Anda di halaman 1dari 84

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET LEPAS LAMBAT TEOFILIN


MENGGUNAKAN BAHAN MATRIKS MONTMORILLONIT DAN HPMC
DENGAN SIMPLEX LATTICE DESIGN

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi

Oleh:
SY A I FU L C HO IR I
M 3509063

DIPLOMA 3 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

HALAMAN PENGESAHAN
PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

OPTIMASI FORMULA TABLET LEPAS LAMBAT TEOFILIN


MENGGUNAKAN BAHAN MATRIKS MONTMORILLONIT DAN HPMC
DENGAN SIMPLEX LATTICE DESIGN

Oleh:
SYAIFUL CHOIRI
M3509063
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji
pada tanggal 4 Mei 2012
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Surakarta, 4 Mei 2012

Pembimbing Penguji I

Nestri Handayani, M.Si., Apt


NIP 19701112 200501 2 001
Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt
NIP. 19780319 200501 1 003
Penguji II

Anang Kuncoro R.S., S.Si., Apt


NIP 19760909 200312 1 002
Mengesahkan

Dekan FMIPA UNS Ketua Program D3 Farmasi

Prof. Ir. Ari Handono R., M.Sc.(Hons), Ph.D Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt
NIP. 19610223 198601 1 001 NIP. 19780319 200501 1 003
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN

Dengan

FORMULA SEDIAAN TABLET LEPAS LAMBAT TEOFILIN

MENGGUNAKAN BAHAN MATRIKS MONTMORILLONIT DAN HPMC

DENGAN SIMPLEX LATTICE DESIGN

tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar apapun di

suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah

ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar

yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/ dicabut.

Surakarta, April 2012

Syaiful Choiri
M3509063

commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET LEPAS LAMBAT TEOFILIN


MENGGUNAKAN BAHAN MATRIKS MONTMORILLONIT DAN HPMC
DENGAN SIMPLEX LATTICE DESIGN

SYAIFUL CHOIRI
Jurusan D3 Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret

INTISARI

Teofilin telah digunakan untuk pengobatan asma, memiliki waktu paruh


yang relatif pendek dan indeks terapetik yang sempit yaitu 10-20 µg/ml.
Formulasi teofilin dalam bentuk sediaan lepas lambat diharapkan dapat
menghasilkan konsentrasi dalam darah yang lebih seragam dan kadar puncak
yang tidak flukulatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil yang
paling optimum untuk komposisi kombinasi montmorillonit dan HPMC sebagai
matriks sediaan teofilin lepas lambat.
Penelitian ini dilakukan dengan model simplex lattice design
menggunakan bahan matriks montmorillonit (A) dan HPMC (B), sehingga
didapat 3 rancangan formula yaitu Formula I (100% A), Formula II (50% A dan
50% B), dan Formula III (100% B). Setiap formula dilakukan uji sifat fisik
granul dan tablet serta dilakukan uji disolusi. Data yang diperoleh dibandingkan
dengan acuan standar dan dilakukan pendekatan dengan metode simplex lattice
design. Kecepatan alir, kompaktibilitas, dan pelepasan obat digunakan sebagai
parameter optimasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi montmorillonit dan HPMC
berpengaruh terhadap pola sifat fisis granul dan tablet serta profil disolusinya.
Berdasarkan pendekatan dengan metode simplex lattice design, komposisi
montmorillonit 93% dan HPMC 7% merupakan formula optimum yang
menghasilkan kecepatan alir 13,30 gram/detik, kompaktibilitas 7,167 kg,
pelepasan obat selama 3 jam 28,53% dan kecepatan pelepasan obat dari menit
ke-180 sampai 360 11,58 mg/jam.
Kata kunci : Teofilin, Montmorillonit, HPMC, simplex lattice design.

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

OPTIMIZATION FORMULATION SUSTAINED RELEASE


THEOPHYLLINE TABLET USING THE MATRIX
MONTMORILLONITE AND HPMC BY SIMPLEX LATTICE DESIGN

SYAIFUL CHOIRI
Department of Pharmacy, Faculty of Mathematic and Science
Sebelas Maret University

ABSTRACT

Theophylline has been used for treatment of asthma, has relatively short
half life and narrow therapeutic index (10-20 µg/ml). Formula of sustained-
release theophylline can produce more uniform serum concentrations with less
fluctuation in peak-trough levels. This study was aimed to determine the most
optimum results for the composition combination of montmorillonit and HPMC as
matrix of sustained release theophylline tablets.
The research was done with simplex lattice design by using 2 components
with matrix montmorillonite (A) and HPMC (B), three design formulas were
obtained that are FI (100% A), FII (50% A and 50% B), and FII (100% B). Each
formula tested the physical properties of granul and tablet, and dissolution tested.
The result were compared with standart references and approached by the method
of simplex lattice design. Flow rate, compactibility, and the drug release were
used as optimation parameter.
The result showed that interaction between montmorillonite and HPMC
influenced by the pattern of granule and tablet physical properties, and dissolution
profiles. Based of simplex lattice design approaching, compotition of
montmorillonite 93% and 7% HPMC is a optimum formula to result flow rate
13,30 g/sec, compactibility 7,17 kg, drug release for 3 hours 28,53% and drug
release rate from minute 180-360 11,58 mg/hour.
Key words: Theophylline, montmorillonite, HPMC, simplex lattice design.

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga

mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (Q.S. Ar

Raad : 11)

Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Q.S. Al Insyirah :

5-6)

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Tugas Akhir ini Kupersembahkan untuk :

Bapak dan Ibu tercinta, kakak dan adik

tersayang.

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

OPTIMASI FORMULA

SEDIAAN TABLET LEPAS LAMBAT TEOFILIN MENGGUNAKAN BAHAN

MATRIKS MONTMORILLONIT DAN HPMC DENGAN SIMPLEX LATTICE

DESIGN dengan baik.

Penyusunan laporan Tugas Akhir merupakan salah satu syarat untuk dapat

memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi pada jurusan D3 Farmasi di Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini penulis telah berusaha semaksimal

mungkin untuk memberikan hasil yang terbaik. Dan tak mungkin terwujud tanpa

adanya dorongan, bimbingan, semangat, motivasi serta bantuan baik moril

maupun materiil,

kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc.(Hons), Ph.D, selaku Dekan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt, selaku ketua program studi D3 Farmasi

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt, selaku pembimbing akademik dan pembimbing

tugas akhir atas segala ketulusan, kesabaran dan keikhlasannya dalam

memberikan arahan, pengertian, saran, dan ilmunya yang tiada tara nilainya.

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Segenap dosen pengajar dan staff jurusan D3 Farmasi yang telah banyak

memberikan ilmu dan pelajaran berharga.

5. Seseorang yang telah mendampingi dan memberikan dukungan, motivasi,

kesabaran, perhatian, dan kasih sayangnya selama ini.

6. Teman-teman seperjuangan D3 Farmasi, atas kerjasamanya selama masa-masa

kuliah.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu

dalam Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan

Tugas Akhir ini. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak untuk perbaikan sehingga akan menjadi bahan

pertimbangan dan masukan untuk penyusunan tugas-tugas selanjutnya. Penulis

berharap semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada

umumnya dan dapat menjadi bekal bagi penulis dalam pengabdian Ahli Madya

Farmasi di masyarakat pada khususnya.

Surakarta, April 2012

Penulis

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN .... i

HALAMAN PENGESAHAN .. ii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... iii

INTISARI ........................................................................................................... iv

ABSTRACT ......................................................................................................... v

HALAMAN MOTTO ........................................................................................ vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vii

. .. viii

. ..... xi

... .. xv

DAFTAR TABEL .... ... .. xvii

DAFTAR LA .. xviii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................... .. 1

B. Perumusan Masalah ............................................................................. 3

C. Tujuan Penelitian ................... .. 3

D. Manfaat Penelitian ..................... 4

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka..................................... .. 5

1. Tablet ....................... ................. ..... 5

commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Metode Pembuatan Tablet .............................................................. 7

3. Sediaan Lepas Lambat ........... .. 9

4. Pemeriksaan Kualitas Granul .......................................................... 12

5. Pemeriksaan Kualitas Tablet ........................................................... 13

6. Optimasi Simplex Lattice Design ....... 16

7. Tinjauan Bahan ...................... 17

B. Kerangka Pemikiran ........................ .. 22

C. Hipotesis ...................................................................... .. 24

BAB III METODE PENELITIAN

A. 26

B. Tempat 26

C. 27

1. Alat yang digunakan ....................................................................... 27

2. Bahan yang digunakan .................................................................... 27

D. Prosedur Penelitian ........................... 27

1. Formula Tablet ................................................................................ 27

2. 28

3. Uji Sifat Fisik Granul ............................ 28

a. Uji Waktu Alir ............................................................................ 28

b. Sudut Diam Granul ..................................................................... 28

c. Uji Penegetapan .......................................................................... 28

4. Pengempaan Tablet .......................... 29

5. Uji Sifat Fisik Tablet .............................. 29

commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Keseragaman Bobot Tablet ....................... 29

b. 30

c. 30

d. 30

6. 31

a. 31

b. Pembuatan Kurva Baku .............................................................. 31

c. 31

E. 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembuatan Granul ................................................ 34

B. H 35

35

1. . 37

2. .............................. 39

3. Uji Peneg ................ 40

C. Penabletan .................................. 42

D. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Tablet ... 42

1. Keseragaman Bobot Tablet .. 44

2. Kerapuhan Tablet .... 46

3. 47

4. 49

E. .............. ..... ... 49

commit to user

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum 49

2. 49

3. Profil Disolusi ....................... .... 50

F. Pendekatan Optimasi dengan Metode Simplex Lattice Design ........... 53

1. Optimasi dengan Parameter Kecepatan Alir ................................... 54

2. Optimasi dengan Parameter Kompaktibilitas .................................. 55

3. Optimasi dengan Parameter Pelepasan Obat ................................... 57

G. Penentuan Formula Optimum .............................................................. 61

BAB V. KESIMPULAN ................................................................................... 66

A. Kesimpulan ............................. 66

B. Saran ........................... 66

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 67

LAMPIRAN ....................................................................................................... 69

commit to user

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Profil Kadar Obat Vs Waktu Yang Menunjukkan Bentuk Sediaan

Konvensional dan Sediaan Sustained-Release ............... . 10

Gambar 2. Simplex Lattice Design dengan 2 Komponen .................................. 17

Gambar 3. Struktur Molekul Teofilin ................................................................ 19

Gambar 4. Struktur Tiga Dimensi Montmorillonit .......... .................... 20

Gambar 5. Struktur Molekul Hidroksipropil Metilselulosa ... ................... 22

Gambar 6. Diagram Perbandingan Waktu Alir Tanpa Pelicin dan dengan

Pelicin Granul Teofilin ........... 36

Gambar 7. Diagram Perbandingan Sudut Diam Tanpa Pelicin dan dengan

Pelicin Granul Teofilin ...................................... 38

Gambar 8. Diagram Indeks Tap Granul Teofilin ............................................... 39

Gambar 9. Diagram CV Keseragaman Bobot Tablet Teofilin .......................... 44

Gambar 10. Diagram % Kerapuhan Tablet Teofilin .......................................... 45

Gambar 11. Diagram Kekerasan Tablet Teofilin ...............................................


46
Gambar 12. Kurva Baku Tablet Teofilin ...........................................................
50
Gambar 13. Profil Disolusi Tablet Teofilin .......................................................
51
Gambar 14. Profil Kecepatan Alir Granul dengan Pendekatan Simplex Lattice

Design .............................................................................................
55

commit to user

xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 15. Profil Kompaktibilitas dengan Pendekatan Simplex Lattice

Design ............................................................................................. 57

Gambar 16. Profil Pelepasan Selama 3 jam dengan Pendekatan Simplex

Lattice Design ................................................................................. 59

Gambar 17. Profil Kecepatan Pelepasan Teofilin pada menit ke-180 sampai

360 dengan Pendekatan Simplex Lattice Design ............................. 61

commit to user

xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel I. Persyaratan Penyimpangan Bobot Tablet ......... ............... . 14

Tabel II . Formula Tablet ....................................... ................... 27

Tabel III. Pemeriksaan Sifat Fisis Granul ................... .. 35

Tabel IV. Data Kompresibilitas Tablet .............................................................. 41

Tabel V. Pemeriksaan Sifat Fisis Tablet Teofilin .............................................. 42

Tabel VI. Hasil Perhitungan Rentang Keseragaman Bobot ............................... 43

Tabel VII. Pemeriksaan Waktu Hancur Tablet Teofilin .................................... 48

Tabel VIII. Kecepatan Alir Granul .................................................................... 54

Tabel IX. Kompaktibilitas Granul ...................................................................... 56

Tabel X. Pelepasan Teofilin Selama 3 Jam ........................................................ 58

Tabel XI. Kecepatan Pelepasan Teofilin pada Menit ke-180 sampai 360 ......... 60

Tabel XII. Normalitas Parameter Optimasi ....................................................... 63

Tabel XIII. Respon Parameter Optimasi ............................................................ 63

Tabel XIV. Normalitas Kecepatan Pelepasan pada menit ke-180 sampai 360

Komposisi Montmorillonit 90% : HPMC 10% sampai

Montmorillonit 100%..................................................................... 64

Tabel XV. Hasil Formula Optimum Menggunakan Metode Simplex Lattice

Design ............................................................................................. 65

commit to user

xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Tablet ............................................................................... 69

Lampiran 2. Gambar Granul Tablet Lepas Lambat Teofilin ............................. 70

Lampiran 3. Perhitungan Bahan ......................................................................... 71

Lampiran 4. Diagram Alir Cara Kerja ............................................................... 73

Lampiran 5. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Granul ............................................ 74

Lampiran 6. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Tablet ............................................. 75

Lampiran 7. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dan Kurva Baku ....... 78

Lampiran 8. Hasil Uji Disolusi .......................................................................... 81

Lampiran 9. Optimasi Simplex Lattice Design .................................................. 86

Lampiran 10 Sertifikat Analis Teofilin .............................................................. 99

commit to user

xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR SINGKATAN

cm = centimeter
FI = Formula I
FII = Formula II
FIII = Formula III
HPMC = Hidroksi Propil Metil Selulosa
g = gram
Mg Stearat = Magnesium Stearat
mg = miligram
ml = mililiter
µg = mikrogram
kg = kilogram
Talk = Talkum

commit to user

xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Banyak obat asma yang diformulasikan dalam bentuk sediaan padat

(tablet), cair (injeksi) dan aerosol. Akan tetapi sediaan tersebut yang merupakan

sediaan konvensional yaitu dosis pemakaian berkali-kali sehari kurang cocok

digunakan untuk mencegah dan untuk terapi serangan asma jika dibandingkan

dengan sediaan lepas lambat (sustained-release) atau pelepasan terkendali

(controlled-release) (Ansel,1989). Tujuan dari sediaan lepas lambat adalah untuk

mempertahankan konsentrasi obat dalam darah pada waktu yang lama. Berbagai

keuntungan sediaan lepas lambat diantaranya adalah mengurangi frekuensi

pemberian obat, efek obat yang lebih seragam, mengurangi fluktulasi kadar obat

dalam darah, mengurangi iritasi saluran cerna dan efek samping obat, pasien lebih

nyaman sehingga meningkatkan efektifitas terapi (Ansel et al., 1999).

Teofilin mempunyai waktu paruh eliminasi yang relatif pendek dan indeks

terapetik yang sempit yaitu 10-

digunakan dalam terapi asma. Formulasi teofilin dalam bentuk sediaan lepas

lambat diharapkan dapat menghasilkan konsentrasi dalam darah yang lebih

seragam dan kadar puncak yang tidak flukulatif. Bentuk sediaan lepas lambat

dapat menjamin kepuasan pasien terutama jika pasien kesulitan mengkonsumsi

obat secara berulang selama serangan asma akut (Bayomi et al, 2001).

Formulasi sediaan lepas lambat dibuat dengan cara tertentu sehingga

pelepasan zat aktifnya lambat, namun tetap mencapai efek terapetik. Pembuatan

commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

suatu matriks dengan obat berada didalamnya atau tercampur homogen dengan

bahan matriks merupakan salah satu cara yang digunakan untuk membuat sediaan

lepas lambat. Matriks hidroksipropil metilselulosa (HPMC) dapat membentuk

lapisan hidrogel yang berviskositas tinggi bila kontak dengan cairan pelarut. Gel

ini merupakan penghalang fisik lepasnya obat dari matriks secara cepat (Suwaldi,

1995).

Montmorillonit merupakan salah satu jenis lempung yang berada di alam.

Montmorillonit terdiri dari lapisan berukuran besar yang tidak larut dan kation-

kation yang terikat lemah pada ruang antar lapisnya (Augustine dan Robert,

1996). Menurut penelitian yang telah dilaporkan oleh Wulandari (2010) bahwa

montmorillonit alam yang digunakan sebagai matriks tablet lepas lambat teofilin

mampu mempengaruhi sifat fisis tablet dan dapat mengendalikan pelepasan obat

tablet teofilin sebagai sediaan lepas lambat.

Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

tentang optimasi formulasi montmorillonit sebagai bahan pembawa obat (matriks)

yang dikombinasikan dengan HPMC untuk mengetahui hasil yang paling optimal

pada sifat fisis tablet serta profil disolusi dari tablet lepas lambat teofilin.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan suatu permasalahan

yaitu:

1. Apakah terdapat perbedaan pola sifat fisis dan profil disolusi antara tablet

lepas lambat teofilin menggunakan bahan matriks montmorillonit, HPMC

dan kombinasi bahan matriks 50% HPMC dan 50% montmorillonit?

2. Berapa perbandingan komposisi kombinasi bahan matriks montmorillonit

dan HPMC pada tablet lepas lambat teofilin untuk memperoleh formula

optimum dengan pendekatan metode simplex lattice design?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Mengetahui perbedaan pola sifat fisis dan profil disolusi antara tablet lepas

lambat teofilin menggunakan bahan matriks montmorillonit, HPMC dan

kombinasi HPMC 50% dan montmorillonit 50%.

2. Mengetahui perbandingan komposisi montmorillonit dan HPMC yang paling

optimum sebagai material pembawa (matriks) sediaan teofilin lepas lambat

terhadap profil disolusi tablet teofilin sehingga diperoleh sediaan tablet

teofilin lepas lambat yang memenuhi persyaratan sifat fisis tablet dan mampu

mempertahankan pelepasan obat yang seragam selama waktu tertentu.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain :

1. Diperoleh obat asma dengan sediaan tablet lepas lambat dengan komposisi

optimum bahan matriks kombinasi montmorillonit dan HPMC.

2. Diperoleh informasi tentang profil disolusi teofilin dari komposisi optimum

bahan matriks kombinasi montmorillonit dan HPMC.

3. Dapat membantu penderita asma yang mayoritas mempunyai kesulitan dalam

mengkonsumsi obat, sehingga dengan sediaan lepas lambat tersebut penderita

asma dapat mengurangi intensitas mengkonsumsi obat.

4. Menambah prespektif peneliti khususnya yang berkaitan dengan ilmu

pengetahuan dan teknologi pemanfaatan montmorillonit sebagai material

pembawa obat.

5. Meningkatkan daya guna lempung jenis montmorillonit sebagai pembawa

obat dalam sediaan lepas lambat sehingga meningkatkan nilai ekonominya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tablet

Tablet adalah sediaan obat padat takaran tunggal. Sediaan ini dicetak dari

serbuk kering, kristal atau granulat. Umumnya dengan penambahan bahan

pembantu pada mesin yang sesuai dengan menggunakan tekanan tinggi (Voigt,

1994). Tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan,

ketebalan, daya hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung cara pemakaian

tablet dan metode pembuatannya (Ansel, 1989). Pada dasarnya bahan pembantu

tablet harus bersifat netral, tidak berbau, tidak berasa, dan sedapat mungkin tidak

berwarna (Voigt, 1994).

Kelebihan sediaan tablet dibanding sediaan lain diantaranya rasa obat tidak

menyenangkan dibuat agar dapat diterima dan bahkan enak dengan menutup

keseluruhan tablet, ketepatan dosis serta variabilitas kandungan rendah, biaya

pembuatan murah, sediaan oral yang paling ringan dan kompak, mudah dalam

penggunaan, dapat dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, sifat

pencampuran kimia dan kompak, serta stabilitas mikrobiologi yang baik (Siregar

& Wikarsa, 2010).

commit to user

5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

Bahan tambahan dalam pembuatan tablet antara lain:

a. Bahan Pengisi (dilluent/filler)

Bahan pengisi adalah zat inert yang ditambahkan pada zat aktif dalam

jumlah yang cukup agar diperoleh bobot tablet yang rasional saat dicetak.

Bahan pengisi yang biasa digunakan antara lain: sukrosa, laktosa, amilum,

kaolin, kalsium karbonat, dekstrosa, manitol, selulosa, sorbitol, dan bahan lain

yang cocok (Banker and Anderson, 1986).

b. Bahan Pelicin (lubricant)

Bahan pelicin memudahkan pengeluaran tablet keluar ruang cetak melalui

pengurangan gesekan antara dinding dalam lubang ruang cetak dengan

permukaan sisi tablet. Bahan pelicin juga ditujukan untuk memacu aliran

serbuk atau granul dengan jalan mengurangi gesekan di antara partikel-partikel

(Voigt, 1994). Bahan pelicin yang biasa digunakan adalah talk, mg stearat,

asam stearat, kalsium stearat, natrium stearat, likopodium, lemak paraffin cair

(Banker and Anderson, 1986).

c. Bahan Pengikat (binder)

Bahan pengikat adalah bahan yang mempunyai sifat adhesif yang digunakan

untuk mengikat serbuk-serbuk menjadi granul selanjutnya bila dikempa akan

menghasilkan tablet kompak. Zat pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk

larutan (Anonim, 1995). Bahan pengikat sebaiknya digunakan sedikit mungkin

karena apabila terlalu berlebihan menjadi penabletan yang keras sehingga tidak

mudah hancur dan waktu pengempakannya membutuhkan tenaga yang lebih.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

Bahan pengikat yang biasa digunakan yaitu gula, jenis pati, gelatin, turunan

selulosa, gom arab, dan tragakan (Voigt, 1994).

d. Bahan Penghancur (disintegrant)

Bahan penghancur dimasukkan untuk menarik air masuk dalam tablet sehingga

memudahkan hancurnya tablet dalam medium cair sehingga dapat pecah

menjadi granul atau partikel penyusunnya (Banker dan Anderson, 1986). Kerja

bahan penghancur adalah melawan kerja bahan pengikat dan kekuatan fisik

tablet sebagai akibat tekanan mekanik pada proses pengempaan. Makin kuat

kerja bahan pengikat maka diperlukan bahan penghancur yang lebih efektif.

Bahan penghancurnya yang umum digunakan adalah amilum, alginat, dan

selulosa (Voigt, 1994).

2. Metode Pembuatan Tablet

Pembuatan tablet terdapat 3 macam metode yaitu metode granulasi basah,

metode granulasi kering, dan cetak langsung (Ansel, 1989).

a. Metode Granulasi Basah

Granul dibentuk dengan jalan mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai

pengganti pengompakan. Teknik ini membutuhkan larutan, suspensi, atau

bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan pada

campuran serbuk, namun demikian bahan pengikat itu dapat dimasukkan

kering ke dalam campuran serbuk dan cairan dapat dimasukkan sendiri (Banker

and Anderson, 1986).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

Menurut Sheth et al. (1980), keuntungan granulasi basah antara lain:

1). Zat aktif yang larut air dalam dosis kecil, maka distribusi dan

keseragaman zat aktif akan lebih baik jika dicampurkan dengan larutan

bahan pengikat.

2). Zat aktif yang kompaktibilitasnya rendah dalam dosis yang tinggi harus

dibuat dengan metode granulasi basah, karena jika digunakan metode

cetak langsung memerlukan banyak eksipien sehingga berat tablet terlalu

besar.

3). Meningkatkan kohesifitas dan kompaktibilitas serbuk.

4). Zat-zat yang bersifat hidrofob, sistem granulasi basah dapat memperbaiki

kecepatan pelarutan zat aktif dengan perantara cairan pelarut yang cocok

pada bahan pengikat.

5). Sistem granulasi basah dapat mencegah segregasi komponen penyusun

tablet yang telah homogen sebelum proses pencampuran.

Kelemahan pada granulasi basah yaitu dibutuhkan tempat kerja yang luas

dengan suhu dan kelembaban yang dikontrol karena banyak tahapan dalam

proses granulasi basah ini (Siregar & Wikarsa, 2010).

b. Metode Granulasi Kering

Proses granulasi kering sesuai untuk bahan obat yang tidak tahan pemanasan

dan kelembaban (Anonim, 1995). Pada metode granulasi kering, granul

dibentuk oleh kelembaban atau penambahan bahan pengikat ke dalam

campuran serbuk obat tetapi dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya

besar dari campuran serbuk dan setelah itu memecahkannya dan menjadikan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

pecahan-pecahan ke dalam granul yang lebih kecil. Metode ini khususnya

untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah

karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk mengeringkannya

diperlukan temperatur yang dinaikkan (Ansel, 1989).

c. Metode Cetak Langsung

Metode ini digunakan untuk bahan yang mempunyai sifat mudah mengalir

sebagaimana sifat-sifat kohesinya yang memungkinkan untuk langsung

dikompresi dalam tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau kering (Sheth

et al., 1980). Keuntungan yang utama dari tabletisasi langsung adalah bahan

obat yang peka lembab dan panas yang stabilitasnya terganggu akibat operasi

granulasi dapat dibuat menjadi tablet (Voigt, 1994).

3. Sediaan Lepas Lambat

Sediaan lepas lambat merupakan bentuk sediaan yang dirancang untuk

melepaskan obatnya kedalam tubuh secara perlahan-lahan atau bertahap supaya

pelepasan lebih lama dan memperpanjang aksi obat (Ansel, 1989).

Tujuan dari sediaan lepas lambat adalah melepaskan obat secara cepat untuk

dosis awalnya kemudian diikuti oleh pelepasan lambat dari dosis berikutnya.

Untuk formulasi sediaan lepas lambat digunakan barier kimia atau fisika untuk

mendapatkan pelepasan yang lambat dari dosis maintenance, diantaranya adalah

dengan penyalutan, matriks lemak atau plastik, mikroenkapsulasi, ikatan kimia

dengan resin penukar ion, dan sistem pompa osmotik. Keuntungan bentuk sediaan

lepas lambat dibandingkan bentuk sediaan konvensional lainnya adalah sebagai

berikut (Ansel et al., 1999) :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

a) Mengurangi fluktulasi kadar obat dalam darah

b) Mengurangi frekuensi pemberian obat

c) Meningkatkan kepuasan dan kenyamanan pasien

d) Mengurangi efek samping yang merugikan

e) Mengurangi biaya pemeliharaan kesehatan

Sedangkan kelemahan sediaan lepas lambat diantaranya adalah :

1. Biaya produksi lebih mahal dibandingkan sediaan konvensional

2. Adanya dose dumping yaitu sejumlah besar obat dari sediaan obat dapat

lepas secara cepat

3. Mengurangi fleksibilitas pemberian dosis

4. Jika penderita mendapat reaksi samping obat atau secara tiba-tiba

mengalami keracunan maka untuk menghentikan obat dari sistem tubuh

akan lebih sulit dibanding sediaan konvensional

5. Tidak dapat digunakan untuk obat yang memiliki dosis besar (500 mg)

6. Tidak semua zat aktif sesuai dengan sediaan lepas lambat (Siregar dan

Wikarsa, 2010)

Konsentrasi
efektif

Gambar 1. Profil kadar obat vs waktu yang menunjukkan bentuk sediaan


konvensional dan sediaan sustained release
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

Pada Gambar 1 dijelaskan antara pelepasan obat bentuk sediaan

konvensional dan sustained-release. Pada bentuk sediaan konvensional kadar obat

dalam darah pada waktu yang relatif singkat, dan pada sediaan sustained-release

kadar obat dalam darah dapat dipertahankan pada waktu yang diperpanjang.

Ada beberapa teknologi dalam sediaan lepas lambat, salah satunya dengan

matriks. Suatu matriks dapat digambarkan sebagai pembawa padat inert yang

didalamnya obat tersuspensi (tercampur) secara merata. Matriks digolongkan

menjadi 3 karakter (Lachman dkk., 1994) yaitu :

a. Matriks tidak larut, inert

Polimer inert yang tidak larut seperti polietilen, polivinil klorida,

kopolimer akrilat, dan etilselulosa telah digunakan sebagai dasar untuk

banyak formulasi di pasaran. Tablet yang dibuat dari bahan-bahan ini

didesain untuk dimakan dan tidak pecah dalam saluran cerna.

b. Matriks tidak larut, terkikis

Matriks jenis ini mengontrol pelepasan obat melalui difusi pori dan erosi.

Bahan yang termasuk dalam golongan ini adalah asam stearat, stearil

alkohol, malam carnauba, dan polietilen glikol.

c. Matriks Hidrofilik

Sistem ini mampu mengembang dan diikuti oleh erosi dari bentuk gel

sehingga obat dapat terdisolusi dalam media air. Matriks hidrofilik

diantaranya adalah metil selulosa, hidroksietil selulosa, hidroksipropil

metil selulosa, natrium karboksimetil selulosa, natrium alginat, xanthan

gum, dan carbopol. Bila bahan-bahan tersebut kontak dengan air, maka

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

akan terbentuk lapisan matrik terhidrasi. Lapisan ini bagian luarnya akan

mengalami erosi sehingga menjadi terlarut. Keuntungan matriks

hidrofilik adalah sederhana, relatif murah dan aman, mampu memuat

dosis dalam jumlah yang besar, dan mudah produksi.

4. Pemeriksaan Kualitas Granul

Pemeriksaan granul dilakukan untuk mendapatkan tablet yang baik.

Keseragaman bentuk granul didapat menyebabkan keseragaman bentuk tablet,

sehingga akan dihasilkan massa tablet yang tetap dengan ketepatan takaran yang

tinggi. Pemeriksaan kualitas granul meliputi : waktu alir, sudut diam,

kompaktibilitas, dan pengetapan. Uji pemeriksaan kualitas granul perlu dilakukan

sebelum proses penabletan.

a. Waktu Alir

Waktu alir adalah waktu yang diperlukan serbuk atau granul untuk mengalir

melalui corong. Sifat aliran dipengaruhi oleh bentuk partikel dan ukuran

partikel melalui gaya kohesi diantara partikel. Sifat aliran ini dapat diperbaiki

melalui bahan pelicin yang menurunkan gesekan antar partikel. Uji dilakukan

dengan menimbang 100 g granul, dimasukkan kedalam alat penguji waktu alir

yang berupa corong yang ditutup pada lubang keluarnya. Penutup dibuka

kemudian alat pencatat waktu dihidupkan sampai semua serbuk atau granul

keluar dari corong. Begitu semua granul keluar stopwatch dimatikan. Waktu

yang diperlukan untuk keluarnya serbuk atau granul dicatat sebagai waktu

alirnya, kemudiaan dihitung kecepatan alirnya sebagai banyaknya serbuk yang

mengalir tiap satuan waktu (Banker dan Anderson, 1986). Kecepatan alir

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

granul yang baik adalah tidak kurang dari 10 gram perdetik untuk 100 gram

granul (Parrot, 1971).

b. Sudut Diam

Sudut diam adalah sudut maksimum yang dibentuk permukaan serbuk dengan

permukaan horizontal pada waktu berputar. Bila sudut diam lebih kecil atau

sama dengan 30° biasanya menunjukkan bahwa bahan dapat mengalir bebas,

bila sudutnya lebih besar atau sama dengan 40° biasanya daya mengalirnya

kurang baik (Banker and Anderson, 1986).

c. Uji Pengetapan

Indeks pengetapan granul ditentukan setelah dilakukan penghentakan terhadap

sejumlah granul sehingga diperoleh volume yang konstan. Pada saat volume

konstan partikel serbuk berada pada kondisi paling mampat. Sifat fisik massa

granul yang baik memiliki harga pengetapan lebih kecil dari 20% (Lachman

dkk, 1994).

d. Kompaktibilitas

Uji kompaktibilitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan granul saling

melekat menjadi massa yang kompak, digunakan mesin tablet single punch

dengan tekanan yang diatur berdasarkan kedalaman punch atas turun ke ruang

die. Kompaktibilitas ditunjukan dengan kekerasan tablet yang dihasilkan.

5. Pemeriksaan Kualitas Tablet

Pemeriksaan kualitas tablet meliputi : keseragaman bobot, kekerasan,

kerapuhan, dan waktu hancur.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

a. Keseragaman Bobot

Keseragaman bobot ditetapkan sebagai berikut: ditimbang 20 tablet,

dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh

lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari

harga yang ditetapkan dalam kolom A dan tidak boleh satu tablet pun yang

bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga kolom B. Jika

perlu dapat digunakan 10 tablet dan tidak satu tablet yang bobotnya

menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom A

maupun kolom B (Anonim, 1979).

Tabel I. Persyaratan Penyimpangan Bobot Tablet


Penyimpangan Bobot Rata-rata dalam %
Bobot Rata-rata
A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg - 150 mg 10% 20%
151 mg - 300 mg 7,5% 15%
Lebih dari 300 mg 5% 10%

Suatu formulasi tablet dikatakan memenuhi keseragaman bobot

jika nilai untuk tablet tidak bersalut dengan bobot rata-rata 300 mg, tidak

boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang bobotnya lebih besar dari 5%

dan tidak satupun yang menyimpang dari 10% dihitung dari bobot rata-rata

tablet (Anonim, 1979).

b. Kekerasan

Kekerasan adalah batasan yang dipakai untuk manggambarkan ketahanan

tablet melawan tekanan-tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan, dan

terjadinya keretakan tablet selama pengemasan, pengangkutan, dan

pemakaian (Banker & Anderson, 1986). Faktor-faktor yang mempengaruhi


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan sifat bahan yang dikempa.

Kekerasan pada umumnya diperiksa dengan alat yang dinamakan Hardness

Tester. Tablet yang baik memiliki kekerasan diatas 4 kg (Voigt,1994).

c. Kerapuhan atau friabilitas

Kerapuhan dinyatakan sebagai massa seluruh partikel yang dilepaskan dari

tablet akibat adanya beban penguji mekanik (Voigt, 1994). Sifat tablet yang

berhubungan dengan kerapuhan diukur dengan menggunakan friability

tester. Nilai kerapuhan kurang dari 1% dianggap kurang baik (Banker and

Anderson, 1986).

e. Waktu Hancur

Enam tablet dimasukkan ke dalam keranjang dan diturun-naikkan secara

teratur dengan frekuensi 28-32 kali per menit pada suhu 37±20C. Untuk

tablet tidak bersalut dikatakan baik apabila waktu hancurnya kurang dari 15

menit (Anonim, 1979). Waktu hancur suatu tablet dipengaruhi oleh sifat

konsentrasi bahan tambahan. Bahan tambahan tersebut bukan merupakan

bahan penghancur melainkan hanya meningkatkan kerja bahan penghancur

menjadi optimal (Voigt, 1994).

f. Uji Disolusi

Disolusi adalah proses suatu zat solid memasuki pelarut untuk menghasilkan

suatu larutan. Disolusi secara singkat didefinisikan sebagai proses suatu

solid melarut. Bentuk sediaan farmasetik solid dan bentuk sediaan sistem

terdispersi solid dalam cairan setelah dikonsumsi kepada seseorang akan

terlepas dari sediaannya dan mengalami disolusi dalam media biologis,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

diikuti dengan absorbsi zat aktif ke dalam sirkulasi sistemik dan akhirnya

menunjukkan respon klinis (Siregar dan Wikarsa, 2010).

Uji disolusi digunakan untuk mengetahui profil obat secara in-vitro,

dimana tablet dimasukkan dalam alat dissolution tester berisi medium yang

mirip dengan cairan lambung. Melalui percobaan ini dapat diketahui profil

farmakokinetik obat dalam tubuh. Alat yang digunakan dalam uji ini adalah

USP yang mencakup monografi volume yang dipakai, kecepatan (rpm), dan

batas waktu (Lachman, 1994).

6. Optimasi Simplex Lattice Design

Optimasi adalah suatu pendekatan empiris yang dapat digunakan untuk

memperkirakan jawaban yang tepat sebagai suatu fungsi dari variabel-variabel

yang sedang dikaji sesuai dengan respon-respon yang dihasilkan dari rancangan

percobaan yang dilakukan.

Suatu formula merupakan campuran yang terdiri dari beberapa komponen.

Permasalahan umum dalam studi formulasi terjadi bila komponen-komponen

formula diubah-ubah dalam upaya untuk mengoptimalkan hasil. Setiap perubahan

fraksi dari salah satu komponen dari campuran akan merubah satu variabel atau

bahkan lebih fraksi komponen lain. Metode simplex lattice design dapat

digunakan untuk menentukan proporsi relatif bahan-bahan yang digunakan dalam

suatu formula, sehingga diharapkan akan dapat dihasilkan suatu formula yang

paling baik sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

Jika Xi adalah fraksi dari komponen I dalam campuran fraksi, maka :

i = 1,2,3,........q

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

Campuran akan mengandung sedikitnya 1 komponen dan jumlah fraksi dari

semua komponen akan tetap (=1), maka :

X1 + X2 + X3 +........+X q = 1

Area yang menyatakan semua kemungkinan kombinasi dari komponen-komponen

dapat dinyatakan oleh interior dan garis batas dari suatu gambar dengan q tiap

sudut dan q-1 dimensi. Simplex lattice design yang paling sederhana adalah

dengan 2 variabel atau komponen ( Kurniawan dan Sulaiman, 2009).

Jika ada 2 komponen (q = 2) maka akan dinyatakan dalam satu dimensi

dengan dua sudut yaitu merupakan gambar garis yang menyatakan banyaknya tiap

komponen seperti terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Simplex lattice design dengan dua komponen

Titik A merupakan suatu formula yang hanya mengandung komponen A,

titik B menyatakan suatu formula yang hanya mengandung komponen B,

sedangkan garis AB menyatakan semua kemungkinan campuran A dan B. Titik C

menyatakan campuran 0,5 A dan 0,5 B (Amstrong dan James, 1996).

Hubungan fungsional antara respon dengan komposisi dapat dinyatakan

dengan persamaan :

Y = X1A +X2B +X1.2C ..............................................................................(1)

Keterangan :
Y = respon X1.2 = koefisien regresi interaksi A-B
A dan B = fraksi tiap komponen X1 dan X2 = koefisien regresi dari A, B

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

Koefisien diketahui dari perhitungan regresi dan Y adalah respon atau hasil

yang diinginkan. Nilai A ditentukan, maka B dapat dihitung. Semua nilai

didapatkan, dimasukkan ke dalam garis maka akan didapat contour plot yang

diinginkan (Amstrong dan James, 1996).

Dalam menentukan formula optimum, perlu diperhatikan sifat fisik granul

dan tablet yang dihasilkan. Penentuan formula optimum didapatkan dari respon

total yang paling besar, respon total dapat dihitung dengan rumus, yaitu :

Rtotal = R1 + R2 + R3 +Rn ...........................................................................(2)

R1,2,3,n merupakan respon masing-masing sifat fisisk granul dan tablet.

Dari persamaan di atas diperoleh respon total dan formula optimum maka

dilakukan verifikasi pada tiap formula yang memiliki respon paling optimum pada

setiap uji sifat fisisk granul dan tablet (Amstrong dan James, 1996).

7. Tinjauan Bahan

a. Teofilin

Teofilin mengandung satu molekul air hidrat atau anhidrat. Mengandung

tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 102,0% C7H8N4O2 dihitung

terhadap zat yang dikeringkan. Berupa serbuk hablur, putih, tidak berbau,

rasa pahit, stabil di udara. Sukar larut dalam air, tetapi lebih mudah larut

dalam air panas, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida dan dalam

ammonium hidroksida, agak sukar larut dalam etanol, dalam kloroform, dan

dalam eter (Anonim, 1995). Bentuk sediaan lepas lambat (modified-release)

teofilin dapat memberikan konsentrasi plasma yang cukup ketika diberikan

selama 12 jam. Struktur teofilin dapat dilihat pada Gambar 3.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

Gambar 3. Struktur molekul teofilin (Anonim, 1995)

b. Montmorillonit

Lempung alam mengandung mineral dengan komposisi silika-alumina yang

tinggi. Montmorillonit merupakan salah satu lempung yang terdapat di alam

dengan rumus :

Mx[Si3,93Al0,07][Al1,42Fe 0,15Mg0,43]O10(OH)2.............................................(3)

M = Na+,K+, Ca 2+ dan Mg2+

Montmorillonit terdiri dari lapisan berukuran besar yang tak larut dan

kation-kation yang terikat lemah pada ruang antar lapis. Lapis-lapis pada

lempung terdiri dari satu lapis oktahedral diantara dua lapis tetrahedral atau

sering disebut dengan komposisi lapisan 2:1. Lapisan oktahedral merupakan

lapisan alumunium oksida dan lapisan tetrahedral merupakan lapisan silika

oksida, dimana kedua lapisan ini terikat bersama-sama dengan atom

oksigen, seperti ilustrasi pada Gambar 4.

Silisium pada lapisan tetrahedral dapat tersubtitusi isomorfis oleh

logam bervalensi lebih rendah seperti Al 3+. Subtitusi isomorfis juga dapat

terjadi pada Al3+ di lapisan oktahedral oleh logam bervalensi lebih rendah

seperti Mg2+, Li+, dan Fe 2+. Akibat dari subtitusi isomorfis menyebabkan

muatan lokal lapisan menjadi negatif. Muatan negatif ini kemudian


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

diimbangi dengan adanya kation-kation seperti Na+, Ca2+, dan Mg2+

terhidrat yang menempati ruang antar lapis.

Gambar 4. Struktur tiga dimensi montmorillonit

Lempung montmorillonit berstruktur seperti sandwich dan muatan

negatif lapisan alumina-silikanya dipisahkan oleh muatan positif kation

seperti Ca 2+,Na+, dan K+. Dalam lapisan silikat, atom silika berkoordinasi

dengan empat atom oksigen. Atom oksigen terletak pada empat sudut dari

struktur tetrahedral dengan atom silika sebagai pusatnya seperti ditunjukkan

dalam Gambar 4. Dalam lembaran tetrahedral, tiga dari empat atom oksigen

dari tiap tetrahedral berbagi dengan tiga tetrahedral tetangga. Atom oksigen

ke empat dari tiap tetrahedral mengarah ke bawah ke arah yang sama

berbagi dengan oktahedral tetangga (Augustine dan Robert, 1996).

c. Laktosa

Laktosa adalah bentuk disakarida dari karbohidrat yang dapat dipecah

menjadi bentuk yang lebih sederhana yaitu galaktosa dan glukosa. Pemerian

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa agak manis. Kelarutan larut dalam 6

bagian air, larut dalam 1 bagian air mendidih, sukar larut dalam etanol

(95%), praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter. Khasiat dan

penggunaan sebagai zat tambahan (Anonim, 1979).

d. Amprotab (Amylum pro tablet)

Amprotab adalah nama dagang dari amylum manihot yaitu pati yang

diperoleh dari umbi akar Manihot uttilisima Pohl (Famili Euphorbiaceae).

Amprotab adalah amilum protablet yaitu amilum yang dikhususkan untuk

bahan tambahan dalam pembuatan tablet. Amprotab sebagai bahan

penghancur yang mampu meningkatkan kapilaritas, mengabsorbsi

kelembaban, mengembang, dan meninggikan daya pembasahan tablet atau

bersifat hidrofilisasi. Pemerian serbuk halus, kadang-kadang berupa

gumpalan kecil, putih, tidak berbau, tidak berasa. Kelarutan praktis tidak

larut dalam air dingin dan dalam etanol (95%). Khasiat dan penggunaan

sebagai zat tambahan (Anonim, 1979).

e. HPMC(Hydroksipropil methylcellulosum)

Hidroksipropilmetilselulosa adalah suatu propilenglikol eter dari

metilselulosa yang mengandung bagian O-metil dan O-(2-hidroksipropil)

selulosa. HPMC terdapat dalam beberapa tipe yang bervariasi dalam

viskositas dan tingkat substitusi. Dalam sediaan oral, HPMC digunakan

sebagai bahan pengikat tablet, bahan penyalut, dan matrik tablet lepas

lambat. (Parfitt, 1999).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

OR

H H H
OR H2C
H
OR O
O
O
O OR
H H
H2C OR
H H H

OR n-2
2
R = -CH2CH(CH3)OH, -CH3
Gambar 5. Struktur Hidroksipropil metilselulosa

Sifat fisika kimia HPMC ditentukan oleh kandungan gugus metoksi,

hidroksipropil dan berat molekulnya. Sifat pengembangan (swelling) dan

kelarutan HPMC tergantung pada berat molekul, derajat substitusi cross-

linking, dan grafting. Pembentukan lapisan gel adalah hal yang penting

untuk pelepasan obat dari sistem HPMC. Pada keadaan awal HPMC

berbentuk seperti kaca (glassy state), akibat penetrasi air ke dalam sediaan

maka terjadi penurunan temperatur glass-transition (Tg) HPMC. Pada

suatu konsentrasi air tertentu maka polimer mengalami transisi dari glassy

state menjadi rubbery state sehingga terjadi peningkatan mobilitas cincin

makromolekul sehingga koefisien difusi obat lebih besar (Bodmeier &

Siepmenn, 1999).

HPMC adalah merupakan bahan matriks hidrofil yang dapat

mengendalikan pelepasan kandungan obat di dalamnya ke dalam medium

pelarut. HPMC dapat membentuk lapisan hidrogel yang kental (viskosistas

tinggi) pada sekeliling sediaan setelah kontak dengan cairan medium

pelarut. Gel ini merupakan penghalang fisis lepasnya obat dari matriks
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

secara cepat (Suwaldi, 1995). HPMC dalam sediaan lepas lambat dapat

digunakan sebagai bahan penyalut tablet, granul sebagai matriks, atau

kombinasi metode-metode tersebut.

f. Mg Stearat

Mengandung tidak kurang dari 6,5% dan tidak lebih dari 8,5% MgO,

dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian serbuk halus, putih,

licin, dan mudah melekat pada kulit, bau lemah khas. Kelarutan praktis

tidak larut dalam air, dalam etanol (95%) dan dalam eter. Khasiat dan

penggunaan sebagai zat tambahan (Anonim, 1979).

g. Talk (Talkum)

Merupakan magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung

sedikit aluminium silikat. Pemerian serbuk hablur, sangat halus, licin,

mudah melekat pada kulit, bebas butiran, warna putih atau putih kelabu.

Kelarutan tidak larut dalam hampir semua pelarut. Khasiat dan penggunaan

sebagai zat tambahan (Anonim, 1979).

E. Kerangka Pemikiran

Asma merupakan penyakit yang banyak dijumpai di masyarakat baik dalam

tingkat ringan ataupun tingkat kronis (menahun). Obat dalam bentuk sediaan lepas

lambat dirancang supaya pemakaian satu unit dosis tunggal menyajikan pelepasan

sejumlah obat segera setelah pemakaiaannya, secara tepat menghasilkan efek

terapetik yang diinginkan secara berangsur-angsur dan terus-menerus melepaskan

sejumlah obat lainnya untuk memelihara tingkat pengaruhnya selama periode

waktu yang diperpanjang biasanya 8-12 jam. Serta bertujuan meminimalkan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

penggunaan sediaan dalam bentuk konvensional yaitu dosis pemakaian berkali-

kali dalam sehari yang kurang sesuai digunakan untuk mencegah dan terapi

serangan asma.

Teofilin digunakan sebagai bronkodilator dalam pengobatan obstruksi saluran

napas yang reversibel seperti asma. Teofilin memiliki waktu paruh yang pendek

sekitar 6-12 jam dan indeks terapinya yang sempit yaitu 10-

teofiin dalam sediaan lepas lambat diharapkan dapat menghasilkan kosentrasi

teofilin dalam darah yang lebih seragam dan kadar puncak yang tidak flukulatif.

Montmorillonit mempunyai pori-pori atau basal spacing yang mampu

memasukkan teofilin kedalamnnya sehingga montmorillonit dapat melepaskan

teofilin secara lepas lambat. Montmorillonit dapat melepaskan teofilin secara

lepas lambat dengan melepaskan dosis secara cepat untuk dosis awalnya

kemudian diikuti oleh pelepasan lambat dari dari dosis berikutnya. Namun perlu

dilakukan pengembangan untuk meningkatkan kemampuan montmorillonit dalam

membawa teofilin dan melepaskan obat secara lepas lambat.

Pengembangan kemampuan montmorillonit dalam membawa obat dapat

dikombinasikan dengan bahan matriks lain. HPMC merupakan matriks turunan

selulosa yang merupakan matriks hidrofilik yang telah banyak digunakan dalam

bahan matriks pada formulasi tablet lepas lambat. HPMC akan membentuk

hidrogel viskositas tinggi jika kontak dengan pelarut, gel ini yang dapat

mengendalikan pelepasan obat secara lambat dan lebih stabil. Kombinasi dari

bahan matriks montmorillonit dan HPMC diharapkan dapat memperbaiki sifat

fisis granul dan tablet serta dapat meningkatkan kemampuan bahan matriks dalam

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

membawa obat sehingga dapat melepaskan teofilin dengan cepat pada awalnya

(loading dose) yang kemudian diikuti dengan pelepasan lambat (maintenance

dose) dengan kecepatan peleapasan teofilin lebih stabil dan profil disolusi yang

mendekati orde nol.

F. Hipotesis

1. Penggunaan matriks montmorillonit, HPMC, dan kombinasi HPMC 50% dan

montmorillonit 50% diduga memberikan perbedaan pola sifat fisis dan profil

pelepasan teofilin pada tablet lepas lambat teofilin.

2. Perbandingan komposisi montmorillonit yang lebih banyak dari pada HPMC

dalam bahan matriks diduga merupakan formula optimum.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorium

untuk memperoleh data hasil. Dilakukan dalam 3 tahap yaitu tahap pertama

pembuatan tablet teofilin dengan matriks montmorillonit, tahap kedua adalah

pembuatan tablet teofilin dengan matriks kombinasi HPMC 50% dan

montmorillonit 50%, dan tahap ketiga pembuatan tablet teofilin dengan matriks

HPMC. Perbedaan antara ketiga tahap dimana pada formulanya pada masing-

masing tablet adalah pada matriksnya (bahan pembawa obat). Adapun formula I

matriksnya adalah montmorillonit, sedangkan untuk formula II matriksnya

kombinasi montmorillonit 50% dan HPMC 50%, dan formula III matriksnya

adalah HPMC. Selanjutnya dilakukan penelitian melakukan beberapa uji sifat

fisis granul, sifat fisis tablet, dan uji disolusi dari tablet teofilin. Untuk

menentukan formula optimum komposisi kombinasi bahan matriks

montmorillonit dan HPMC dilakukan pendekatan dengan metode simplex lattice

design dengan parameter kecepatan alir, kompaktibilitas, pelepasan obat selama

3 jam, dan kecepatan pelepasan obat pada menit ke-180 sampai 360.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di 3 tempat yaitu di Laboratorium

Teknologi Farmasi Unversitas Sebelas Maret, Laboratorium Kimia Dasar

Universitas Sebelas Maret, dan Laboratorium Teknologi Farmasi Universitas

Setia Budi. Waktu pelaksanaan penelitian dari Desember 2011- Maret 2012.
commit to user

26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

C. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

Alat yang digunakan adalah : Mesin tablet single punch (Korsch,

Jerman), ayakan 16 mesh dan 18 mesh, oven, corong kaca, mixer, pengukur

waktu alir (stopwatch), volumenometer, hardness tester (Stokes Monsanto dan

Guoming YD-1), friability tester (Guoming CS-2), disintegration tester

(Guoming BJ-2), alat disolusi tipe dayung (Guoming RC-1), spektrofotometer

UV-Vis (UV mini-1240 Shimadzu, Japan), neraca analitik (Sartorius BP 221

S), pH meter (Hanna 8514), alat alat gelas, dan alat pendukung lainnya.

2. Bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : teofilin, HPMC,

akuades, montmorillonit, magnesium stearat, laktosa, amprotab, talk, dan

larutan dapar fosfat pH 7,2.

D. Prosedur Penelitian

1. Formula Tablet

Formula yang digunakan untuk membentuk massa granul yang

digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel II, berikut ini:

Tabel II. Tabel Formula


Kandungan per tablet (mg)
Komposisi
Formula I Formula II Formula III
Teofilin 200 200 200
Montmorillonit 85 42,5 -
HPMC - 42,5 85
Laktosa 95 95 95
Amprotab 95 95 95
Magnesium stearat 1 1 1
Talk 9 9 9
Amilum 10% 15 15 15
Berat Total 500 500 500

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28

Penentuan formula dengan model simplex lattice design dilakukan

dengan menggunakan perbandingan komposisi motmorillonit dan HPMC

dalam proporsi tertentu (0-1 bagian). Dalam hal ini 1 bagian = 85 mg dan 0

bagian = 0 mg

2. Pembuatan Granul

Kombinasi bahan obat teofilin, bahan matriks (formula I menggunakan

bahan matriks montmorillonit, formula II menggunakan bahan matriks

kombinasi montmorillonit 50% dan HPMC 50%, formula III menggunakan

bahan matriks HPMC), laktosa, amprotab dicampur hingga homogen selama

15 menit dengan putaran 60 rpm. Campuran massa homogen ditambahkan

musilago amyli 10% kedalam campuran bahan sehingga terbentuk massa

granul basah. Massa granul basah kemudian diayak dengan ayakan 16 mesh,

dikeringkan dalam oven pada suhu 60oC selama 3 jam. Granul kering diayak

dengan ayakan 18 mesh, dicampur dengan magnesium stearat dan talkum

dengan mixer selama 10 menit.

3. Uji Sifat Fisis Granul

a. Uji Waktu Alir

Ditimbang 100 g granul dimasukkan ke dalam corong yang ujung

tangkainya ditutup. Penutup corong dibuka dan granul dibiarkan mengalir

sampai habis. Waktu yang dibutuhkan granul untuk melewati corong dicatat

sebagai waktu alir. Pengujian waktu alir dilakukan sebelum dan sesudah

penambahan bahan pelicin.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

b. Uji Sudut Diam

Granul sebanyak 100 g dimasukkan ke dalam alat pengukur sudut diam

sampai penuh dan diratakan, tutup dibuka dan granul dibiarkan mengalir

sampai habis. Tinggi kerucut dan diameter yang terbentuk diukur, sudut

diam dihitung.

h = tinggi kerucut

r = jari jari kerucut

c. Uji Pengetapan

Sejumlah granul dimasukkan kedalam volumenometer secara perlahan dan

hati-hati. Kemudian alat dijalankan dan perubahan volume akibat

perlakuan getaran dicatat. Pengamatan dilakukan setelah volume serbuk

tidak mengalami perubahan lagi yang besarnya diungkapkan dalam

persamaan berikut:

% indeks pengetapan = x 100% ....................................................(5)

T = Indeks tap (%)

Vo = Volume awal granul sebelum perlakuan (ml)

Vt = Volume granul akhir (ml)

4. Pengempaan Tablet

Granul yang telah memenuhi persyaratan dalam uji sifat fisisnya dicetak

menjadi tablet. Sebelumnya granul ditambahkan dengan magnesium stearat

dan talk. Campuran tersebut dicetak dengan menggunakan mesin tablet single

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30

punch dengan bobot tiap tablet 500 mg. Tekanan kompresi pada pembuatan

tablet dikendalikan antara 10-12 kg sehingga bobot tablet tiap formula sama.

5. Uji Sifat Fisis Tablet

a. Keseragaman Bobot Tablet

Ditimbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu

persatu tidak boleh lebih dari dua tablet yang bobotnya menyimpang dari

5% dari bobot rata-rata dan tidak satu pun tablet yang menyimpang lebih

dari 10% dari rata-ratanya untuk tablet dengan bobot lebih dari 300 mg

(Anonim 1979). Dan keseragaman bobot dapat dihitung harga koefisien

variasinya.

CV =

CV = koefisien variasi X = rata-rata bobot tablet

SD = simpangan baku

b. Kerapuhan Tablet

Dua puluh tablet dibersihkan dari partikel halus yang menempel, lalu

ditimbang. Tablet dimasukkan ke dalam friability tester diputar selama 4

menit dengan kecepatan 25 putaran permenit, lalu tablet diambil, dibebas

debukan, dan ditimbang kembali. Kerapuhan tablet dihitung dengan rumus:

Kerapuhan = x100%....................................................................(7)

Keterangan :

M1 = bobot tablet sebelum diuji

M2 = bobot tablet setelah uji

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31

c. Kekerasan Tablet

Pemerikasaan kekerasan tablet menggunakan alat hardness tester. Sebuah

tablet diletakkan pada alat dengan posisi horizontal, alat dikalibrasi hingga

posisi 0,00. Alat diputar hingga tablet retak atau patah. Skala yang tertera

pada alat dibaca. Percobaan dilakukan 5 kali dan dihitung harga putaranya.

d. Waktu Hancur Tablet

Sejumlah 6 tablet dimasukkan dalam alat disintegration tester, diturun

naikkan keranjang secara teratur sampai tablet habis dan dicatat waktu dari

masing masing tablet tersebut.

6. Uji Disolusi Tablet

a. Penentuan Panjang Gelombang

Larutan induk teofilin dibuat dengan cara sebagai berikut: 200 mg teofilin

ditimbang seksama lalu dilarutkan dengan larutan dapar fosfat pH 7,2

hingga 100 ml. Dari larutan ini kemudian diambil 1,0 ml dan diencerkan

dengan larutan dapar fosfat pH 7,2 hingga 100 ml. Larutan ini diamati

absorbansinya pada panjang gelombang 200-300 nm sehingga diketahui

panjang gelombang yang memiliki serapan maksimum.

b. Pembuatan Kurva Baku

Larutan induk teofilin dibuat dengan cara sebagai berikut: 200 mg teofilin

ditimbang seksama lalu dilarutkan dengan larutan dapar fosfat pH 7,2

hingga 100 ml, kemudian diambil 1,0 ml dan diencerkan dengan larutan

dapar fosfat pH 7,2 hingga 100 ml. Dari larutan induk teofilin ini diambil

1,0 ml; 2,0 ml; 3,0 ml; 4,0 ml; 5,0 ml; 6,0 ml; 7,0 ml; 8,0 ml masing-

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32

masing diencerkan dengan larutan dapar fosfat pH 7,2 hingga 10 ml. Seri

larutan tersebut diukur serapannya dengan spektrofotometer pada panjang

gelombang maksimum teofilin . Dibuat kurva regresi linear antara kadar

teofilin dan serapannya sehingga diperoleh persamaan regresi linear yang

selanjutnya digunakan untuk menentukan kadar teofilin dalam uji disolusi.

c. Uji Disolusi

Uji disolusi sediaan lepas lambat teofilin menggunakan alat disolusi model

USP XXIII dengan pengaduk dayung dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

1) Medium dapar fosfat pH 7,2 500,0 ml dimasukkan ke dalam labu

disolusi, pengaduk dayung diatur pada kecepatan 100 rpm dengan jarak

pengaduk dayung dari dasar adalah 2,5 ± 0,2 cm. Tablet dimasukkan ke

dalam labu disolusi. Suhu percobaan dipertahankan berada dalam kisaran

37 ± 0,5 °C.

2) Sampel diambil pada menit ke 15, 30, 60, 90, 120, 180, 240, 300, 360

sebanyak 10,0 ml. Sampel yang diambil diganti dengan medium disolusi

baru dalam jumlah yang sama sehingga volume medium disolusi tetap.

3) Sampel diukur serapannya pada spektrofotometer panjang gelombang

maksimum teofilin.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33

E. Analisa Hasil

Penelitian dengan judul Optimasi Formula Sediaan Tablet Lepas

Lambat Teofilin Menggunakan Bahan Matriks Montmorillonit dan HPMC

dengan Simplex Lattice Design ini menggunakan 2 jenis analisa data, yaitu:

a. Data yang diperoleh dari pengujian dibandingkan dengan persyaratan yang

terdapat dalam Farmakope Indonesia dan kepustakaan lainnya.

b. Pendekatan statistik

Data yang diperoleh dianalisis dengan pendekatan simplex lattice design.

Persamaan yang diperoleh dari perhitungan dengan pendekatan simplex

lattice design digunakan untuk menentukan formula paling optimum

komposisi kombinasi bahan matriks montmortillonit dan HPMC.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembuatan Granul

Pada penelitian ini pembuatan tablet didahului dengan pembuatan granul

menggunakan metode granulasi basah, proses granulasi basah yaitu dengan cara

seluruh zat berkhasiat dicampur, lalu dibasahi dengan bahan pengikat, setelah itu

dikeringkan dalam oven dan diayak, setelah kering ditambah bahan pelicin dan

ditablet (Anief, 2006). Bahan pengikat yang digunakan yaitu musilago amyli

10% berfungsi untuk meningkatkan kohesifitas antar partikel serbuk, dimana

mekanisme yang terjadi adalah pembentukan jembatan cair sehingga partikel

serbuk menjadi semakin berdekatan. Jumlah musilago amyli yang digunakan

untuk membentuk masa elastis pada setiap formula dikendalikan sama. Setelah

ditambah bahan pengikat bahan yang membentuk masa granul diayak dengan

ayakan 16 mesh dan dikeringkan dalam oven pada suhu 600C selama 3 jam.

Pengeringan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terdapat pada granul.

Granul yang sudah kering kemudian diayak dengan ayakan ukuran 18 mesh untuk

menyeragamkan bentuk ukuran dari granul tersebut. Granul yang terbentuk

sedapat mungkin mempunyai ukuran yang seragam, karena besarnya perbedaan

ukuran granul akan berpengaruh pada fluiditas granul sehingga berpengaruh pada

keseragaman bobot dan sifat fisis tablet.

commit to user

34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35

B. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Granul

Pemeriksaan sifat fisis granul dilakukan untuk mengetahui granul yang akan

diproses menjadi tablet memenuhi persyaratan sehingga diharapkan dapat

memperoleh tablet dengan mutu yang baik. Pemeriksaan sifat fisis granul

dilakukan sebelum dan sesudah penambahan bahan pelicin kecuali pada uji

pengetapan dilakukan setelah penambahan bahan pelicin. Hal ini bertujuan untuk

mengetahui adanya bahan pelicin mampu memperbaiki sifat alir granul.

Pemeriksaan sifat fisis granul ini terdiri dari waktu alir, sudut diam, dan

pengetapan. Hasil pemeriksaan sifat fisis granul dapat dilihat pada Tabel III (lihat

lampiran 5).

Tabel III. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Granul


Pemeriksaan FI F II F III
Waktu Alir (detik)
7,30 ± 0,09 10,70 ± 0,074 8,88 ± 0,115
tanpa pelicin
Waktu Alir (detik)
6,98 ± 0,205 10,176 ± 0,214 8,376 ± 0,166
dengan pelicin
Sudut Diam
28,77 ± 0,470 30,61 ± 0,375 29,71 ± 0,54
tanpa pelicin
Sudut Diam
27,88 ± 0,520 29,57 ± 0,55 29,53 ± 0,16
dengan pelicin
Indeks Pengetapan(%) 9,833 ± 0,289 10,833 ± 0,289 12,333 ± 0,289

Keterangan:
F I : Formula tablet dengan matriks montmorillonit 100%
F II : Formula tablet dengan matriks montmorillonit 50% dan HPMC 50%
F III : Formula tablet dengan matriks HPMC 100%
Masing-masing percobaan dilakukan dengan 3x replikasi percobaan.
Indeks pengetapan dilakukan sampai volume konstan.

1. Uji Waktu Alir

Waktu alir adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah granul untuk

mengalir dalam suatu alat. Kecepatan alir granul berpengaruh pada proses

pencetakan tablet. Kecepatan alir granul menunjukkan jumlah granul yang


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36

mengalir tiap detik. Pemeriksaan waktu alir granul berpengaruh terhadap

keseragaman bobot, hal ini dikarenakan granul mempunyai sifat alir yang baik

akan mengisi ruang kompresi dengan konstan, tidak ada rongga dalam tablet,

sehingga tablet yang dihasilkan memiliki bobot yang seragam dan kandungan

aktif juga akan seragam (Parrot, 1971). Waktu alir yang baik adalah kurang

dari 10 detik untuk 100 gram granul dengan demikian kecepatan alirnya lebih

dari 10 gram/detik.

Kecepatan aliran dari granul dipengaruhi oleh bentuk partikel, ukuran

partikel, kondisi permukaan, kelembaban granul, dan penambahan bahan

pelicin. Diagram perbandingan waktu alir tablet tanpa pelicin dan dengan

pelicin dapat dilihat pada Gambar 6 (lihat lampiran 5a).

Waktu Alir
12 10,7
10,176
10 8,88
8,376
8 7,3 6,98 Tanpa Pelicin

6 Pelicin

4
2

0
FI F II F III

Formula
Keterangan:
FI: Formula tablet dengan matriks Montmorillonit 100%
FII: Formula tablet dengan ma triks Montmorillonit 50% da n HPMC 50%
FIII: Formula tablet dengan matriks HPMC 100%

Gambar 6. Diagram Perbandingan Waktu Alir Tanpa Pelicin Dengan Pelicin


Granul Teofilin

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37

Hasil pemerikasaan waktu alir granul seperti pada Gambar 6,

menunjukkan bahwa granul dengan penambahan bahan pelicin memiliki waktu

alir yang lebih cepat dibandingkan dengan tanpa bahan pelicin. Hal tersebut

menunjukkan bahwa penambahan bahan pelicin dapat mempercepat waktu alir

dari granul ketika melewati corong, sehingga dapat memperbaiki sifat alir

granul dengan mekanisme mengurangi gesekan antar partikel granul sehingga

granul akan lebih mudah dalam mengalir. Granul pada formula I yang

mengandung matriks montmorillonit 100% menunjukkan respon waktu alir

yang paling cepat diantara formula lainnya. Granul pada formula III yang

mengandung matriks HPMC 100% menunjukkan waktu alir yang masih

memenuhi persyaratan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wulandari

(2010) bahwa granul yang mengandung matriks montmorillonit mempunyai

sifat alir yang baik, sedangkan untuk granul yang mengandung matriks HPMC

memiliki sifat alir yang kurang baik (Saraswati, 2009). Granul pada formula II

yang mengandung matriks kombinasi montmorillonit 50% dan HPMC 50%

menunjukkan kenaikan waktu alir dibandingkan dengan dua formula lainnya

yang disebabkan adanya interaksi antara kedua bahan matriks yaitu dari

matriks montmorillonit dan HPMC yang mengembang ketika kontak dengan

bahan pengikat.

2. Uji Sudut Diam

Sudut diam adalah sudut yang dapat dibentuk oleh sejumlah granul

setelah granul diberi perlakuan. Sudut diam merupakan salah satu uji granul

yang menunjukkan bagaimana sifat alir dari suatu granul dikatakan baik,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38

granul yang baik bila sudut diam yang dibentuk antara tinggi puncak granul

dengan dasar granul yang horisontal membentuk sudut antara 25 - 45 (Siregar

dan Wikarsa, 2010). Perbandingan sudut diam antar granul tanpa pelicin

dengan granul dengan pelicin dapat dilihat pada Gambar 7 (lihat lampiran 5b).

Gambar 7. Diagram Perbandingan Sudut Diam Tanpa Pelicin dan Dengan


Pelicin Granul Teofilin

Berdasarkan hasil pengamatan sudut diam seperti pada Gambar 7,

diperoleh hasil bahwa sudut diam dari ketiga formula sebelum ataupun

sesudah penambahan bahan pelicin sudah memenuhi standar yaitu antara 25 -

45 . Semakin kecil nilai sudut diam granul memiliki sifat alir yang baik

sehingga granul dapat mengalir dengan baik pula. Penambahan bahan pelicin

memperbaiki sifat alir granul sehingga granul mudah mengalir. Dengan

penambahan bahan pelicin dapat menurunkan besarnya sudut diam yang

dibentuk oleh granul. Dilihat dari data pada Gambar 7, formula I yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39

mengandung matriks montmorillonit memiliki sudut diam terkecil diantara

kedua formula lainnya. Pada formula II memiliki sudut diam yang lebih besar

dari formula III disebabkan karena waktu alir dari formula II lebih besar dari

pada formula III.

3. Uji Pengetapan

Pengetapan merupakan penurunan volume sejumlah granul akibat

hentakan dan sentakan. Semakin kecil indeks tap pengetapan suatu granul

maka semakin baik sifat fisik massa granul begitu juga dengan kompresibilitas

pada saat pencetakan menjadi tablet. Granul dengan indeks tap kurang dari

20% adalah granul yang mempunyai sifat fisik granul yang baik (Lachman,

dkk, 1994). Perbandingan indeks tap untuk ketiga formula dapat dilihat pada

Gambar 8 (lihat lampiran 5c).

Gambar 8. Diagram Indeks Tap Granul Teofilin

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40

Berdasarkan hasil pemeriksaan indeks pengetapan pada Gambar 8,

menunjukkan bahwa ketiga formula tersebut memenuhi ketentuan yang ada

yaitu untuk granul yang baik adalah kurang dari 20%. Pada formula I yang

mengandung matriks montmorillonit mempunyai indeks tap yang paling kecil

diantara formula lainnya. Hal tersebut karena granul yang mengandung matriks

montmorillonit mempunyai sifat alir yang baik sehingga akan mempermudah

pengisian rongga antara granul. Formula III yang mengandung matriks HPMC

memiliki indeks tap yang paling tinggi, hal tersebut dikarenakan sifat alir dan

sifat fisis dari HPMC sendiri yang kurang baik sehingga berpengaruh pada

pengetapannya. Formula II yang mengandung matriks montmorillonit 50% dan

HPMC 50% menunjukkan indeks tap diantara kedua formula lainnya.

C. Penabletan

Proses pencetakan tablet dilakukan dengan mengontrol tekanan kompresi

dan keseragaman bobot yang sama untuk formula kekerasannya antara 10-12 kg

dan berat tablet 500 mg. Kekerasan tablet yang dikendalikan antara 10-12 kg

diharapkan mampu memperlama waktu hancur tablet sehingga matriks dapat

bekerja lebih optimal dalam melepaskan teofilin secara lambat. Kompresibilitas

adalah kemampuan bahan untuk membentuk massa yang kompak (padat) setelah

diberi tekanan dan dapat digambarkan oleh kekerasan tablet yang dihasilkan.

Granul yang memiliki kompresibilitas yang baik akan mudah dikempa untuk

memadat menjadi tablet, artinya dengan pemberian tekanan yang relatif kecil

maka massa granul tersebut akan memadat membentuk massa kompak. Sifat

kompresibilitas granul dapat berpengaruh terhadap sifat fisis tablet yang terbentuk

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41

yaitu kekerasan dan kerapuhan tablet. Jika granul yang memiliki sifat

kompresibilitas yang tinggi maka tablet yang dihasilkan akan memiliki kekerasan

yang tinggi dengan kerapuhan yang kecil. Pada uji kompresibilitas ini tiap

formula dilakukan tiga kali percobaan dengan kedalaman punch bawah tetap

(pada posisi kedalaman 7,5 mm) pada setiap ukuran kedalaman punch atas yang

diubah-ubah, hal ini bertujuan untuk mendapatkan kedalaman punch atas yang

tepat untuk mendapatkan kekerasan tablet yang dikendalikan 10-12 kg. Data

kompresibilitas tablet dapat dilihat pada Tabel IV.

Tabel IV. Data kompresibilitas tablet


Kekerasan Tablet (Kg)
Kedalaman Formula I Formula II Formula III
Punch Atas
PI PII PIII PI PII PIII PI PII PIII
(mm)
0 - - - - - - - - -
1,125 - - - - - - - - -
2,25 - - - - - - - - -
3,375 0,4 0,3 0,4 0,3 0,6 0,5 - 0,4 0,4
4,5 1,4 1 1 0,7 0,7 0,8 1,9 3,8 1,9
5,625 8,4 7,5 7,1 5,2 5,9 4 5 4,6 4,2
6,1875 8,9 9,8 12,2 7,4 6,4 7 7,1 5,5 6
6,468 * * 14 * 9 10 9,5 9,4 11,4
6,75 * * * 10 * * 11,4 11,9 *
Keterangan:
PI : Percobaan I
PII : Percobaan II
PIII : Percobaan III
- : belum terbentuk tablet
* : tidak bisa ditablet
F I : Formula tablet dengan matriks montmorillonit 100%
F II : Formula tablet dengan matriks montmorillonit 50% dan HPMC 50%
F III : Formula tablet dengan matriks HPMC 100%

Berdasarkan hasil data kompresibilitas pada Tabel IV ini, dapat dilihat

variasi hasil kompresi antara formula satu dengan lainnya. Tabel tersebut

menunjukkan bahwa diawal-awal dengan kedalaman punch atas diperoleh

kekerasan yang kecil. Hal ini dikarenakan belum mencapai tekanan kompresi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42

yang kuat, ketika kedalaman punch dinaikan sedikit demi sedikit diperoleh

kenaikan nilai kekerasan. Dari ketiga formula diperoleh kekerasan 10-12 kg

berada pada kedalaman punch atas sekitar 6,1875 mm 6,4685 mm. Formula

tersebut menunjukkan formula I yang mengandung matriks montmorillonit 100%

mempunyai nilai kompresibilitas yang paling bagus. Hal ini dikarenakan dengan

kenaikan sedikit kedalaman punch dapat memperoleh kekerasan yang tinggi.

D. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Tablet

Pemeriksaan sifat fisik tablet dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

kualitas tablet yang dapat memenuhi kriteria tablet yang baik sesuai dengan

persyaratan yang dikehendaki. Pemeriksaan sifat fisik tablet meliputi pemeriksaan

keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur tablet. Hasil

pemeriksaan sifat fisik tablet seperti terlihat pada Tabel V (lihat lampiran 6).

Tabel V. Pemeriksaan sifat fisis tablet teofilin


Pemeriksaan FI F II F III
Keseragaman Bobot 509 ± 6,601 507,55 ± 6,621 516,6 ± 5,780
(mg) (CV = 1,191%) (CV = 1,305%) (CV = 1,119%)
Kekerasan (kg) 11,938 ± 0,9323 11,628 ± 1,1138 11,404 ± 0,8805
Kerapuhan (%) 0,1293 ± 0,055 0,1593 ± 0,0557 0,1913 ± 0,0005
Waktu Hancur 87 menit 35 detik 101 menit 3 detik 178 menit 34 detik

Keterangan :
FI : Formula tablet dengan matriks montmorillonit 100%
FII : Formula tablet dengan matriks montmorillonit 50% dan HPMC 50%
F III : Formula tablet dengan matriks HPMC 100%
Pemeriksaan Keseragaman Bobot perlakuan pada 20 tablet
Pemeriksaan Kekerasan dilakukan 5 kali dan Kerapuhan dilakukan sebanyak 3 kali replikasi
Pemeriksaan Waktu Hancur perlakuan pada 6 tablet.

1. Keseragaman Bobot Tablet

Suatu tablet dikatakan baik bila di dalam suatu pembuatan tablet yang

bersamaan diperoleh bobot tablet yang sama dan seragam antara satu tablet

dengan tablet lainnya. Keseragaman bobot ini sangat dipengaruhi oleh sifat alir

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43

granul. Sifat alir yang baik akan mempengaruhi granul dalam mengisi ruang

kompresi sehingga diperoleh tablet dengan bobot yang seragam. Semakin baik

sifar alir dari suatu granul maka akan semakin baik pula keseragaman

bobotnya.

Menurut Farmakope Indonesia edisi III, standar dari keseragaman bobot

untuk tablet yang tidak bersalut dengan berat rata-rata tablet lebih dari 300 mg

mengikuti ketentuan kolom A 5% dan kolom B 10%. Dalam artian bila tablet

ditimbang satu persatu tidak boleh ada 2 tablet yang berat masing-masing

bobotnya menyimpang lebih dari 5% dan tidak satupun tablet menyimpang

lebih dari 10% dari bobot rata-rata tablet (Anonim, 1979). Hasil Perhitungan

keseragaman bobot sesuai dengan Farmakope Indonesia dapat dilihat pada

Tabel VI (lihat lampiran 6a).

Tabel VI. Hasil perhitungan rentang keseragaman bobot


Formula Rentang
Kolom A (mg) Kolom B (mg)
I 483,55 535,45 458,10 559,9
II 482,1725 532,9275 456,795 558,305
III 490,77 542,43 464,94 568,26
Keterangan :
Kolom A : Penyimpangan 5% dari bobot rata-ratanya
Kolom B : Penyimpangan 10 % dari bobot rata-ratanya
F I : Formula tablet dengan matriks montmorillonit 100%
F II : Formula tablet dengan matriks montmorillonit 50% dan HPMC 50%
F III : Formula tablet dengan matriks HPMC 100%

Berdasarkan hasil perhitungan keseragaman bobot tablet pada semua

formula dibandingkan dengan penyimpangan bobot tablet maka tidak ada satu

tablet yang menyimpang lebih besar dari 5% dan tidak ada satu tablet yang

menyimpang lebih dari 10% dari bobot rata-ratanya, sehingga dapat

disimpulkan bahwa semua formula mempunyai keseragaman bobot yang


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44

memenuhi persyaratan dalam Farmakope Indonesia edisi III. Selain itu

keseragaman bobot dapat dilihat juga dari nilai CV. Diagram hasil CV

keseragaman bobot dapat dilihat pada Gambar 9 (lihat lampiran 6a).

Gambar 9. Diagram CV Keseragaman Bobot Tablet Teofilin

Parameter Coefficient of Variation (CV), digunakan untuk mengevaluasi

keseragaman bobot. Keseragaman bobot dikatakan baik apabila nilai dari CV

kurang dari sama dengan 5%. Berdasarkan hasil pemeriksaan keseragaman

bobot pada Gambar 9, menunjukkan bahwa untuk ketiga formula telah

memenuhi persyaratan kesergaman bobot yaitu kurang dari 5%, dan semakin

kecil nilai dari CV maka tablet dikatakan semakin seragam.

2. Kerapuhan Tablet

Kerapuhan tablet adalah ketahanan tablet dalam menahan tekanan

terutama goncangan atau pengikisan. Kerapuhan merupakan parameter yang

baik untuk mengetahui ketahanan tablet selama proses pengemasan dan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45

distribusi. Tablet yang tahan dan tidak rapuh yang bertahan sampai kepada

konsumen, karena tablet yang rapuh akan terkikis atau menyerpih bahkan bisa

pecah ketika mengalami pengikisan di pengemasan dan guncangan saat

distribusi. Kerapuhan dinyatakan dalam persentase bobot yang hilang selama

pengujian, pada ketentuan yang ada tablet yang baik mempunyai nilai

kerapuhan kurang dari 1% (Lachman dkk, 1994). Data hasil kerapuhan dapat

dilihat pada Gambar 10 (lihat lampiran 6c).

Gambar 10. Diagram % Kerapuhan Tablet Teofilin

Dari Gambar 10 tersebut dapat dilihat hasil kerapuhan untuk 3 formula,

semua formula yang memenuhi persyaratan, yaitu di bawah 1%. Kerapuhan

pada ketiga formula ini memenuhi persyaratan hal ini dipengaruhi karena

tekanan kompresi yang begitu besar yaitu 10-12 kg, sehingga dengan

kekerasan yang besar maka kerapuhan tablet relatif kecil. Kerapuhan tablet

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46

dipengaruhi oleh tekanan kompresi saat pembuatan tablet yang terlalu kurang

sehingga mempengaruhi kekompakan tablet, yang menyebabkan kerapuhan

dari tablet akan bertambah. Pencampuran bahan pengikat dengan granul yang

kurang begitu homogen juga berpengaruh terhadap kerapuhan tablet.

3. Kekerasan Tablet

Suatu tablet yang baik harus mempunyai kekerasan yang baik, kekerasan

yang baik adalah tablet yang tidak begitu keras dan tablet yang tidak begitu

rapuh. Apabila terlalu keras air tidak dapat berpenetrasi ke dalam tablet dan

tablet sulit untuk hancur di dalam tubuh, dan bila kekerasan kurang maka tablet

tidak tahan terhadap kekuatan mekanik seperti guncangan saat pengemasan

maupun ketika distribusi. Kekerasan suatu tablet diperoleh dari pengaturan

kompresibilitas untuk mendapatkan kekerasan yang sama yaitu sekitar 10-12

kg. Hasil diagram kekerasan tablet teofilin dapat dilihat pada Gambar 11 (lihat

lampiran 6b).

Gambar 11. Diagram Kekerasan Tablet Teofilin


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47

Dilihat dari diagram kekerasan di atas ketiga formula sudah masuk

kedalam rentang 10-12 kg sesuai dengan ketentuan yang ada. Kekerasan

tersebut didapat dari kedalaman punch atas 6,1875 mm 6,468 mm. Dari

ketiga formula tersebut dikempa dengan kompresibilitas yang tinggi yakni 10-

12 kg dan pada formula I menunjukkan kekerasan yang paling tinggi dari

kedua formula lainnya karena granul yang dikempa memiliki kriteria dan

kompaktibilitas yang tinggi sehingga dengan sedikit tekanan akan

menghasilkan kekerasan yang relatif besar, untuk formula II yang terdiri dari

kombinasi bahan matriks montmorillonit 50% dan HPMC 50% memiliki

kekerasan yang berada diantara kedua formula lainnya. Formula III memiliki

kekerasan yang paling rendah dari ketiga formula lainnya hal ini dipengaruhi

oleh sifat dari matriks yang digunakan yang mempengaruhi kompaktibilitas

granul.

4. Waktu Hancur Tablet

Waktu hancur tablet adalah waktu yang dibutuhkan tablet untuk hancur

secara fisik sebelum diabsorbsi sepenuhnya di dalam tubuh. Uji waktu hancur

ini dilakukan secara in vitro. Waktu hancur tablet dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain; bahan penghancur, bahan pengikat, bahan pelicin, dan

kekuatan kompres tablet saat pembuatan. Waktu hancur tablet mempunyai

hubungan dengan uji sifat fisis tablet lainnya yaitu kekerasan dan kerapuhan,

semakin tinggi kekerasan tablet maka waktu hancurnya semakin lama dan

semakin rendah kekerasan suatu tablet maka waktu hancurnya semakin cepat.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48

Hasil pemeriksaan uji waktu hancur tablet dapat dilihat pada Tabel VII (lihat

lampiran 6d).

Tabel VII. Pemeriksaan waktu hancur tablet teofilin


Pemeriksaan FI F II F III
Waktu Hancur 87 menit 35 detik 101 menit 3 detik 178 menit 34 detik

Keterangan :
FI : Formula tablet dengan matriks montmorillonit 100%
FII : Formula tablet dengan matriks montmorillonit 50% dan HPMC 50%
F III : Formula tablet dengan matriks HPMC 100%

Dari hasil pemeriksaan uji waktu hancur diperoleh hasil untuk ketiga

formula mempunyai waktu hancur lebih dari 15 menit, hal ini dikarenakan

tablet diformulasikan untuk sediaan sustained-release (lepas lambat) sehingga

diharapkan dengan waktu hancur yang relatif lama dapat melepaskan obat

dalam jangka waktu yang lebih lama pula dengan pelepasan secara lambat.

Pada formula I memiliki waktu hancur yang paling cepat diantara kedua

formula lainnya, hal ini karena sifat bahan matriks yaitu montmorillonit yang

tidak larut dalam air akan tetapi mudah tererosi dan membentuk lapisan koloid

yang menyebabkan waktu hancur lebih cepat. Formula II yang mengandung

bahan matriks montmorillonit 50% dan HPMC 50% memiliki waktu hancur

diantara kedua formula hal ini karena terdapat komposisi HPMC dalam bahan

matriks yang digunakan sehingga menyebabkan tablet sulit tererosi yang

memperlama waktu hancur. Formula III mempunyai waktu hancur yang paling

lama hal ini karena bahan matriks yang digunakan adalah HPMC yang akan

membentuk lapisan hidrogel dan mengembang jika kontak dengan air dan akan

menyebabkan tablet sangat sulit tererosi. Pada ketiga formula mekanisme

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49

hancurnya tablet yang terjadi adalah pengikisan/erosi tablet sedikit demi

sedikit.

E. Disolusi Tablet

Disolusi adalah proses suatu zat padat memasuki pelarut untuk

menghasilkan suatu larutan (Siregar dan Wikarsa, 2010). Uji disolusi dilakukan

untuk mengetahui laju profil pelepasan obat teofilin dan tablet secara in-vitro.

Uji disolusi menggunakan alat disolusi GOUMING RC-1 dengan metode

dayung. Medium yang digunakan adalah dapar fosfat pH 7,2, dengan suhu

37 C ± 0,5 C dan waktu yang dibutuhkan 6 jam.

1. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum

Penentuan panjang gelombang merupakan tahap awal dalam uji disolusi,

hal ini berguna untuk menentukan kadar kandungan zat aktif. Pengukuran

panjang gelombang dilakukan dengan scanning pada panjang gelombang 200-

300 nm, hasil scanning yang diperoleh untuk panjang gelombang maksimum

teofilin adalah 271 nm (lihat lampiran 7a). Penentuan panjang gelombang

serapan maksimum digunakan untuk mendapatkan nilai absorbansi maksimum,

dimana dinilai absorbansi maksimum itulah diperoleh pada panjang gelombang

maksimum.

2. Penentuan Kurva Baku Teofilin

Kurva baku teofilin dibuat dari 200 mg teofilin murni yang dilarutkan

dalam dapar fosfat pH 7,2, kemudian dari larutan tadi diambil 1 ml dilarutkan

dalam 100 ml dapar fosfat yang selanjutnya dibuat seri kadar, kemudian diukur

serapan pada panjang gelombang maksimum dan didapatkan nilai korelasi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50

r = 0,997, dari nilai r ini maka diperoleh persamaan y = 0,05741X + 0,05126.

Kurva baku teofilin dapat dilihat pada Gambar 12 (lihat lampiran 7b),

Gambar 12. Kurva baku tablet teofilin

Kurva baku ini kemudian digunakan untuk menentukan kadar pada uji

disolusi tablet lepas lambat teofilin.

3. Profil Disolusi

Profil disolusi adalah gambaran pelepasan senyawa zat aktif dari suatu

sediaan obat secara in vitro. Dalam penelitian ini membandingkan pelepasan

teofilin dari tiga formula untuk menentukan formula paling optimum dengan

parameter disolusinya. Profil disolusi ketiga formula digambarkan dalam suatu

kurva antara waktu vs % konsentrasi yang dapat dilihat pada Gambar 13 (lihat

lampiran 8).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51

Gambar 13. Profil Disolusi Tablet Teofilin

Titik-titik yang terdapat dalam kurva menggambarkan pelepasan teofilin

pada tiap menit pengambilan sampel. Berdasarkan pemeriksaan uji disolusi

diperoleh profil pelepasan obat teofilin dari ketiga formula dilihat pada Gambar

13. Ketiga profil disolusi pada grafik di atas dapat dilihat pelepasan zat aktif

dari teofilin. Ketiga formula tersebut telah melepaskan teofilin secara lepas

lambat, namun hanya berbeda kecepatan pelepasan obat pada tiap jamnya.

Formula pertama yang mengandung matriks montmorillonit memiliki

kecepatan pelepasan obat paling cepat diantara kedua formula lainnya hal ini

karena sifat dari matriks montmorillonit yang tidak larut dalam air akan tetapi

mudah tererosi dan membentuk lapisan koloid sehingga menghalangi

pelepasan obat dan melepaskannya secara lebih lambat. Montmorillonit

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52

mempunyai pori-pori atau basal spacing yang mampu memasukkan teofilin ke

dalamnya sehingga montmorillonit akan melepaskan teofilin sedikit demi

sedikit. Mekanisme pelepasan obat yang terjadi pada formula pertama yakni

matriks mengalami erosi sedikit demi sedikit dan tidak larut. Hal ini

disebabkan karena sifat matriks yang digunakan yaitu montmorillonit yang

tidak larut dan membentuk koloid jika kontak dengan air. Formula III yang

mengandung matriks HPMC memiliki kecepatan pelepasan obat yang paling

lambat, matriks HPMC merupakan matriks hidrofilik yang akan membentuk

gel ataupun hidrogel viskositas tinggi jika terjadi kontak dengan air hal ini

yang menghalangi obat untuk melepaskan obat secara lepas lambat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Siswanto dan Soebagyo (2006),

dilaporkan bahwa HPMC mempunyai viskositas yang tinggi sehingga lapisan

gel yang terbentuk relatif sulit terkikis oleh pelarut. Hal ini menyebabkan tablet

dengan matriks HPMC mempunyai kecepatan pelepasan obat paling lambat

diantara formula lainnya. Matriks yang digunakan akan mengembang

membentuk lapisan hidrogel disekeliling tablet dan teofilin akan berdifusi

melalui pori-pori matriks sehingga pelepasan teofilin dapat terhalangi oleh

adanya matriks. Mekanisme pelepasan obat secara lepas lambat lainnya melalui

mekanisme erosi dan difusi yakni matriks yang digunakan akan mengembang

dan terkikis sedikit demi sedikit (tererosi) karena terhidrasi sehingga obat akan

terlarut dalam medium bersamaan dengan matriks yang tererosi. Formula II

yang mengandung matriks kombinasi montmorillonit 50% dan HPMC 50%

memiliki profil disolusi antara formula I dan formula III. Formula II ini

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53

pelepasan obatnya relatif mendekati profil pelepasan obat formula III (matriks

HPMC) dengan mekanisme pelepasan obat dengan difusi dan erosi sehingga

tablet terkikis sedikit demi sedikit dan melepaskan obat secara lepas lambat.

Formula II ini menggunakan kombinasi matriks hidrofilik dan matriks yang

tidak larut dengan perbandingan 1:1 yang dapat memberikan profil disolusi

diantara kedua formula lainnya. Pada formula II ini tablet lebih mudah tererosi

dibandingkan dengan formula III karena memiliki komposisi matriks HPMC

yang digunakan, partikel yang tererosi tidak dapat melarut karena sifat dari

matriks yang digunakan yaitu montmorillonit tidak dapat larut didalam

medium dengan demikian formula II memberikan kecepatan pelepasan obat

diantara formula I dan formula III namun profil pelepasan obatnya mendekati

formula III.

F. Pendekatan Optimasi dengan Metode Simplex lattice design

Optimasi merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk

memperkirakan jawaban dari suatu fungsi variabel-variabel respon yang

dihasilkan dari rancangan percobaan yang dilakukan. Simplex lattice design

merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk menentukan proporsi relatif

bahan-bahan yang digunakan dalam suatu formula, sehingga diharapkan akan

dapat dihasilkan suatu formula yang paling baik sesuai dengan kriteria yang

ditentukan. Pada penelitian ini optimasi dilakukan dengan dua variabel yaitu

menggunakan bahan matriks montmorillonit dan HPMC menggunakan rancangan

3 formula yaitu 100% bahan matriks montmorillonit, 100% HPMC, dan

kombinasi bahan matriks montmorillonit 50%, dan HPMC 50% menggunakan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54

metode simplex lattice design untuk menentukan formula optimum. Dalam

penelitian ini penentuan formula optimum menggunakan parameter kecepatan alir,

kompaktibilitas, dan pelepasan obat yakni pelepasan teofilin selama 3 jam dan

kecepatan pelepasan teofilin pada menit ke-180 sampai 360.

1. Optimasi menggunakan parameter kecepatan alir.

Dari hasil pemeriksaan uji waktu alir granul 100 gram granul dengan bahan

pelicin didapat kecepatan alir dapat dilihat pada tabel (lihat lampiran 9a)

berikut.

Tabel VIII. Kecepatan Alir Granul


Formula I II III
Kecepatan alir (gram/detik) 14,33 9,83 11,94
Keterangan :
FI : Formula tablet dengan matriks montmorillonit 100%
FII : Formula tablet dengan matriks montmorillonit 50% dan HPMC 50%
F III : Formula tablet dengan matriks HPMC 100%

Dari kecepatan alir granul dilakukan pendekatan dengan metode simplex lattice

design dengan persamaan (lihat lampiran 9a) sebagai berikut :

Y = 14,33A + 11,94B 13,232AB ..................................................................(8)

Keterangan:
Y = respon kecepatan alir yang diinginkan
A = komposisi montmorillonit
B = komposisi HPMC

Persamaan di atas menunjukkan bahwa montmorillonit memberikan pengaruh

besar terhadap kecepatan alir (nilai koefisien = 14,33) dibandingkan dengan

HPMC (nilai koefisien = 11,94). Interaksi antara HPMC dan montmorillonit

memberikan pengaruh terhadap respon yang dihasilkan. Profil sifat alir

(kecepatan alir) yang diperoleh dari hasil pemeriksaan dengan pendekatan

simplex lattice design dapat dilihat pada Gambar 14 (lihat lampiran 9a)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55

Gambar 14. Profil kecepatan alir dengan pendekatan simplex lattice design

2. Optimasi dengan parameter kompaktibilitas tablet

Kompaktibilitas tablet merupakan kemampuan suatu granul untuk membentuk

massa yang kompak dengan penambahan sedikit tekanan. Granul yang

memiliki kompaktibilitas yang baik maka akan menghasilkan tablet yang baik

dan dengan sedikit penambahan tekanan yaitu dengan masuknya punch atas

maka akan menghasilkan kekerasan tablet yang baik pula. Uji kompaktibilitas

ini digunakan dengan mengempa granul pada kedalaman punch bawah 7,5 mm

dan kedalaman punch atas 5,625 mm. Granul yang sudah diratakan kemudian

dikempa, kompaktibilitas tablet dinyatakan dalam tingkatan kekerasan. Hasil

pemeriksaan dapat dilihat pada tabel (lihat lampiran 9b) berikut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56

Tabel IX. Kompaktibilitas Granul


Kekerasan Tablet (Kg)
Kedalaman Formula I Formula II Formula III
Punch (mm) PI PII PIII PI PII PIII PI PII PIII
5,625 8,4 7,5 7,1 5,2 5,9 4 5 4,6 4,2
Rata-Rata 7,67 5,03 4,6
Keterangan :
F I : Formula tablet dengan matriks montmorillonit 100%
FII : Formula tablet dengan matriks montmorillonit 50% dan HPMC 50%
F III : Formula tablet dengan matriks HPMC 100%

Dari pemeriksaan uji kompaktbilitas granul tersebut kemudian dilakukan

pendekatan dengan metode simplex lattice design didapat persamaan (lihat

lampiran 9b) sebagai berikut.

Y = 7,67A + 4,60B 4,42AB ..........................................................................(7)


Keterangan:
Y = respon kompaktibilitas yang diinginkan
A = komposisi montmorillonit
B = komposisi HPMC

Persamaan di atas menunjukan kompaktibilitas tablet dari granul

komposisi montmorillonit dan HPMC. Granul montmorillonit mempunyai

pengaruh besar (koefisien = 7,67) terhadap kompaktibilitas tablet dibandingkan

dengan HPMC (koefisien = 4,60). Interaksi antara HPMC dengan

montmorillonit memberikan pengaruh terhadap respon yang dihasilkan. Profil

kompaktibilitas granul kombinasi montmorillonit dan HPMC dengan

pendekatan simplex lattice design dapat dilihat pada Gambar 15 (lihat lampiran

9b).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57

Gambar 15. Profil kompaktibilitas dengan pendekatan simplex lattice design

3. Optimasi dengan parameter pelepasan obat

a. Pelepasan obat selama 3 jam.

Tablet lepas lambat merupakan tablet yang melepaskan obat secara lepas

lambat dan dapat mempertahankan konsentrasi obat pada rentang terapi. Tablet

yang memiliki sistem lepas lambat pada saat yang sama 0,25D, obat dilepaskan

20% - 50%, pada saat yang sama 0,5D, obat akan dilepaskan 45% -75% obat

dari yang tertera pada etiket, dimana D merupakan lama/durasi obat (Banakar,

1992). Tablet lepas lambat teofilin ini diformulasikan untuk melepaskan obat

selama 12 jam. Menurut Banakar (1992), pada 0,25D (3 jam) teofilin dapat

terlepas sebanyak 20-50%. Parameter ini digunakan untuk mengetahui

kemampuan tablet dalam melepaskan obatnya pada waktu 0,25D. Hasil

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58

pelepasan teofilin selama 3 jam dapat dilihat pada tabel (lihat lampiran 9c)

berikut.

Tabel X. Pelepasan teofilin selama 3 jam


Formula I II III
Pelepasan teofilin (%) 30,31 20,88 19,03
Keterangan :
F I : Formula tablet dengan matriks montmorillonit 100%
FII : Formula tablet dengan matriks montmorillonit 50% dan HPMC 50%
F III : Formula tablet dengan matriks HPMC 100%

Dari hasil pemeriksaan uji disolusi, pelepasan obat teofilin selama 3 jam

(menit ke-180) dilakukan pendekatan dengan metode simplex lattice design

sehingga didapat persamaan (lihat lampiran 9c) sebagai berikut

Y = 30,31A + 19,03B 15,16AB ....................................................................(8)


Keterangan:
Y = respon pelepasan selama 3 jam yang diinginkan
A = komposisi montmorillonit
B = komposisi HPMC

Persamaan di atas menunjukkan pelepasan obat selama 3 jam (pada

menit ke-180) dari tablet dengan bahan matriks montmorillonit dan HPMC.

Tablet dengan bahan matriks montmorillonit mempunyai pengaruh yang relatif

besar (koefisien = 30,31) terhadap pelepasan obat selama 3 jam (pada menit

ke-180) dibandingkan dengan tablet menggunakan matriks HPMC (koefisien =

19,03). Interaksi antara montmorillonit dan HPMC dalam matriks pembawa

tablet memberikan pengaruh terhadap respon yang diharapkan. Profil

pelepasan obat selama 3 jam (pada menit ke-180) tablet lepas lambat teofilin

dengan bahan matriks montmorillonit dan HPMC dengan pendekatan simplex

lattice design dapat dilihat pada Gambar 16 (lihat lampiran 9c).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59

Gambar 16. Profil obat selama 3 jam dengan pendekatan simplex lattice design

b. Kecepatan pelepasan obat pada menit ke-180 sampai 360

Jumlah atau dosis zat aktif yang dibutuhkan dalam suatu sediaan lepas

lambat untuk memberikan konsentrasi zat aktif yang kontinu dalam tubuh

ditentukan oleh farmakokinetik zat aktif, tingkat terapi zat aktif dan lama kerja

yang dimaksudkan. Parameter optimasi ini dimaksudkan agar dapat

memberikan pelepasan zat aktif yang kontinu pada pengamatan menit ke-180

sampai 360 dengan kecepatan disolusi yang sebanding dengan eliminasinya.

Menurut Shargel dan Yu (1997), kecepatan pelepasan zat aktif dari sediaan

lepas lambat sebagai fungsi dari waktu paruh eliminasi, obat yang memiliki

waktu paruh 6 jam mempunyai kecepatan pelepasan obat 11,6 mg/jam dan obat

yang memiliki waktu paruh 8 jam mempunyai kecepatan pelepasan obat 8,66

mg/jam. Kecepatan pelepasan teofilin pada menit ke-180 sampai 360 diperoleh

dari banyaknya teofilin yang terlepas selama menit ke-180 sampai 360
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60

dibandingkan dengan waktu pelepasan obat tersebut. Hasil kecepatan

pelepasan obat dapat dilihat pada tabel (lihat lampiran 9d) berikut.

Tabel XI. Tabel kecepatan pelepasan teofilin pada menit ke-180 sampai 360
Formula I II III
Kecepatan pelepasan teofilin 11,80 10,23 8,74
(mg/jam)
Keterangan :
F I : Formula tablet dengan matriks montmorillonit 100%
FII : Formula tablet dengan matriks montmorillonit 50% dan HPMC 50%
F III : Formula tablet dengan matriks HPMC 100%

Menurut hasil pemeriksaan uji disolusi kecepatan pelepasan obat teofilin

dari sediaan lepas lambat teofilin pada menit ke-180 sampai 360 dilakukan

pendekatan dengan metode simplex lattice design sehingga didapat persamaan

(lihat lampiran 9d) sebagai berikut

Y = 11,80A + 8,74B 0,16AB ........................................................................(9)


Y = respon kecepatan pelepasan yang diinginkan
A = komposisi montmorillonit
B = komposisi HPMC

Persamaan diatas menunjukkan kecepatan pelepasan teofilin pada menit

ke-180 sampai 360 dari tablet lepas lambat teofilin dengan menggunakan

bahan matriks montmorillonit dan HPMC. Tablet dengan matriks

montmorillonit memberikan pengaruh yang relatif lebih besar (koefisien =

11,80) terhadap kecepatan pelepasan obat pada menit ke-180 sampai 360

dibandingkan dengan tablet dengan matriks HPMC (koefisien 8,74). Profil

kecepatan pelepasan obat pada menit ke-180 sampai 360 tablet lepas lambat

teofilin dengan bahan matriks montmorillonit dan HPMC dengan pendekatan

simplex lattice design dapat dilihat pada Gambar 17 (lihat lampiran 9d).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61

Gambar 17. Profil kecepatan pelepasan teofilin pada menit ke-180 sampai 360 dengan
pendekatan simplex lattice design

G. Penentuan Formula Optimum

Formula optimum merupakan formula yang memiliki respon yang

diinginkan berdasarkan parameter optimasi. Optimasi ini menggunakan metode

simplex lattice design pada tablet lepas lambat teofilin dengan matriks kombinasi

montmorillonit dan HPMC dengan parameter kecepatan alir granul,

kompaktibilitas granul, pelepasan obat selama 3 jam dan kecepatan pelepasan

obat pada menit ke-180 sampai 360. Respon masing-masing parameter diberikan

bobot dengan jumlah total bobot sama dengan satu. Setiap parameter tersebut

memiliki bobot yang berbeda yaitu untuk waktu alir diberikan bobot 0,2;

kompaktibilitas diberikan bobot 0,2; pelepasan obat pada selama 3 jam diberikan

bobot 0,3; dan kecepatan pelepasan obat pada menit ke-180 sampai 360 diberikan

bobot 0,3. Bobot tiap parameter diberikan berdasarkan sifat yang paling
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62

menentukan dalam formulasi tablet lepas lambat. Karena pada setiap parameter

memiliki satuan yang berbeda maka perlu dicari normalitas dari setiap parameter,

untuk kecepatan alir respon maksimal yang diinginkan adalah 15 gram/detik dan

respon minimal 9 gram/detik, untuk kompaktibilitas tablet respon maksimal yang

diharapkan adalah 8 kg dan respon minimal yang diharapkan adalah 4 kg, untuk

pelepasan selama 3 jam memiliki respon maksimal 50% dan respon minimal 20%

yang mengacu pada literatur sampai 0,25D (3 jam) melepaskan obat 20-50%

(Banakar, 1992), untuk kecepatan pelepasan obat pada menit ke-180 sampai 360

respon maksimal yang diharapkan adalah 11,6 mg/jam dan respon minimal yang

diharapkan adalah 8,66 mg/jam yang berdasarkan kinetika pelepasan obat lepas

lambat yang dinyatakan fungsi dari waktu paroh yaitu bahan aktif dengan waktu

paruh 6 jam memiliki kecepatan pelepasan 11,6 mg/jam dan dengan waktu paruh

8 jam memiliki kecepatan pelepasan 8,66 mg/jam. Normalitas tersebut dihitung

dengan membandingkan respon yang dihasilkan dikurangi dengan respon minimal

yang diharapkan dengan selisih antara respon maksimal dan respon minimal.

Normalitas tersebut digunakan untuk menentukan respon total pada setiap

parameter. Normalitas pada setiap parameter dapat dilihat pada tabel (lihat

lampiran 9e) berikut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63

Tabel XII. Normalitas parameter optimasi


Proporsi Kecepatan Kompaktibilitas Pelepasan Kecepatan
Alir selama 3 jam Pelepasan pada
menit ke-180
sampai 360
100%A 0,8883 0,9175 0,3437 1,068
90%A : 10%B 0,6500 0,7425 0,2607 0,9650
80%A : 20%B 0,4566 0,5875 0,1877 0,8503
70%A : 30%B 0,3067 0,4550 0,1247 0,7449
60%A : 40%B 0,2000 0,3450 0,0720 0,6395
50%A : 50%B 0,1383 0,2575 0,0293 0,5340
40%A : 60%B 0,1200 0,1925 -0,0033 0,4320
30%A : 70%B 0,1467 0,1475 -0,0257 0,3264
20%A : 80%B 0,2167 0,1275 -0,0380 0,2279
10%A : 90%B 0,3317 0,1275 -0,0403 0,1259
100%B 0,4900 0,1500 -0,0323 0,0272

Respon dapat diperoleh dengan mengalikan normalitas dengan bobot yang

telah ditentukan pada setiap parameter. Hasil respon pada setiap parameter dan

total respon dapat dilihat pada tabel (lihat lampiran 9e) berikut.

Tabel XIII. Respon parameter optimasi


Proporsi N(1) x 0,2 N(2) x 0,2 N(3) x 0,3 N(4) x 0,3 Total
Respon
100%A 0,1777 0,1835 0,1031 0,3204 0,7847
90%A : 10%B 0,1300 0,1485 0,0782 0,2895 0,6462
80%A : 20%B 0,0913 0,1175 0,0563 0,2551 0,5202
70%A : 30%B 0,0613 0,0910 0,0374 0,2235 0,4132
60%A : 40%B 0,0400 0,0690 0,0216 0,1919 0,3225
50%A : 50%B 0,0277 0,0515 0,0088 0,1602 0,2482
40%A : 60%B 0,0240 0,0385 -0,0010 0,1296 0,1911
30%A : 70%B 0,0293 0,0295 -0,0077 0,0979 0,1490
20%A : 80%B 0,0433 0,0255 -0,0114 0,0684 0,1258
10%A : 90%B 0,0663 0,0255 -0,0121 0,0378 0,1175
100%B 0,0980 0,0300 -0,0097 0,0082 0,1265
Keterangan :
A = proporsi montmorillonit
B = proporsi HPMC
(1) = kecepatan alir (3) = pelepasan selama 3 jam
(2) = kompaktibilitas tablet (4) = kecepatan pelepasan obat pada menit ke-180 sampai 360
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64

Formula optimum didapat dari respon total terbesar dengan normalitas

kurang dari 1 dan lebih dari 0. Dilihat pada tabel normalitas dan tabel respon tiap

parameter, formula optimum terdapat antara komposisi montmorillonit 90% :

HPMC 10% sampai montmorillonit 100%. Pada tabel normalitas parameter

optimasi, untuk normalitas pelepasan teofilin pada menit ke-180 sampai 360 pada

komposisi montmorillonit 100% diperoleh normalitas yang lebih besar dari 1

sehingga respon yang diperoleh lebih besar dari pada yang diharapkan. Untuk

memperoleh formula optimum perlu ditentukan normalitas untuk komponen

montmorillonit 90% : HMPC 10% sampai montmorillonit 100% dengan

normalitas yang paling besar dan kurang dari 1. Normalitas kecepatan pelepasan

teofilin pada menit ke-180 sampai 360 komposisi montmorillonit 90% dan HPMC

10% sampai montmorillonit 100% dapat dilihat pada tabel (lihat lampiran 9e)

berikut.

Tabel XIV. Normalitas kecepatan pelepasan pada menit ke-180 sampai 360 komposisi
montmorillonit 90% : HPMC 10% sampai montmorillonit 100%
Proporsi Kecepatan Pelepasan
pada menit ke-180
sampai 360
100%A 1,0680
99%A : 1%B 1,0578
98%A : 2%B 1,0476
97%A : 3%B 1,0340
96%A : 4%B 1,0238
95%A : 5%B 1,0136
94%A : 6%B 1,0034
93%A : 7%B 0,9932
92%A : 8%B 0,9796
91%A : 9%B 0,9694
90%A:10%B 0,9650
Keterangan :
A = proporsi montmorillonit
B = proporsi HPMC

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65

Dari tabel normalitas komposisi montmorillonit 90% : HPMC 10% sampai

montmorillonit 100%, formula optimum ditunjukkan pada komposisi

montmorillonit 93% dan HPMC 7%. Hasil formula optimum yang dilakukan

dengan pendekatan metode simplex lattice design secara teoritis dapat dilihat pada

tabel (lihat lampiran 9e) sebagai berikut:

Tabel XV. Hasil formula optimum menggunakan metode simplex lattice design
Parameter Hasil
Kecepatan alir 13,30 gram/detik
Kompaktibilitas 7,167 kg
Pelepasan obat selama 3 jam 28,53%
Kecepatan pelepasan obat menit ke 180-360 11,58 mg/jam
Total respon 0,7123

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Penggunaan bahan matriks montmorillonit, HPMC, dan kombinasi

bahan matriks 50% montmorillonit dan HPMC 50% memberikan

perbedaan pola sifat fisis dan profil disolusi tablet lepas lambat

teofilin.

2. Kombinasi bahan matriks montmorillonit 93% dan HPMC 7%

merupakan formula optimum yang menghasilkan kecepatan alir granul

13,30 gram/detik, kompaktibilitas 7,167 kg, pelepasan obat selama 3

jam 28,53%, dan kecepatan pelepasan obat menit ke-180 sampai 360

11,58 mg/jam.

A. Saran

Dari kesimpulan di atas penulis menyarankan perlu adanya penelitian

lebih lanjut mengenai optimasi bahan matriks montmorillonit dengan

kombinasi bahan matriks lain.

commit to user

66

Anda mungkin juga menyukai