Anda di halaman 1dari 23

UNIVERSITAS AIRLANGGA

DIREKTORAT PENDIDIKAN
Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo Surabaya

page 1 / 4
UNIVERSITAS AIRLANGGA
DIREKTORAT PENDIDIKAN
Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo Surabaya

EDITORIAL BOARD
Susunan Dewan Redaksi

Dewan Redaksi Ketua : Dra. Hj. Esti Hendradi, MSi., PhD., Apt. Anggota : Prof. Dr.
Widji Soeratri, DEA., Apt. Dr. H. Achmad Radjaram, Apt. Redaksi Pelaksana: Dewi
Melani Hariyadi, SSi., MPhil., PhD., Apt. Ari Ardhi Asih Setjowijono, S.Pd. Alamat
Redaksi : Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Jl. Dharmawangsa Dalam,
Surabaya 60286 Telp. 031-5033710, Fax. 031-5020514 e-mail:
farmasetikaua@gmail.com

page 2 / 4
UNIVERSITAS AIRLANGGA
DIREKTORAT PENDIDIKAN
Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo Surabaya

Table of Contents
No Title Page

1 PENGARUH KECEPATAN PENGADUKAN TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK MIKROSFER 1-8


OVALBUMIN-ALGINAT DENGAN METODE AEROSOLISASI
2 KARAKTERISASI PRONIOSOM IBUPROFEN-SPAN 60-KOLESTEROL YANG DIBUAT 9 - 22
DENGAN PELARUT PROPANOL DAN FASE AIR GLISEROL 0,1%
3 Aktivitas Antibakteri Sel Amobil Streptomyces griseus ATCC 10137 Dalam Matriks 23 - 30
Poliakrilamid terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923
4 KARAKTERISASI SEDIAAN, PELEPASAN DAN UJI PENETRASI NATRIUM 31 - 50
DIKLOFENAK DENGAN SISTEM MIKROEMULSI DALAM GEL HPMC 4000

page 3 / 4
UNIVERSITAS AIRLANGGA
DIREKTORAT PENDIDIKAN
Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo Surabaya

Vol. 2 - No. 2 / 2013-12


TOC : 4, and page : 31 - 50

KARAKTERISASI SEDIAAN, PELEPASAN DAN UJI PENETRASI NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN SISTEM
MIKROEMULSI DALAM GEL HPMC 4000

KARAKTERISASI SEDIAAN, PELEPASAN DAN UJI PENETRASI NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN SISTEM
MIKROEMULSI DALAM GEL HPMC 4000

Author :
Esti Hendradi | esti_hendradi@yahoo.com
Fakultas Farmasi
Noorma Rosita | itanr@yahoo.com
Fakultas Farmasi
Tristiana Erawati | -
Fakultas Farmasi
Auditya Angga Ariftama Achmad Makka | -
Fakultas Farmasi
Alrysta Yusrial | -
Fakultas Farmasi

Abstract

The aim of this study was designed to determine the characteristic of dosage form, released and
penetration of diclofenac sodium with w/o microemulsion system from HPMC 4000 gel.
Microemulsion contained ratio surfactant Span 80-Tween 80 and cosurfactant isopropanol 4:1. The
concentration of diclofenac sodium was 5% (Hendradi et al, 2012). There were two formulas in this
study, a gel with w/o microemulsion system as the first formula and gel with w/o emulsion system as
the second formula. The characteristic evaluation included appearance, pH, and ability to spread
diameter of zero load. Formula I had a better stability than formula II and broken after 4 days
formulation. Then, only formula I can be evaluated by penetration test. The data of characteristic
studay was analized by statistic using independent t-test with degree of confident 95%. The
released and penetration study of diclofenac sodium was carried out with Erweka Dissolution Tester
Type DT 820 with apparatus 5-paddle overdisk in phosphate buffer saline 7.40±0.05, temperature
37.0±0.5oC, 100 rpm. As membrane released study was cellophane, and Wistar rat skin was used as
membrane at penetration study.The result was showed that preparation of microemulsion system
was significant different on pH, consistency, and spreadibility compared with the emulsion system
with degree of Freedom 95% (α = 0,05), but it was same effect on color and odor. The result
showed that drug released rate was 51.79±0.60 µg/cm2 /min1/2, penetration rate for formula I was
0.71 ± 0.03 µg/cm2/min and the membrane Wistar rat skin permeability for formula I was 7.26x10-5
± 3.49x10-6 cm/min.

Keyword : diclofenac, sodium, microemulasion, drug, penetration, HPMC4000, isopropanol, ,

Daftar Pustaka :
1. Harwansh, R.K., Rahman, M.A., Dangi, J.S., , (2010). Microemulsion System for Transdermal
Delivery of Diclofenac Sodium for Bioavailability Enhancement. - : Journal of Pharmacy Research

Copy alamat URL di bawah ini untuk download fullpaper :

journal.unair.ac.id/filerPDF/pharm07a03aff4bfull.pdf

page 4 / 4

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)


KARAKTERISASI SEDIAAN, PELEPASAN DAN UJI PENETRASI

NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN SISTEM MIKROEMULSI DALAM

GEL HPMC 4000

(Mikroemulsi W/O dengan Surfaktan Span 80-Tween 80 : Kosurfaktan Isopropanol = 4:1)

Esti Hendradi *, Tristiana Erawati, Noorma Rosita, Auditya Angga Ariftama Achmad Makka,

Alrysta Yusrial

Email: esti_hendradi@yaho.com

Departemen Farmasetika Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

ABSTRACT

The aim of this study was designed to determine the characteristic of dosage form, released

and penetration of diclofenac sodium with w/o microemulsion system from HPMC 4000 gel.

Microemulsion contained ratio surfactant Span 80-Tween 80 and cosurfactant isopropanol 4:1.

The concentration of diclofenac sodium was 5% (Hendradi et al, 2012). There were two

formulas in this study, a gel with w/o microemulsion system as the first formula and gel with w/o

emulsion system as the second formula. The characteristic evaluation included appearance, pH,

and ability to spread diameter of zero load. Formula I had a better stability than formula II and

broken after 4 days formulation. Then, only formula I can be evaluated by penetration test. The

data of characteristic studay was analized by statistic using independent t-test with degree of

confident 95%. The released and penetration study of diclofenac sodium was carried out with

Erweka Dissolution Tester Type DT 820 with apparatus 5-paddle overdisk in phosphate buffer

saline 7.40±0.05, temperature 37.0±0.5oC, 100 rpm. As membrane released study was

cellophane, and Wistar rat skin was used as membrane at penetration study.The result was

showed that preparation of microemulsion system was significant different on pH, consistency,
and spreadibility compared with the emulsion system with degree of Freedom 95% (α = 0,05),

but it was same effect on color and odor.

The result showed that drug released rate was 51.79±0.60 µg/cm2 /min1/2, penetration rate

for formula I was 0.71 ± 0.03 µg/cm2/min and the membrane Wistar rat skin permeability for

formula I was 7.26x10-5 ± 3.49x10-6 cm/min.

Keyword (s): diclofenac sodium, microemulsion, drug penetration, HPMC 4000, Span 80,

Tween 80, isopropanol.

ABSTRAK

Disain penelitian ini adalah untuk menentukan karakteristik sediaan, pelepasan dan penetrasi

natrium diklofenak dari system mikroemulsi w/o dalam gel HPMC. Mikroemulsi terdiri dari

surfaktan (Span 80 dan Tween80) dan kosurfaktan (isopropanol) dengan perbandingan 4:1.

Konsentrasi natrium diklofenak adalah 5% (Hendradi et al, 2012). Dalam penelitian ini dibuat 2

(dua) formula, formula I adalah gel natrium diklofenak dalam system mikroemulsi tipe w/o

sedangkan formula II adalah natrium diklofenak dalam system emulsi. Karakterisasi sediaan

meliputi organoleptis, pH dan kemampuan penyebaran dengan beban nol (0). Formula I

mempunyai stabilitas yang lebih baik dibandingkan dengan Formula II. Sehingga hanya formula

I yang dapat diuji pelepasan dan penetrasi. Uji pelepasan dan penetrasi natrium diklofenak

menggunakan Erweka Dissolution tester Type DT 820 dengan apparatus 5 Paddle overdisk

dalam dapar fosfat pH 7,4 ±0.05 pada suhu 37.0±0.5oC, dan kecepatan pengadukan 100 rpm.

Sebagai membran untuk uji pelepasan adalah selofan, sedangkan uji penetrasi natrium diklofenak

digunakan kulit tikus Wistar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan dibuat system

mikroemulsi mempunyai pH, konsistensi dan penyebaran yang berbeda bermakna dengan
formula emulsi (II) pada derajat kepercayaan 95% (α = 0,05), tetapi warna dan bau kedua

formula adalah sama. Fluks pelepasan natrium diklofenak dari formula I adalah 51,79 ± 0,60

µg/cm2/menit1/2, fluks penetrasi dari formula I adalah 0,71 ± 0,03 µg/cm2/menit dan

permeabilitas membran kulit tikus Wistar adalah 7.26x10-5 ± 3.49x10-6 cm/menit.

Kata Kunci: natrium diklofenak, mikroemulsi, pelepasan obat, HPMC 4000, Span 80, Tween

80, isopropanol.

PENDAHULUAN

Dalam rangka meningkatkan kelarutan natrium diklofenak dan stabilitas sistem maka dibuat

dalam sistem mikroemulsi (Kreilgaard, 2002). Dengan adanya sistem mikroemulsi yang dapat

meningkatkan kelarutan obat maka pelepasan dan penetrasi bahan obat menembus kulit akan

lebih baik. Sedangkan untuk mengatasi viskositas sistem mikroemulsi yang rendah digunakan

pembawa gel HPMC 4000. Mikroemulsi adalah sistem dispersi koloid antara minyak dan air

yang stabil secara termodinamika dengan stabilisator surfaktan dan kosurfaktan. Sistem ini

bersifat transparan, droplet berukuran sangat kecil, dan terbentuk secara spontan. Selain stabil

secara termodinamik, keunggulan mikroemulsi adalah kemudahan dalam pembuatan dan

memiliki daya penglarutan yang besar (Santos et al, 2008). Salah satu faktor penting yang

mempengaruhi penetrasi obat ke dalam kulit adalah konsentrasi obat yang terlarut karena laju

penetrasi berbanding lurus dengan konsentrasi (Sinko and Singh, 2011). Disamping itu

komponen-komponen penyusun mikroemulsi seperti fase minyak, surfaktan, dan kosurfaktan

dapat meningkatkan permeasi kulit dengan cara merubah tatanan lipid bilayer membran kulit

serta meningkatkan sifat pembasahan yang memastikan baiknya kontak permukaan antara

membran kulit dan pembawa (Santos et al, 2008). Sebagai model obat dalam penelitian ini
digunakan natrium diklofenak. Natrium diklofenak adalah salah satu Nonsteroidal Anti-

Inflammatory Drugs (NSAIDs) yang merupakan derivat asam fenilasetat. Obat ini menghambat

cyclooxygenase (COX) relatif secara non selektif (Katzung, 2007). Natrium diklofenak

digunakan sebagai analgesic dan anti inflamasi pada berbagai kondisi (Sweetman, 2009). Pada

penelitian ini dibuat sediaan topikal natrium diklofenak dengan sistem mikroemulsi dalam suatu

gel berbasis HPMC 4000. Komponen mikroemulsi terdiri dari minyak kedelai sebagai fase

minyak, aquadem sebagai fase air, Tween 80 dan Span 80 sebagai surfaktan, isopropanol sebagai

kosurfaktan, dan basis gel HPMC. Untuk fase air dipilih aquademineralisata. Span 80 dan Tween

80 yang digunakan dihitung sesuai HLB butuh dari soybean oil. Perbandingan surfaktan dan

kosurfaktan adalah 4:1 (Hendradi et al, 2012). Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan

karakteristik sediaan, pelepasan dan penetrasi natrium diklofenak dalam sistem mikroemulsi

dengan basis gel HPMC 4000 sebagai sediaan uji dibandingkan dengan kontrol sediaan topikal

natrium diklofenak dalam sistem emulsi dengan basis gel HPMC 4000. Uji karakteristik fisik

yang dilakukan terdiri dari organoleptis, diameter penyebaran pada beban nol, dan pH. Uji

pelepasan dilakukan dengan menggunakan membran selofan. Sedangkan uji penetrasi dilakukan

dengan menggunakan kulit tikus Wistar jantan dengan media disolusi dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05

pada temperatur 37 ± 0,5oC dan pengadukan 100 rpm. Penetapan konsentrasi natrium diklofenak

dilakukan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Parameter yang diukur pada uji pelepasan

adalah fluks pelepasan dan penetrasi adalah fluks penetrasi dan permeabilitas membran.
METODE PENELITIAN

Bahan

Bahan yang digunakan adalah natrium diklofenak (PT Kimia Farma), baku standar natrium

diklofenak dari PT Kimia Farma, minyak kedelai food grade (PT Same Darby Edible), Tween 80

(Croda), Span 80 cosmetical grade (Croda), isopropanol (MERCK), HPMC 4000 (Dow

Chemical Company), dan propilenglikol (BASF SE). Pelarut yang digunakan adalah

aquademineralisata (PT Widatra Bhakti). Larutan dapar dibuat dengan menggunakan H2PO4,

KCl, NaCl, dan KH2PO4 (MERCK) dengan derajat kemurnian pro analyse. Bahan yang

digunakan dalam penelitian apabila tidak disebutkan lain, memiliki kemurnian pharmaceutical

grade.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah Double beam Spectrophotometer

UV-Vis Shimadzu UV-1800, IR JASCO FT/IR-5300, rangkaian alat uji disolusi Erweka

Dissolution Tester Type DT 820 dengan pengaduk bentuk Paddle, pH meter Schott Glass Mainz

tipe CG 842, neraca analitik, alat sentrifugasi Sentrifus rotofix-32, magnetic stirer, Delsa™

Nano Submicron Particle Size and Zeta Potentialt Dynamic Light Scattering, konduktometer

Eutech instruments con 510, mikropipet Eppendorf, sel difusi, selofan, membran kulit tikus

wistar jantan bagian abdomen.

Pembuatan Sistem Mikroemulsi

Mikroemulsi yang dibuat terdiri atas komponen pembentuk sistem tertera pada Tabel 1. Jumlah

Surfaktan Span 80 dan Tween 80 untuk mikroemulsi dan emulsi dihitung sesuai untuk HLB

butuh 7. Pembuatan mikroemulsi dimulai dengan menimbang minyak kedelai, Span 80, Tween
80, dan isopropanol dimasukkan gelas beker dan diaduk sampai homogen dengan kecepatan 100

rpm selama 15 menit. Kemudian ditambah aquademineralisata, diaduk dengan magnetic stirrer

dengan kecepatan 100 rpm selama 15 menit hingga terbentuk sistem mikroemulsi (tampilan

jernih). Natrium diklofenak dilarutkan pada sistem mikroemulsi dengan menggunakan stirer

dengan kecepatan 150 rpm selama 60 menit.

Pembuatan Sistem Emulsi

Emulsi terdiri atas komponen pembentuk sistem tertera pada Tabel 2. Dimulai dengan

mencampurkan Span 80 dan minyak kedelai sebagai fase minyak. Kemudian ditambahkan 60%

dari berat total natrium diklofenak aduk hingga homogen. Sebagai fase air digunakan

aquademineralisata yang telah dicampurkan dengan surfaktan hidrofil yakni Tween 80. Setelah

itu, ditambahkan 40% dari berat total natrium diklofenak aduk hingga homogen Fase minyak dan

fase air dicampurkan, aduk sampai terbentuk corpus emulsi dengan kecepatan 500 rpm. Campur

selama 30 menit.

Penentuan Karakteristik Mikroemulsi dan Emulsi

Pemeriksaan Organoleptis Mikroemulsi dan Emulsi dilakukan secara visual meliputi

pemeriksaan warna, bau, dan konsistensi.

Pemeriksaan Ukuran dan Distribusi Ukuran Droplet Mikroemulsi

Pemeriksaan ukuran dan distribusi ukuran droplet mikroemulsi dilakukan dengan alat Delsa™

Nano Submicron Particle Size and Zeta Potentialt Dynamic Light Scattering. Dilakukan

pengamatan pada sudut 165o dan suhu 25oC.

Penentuan Ukuran Droplet Emulsi

Pengamatan ukuran droplet dilakukan untuk 300 droplet yang ditambahkan dengan pewarna

metilen blue dengan perbesaran 400x.


Pengukuran Konduktivitas Mikroemulsi dan Emulsi

Pengukuran sifat konduktivitas bisa dilakukan dengan menggunakan alat konduktometer.

Pembuatan Sediaan Natrium Diklofenak dalam Basis Gel HPMC 4000

Pembuatan Basis Gel HPMC 4000

Formula basis gel yang digunakan tertera pada Tabel 3. Cara pembuatannya HPMC 4000

didispersikan pada aquadem bebas CO2 sebanyak 20 kali berat HPMC 4000, didiamkan selama

satu jam, dan gerus sampai terbentuk masa gel. Kemudian ditambahkan propilenglikol diaduk

sampai homogen. Terakhir ditambahkan aquademineralisata bebas CO2 sampai berat yang

diinginkan dan diaduk sampai homogen.

Pembuatan Sediaan Gel Natrium Diklofenak

Formula yang digunakan pada penelitian ini sebanyak dua formula, formula I sebagai sediaan uji

yang mengandung sistem mikroemulsi dan formula II sebagai formula kontrol yang mengandung

sistem emulsi. Kedua formula tersebut terdapat pada Tabel 4. Mikroemulsi dan emulsi yang

digunakan telah mengandung natrium diklofenak dengan kadar 5%. Ditimbang sesuai dengan

kebutuhan untuk membentuk sediaan dengan konsentrasi natrium diklofenak 1 %. Kemudian

dimasukkan dalam basis gel.

Penentuan Karakteristik Sediaan

Penentuan Organoleptis Sediaan

Pemeriksaan organoleptis sediaan gel natrium diklofenak dilakukan secara visual meliputi

bentuk, warna dan bau.


Pengukuran pH Sediaan

Penentuan pH dilakukan dengan alat pH meter. Ditimbang 1 gram sediaan lalu diencerkan

dengan 9 mL aquademineralisata bebas CO2 dan diaduk. Selanjutnya elektroda dimasukkan

kedalam sediaan yang untuk ditentukan nilai pH nya.

Pengukuran Diameter Penyebaran

Ditimbang 1 gram sediaan, diletakkan pada kaca berskala tepat pada bagian tengah kaca,

kemudian ditutup dengan kaca lain (tanpa skala). Diameter penyebaran pada beban nol dicatat

setelah 1 menit.

Penentuan Uji Pelepasan Natrium Diklofenak Dari Sediaan Mikroemulsi

Media difusi yang digunakan adalah dapar fosfat salin pH 7,4 ± 0,05. Membran difusi yang

digunakan dalam pengujian laju pelepasan natrium diklofenak dalam sediaan gel ini adalah

membran selofan. Penyiapan sel difusinya diawali dengan mengisi sediaan sampai penuh.

Selanjutnya sel difusi ditutup dengan membran selofan sesuai dengan ukuran sel difusi lalu di

atas membran diberi ring penyekat sebagai pengaman untuk mencegah kebocoran. Sel difusi

yang telah disiapkan, dimasukkan ke dalam bejana pada dissolution tester yang berisi larutan

dapar fosfat salin pH 7,4 ± 0,05 sebanyak 500 mL. Suhu percobaan diatur pada 37 ± 0,5 °C.

Paddle diputar dengan kecepatan 100 rpm dan segera dicatat sebagai waktu ke nol. Pada menit

ke 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330, 360, 390, 420, 450,

480 diambil cuplikan sebanyak 5 ml setiap cuplikan, kemudian diganti larutan dapar fosfat salin

dengan pH 7,4 ± 0,05 dengan jumlah yang sama. Cuplikan tersebut diamati absorbannya dengan

Spektrofotometer UV-Vis dengan metode tiga panjang gelombang analitik.


Penentuan Uji Penetrasi Natrium Diklofenak Menembus Kulit Tikus Wistar

Penentuan Fluks Penetrasi Natrium Diklofenak Dari Sediaan Mikroemulsi dilakukan dengan

cara yang sama dengan penentuan fluks pelepasan natrium diklofenak. Bedanya adalah pada

pemakaian membran, pada uji pelepasan digunakan membrane selofan sedangkan pada uji

penetrasi digunakan membran kulit tikus Wistar jantan.

Penentuan Fluks Pelepasan Natrium Diklofenak

Penentuan fluks pelepasan diawali dengan penentuan jumlah kumulatif natrium diklofenak yang

terlepas per satuan luas membran setiap waktu (µg/cm 2) dihitung dari konsentrasi yang diperoleh

setiap waktu (µg/mL) kemudian dikoreksi Wurster selanjutnya kosentrasi dikalikan dengan

jumlah media (500 mL) serta dibagi dengan luas permukaan membran. Hasil yang diperoleh

merupakan jumlah kumulatif natrium diklofenak yang terlepas per satuan waktu/cm2(µg/cm2).

Selanjutnya dibuat kurva hubungan antara jumlah kumulatif natrium diklofenak yang terlepas

(µg/cm2) terhadap akar waktu. Dari kurva yang dihasilkan dapat dibuat suatu persamaan regresi.

Berdasarkan hukum difusi Higuchi, slope dari persamaan regresi merupakan kecepatan

pelepasan (fluks) natrium diklofenak dari basis.

Penentuan Fluks Penetrasi Natrium Diklofenak Menembus Kulit Tikus Wistar

Penentuan fluks penetrasi dilakukan tahapannya seperti penentuan pelepasan. Yaitu dihitung

jumlah kumulatif natrium diklofenak yang terpenetrasi per satuan luas membran setiap waktu

(µg/cm2). Selanjutnya dibuat kurva hubungan antara jumlah kumulatif natrium diklofenak yang

terpenetrasi (µg/cm2) terhadap waktu. Dari kurva yang dihasilkan dapat dibuat suatu persamaan

regresi. Berdasarkan hukum difusi Fick, slope dari persamaan regresi merupakan kecepatan

penetrasi (fluks) natrium diklofenak menembus kulit tikus Wistar. Berdasarkan hukum difusi

Higuchi Fick, slope dari persamaan regresi merupakan kecepatan penetrasi (fluks) natrium
diklofenak yang menembus membran. Permeabilitas membran merupakan hasil bagi antara fluks

dengan konsentrasi awal bahan aktif dalam sampel.

Analisis Data

Organoleptis

Pemeriksaan organoleptis sediaan gel natrium diklofenak dilakukan secara visual meliputi

bentuk, warna, dan bau. Hasil yang didapat dibandingkan dengan literatur.

Pengukuran pH dan Diameter Penyebaran Sediaan Gel Natrium diklofenak

Nilai pH dan diameter penyebaran diperoleh dengan menghitung rata-rata dan harga SD antar

cuplikan dalam satu sediaan gel natrium diklofenak. Hasil pengukuran kemudian diuji statistik

dengan metode independent sample t-test pada derajat kepercayaan 95% (α = 0,05)untuk melihat

ada tidaknya perbedaan nilai pH dan diameter penyebaran yang bermakna antar sediaan dengan

membandingkan nilai t hitung terhadap t tabel. Jika nilai t hitung > t tabel, berarti ada perbedaan

bermakna nilai pH dan/atau diameter penyebaran antar sediaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mikroemulsi dan emulsi hasil pemeriksaan mikroemulsi tanpa dan dengan natrium

diklofenak dapat dilihat pada Tabel 5. Ukuran droplet mikroemulsi tanpa natrium diklofenak

telah sesuai dengan pustaka. Namun, ukuran droplet mikroemulsi dengan natrium diklofenak

jauh lebih besar dari rentang pustaka. Hal tersebut mungkin dikarenakan adanya penambahan

natrium diklofenak yang dapat merubah struktur dari mikroemulsi (Lawrence, 2000). Sedangkan

hasil uji ukuran droplet emulsi sesuai dengan yang disebutkan pada pustaka (Santos et al, 2008),

yaitu emulsi memiliki rentang ukuran 0,2–10 µm.Hasil penelitiannya dapat dilihat pada Tabel 6.

Berdasarkan uji konduktivitas pada mikroemulsi dan emulsi, dapat dikatakan bahwa sistem yang
dibuat termasuk dalam tipe w/o karena nilai konduktivitas kedua sistem kecil atau mendekati

nilai konduktivitas minyak kedelai (0,01) dan sangat jauh dari nilai konduktivitas air (32,00).

Berdasarkan ketiga uji tersebut, dapat disimpulkan emulsi yang didapat sesuai dengan pustaka.

Namun sistem emulsi yang mengandung bahan obat natrium diklofenak ternyata tidak stabil

yaitu terjadi pemisahan fase minyak dan fase air yang dapat terlihat jelas setelah 20 menit sistem

dibuat. Sedangkan untuk emulsi tanpa natrium diklofenak yang kami buat dapat stabil dalam

waktu yang lebih lama yaitu selama 7 hari.

Uji karakteristik sediaan mikroemulsi dan emulsi dalam gel HPMC 4000 pada penelitian ini

meliputi uji organoleptis, pH dan daya sebar pada beban nol. Pada pemeriksaan organoleptis

diperoleh hasil bahwa pada formula I dan formula II menunjukan adanya perbedaan pada

konsistensi. Formula I, memiliki konsistensi agak kental dibandingkan dengan formula II.

Pada pengukuran pH sediaan dapat dilihat pada Gambar 1. Setelah dilakukan analisis statistik

independent sampe t-test pada derajat kepercayaan 95% (α = 0,05) diketahui bahwa terdapat

perbedaan pH yang bermakna antar kedua formula, dilihat dari nilai t hitung |-6.500| < t tabel

|2,776|. sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan sistem berpengaruh pada pH sediaan. Hal

ini dapat disebabkan perbedaan komponen antar kedua formula. Pengukuran pH berkaitan

dengan bentuk terion dan tak terionkan dari obat sesuai dengan persamaan Handerson-

Hasselbalch. Hal ini berkaitan dengan efektifitas sediaan karena obat yang dapat berpenetrasi

menembus kulit harus dalam bentuk tak terionkan (Sinko and Singh,2011). Pengukuran diameter

penyebaran dilakukan untuk mengetahui seberapa mudah suatu sediaan tersebut menyebar. Pada

pengukuran diameter penyebaran pada beban nol dapat dilihat pada Gambar 2. Setelah

dilakukan analisis statistik independent sample t test pada derajat kepercayaan 95% (α = 0,05),

menunjukan bahwa ada perbedaan bermakna pada beban nol antara kedua formula. Pengukuran
daya sebar pada beban nol dapat menunjukan fluiditas dari sediaan. Fluiditas merupakaan

kebalikan dari viskositas (Sinko and Singh,2011). Viskositas adalah tahanan dari suatu cairan

untuk mengalir, (Sinko and Singh, 2011). Semakin besar diameter pada beban nol, menunjukkan

semakin kecil viskositasnya. Diameter beban nol formula I lebih kecil dari pada formula II,

sehingga bisa dikatakan viskositas formula I lebih tinggi daripada formula II. Hal ini

kemungkinan disebabkan karena formula I mengandung surfaktan yang sangat banyak (±60%)

yang dapat berinteraksi dengan polimer pada basis gel. Viskositas sediaan berkaitan dengan

kemudahan obat lepas dari sediaan untuk selanjutnya berpenetrasi. Semakin kental viskositas

sediaan semakin sulit obat untuk lepas dari sediaan. Dari penentuan karakteristik sediaan

didapatkan bahwa formula I memiliki konsistensi lebih kental, pH lebih besar, dan daya sebar

lebih kecil secara bermakna dibandingkan dengan formula II, selain itu stabilitas formula II lebih

rendah (30 menit)setelah pencampuran dengan basis dibandingkan dengan formula I yang bisa

bertahan hingga 4 hari.

Mekanisme obat untuk memberikan efek pertama adalah obat tersebut harus mampu

terlepas dari basis atau pembawanya. Semakin besar jumlah obat yang terlepas, berarti

ketersediaan obat tersebut untuk berpenetrasi juga semakin besar. Pada formula II tidak

dilakukan uji penetrasi dikarenakan pada formula II stabilitasnya hanya 30 menit setelah

dimasukkan dalam gel HPMC 4000. Profil uji pelepasan dapat dilihat pada Gambar 3. Natrium

diklofenak yang terlepas dari sediaan dihitung menggunakan kurva baku dengan metode tiga

panjang gelombang (panjang gelombang analitik 261 nm, 276 nm, dan 291 nm), regresi linear

kurva baku adalah y = 9.2395. 10-3 x + 1.3174.10-4 dan koefisien korelasi (r) = 0,9999. Fluks

pelepasan natrium diklofenak dari sediaan formula I dapat dilihat pada Tabel 7 dan rerata nilai

fluks pelepasan natrium diklofenak adalah 51,79 ± 0,60µg/cm2/menit1/2.


Profil uji penetrasi dapat dilihat pada Gambar 4. Pada formula II juga tidak dilakukan uji

penetrasi dikarenakan pada formula II stabilitasnya hanya 30 menit setelah dimasukkan kedalam

gel HPMC 4000. Pada penelitian ini didapatkan stabilitas dari formula I yang rendah (selama 4

hari), namun masih lebih baik daripada formula II. Stabilitas dari formula I yang rendah tersebut

kemungkinan disebabkan mikroemulsi w/o yang bersifat hidrofobik ketika dicampurkan dengan

gel HPMC 4000 yang bersifat hidrofilik sehingga terjadi perubahan mikroemulsi. Untuk itu

sebaiknya digunakan mikroemulsi saja sebagai sediaan tanpa dimasukkan ke dalam gel karena

stabilitasnya lebih tinggi (selama 4 minggu). Fenomena ini juga terjadi pada pemakaian basis gel

HPC-M (Hendradi dkk, 2012) yaitu sediaan hanya stabil selama 4 hari. Selain itu pada sistem

mikroemulsi setelah penambahan natrium diklofenak, ukuran droplet yang dihasilkan menjadi

sangat besar. Namun fenomena tersebut (stabilitas sediaan dan ukuran droplet yang besar) tidak

diamati sehingga belum diketahui penyebabnya. Sehingga, untuk melihat fenomena tersebut

maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Hasil penentuan fluks penetrasi dapat dilihat pada

Tabel 8. Sedangkan hasil penentuan permeabilitas kulit tikus Wistar terhadap natrium diklofenak

yang dari sediaan mikroemulsi dapat dilihat pada Tabel 9. Hal ini menunjukkan bahwa natrium

diklofenak dalam mikroemulsi bisa terlepas dan selanjutnya berpenetrasi menembus kulit tikus.

Kesimpulan

1. Sediaan sistem mikroemulsi dalam basis gel HPMC 4000 (formula I) mempunyai pH yang

besar dari pada sediaan gel emulsi dan daya sebar yang lebih kecil. Hasil statistik

menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna antara dua formula pada pH dan daya sebarnya.

2. Sediaan natrium diklofenak dengan sistem mikroemulsi mampu terlepas dan berpenetrasi

menembus kulit tikus Wistar dengan nilai fluks pelepasan sebesar 51,79±0,60 µg/cm2/menit1/2

dan fluks penetrasi sebesar 0.71 ± 0.03 µg/cm2/menit serta permeabilitas membran kulit tikus
Wistar terhadap natrium diklofenak dari sediaan gel mikroemulsi adalah 7.26x10-5 ± 3.49x10-6

cm/menit

DAFTAR PUSTAKA

Harwansh, R.K., Rahman, M.A., Dangi, J.S., 2010. Microemulsion System for Transdermal
Delivery of Diclofenac Sodium for Bioavailability Enhancement, Journal of Pharmacy
Research 2010, 3(9),2182-2185.

Hendradi,E., Purwanti,T.,Suryanto,A.A., 2012. Karakterisasi Sediaan dan Uji Pelepasan Natrium


Diklofenak Dengan Sistem Mikroemulsi Dalam Basis Gel HPC-M. PharmaScientia, Vol.1,
No.2, 2012.

Hendradi,E., Tristiana, E., Rosita,N., Nisa,K., Kurniawati,E . Effect of Surfactant-Cosurfactant


Mixture on the Physical Characterization of Water in Oil Microemulsion System of
Diclofenac Sodium. The 24th Federation of Asian Pharmaceutical Associations Congress
(FAPA) on September 13 - 16, 2012 in Bali, Indonesia.

Katzung, B.G. Eds. 2007. Basic & Clinical Pharmacology. 10th ed. New York: McGraw-Hill
Medical., p. 819.

Krielgaard, M., 2002. Influence of Microemulsions on Cutaneous Drug Delivery. Advanced


Drug Reviews 54, Supplement 2, p.578.

Lawrence, M.J., Rees, G.D., 2000. Microemulsion based media as novel drug delivery system.
Advance Drug Delivery Reviews 45

Santos, P., Watkinson, A.C., Hadgraft, J., & Lane, M. E.. 2008. Application of Microemulsions
in Dermal. Skin Pharmacology Physiology 21, p. 245-259.

Sinko and Singh (Editor), 2011. Martins Physical Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, Sixth
Edition, Lippincott Williams and Wilkins, Baltimore, MD, USA, pp.223-257.

Sweetman, S.C. Eds. 2009. Martindale The Complete Drug Reference. 36th Ed. London:
Pharmaceutical Press. p. 44, 96.
Tabel 1. Komposisi mikroemulsi

Bahan Konsentrasi (%b/b)


Natrium Diklofenak 5,0
Minyak kedelai 32,27
Span 80 36,34
Tween 80 12,25
Isopropanol 12,16
Aquadem 1,98

Tabel 2. Komposisi emulsi

Bahan Konsentrasi (%)


Natrium Diklofenak 5,0
Minyak Kedelai 64,41
Span 80 7,69
Tween 80 2,86
Aquadem 20,04

Tabel 3. Formula basis gel HPMC 4000

Bahan Konsentrasi (%b/b)


HPMC 4000 1,5 %
Propilenglikol 5%
Aquademineralisata
sampai100 %
bebas CO2

Tabel 4. Formula sediaan dalam basis gel HPMC 4000

Formula I Formula II
Mikroemulsi 20 % -
Emulsi - 20 %
Basis gel HPMC 4000 80 % 80 %
Tabel 5. Hasil pemeriksaan kualitatif mikroemulsi

Hasil Pengamatan
Pemeriksaan Tanpa natrium Dengan natrium Data Pustaka
diklofenak diklofenak
Organoleptis :
- Bentuk Cairan jernih kental Cairan jernih kental Transparan/ jernih, dan
- Warna Kuning Kuning konsistensinya seperti
- Bau Tidak berbau Tidak berbau larutan (Santos et al., 2008)
Evaluasi
ukuran droplet 2,5 – 3784 nm 2480,7-138386 nm 0.1-1.0μm (Harwansh et
Rerata diameter: Rerata diameter: al., 2010)
40,6 nm 32235,53 nm.
Zeta Potensial -0,34 mV 2,08 mV
Konduktivitas Rerata Rerata
konduktivitas: konduktivitas:
0,05 ± 0,02 µs/cm 0,42 ± 0,09 µs/cm

Tabel 6. Hasil pemeriksaan kualitatif emulsi

Hasil Pengamatan
Pemeriksaan Tanpa natrium Dengan natrium Data Pustaka
diklofenak diklofenak
Organoleptis :
- Bentuk Cairan kental Cairan kental Keruh (Santos et
- Warna Putih keruh Putih keruh al., 2008)
- Bau Tidak berbau Tidak berbau
Evaluasi
ukuran droplet 0,24-1,93 µm 0,48-2,99 µm 0,2-10 µm
Rerata diameter Rerata diameter (Santos,2008)
panjang : 0,7 µm panjang: 1,04 µm
Konduktivitas Rerata
konduktivitas:
0,92 ± 0,01 µs/cm
Tabel 7. Nilai fluks pelepasan natrium diklofenak dari sediaan gel
mikroemulsi tipe w/o dengan membran selofan, media dapar fosfat
salin pH 7,4 ± 0,05, suhu 37 ± 0,5oC, kecepatan pengadukan 100 rpm

Fluks Pelepasan(µg/cm2/menit1/2)
Replikasi
Mikroemulsi
1 52,15
2 51,10
3 52,13
Rerata ± SD 51,79±0,60

Tabel 8.Nilai Fluks penetrasi natrium diklofenak menembus kulit


tikus Wistar dari sediaan gel mikroemulsi dengan media dapar fosfat
salin pH 7,4 ± 0,05 suhu 37 ± 0,5oC, kecepatan pengadukan 100 rpm

Replikasi Fluks Penetrasi (µg/cm2/menit) Mikroemulsi


1 0,75
2 0,70
3 0,69
Rerata ± SD 0,71 ± 0,03

Tabel 9. Harga permeabilitas membran (cm/menit) pada formula I

Replikasi Permeabilitas (cm/menit)


1 7,66x10-5
2 7,08x10-5
3 7,03.10-5
Rerata ± SD 7,26x10-5 ± 3,49x10-6
7.0
6.0
5.0
4.0

pH
I
3.0
II
2.0
1.0
0.0
Formula

Gambar 1.Histogram rerata pH sediaan gel natrium diklofenak.


I adalah sediaan gel mikroemulsi; II adalah sediaan gel emulsi.
Data merupakan rerata 3 kali replikasi± SD. Formula I berbeda
bermakna dengan Formula II dengan derajat kepercayaan 95%
(α = 0,05)

14.0
Diameter penyebaran (cm)

12.0
10.0
8.0
I
6.0
II
4.0
2.0
0.0
Formula

Gambar 2.Histogram rerata diameter penyebaran sediaan gel


natrium diklofenak. I adalah sediaan gel mikroemulsi; II adalah
sediaan gel emulsi. Data merupakan rerata 3 kali replikasi± SD.
Formula I berbeda bermakna dengan Formula II dengan derajat
kepercayaan 95% (α = 0,05)
1200

Jumlah kumulatif natrium


diklofenak yang terlepas
1000
800

(µg/cm2)
600
400
200
0
0 5 10 15 20 25
Akar Waktu (menit1/2 )

Gambar 3. Profil kurva hubungan antara jumlah natrium diklofenak pada formula I
yang terlepas dari sediaan gel mikroemulsi melalui membran selofan (µg/cm2) vs akar
waktu dalam larutan dapar fosfat salin pH 7,4 ± 0,05 pada suhu 37±0,50C dengan
kecepatan pengadukan 100 rpm. Data merupakan rerata 3 kali replikasi±SD.

500
Jumlah kumulatif natrium diklofenak

450
yang berpenetrasi (µg/cm2)

400
350
300
250
200
150
100
50
0
0 100 200 300 400 500 600
Waktu (menit)

Gambar 4. Profil kurva hubungan antara jumlah natrium diklofenak pada formula I
yang berpenetrasi melalui membran kulit tikus (µg/cm2) vs waktu dalam larutan dapar
fosfat salin dengan pH 7,4 ± 0,05 pada suhu 37±0,50C dengan kecepatan pengadukan 100
rpm. Data merupakan rerata 3 kali replikasi±SD.

Anda mungkin juga menyukai