk padatnya. Kalau tablet tersebut tidak dilapisi polimer, matriks
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
dan disolusi bisa berlangsung secara serentak dengan melepasnya suatu obat dari
Efeksivitas dari suatu tablet dalam melepaskan obatnya untuk absorbsi sistemik
agaknya bergantung pada laju disintegrasi dari bentuk sediaan dan deagregasi dari
granul-granul tersebut. Tetapi yang biasanya lebih penting adalah laju disolusi ddari
obat padat tersebut. Seringkali disolusi merupakan suatu tahapan yang membatasi
atau tahap yang mengontrol laju bioabsorbsi obat-obat yang mempunyai kelarutan
rendah, karena tahapan ini seringkali merupakan suatu tahapan yang paling lambat
dari berbagai tahapan yang ada dalam penglepasan obat dari bentuk sediaannya dan
dan Tailor, Wagner, serta Lesson dan Carstensen. Proses-proses laju penglepasan
Laju dimana suatu padatan melarut di dalam suatu pelarut telah diajukan dalam
batasan-batasan kuantitatif oleh Noyes dan Whitney pada tahun 1897 dan telah
dikerjakan dengan teliti oleh peneliti-peneliti lain. Persamaan tersebut bisa dituliskan
sebagai berikut:
dM = DS (Cs-C)
dt h
atau
dC = DS (Cs-C)
dt Vh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
dimana M adalah massa zat terlarut yang dilarutkan pada waktu t, dM/dt adalah laju
disolusi dari massa tersebut (massa/waktu), D adalah koefisien difusi dari zat terlarut
dalam larutan, S adalah luas permukaan zat padat yang menyentuh larutan, h
ketebalan lapisan difusi, Cs adalah kelarutan dari zat padat, yakni, konsentrasi larutan
jenuh dari senyawa tersebut pada temperatur percobaan, dan C konsentrasi zat terlarut
pada waktu t. Besarnya dC/dt adalah laju disolusi dan V adalah volume larutan. Jika
dalam persamaan besarnya C jauh lebih kecil daripada kelarutan obat Cs sistem
tersebut digambarkan dengan keadaan sink (sink condition) (Martin dkk, 1993).
Uji disolusi merupakan suatu uji untuk mengetahui suatu pelepasan obat secara in
vitro menggunakan alat disolusion tester. Melalui percobaan ini dapat diketahui profil
farmakokinetik profil obat dalam tubuh. Pengujian ini juga dapat mengetahui laju
pelepasan obat yang seragam dalam pada setiap batch. Uji menggunakan alat USP
dengan pengendalian pada volume medium yang dipakai, kecepatan(rpm) uji, batas
waktu, serta prosedur penentuan kadar. Toleransi uji dinyatakan sebagai persen
jumlah atau kadar dari obat yang larut selama batas waktu yang ada (Lachman dkk,
Banyak metode untuk menetapkan laju disolusi zat aktif dari sediaanya. Dalam
Farmakope Indonesia edisi IV, dijelaskan ada dua tipe alat yang digunakan untuk
pengujian yaitu:
a. Alat 1
Alat terdiri dari suatu wadah tertutup yang terbuat dari kaca atau bahan
transparan lain yang inert, suatu motor, suatu batang logam yang digerakkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
didalam suatu tangas air yang sesuai berukuran sedemikian sehingga dapat
berlangsung dan menjaga agar gerakan air dalam tangas air halus dan tetap.
Bagian dari alat, termasuk lingkungan tempat alat diletakkan tidak dapat
berbentuk silinder dengan dasar setengah bola, tinggi 160 mm hingga 175
mm, diameter dalam 98 mm hingga 106 mm dan kapasitas nominal 1000 ml.
digunakan suatu penutup yang pas. Batang logam berada pada posisi
sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada tiap titik dari
sumbu vertikal wadah, berputar dengan halus dan tanpa goyangan yang
lebih kurang 4%. Komponen batang logam dan keranjang yang merupakan
bagian dari pengaduk terbuat dari baja tahan karat tipe 316 atau yang sejenis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
kering pada tiapa awal pengujian. Jarak antara dasar bagian dalam wadah dan
b. Alat 2
Sama sepertia alat 1, bedanya pada alat ini digunakan dayung yang terdiri
dari daun dan batang sebagai pengaduk. Batang berada pada posisi
sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik dari
sumbu vertikal wadah dan berputar dengan halus tanpa goyangan yang berarti.
Daun melewati diameter batang sehingga dasar daun dan batang rata. Dayung
logam yang merupakan satu kesatuan dapat disalut dengan suatu penyalut
dayung mulai berputar. Sepotong kecil bahan yang tidak bereaksi seperti
Media disolusi yang digunakan dalam pengujian disolusi adalah media yang
tertera dalam masing-masing monografi. Bila media disolusi berupa larutan dapar, pH
larutan harus diatur berada dalam batas 0,05 satuan pH yang tertera pada masig-
Suhu media disolusi harus diukur dengan termometer (telah dikalibrasi) dan tepat
sebelum pengujian dimulai, termometer tersebut harus ditarik dari wadah alat
disolusi. Suhu dalam alat disolusi harus dicek secara berkala. Suhu media disolusi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
harus dipertahankan pada 37 ± 0,5ºC. Variasi suhu yang kecil sangat mempengaruhi
Lama waktu suatu uji disolusi berlangsung telah ditetapkan untuk tiap uji disolusi
dalam Farmakope Indonesia Edisi IV. Jika dalam spesifikasi hanya terdapat satu
waktu (metode penetapan satu titik tunggal), pengujian dapat diakhiri dalam waktu
yang lebih singkat asalkan persyaratan jumlah minimum yang terdisolusi telah
terpenuhi. Jika dinyatakan dua waktu atau lebih, sampel dapat diambil hanya pada
waktu yang ditetapkan dengan toleransi ±2% (Siregar dan Wikarsa, 2010).
7. Tinjauan Bahan
a. Teofilin
tidak lebih dari 97% dan tidak lebih dari 102,0% C7H8N4O2, dihitung terhadap
yang dikeringkan. Berupa serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa pahit, dan
stabil di udara. Teofilin sukar larut dalam air tetapi lebih mudah larut dalam air
panas, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida dan dalam ammonium
hidroksida, agak sukar larut dalam etanol dalam kloroform dan dalam eter
(Anonim, 1995).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
b. Na-montmorillonit
berbentuk kristal dengan struktur berlapis atau struktur dua dimensional dan
mempunyai ukuran partikel lebih kecil dari dua mikrometer, bersifat liat saat
basah dan keras saat kering. Di antara lapisan lempung terdapat kation-kation
yang berfungsi menyeimbangkan muatan negatif yang ada pada bidang lapisnya
(Wijaya, 2004).
jumlah yang besar dan menjadikan montmorillonit sebagai material yang unik
(Wijaya, 2004).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
penyebab mineral ini dapat menerima dan menyerap ion-ion logam dan
Montmorillonit terdiri dari lapisan berukuran besar yang tak larut dan
kation-kation yang terikat lemah pada ruang antar lapis. Lapis-lapis pada
lempung terdiri dari satu lapis oktahedral diantara dua lapis tetrahedral, atau
sering disebut dengan komposisi lapisan 2:1 (Augustine dan Robert, 1996).
tetrahedral merupakan lapisan silika oksida, dimana kedua lapisan ini terikat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
Logam Si4+ pada lapisan tetrahedral dapat tersubstitusi isomorfis oleh logam
bervalensi lebih rendah seperti Al3+. Substitusi isomorfis juga dapat terjadi pada
Al3+ di lapisan oktahedral oleh kation logam bervalensi lebih rendah seperti
Mg2+, Li+ dan Fe2+. Akibat dari substitusi isomorfis menyebabkan muatan total
lapisan menjadi negatif. Muatan negatif ini kemudian diimbangi dengan adanya
kation-kation seperti Na+, Ca2+ dan Mg2+ terhidrat yang menempati ruang antar
lapis.
mampu mengembang hingga delapan kali apabila dicelupkan ke dalam air dan
tetap terdispersi beberapa waktu di dalam air, dalam keadaan kering berwarna
putih atau kuning gading, sedangkan dalam keadaan basah dan terkena sinar
(Figueras, 1988).
c. HPMC
HPMC dapat membentuk lapisan hidrogel yang kental (viskositas tinggi) pada
sekeliling sediaan setelah kontak dengan cairan medium pelarut. Gel ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
merupakan penghalang fisis lepasnya obat dari matrik secara cepat (Suwaldi,
1995).
d. Laktosa
Laktosa adalah gula yang diperoleh dari susu dalam bentuk anhidrat atau
mengandung satu molekul air hidrat. Berupa serbuk atau masa hablur, keras,
putih atau putih krem. Tidak berbau dan rasa sedikit manis. Stabil di udara
tetapi mudah menyerap bau (Anonim, 1995). Kelarutan larut dalam 6 bagian
air, larut dalam 1 bagian air mendidih, sukar larut dalam etanol (95%)P, dan
e. Amprotab
Amprotab merupakan nama dagang dari amylum manihot, yaitu pati yang
berupa serbuk sangat halus, warna putih tidak berbau, tidak berasa, praktis tidak
dan membentuk pori-pori dalam tablet. Hal ini akan meningkatkan penetrasi air
kedalam tablet, sehingga akan mempercepat waktu hancur tablet (Voigt, 1995).
f. Talk
sedikit aluminium silikat. Berupa serbuk hablur sangat halus, putih atau putih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
kelabu. Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran (Anonim,
1995).
g. Magnesium stearat
asam-asam organik padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari
Mengandung setara dengan tidak kurang dari 6,8% dan tidak lebih dari 8,3%
h. Musilago amili
tersebut dan mengaduknya hingga diperoleh masa cairan yang rata. Musilago
amili tidak boleh ada dalam persediaan karena mudah ditumbuhi oleh bakteri,
8. Kerangka Pemikiran
Teofilin merupakan salah satu bahan aktif obat yang sering digunakan dalam
terapi asma. Teofilin merupakan obat asma yang sering digunakan baik secara sendiri
maupun secara kombinasi. Teofilin mempunyai rentang terapi yang sempit 10-20
(sustained release). Dengan adanya metode formulasi sustained release maka kadar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
Sistem matriks merupakan sistem yang paling sederhana dan sering digunakan.
aktifnya. Dalam hal ini matriks hidrofilik akan mengembang (swelling) dan
Pada penelitian ini dilakukan pembuatan sediaan lepas lambat tablet teofilin
diperoleh formula tablet yang memenuhi persyaratan sifat fisis granul dan tablet serta
linieritas disolusi dan kecepatan pelepasan teofilin. Cara membuatnya adalah dengan
larutan pengikat musilago amili 10% yang kemudian dicetak dengan alat tablet
dengan pengendalian variabel kekerasan. Tablet diuji fisis dan juga diuji disolusi
9. Hipotesis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
memperoleh data hasil. Penelitiannya meliputi pembuatan tablet dengan tiga formula
dimana FI sebagai kontrol positif, FII sebagai kontrol negatif dan FIII sebagai
basah. Untuk pengujiannya dilakukan uji sifat fisis granul, tablet dan uji disolusi.
Setia Budi. Waktu pelaksanaanya adalah dari bulan Agustus Desember 2010.
1. Alat
Jerman seri TDP I), hardness tester (Aikho engineering model AE-20 capacity
20kg), Friability tester(Erweka TA), disintegration tester, alat disolusi tipe dayung
32
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
oven, pengukur waktu alir (stopwatch), klem, statif, corong, jangka sorong,
2. Bahan
D. Prosedur Penelitian
1. Formula Tablet
FII diatas sebagai formula kontrol negatif, dimana formula ini sebagai
kontrol positif dan FIII adalah formula perlakuan. Adapun perbedaan FI dan FIII
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
matriksnya adalah HPMC yang sudah dilakukan penelitian oleh Hasnati dan
2. Pembuatan Granul
lalu ditambahkan dengan musilago amili 10% hingga terbentuk massa granul
dalam oven pada suhu 60°C selama ± 3 jam atau sampai kering. Granul
hingga terbentuk massa granul basah. Massa granul basah diayak dengan
ayakan 16 mesh, dikeringkan dalam oven pada suhu 60°C selama ± 3 jam atau
dengan magnesium stearat dan talk dalam alat pencampur selama 10 menit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
Pada tahap kedua ini caranya tidak jauh beda dengan pembuatan granul
pada FI, yang membedakan disini adalah matriks atau bahan pembawanya yaitu
tepi corong yang ujung tangkainya tertutup. Penutup dibuka dan granul
diamnya, dengan mengukur diameter granul yang jatuh dari corong tersebut
menggunakan penggaris.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
c. Uji Pengetapan
T=
Keterangan:
4. Pengempaan Tablet
Granul yang telah diperiksa fisiknya, dicetak menggunakan mesin tablet Single
Punch. Bobot tiap tablet 500 mg. Tekanan kompresi pada pembuatan tablet
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
a. Kekerasan Tablet
dengan skala awal 0, kemudian alat diputar searah jarum jam. Skala pada alat
dibaca pada saat tablet pecah dan harga yang diperoleh merupakan bilangan
b. Kerapuhan Tablet
Kerapuhan =
CV =
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
Keranjang dinaik turunkan hingga tablet habis dan dicatat waktu dari masing-
masing tablet.
Larutan induk teofilin dibuat dengan cara sebagai berikut: 200 mg teofilin
ditimbang seksama lalu dilarutkan dengan larutan dapar fosfat pH 7,2 hingga
100 ml. Dari larutan ini kemudian diambil 1,0 ml dan diencerkan dengan larutan
dapar fosfat pH 7,2 hingga 100 ml. Larutan ini diamati absorbansinya pada
Larutan induk teofilin dibuat dengan cara sebagai berikut: 200 mg teofilin
ditimbang seksama lalu dilarutkan dengan larutan dapar fosfat pH 7,2 hingga
100 ml, kemudian diambil 1,0 ml dan diencerkan dengan larutan dapar fosfat pH
7,2 hingga 100 ml. Dari larutan induk teofilin ini diambil 1,0 ml; 2,0 ml; 3,0
ml; 4,0 ml; 5,0 ml; 6,0 ml; 7,0 ml; 8,0 ml; masing - masing diencerkan dengan
larutan dapar fosfat pH 7,2 hingga 10 ml. Seri larutan tersebut diukur serapannya
Dibuat kurva regresi linear antara kadar teofilin dan serapannya sehingga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
c. Uji Disolusi
rpm dengan jarak pengaduk dayung dari dapar adalah 2,5 cm. Tablet
2) Sampel diambil pada menit ke 15, 30, 45, 60, 90, 120, 180, 240,
medium disolusi baru dalam jumlah yang sama sehingga volume medium
disolusi tetap.
7. Analisa Hasil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
A. Pembuatan Granul
pengikat musilago amili 10%. Bahan- bahan yang dibutuhkan dalam membuat granul
adalah teofilin sebagai zat aktif, laktosa sebagai pengisi, amprotab sebagai
penghancur, Mg stearat dan talk sebagai pelicin serta musilago amili 10 % sebagai
pengikat. Musilago amili 10% dibuat dengan melarutkan 10 gram amprotab dengan
volumenya 100 ml dan diaduk di atas waterbath hingga terbentuk musilago yang
Pada percobaan dibuat tiga formula yaitu formula I, II, dan III. Formula I
digunakan sebagai kontrol positif dimana dalam formula ini digunakan matriks
kontrol negatif dimana kontrol negatif merupakan formula tanpa adanya bahan
matriks. Formula ini merupakan formula untuk sediaan konvensional. Untuk formula
III merupakan formula perlakuan yang mana didalamnya terdapat bahan matriks Na-
massa granul yang baik. Massa granul ini kemudian diayak pada ayakan nomor 16
mesh dan dikeringkan pada oven pada suhu 60º celcius selama ± 3 jam atau sampai
40
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
kering. Setelah kering granul ini diayak menggunakan ayakan nomor 18 mesh untuk
Pemeriksaan sifat fisis granul dilakukan untuk mengetahui apakah granul yang
akan dibuat tablet memenuhi persyaratan, sehingga akan terbentuk tablet yang baik.
Pemeriksaat sifat fisis granul yang dilakukan meliputi waktu alir granul, sudut diam
dan pengetapan.
Uji waktu alir sangat penting untuk pembuatan tablet yang efisien. Aliran granul
yang baik, sangat penting untuk memastikan pencampuran yang efisien dan
keseragaman bobot yang dapat diterima untuk tablet. Sifat aliran dipengaruhi
ukuran dan bentuk partikel, partikel yang lebih besar dan bulat menunjukkan
Waktu alir yang baik adalah kurang dari 10 detik untuk 100 gram serbuk, dengan
demikian kecepatan alirnya lebih dari 10 gram/ detik ( Voigt, 1995). Sifat alir granul
yang baik menyebabkan pengisian ke dalam ruangan kompresi akan selalu konstan
sehingga berat tablet akan konstan dan kandungan zat aktif juga akan seragam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
14
11.081 11.520
12 10.750
9.887 9.819
10 9.192
Waktu alir
8
tanpa pelicin
6 dengan pelicin
4 FI : Kontrol positif
2 FII : Kontrol negatif
F III : Formula perlakuan
0
FI F II F III
Formula
Dari hasil uji waktu alir pada gambar di atas ada yang memenuhi persyaratan dan
ada yang tidak memenuhi persyaratan. Pada waktu alir granul tanpa pelicin untuk FI
dan FII tidak memenuhi, sedangkan untuk FIII memenuhi. Untuk waktu alir dengan
pelicin menunjukkan hasil yang tidak sesuai yaitu pada FII. Sedangkan untuk FI dan
FIII menunjukkan hasil yang sesuai dengan standar yaitu kurang dari 10 detik untuk
Bahan pelicin berfungsi untuk memperbaiki sifat alir granul yang akan ditablet.
Dengan adanya penambahan bahan pelicin menyebabkan FI, FII dan FIII memiliki
waktu alir lebih cepat walupun pada FII tidak memenuhi persyaratan.
serbuk bila dibandingkan dengan FI dan FIII. Waktu alir pada FIII paling cepat
mengembang dan memiliki partikel yang kuat satu sama lain, sehingga didapat granul
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
yang besar dan padat. Granul yang besar dan padat ini akan mudah jatuh ke bawah
sehingga menyebabkan waktu alirnya lebih bagus dibandingkan formula yang lain.
Sudut diam merupakan sudut yang dapat dibentuk oleh sejumlah granul setelah
granul diberi perlakuan. Untuk kebanyakan sudut farmasetik (massa tablet), nilai
sudut diam berkisar dari 25º-45º, dengan nilai yang rendah menunjukkan karakteristik
35
29.750
28.325 28.026 29.173 29.207 29.133
30
25 tanpa Pelicin
Sudut diam
20 dengan Pelicin
15 FI : Kontrol positif
FII : Kontrol negatif
10 F III : Formula perlakuan
5
0
FI F II FIII
Formula
Berdasarkan data diatas, semua formula baik itu FI, FII, maupun FIII telah
memenuhi persyaratan yaitu pada rentang 25º-45º. Data pengamatan sudut diam
granul sebelum diberi pelicin seharusnya menunjukkan angka yang lebih besar
daripada granul setelah diberi pelicin. Akan tetapi pada FII menunjukkan hasil yang
lebih besar setelah diberi pelicin. Hal ini dikarenakan pada FII memiliki karakteristik
granul yang relatif berbentuk serbuk, sehingga ketika ditambahkan pelicin, bahan
pelicin tersebut kurang bisa bercampur melapisi permukaan granul. Secara teoritis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
interaktif disyaratkan bahwa salah satu partikelnya harus berukuran halus untuk
mampu menempel pada permukaan partikel lainnya yang memiliki ukuran yang lebih
besar. Karena dalam hal ini granul dari FII hampir sama ukurannya dengan bahan
pelicin yang ditambahkan, maka hasil yang diperoleh kurang sesuai dimana
seharusnya setelah diberi pelicin sudut diam yang didapat lebih kecil.
3. Pengetapan
hentakan dan getaran. Serbuk atau granul dengan indeks pengetapan kurang dari 20%
14 13.411
12.031 12.251
12
10
Indeks Tap
Semakin kecil indeks pengetapan(%) maka semakin baik sifat alirnya. Dari gambar di
atas dapat diketahui bahwa dari uji pengetapan menunjukkan hasil yang baik yaitu
kurang dari 20 %. Pada FII seharusnya indeks pengetapannya lebih kecil karena
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
waktu alir dan sudut diam dari percobaan sebelumnya menunjukkan hasil yang lebih
besar. Hal ini terjadi karena granul pada kontrol negatif memiliki karakteristik yang
mudah memampat sehingga indeks tap yang didapat kecil. Lain halnya dengan FI
yang memiliki karakteristik granul yang bulat besar akan tetapi cenderung rapuh dan
C. Penabletan
mengendalikan formula pada kekerasan 6 -7 kg dengan berat tablet 500 mg. Untuk
dengan mengukur kedalaman punch atas sehingga dapat diatur kekerasan tabletnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46
Dari hasil data kompresibilitas pada tabel di atas, dapat dilihat variasi hasil
kompresi antara formula satu dengan lainnya. Dari F I ,F II dan FIII pada kedalaman
Sehingga kedalaman punch ini yang digunakan untuk penabletan selanjutnya. Akan
Pemeriksaan sifat fisis tablet dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas
tablet yang dihasilkan, sehingga diharapkan mampu memenuhi kriteria tablet yang
baik sesuai dengan persyaratan yang dikehendaki. Pemeriksaan sifat fisis tablet
tablet.
dengan keseragaman kadar serta kandungan zat aktif. Uji ini sangat dipengaruhi oleh
sifat alir granul. Sifat alir granul yang baik mempengaruhi pengisian pada ruang
kompresi dengan volume konstan sehingga diperoleh tablet yang bobotnya seragam.
tidak bersalut dengan bobot lebih dari 300 mg adalah tidak boleh lebih dari 2 tablet
yang bobotnya menyimpang dari 5 % dan tidak satupun tablet lebih dari 10 % dari
bobot rata-ratanya. Dari data uji keseragaman bobot diperoleh berat rata-rata FI
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
berat 446,085 mg 545,215 mg. Berat rata-rata FII 478,7 mg dengan penyimpangan
bobot tablet, tidak ada satupun tablet yang menyimpang dari persyaratan sehingga
seragam atau tidak. Tablet yang baik mempunyai harga CV kurang dari 5 %.
0.7
0.572
0.6
0.5 0.418
CV(%)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
Pada penelitian hasil yang diperoleh pada tiap formula memiliki keseragaman
bobot yang baik karena mempunyai harga CV kurang dari 5 %. Hal ini dikarenakan
sifat alir granul yang diperoleh cukup baik dan memenuhi persyaratan. Dengan
2. Kekerasan Tablet
melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan tablet
kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan ,semakin besar
tekanan yang diberikan saat pentabletan maka akan meningkatkan kekerasan tablet.
ketika proses disolusi, sehingga pelepasan obatnya sedikit demi sedikit dan tidak
menimbulkan efek toksik yang disebabkan pecahnya tablet secara langsung (dose
dumping).
Kekerasan rata-rata
4 FI : Kontrol positif
3 FII : Kontrol negatif
2 F III : Formula perlakuan
1
0
FI F II F III
Formula
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
3. Kerapuhan Tablet
melawan tekanan mekanik dan menunjukkan jumlah zat yang terserpih akibat proses
gesekan. Kerapuhan tablet dapat dipengaruhi juga oleh kekerasan tablet. Semakin
tinggi kekerasan tablet maka kerapuhannya semakin kecil. Tablet yang baik memiliki
3 2.62
2.5
Kerapuhan
2
1.5 Kerapuhan
1.147
FI : Kontrol positif
1 0.735
FII : Kontrol negatif
0.5 F III : Formula perlakuan
0
FI F II F III
Formula
Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa kerapuhan pada FII mempunyai hasil
yang paling besar yaitu 2,62 sedangkan pada F I mempunyai nilai yang paling kecil
yaitu 0,735. Untuk F III nilai yang didapat adalah diantara kedua kontrol tersebut
yaitu 1,147. Adanya variasi ini disebabkan karena pada F I terdapat bahan HPMC.
Karakteristik HPMC adalah bahan yang mudah mengembang sehingga mudah pula
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50
mengikat zat-zat yang ada disekitarnya. Data diatas untuk F I memenuhi persyaratan
yaitu kurang dari 1 %, sedangkan untuk FII dan F III tidak memenuhi persyaratan
Waktu hancur tablet akan menentukan kadar obat yang akan diabsorbsi karena
suatu tablet untuk siap diabsorbsi harus dalam keadaan terlarut. Waktu hancur tablet
yang lama dapat disebabkan oleh dua faktor penting yaitu kekerasan dan banyaknya
pengikat yang ditambahkan. Agar obat mudah larut maka tablet tersebut harus pecah
dan berada dalam bentuk partikel atau granul. Waktu hancur tablet juga sangat
berpengaruh dalam uji disolusi dimana granul akan pecah menjadi partikel-partikel
penyusunnya dan kemudian akan terlarut. Menurut Farmakope Edisi III disebutkan
bahwa waktu hancur yang baik untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15
menit, sehingga dari data dapat diketahui bahwa FI memiliki waktu hancur rata-rata
47,667 detik, FII sebesar 111,833 detik, dan FIII sebesar 72,833 detik. Dari data ini
dapat disimpulkan bahwa waktu hancur tablet telah memenuhi standar yaitu kurang
dari 15 menit.
Uji disolusi digunakan untuk mengetahui profil pelepasan teofilin dari tablet. Uji
disolusi disini dilakukan dengan menggunakan alat disolusi dayung dengan merk
Erweka. Larutan dapar yang digunakan adalah larutan dapar fosfat PH 7,2 yang
suhunya diatur sama dengan suhu tubuh yaitu 37º±0,5º dengan waktu disolusi 6 jam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
Pengambilan sampel dilakukan pada menit ke 15, 30, 45, 60, 90, 120, 180, 240, 300,
360 masing-masing sebanyak 10 ml. Sampel yang diambil disini diganti dengan
medium disolusi baru dalam jumlah yang sama sehingga volume disolusi ini tetap.
Hal ini dilakukan supaya terjadi keadaan sink dimana konsentrasi dari medium
disolusi selalu rendah sehingga didalam medium disolusi larutan tidak mengalami
kejenuhan dan proses disolusi dapat terus berlangsung .Penggunaan dapar fosfat 7,2
pada uji disolusi adalah untuk meminimalkan pengaruh zat aktif maupun bahan
kadar kandungan zat aktif dan persen terdisolusi tablet teofilin. Pengukuran panjang
250-300 nm. Dari rentang tersebut diperoleh panjang gelombang untuk teofilin 272
nm. Hal ini dikarenakan pada panjang gelombang tersebut diperoleh absorbansi yang
optimum yaitu 0,724. Hasil ini telah sesuai dengan teori dimana teofilin mempunyai
ini perubahan serapan untuk setiap konsentrasi adalah yang paling besar.
Kurva baku teofilin dibuat dengan melarutkan 200 mg teofilin murni pada larutan
dapar fosfat 100 ml. Dari larutan tersebut kemudian diambil 1,0 ml dan dilarutkan
lagi pada larutan dapar fosfat 100 ml. Dari hasil ini diambil 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, 5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
ml, 6 ml, 7 ml, dan 8 ml untuk masing-masing dilarutkan pada 10 ml larutan dapar
ppm, 10 ppm, 12 ppm, 14 ppm, dan 16 ppm dengan absorbansi masing-masing 0,168;
Harga regresi kurva baku teofilin dari plot antara konsentrasi teofilin dengan
1
0.9
0.8
Absorbansi
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Konsentrasi teofilin(ppm)
Persamaan regresi linier kurva baku yang diperoleh dari plot antara konsentrasi
teofilin dan absorbansi adalah Y= 0,061 x + 0,015 , dengan nilai r = 0,999. Persamaan
tersebut dapat digunakan untuk menetapkan kadar teofilin dari suatu sampel dengan
3. Profil Disolusi
Profil disolusi merupakan suatu gambaran yang menunjukkan pelepasan zat aktif
dari sediaan tablet yang diperoleh dari hubungan antara konsentrasi dan waktu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53
Disolusi disini merupakan salah satu pengujian in vitro yaitu pengujian yang
menggunakan disolution tester yang dikondisikan seperti kondisi tubuh kita. Bahan
yang digunakan sebagai pengatur pelepasan obat disini adalah matriks. Matriks yang
digunakan adalah jenis matriks hidrofilik. Sistem ini mampu mengembang dan diikuti
formula dimana terdapat bahan matriks HPMC yang mempunyai karakter melepaskan
obat secara perlahan-lahan dan terkontrol. Dilihat dari profil disolusinya, pelepasan
FI dimulai secara perlahan-lahan dan teratur. Hal ini telah menunjukkan tablet lepas
matriks didalamnya, sehingga untuk pelepasan awal obat tidak secara perlahan-lahan
Untuk perlakuan dari F III adalah formula dengan menggunakan matriks Na-
seperti Ca2+, Na+ dan K+. Lempung montmorillonit berstruktur seperti sandwich
dimana struktur ini dapat berikatan dengan bahan teofilin sehingga pelepasan
mengurangi persaingan antara ion penyeimbang dengan teofilin yang nantinya akan
mengisi ruangan (basal spacing) dalam lempung tersebut. Namun dengan adanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
nya menjadi lebih kecil. Hal ini dikarenakan ion penyeimbang Na memiliki ukuran
yang lebih kecil bila dibandingkan dengan ion-ion penyeimbang lain yang ada di
pelepasannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
Dari data diatas maka akan diperoleh suatu profil pelepasan obat seperti pada
gambar 11.
80
75
70
65
60
55
50
konsentrasi(%)
45
40
35
30 % konsentrasi FI
25
20 % konsentrasi FII
15
10 % konsentrasi FIII
5
0
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390
waktu(menit)
pelepasannya adalah lebih lambat dan konstan serta tidak naik turun pada rentang
indeks terapinya. Ketidaksesuaian ini dikarenakan basal spasing dari matriks Na-
pembuatan tablet sehingga matriks ini kurang bisa mengembang secara optimal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56
montmorillonit dan akibatnya pelepasan dari teofilin ini juga kurang teratur pada
awal pelepasannya dan terjadi pelepasan yang fluktuatif pada indeks terapinya.
Dilihat dari profil ketiga formula, profil pelepasannya FIII yang berisi matriks
pelepasannya yang terlalu cepat pada awal pelepasannya dan fluktuatif pada indeks
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
sediaan lepas lambat dengan uji statistik yang lebih signifikan dan juga perlu
57
commit to user