DIREKTORAT PENDIDIKAN
Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo Surabaya
page 1 / 4
UNIVERSITAS AIRLANGGA
DIREKTORAT PENDIDIKAN
Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo Surabaya
EDITORIAL BOARD
Susunan Dewan Redaksi
Dewan Redaksi Ketua : Dra. Hj. Esti Hendradi, MSi., PhD., Apt. Anggota : Prof. Dr.
Widji Soeratri, DEA., Apt. Dr. H. Achmad Radjaram, Apt. Redaksi Pelaksana: Dewi
Melani Hariyadi, SSi., MPhil., PhD., Apt. Ari Ardhi Asih Setjowijono, S.Pd. Alamat
Redaksi : Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Jl. Dharmawangsa Dalam,
Surabaya 60286 Telp. 031-5033710, Fax. 031-5020514 e-mail:
farmasetikaua@gmail.com
page 2 / 4
UNIVERSITAS AIRLANGGA
DIREKTORAT PENDIDIKAN
Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo Surabaya
Table of Contents
No Title Page
page 3 / 4
UNIVERSITAS AIRLANGGA
DIREKTORAT PENDIDIKAN
Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo Surabaya
KARAKTERISASI SEDIAAN, PELEPASAN DAN UJI PENETRASI NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN SISTEM
MIKROEMULSI DALAM GEL HPMC 4000
KARAKTERISASI SEDIAAN, PELEPASAN DAN UJI PENETRASI NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN SISTEM
MIKROEMULSI DALAM GEL HPMC 4000
Author :
Esti Hendradi | esti_hendradi@yahoo.com
Fakultas Farmasi
Noorma Rosita | itanr@yahoo.com
Fakultas Farmasi
Tristiana Erawati | -
Fakultas Farmasi
Auditya Angga Ariftama Achmad Makka | -
Fakultas Farmasi
Alrysta Yusrial | -
Fakultas Farmasi
Abstract
The aim of this study was designed to determine the characteristic of dosage form, released and
penetration of diclofenac sodium with w/o microemulsion system from HPMC 4000 gel.
Microemulsion contained ratio surfactant Span 80-Tween 80 and cosurfactant isopropanol 4:1. The
concentration of diclofenac sodium was 5% (Hendradi et al, 2012). There were two formulas in this
study, a gel with w/o microemulsion system as the first formula and gel with w/o emulsion system as
the second formula. The characteristic evaluation included appearance, pH, and ability to spread
diameter of zero load. Formula I had a better stability than formula II and broken after 4 days
formulation. Then, only formula I can be evaluated by penetration test. The data of characteristic
studay was analized by statistic using independent t-test with degree of confident 95%. The
released and penetration study of diclofenac sodium was carried out with Erweka Dissolution Tester
Type DT 820 with apparatus 5-paddle overdisk in phosphate buffer saline 7.40±0.05, temperature
37.0±0.5oC, 100 rpm. As membrane released study was cellophane, and Wistar rat skin was used as
membrane at penetration study.The result was showed that preparation of microemulsion system
was significant different on pH, consistency, and spreadibility compared with the emulsion system
with degree of Freedom 95% (α = 0,05), but it was same effect on color and odor. The result
showed that drug released rate was 51.79±0.60 µg/cm2 /min1/2, penetration rate for formula I was
0.71 ± 0.03 µg/cm2/min and the membrane Wistar rat skin permeability for formula I was 7.26x10-5
± 3.49x10-6 cm/min.
Daftar Pustaka :
1. Harwansh, R.K., Rahman, M.A., Dangi, J.S., , (2010). Microemulsion System for Transdermal
Delivery of Diclofenac Sodium for Bioavailability Enhancement. - : Journal of Pharmacy Research
journal.unair.ac.id/filerPDF/pharm07a03aff4bfull.pdf
page 4 / 4
Esti Hendradi *, Tristiana Erawati, Noorma Rosita, Auditya Angga Ariftama Achmad Makka,
Alrysta Yusrial
Email: esti_hendradi@yaho.com
ABSTRACT
The aim of this study was designed to determine the characteristic of dosage form, released
and penetration of diclofenac sodium with w/o microemulsion system from HPMC 4000 gel.
Microemulsion contained ratio surfactant Span 80-Tween 80 and cosurfactant isopropanol 4:1.
The concentration of diclofenac sodium was 5% (Hendradi et al, 2012). There were two
formulas in this study, a gel with w/o microemulsion system as the first formula and gel with w/o
emulsion system as the second formula. The characteristic evaluation included appearance, pH,
and ability to spread diameter of zero load. Formula I had a better stability than formula II and
broken after 4 days formulation. Then, only formula I can be evaluated by penetration test. The
data of characteristic studay was analized by statistic using independent t-test with degree of
confident 95%. The released and penetration study of diclofenac sodium was carried out with
Erweka Dissolution Tester Type DT 820 with apparatus 5-paddle overdisk in phosphate buffer
saline 7.40±0.05, temperature 37.0±0.5oC, 100 rpm. As membrane released study was
cellophane, and Wistar rat skin was used as membrane at penetration study.The result was
showed that preparation of microemulsion system was significant different on pH, consistency,
and spreadibility compared with the emulsion system with degree of Freedom 95% (α = 0,05),
The result showed that drug released rate was 51.79±0.60 µg/cm2 /min1/2, penetration rate
for formula I was 0.71 ± 0.03 µg/cm2/min and the membrane Wistar rat skin permeability for
Keyword (s): diclofenac sodium, microemulsion, drug penetration, HPMC 4000, Span 80,
ABSTRAK
Disain penelitian ini adalah untuk menentukan karakteristik sediaan, pelepasan dan penetrasi
natrium diklofenak dari system mikroemulsi w/o dalam gel HPMC. Mikroemulsi terdiri dari
surfaktan (Span 80 dan Tween80) dan kosurfaktan (isopropanol) dengan perbandingan 4:1.
Konsentrasi natrium diklofenak adalah 5% (Hendradi et al, 2012). Dalam penelitian ini dibuat 2
(dua) formula, formula I adalah gel natrium diklofenak dalam system mikroemulsi tipe w/o
sedangkan formula II adalah natrium diklofenak dalam system emulsi. Karakterisasi sediaan
meliputi organoleptis, pH dan kemampuan penyebaran dengan beban nol (0). Formula I
mempunyai stabilitas yang lebih baik dibandingkan dengan Formula II. Sehingga hanya formula
I yang dapat diuji pelepasan dan penetrasi. Uji pelepasan dan penetrasi natrium diklofenak
menggunakan Erweka Dissolution tester Type DT 820 dengan apparatus 5 Paddle overdisk
dalam dapar fosfat pH 7,4 ±0.05 pada suhu 37.0±0.5oC, dan kecepatan pengadukan 100 rpm.
Sebagai membran untuk uji pelepasan adalah selofan, sedangkan uji penetrasi natrium diklofenak
digunakan kulit tikus Wistar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan dibuat system
mikroemulsi mempunyai pH, konsistensi dan penyebaran yang berbeda bermakna dengan
formula emulsi (II) pada derajat kepercayaan 95% (α = 0,05), tetapi warna dan bau kedua
formula adalah sama. Fluks pelepasan natrium diklofenak dari formula I adalah 51,79 ± 0,60
µg/cm2/menit1/2, fluks penetrasi dari formula I adalah 0,71 ± 0,03 µg/cm2/menit dan
Kata Kunci: natrium diklofenak, mikroemulsi, pelepasan obat, HPMC 4000, Span 80, Tween
80, isopropanol.
PENDAHULUAN
Dalam rangka meningkatkan kelarutan natrium diklofenak dan stabilitas sistem maka dibuat
dalam sistem mikroemulsi (Kreilgaard, 2002). Dengan adanya sistem mikroemulsi yang dapat
meningkatkan kelarutan obat maka pelepasan dan penetrasi bahan obat menembus kulit akan
lebih baik. Sedangkan untuk mengatasi viskositas sistem mikroemulsi yang rendah digunakan
pembawa gel HPMC 4000. Mikroemulsi adalah sistem dispersi koloid antara minyak dan air
yang stabil secara termodinamika dengan stabilisator surfaktan dan kosurfaktan. Sistem ini
bersifat transparan, droplet berukuran sangat kecil, dan terbentuk secara spontan. Selain stabil
memiliki daya penglarutan yang besar (Santos et al, 2008). Salah satu faktor penting yang
mempengaruhi penetrasi obat ke dalam kulit adalah konsentrasi obat yang terlarut karena laju
penetrasi berbanding lurus dengan konsentrasi (Sinko and Singh, 2011). Disamping itu
dapat meningkatkan permeasi kulit dengan cara merubah tatanan lipid bilayer membran kulit
serta meningkatkan sifat pembasahan yang memastikan baiknya kontak permukaan antara
membran kulit dan pembawa (Santos et al, 2008). Sebagai model obat dalam penelitian ini
digunakan natrium diklofenak. Natrium diklofenak adalah salah satu Nonsteroidal Anti-
Inflammatory Drugs (NSAIDs) yang merupakan derivat asam fenilasetat. Obat ini menghambat
cyclooxygenase (COX) relatif secara non selektif (Katzung, 2007). Natrium diklofenak
digunakan sebagai analgesic dan anti inflamasi pada berbagai kondisi (Sweetman, 2009). Pada
penelitian ini dibuat sediaan topikal natrium diklofenak dengan sistem mikroemulsi dalam suatu
gel berbasis HPMC 4000. Komponen mikroemulsi terdiri dari minyak kedelai sebagai fase
minyak, aquadem sebagai fase air, Tween 80 dan Span 80 sebagai surfaktan, isopropanol sebagai
kosurfaktan, dan basis gel HPMC. Untuk fase air dipilih aquademineralisata. Span 80 dan Tween
80 yang digunakan dihitung sesuai HLB butuh dari soybean oil. Perbandingan surfaktan dan
kosurfaktan adalah 4:1 (Hendradi et al, 2012). Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan
karakteristik sediaan, pelepasan dan penetrasi natrium diklofenak dalam sistem mikroemulsi
dengan basis gel HPMC 4000 sebagai sediaan uji dibandingkan dengan kontrol sediaan topikal
natrium diklofenak dalam sistem emulsi dengan basis gel HPMC 4000. Uji karakteristik fisik
yang dilakukan terdiri dari organoleptis, diameter penyebaran pada beban nol, dan pH. Uji
pelepasan dilakukan dengan menggunakan membran selofan. Sedangkan uji penetrasi dilakukan
dengan menggunakan kulit tikus Wistar jantan dengan media disolusi dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05
pada temperatur 37 ± 0,5oC dan pengadukan 100 rpm. Penetapan konsentrasi natrium diklofenak
dilakukan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Parameter yang diukur pada uji pelepasan
adalah fluks pelepasan dan penetrasi adalah fluks penetrasi dan permeabilitas membran.
METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan yang digunakan adalah natrium diklofenak (PT Kimia Farma), baku standar natrium
diklofenak dari PT Kimia Farma, minyak kedelai food grade (PT Same Darby Edible), Tween 80
(Croda), Span 80 cosmetical grade (Croda), isopropanol (MERCK), HPMC 4000 (Dow
Chemical Company), dan propilenglikol (BASF SE). Pelarut yang digunakan adalah
aquademineralisata (PT Widatra Bhakti). Larutan dapar dibuat dengan menggunakan H2PO4,
KCl, NaCl, dan KH2PO4 (MERCK) dengan derajat kemurnian pro analyse. Bahan yang
digunakan dalam penelitian apabila tidak disebutkan lain, memiliki kemurnian pharmaceutical
grade.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah Double beam Spectrophotometer
UV-Vis Shimadzu UV-1800, IR JASCO FT/IR-5300, rangkaian alat uji disolusi Erweka
Dissolution Tester Type DT 820 dengan pengaduk bentuk Paddle, pH meter Schott Glass Mainz
tipe CG 842, neraca analitik, alat sentrifugasi Sentrifus rotofix-32, magnetic stirer, Delsa™
Nano Submicron Particle Size and Zeta Potentialt Dynamic Light Scattering, konduktometer
Eutech instruments con 510, mikropipet Eppendorf, sel difusi, selofan, membran kulit tikus
Mikroemulsi yang dibuat terdiri atas komponen pembentuk sistem tertera pada Tabel 1. Jumlah
Surfaktan Span 80 dan Tween 80 untuk mikroemulsi dan emulsi dihitung sesuai untuk HLB
butuh 7. Pembuatan mikroemulsi dimulai dengan menimbang minyak kedelai, Span 80, Tween
80, dan isopropanol dimasukkan gelas beker dan diaduk sampai homogen dengan kecepatan 100
rpm selama 15 menit. Kemudian ditambah aquademineralisata, diaduk dengan magnetic stirrer
dengan kecepatan 100 rpm selama 15 menit hingga terbentuk sistem mikroemulsi (tampilan
jernih). Natrium diklofenak dilarutkan pada sistem mikroemulsi dengan menggunakan stirer
Emulsi terdiri atas komponen pembentuk sistem tertera pada Tabel 2. Dimulai dengan
mencampurkan Span 80 dan minyak kedelai sebagai fase minyak. Kemudian ditambahkan 60%
dari berat total natrium diklofenak aduk hingga homogen. Sebagai fase air digunakan
aquademineralisata yang telah dicampurkan dengan surfaktan hidrofil yakni Tween 80. Setelah
itu, ditambahkan 40% dari berat total natrium diklofenak aduk hingga homogen Fase minyak dan
fase air dicampurkan, aduk sampai terbentuk corpus emulsi dengan kecepatan 500 rpm. Campur
selama 30 menit.
Pemeriksaan ukuran dan distribusi ukuran droplet mikroemulsi dilakukan dengan alat Delsa™
Nano Submicron Particle Size and Zeta Potentialt Dynamic Light Scattering. Dilakukan
Pengamatan ukuran droplet dilakukan untuk 300 droplet yang ditambahkan dengan pewarna
Formula basis gel yang digunakan tertera pada Tabel 3. Cara pembuatannya HPMC 4000
didispersikan pada aquadem bebas CO2 sebanyak 20 kali berat HPMC 4000, didiamkan selama
satu jam, dan gerus sampai terbentuk masa gel. Kemudian ditambahkan propilenglikol diaduk
sampai homogen. Terakhir ditambahkan aquademineralisata bebas CO2 sampai berat yang
Formula yang digunakan pada penelitian ini sebanyak dua formula, formula I sebagai sediaan uji
yang mengandung sistem mikroemulsi dan formula II sebagai formula kontrol yang mengandung
sistem emulsi. Kedua formula tersebut terdapat pada Tabel 4. Mikroemulsi dan emulsi yang
digunakan telah mengandung natrium diklofenak dengan kadar 5%. Ditimbang sesuai dengan
Pemeriksaan organoleptis sediaan gel natrium diklofenak dilakukan secara visual meliputi
Penentuan pH dilakukan dengan alat pH meter. Ditimbang 1 gram sediaan lalu diencerkan
Ditimbang 1 gram sediaan, diletakkan pada kaca berskala tepat pada bagian tengah kaca,
kemudian ditutup dengan kaca lain (tanpa skala). Diameter penyebaran pada beban nol dicatat
setelah 1 menit.
Media difusi yang digunakan adalah dapar fosfat salin pH 7,4 ± 0,05. Membran difusi yang
digunakan dalam pengujian laju pelepasan natrium diklofenak dalam sediaan gel ini adalah
membran selofan. Penyiapan sel difusinya diawali dengan mengisi sediaan sampai penuh.
Selanjutnya sel difusi ditutup dengan membran selofan sesuai dengan ukuran sel difusi lalu di
atas membran diberi ring penyekat sebagai pengaman untuk mencegah kebocoran. Sel difusi
yang telah disiapkan, dimasukkan ke dalam bejana pada dissolution tester yang berisi larutan
dapar fosfat salin pH 7,4 ± 0,05 sebanyak 500 mL. Suhu percobaan diatur pada 37 ± 0,5 °C.
Paddle diputar dengan kecepatan 100 rpm dan segera dicatat sebagai waktu ke nol. Pada menit
ke 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330, 360, 390, 420, 450,
480 diambil cuplikan sebanyak 5 ml setiap cuplikan, kemudian diganti larutan dapar fosfat salin
dengan pH 7,4 ± 0,05 dengan jumlah yang sama. Cuplikan tersebut diamati absorbannya dengan
Penentuan Fluks Penetrasi Natrium Diklofenak Dari Sediaan Mikroemulsi dilakukan dengan
cara yang sama dengan penentuan fluks pelepasan natrium diklofenak. Bedanya adalah pada
pemakaian membran, pada uji pelepasan digunakan membrane selofan sedangkan pada uji
Penentuan fluks pelepasan diawali dengan penentuan jumlah kumulatif natrium diklofenak yang
terlepas per satuan luas membran setiap waktu (µg/cm 2) dihitung dari konsentrasi yang diperoleh
setiap waktu (µg/mL) kemudian dikoreksi Wurster selanjutnya kosentrasi dikalikan dengan
jumlah media (500 mL) serta dibagi dengan luas permukaan membran. Hasil yang diperoleh
merupakan jumlah kumulatif natrium diklofenak yang terlepas per satuan waktu/cm2(µg/cm2).
Selanjutnya dibuat kurva hubungan antara jumlah kumulatif natrium diklofenak yang terlepas
(µg/cm2) terhadap akar waktu. Dari kurva yang dihasilkan dapat dibuat suatu persamaan regresi.
Berdasarkan hukum difusi Higuchi, slope dari persamaan regresi merupakan kecepatan
Penentuan fluks penetrasi dilakukan tahapannya seperti penentuan pelepasan. Yaitu dihitung
jumlah kumulatif natrium diklofenak yang terpenetrasi per satuan luas membran setiap waktu
(µg/cm2). Selanjutnya dibuat kurva hubungan antara jumlah kumulatif natrium diklofenak yang
terpenetrasi (µg/cm2) terhadap waktu. Dari kurva yang dihasilkan dapat dibuat suatu persamaan
regresi. Berdasarkan hukum difusi Fick, slope dari persamaan regresi merupakan kecepatan
penetrasi (fluks) natrium diklofenak menembus kulit tikus Wistar. Berdasarkan hukum difusi
Higuchi Fick, slope dari persamaan regresi merupakan kecepatan penetrasi (fluks) natrium
diklofenak yang menembus membran. Permeabilitas membran merupakan hasil bagi antara fluks
Analisis Data
Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis sediaan gel natrium diklofenak dilakukan secara visual meliputi
bentuk, warna, dan bau. Hasil yang didapat dibandingkan dengan literatur.
Nilai pH dan diameter penyebaran diperoleh dengan menghitung rata-rata dan harga SD antar
cuplikan dalam satu sediaan gel natrium diklofenak. Hasil pengukuran kemudian diuji statistik
dengan metode independent sample t-test pada derajat kepercayaan 95% (α = 0,05)untuk melihat
ada tidaknya perbedaan nilai pH dan diameter penyebaran yang bermakna antar sediaan dengan
membandingkan nilai t hitung terhadap t tabel. Jika nilai t hitung > t tabel, berarti ada perbedaan
Mikroemulsi dan emulsi hasil pemeriksaan mikroemulsi tanpa dan dengan natrium
diklofenak dapat dilihat pada Tabel 5. Ukuran droplet mikroemulsi tanpa natrium diklofenak
telah sesuai dengan pustaka. Namun, ukuran droplet mikroemulsi dengan natrium diklofenak
jauh lebih besar dari rentang pustaka. Hal tersebut mungkin dikarenakan adanya penambahan
natrium diklofenak yang dapat merubah struktur dari mikroemulsi (Lawrence, 2000). Sedangkan
hasil uji ukuran droplet emulsi sesuai dengan yang disebutkan pada pustaka (Santos et al, 2008),
yaitu emulsi memiliki rentang ukuran 0,2–10 µm.Hasil penelitiannya dapat dilihat pada Tabel 6.
Berdasarkan uji konduktivitas pada mikroemulsi dan emulsi, dapat dikatakan bahwa sistem yang
dibuat termasuk dalam tipe w/o karena nilai konduktivitas kedua sistem kecil atau mendekati
nilai konduktivitas minyak kedelai (0,01) dan sangat jauh dari nilai konduktivitas air (32,00).
Berdasarkan ketiga uji tersebut, dapat disimpulkan emulsi yang didapat sesuai dengan pustaka.
Namun sistem emulsi yang mengandung bahan obat natrium diklofenak ternyata tidak stabil
yaitu terjadi pemisahan fase minyak dan fase air yang dapat terlihat jelas setelah 20 menit sistem
dibuat. Sedangkan untuk emulsi tanpa natrium diklofenak yang kami buat dapat stabil dalam
Uji karakteristik sediaan mikroemulsi dan emulsi dalam gel HPMC 4000 pada penelitian ini
meliputi uji organoleptis, pH dan daya sebar pada beban nol. Pada pemeriksaan organoleptis
diperoleh hasil bahwa pada formula I dan formula II menunjukan adanya perbedaan pada
konsistensi. Formula I, memiliki konsistensi agak kental dibandingkan dengan formula II.
Pada pengukuran pH sediaan dapat dilihat pada Gambar 1. Setelah dilakukan analisis statistik
independent sampe t-test pada derajat kepercayaan 95% (α = 0,05) diketahui bahwa terdapat
perbedaan pH yang bermakna antar kedua formula, dilihat dari nilai t hitung |-6.500| < t tabel
|2,776|. sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan sistem berpengaruh pada pH sediaan. Hal
ini dapat disebabkan perbedaan komponen antar kedua formula. Pengukuran pH berkaitan
dengan bentuk terion dan tak terionkan dari obat sesuai dengan persamaan Handerson-
Hasselbalch. Hal ini berkaitan dengan efektifitas sediaan karena obat yang dapat berpenetrasi
menembus kulit harus dalam bentuk tak terionkan (Sinko and Singh,2011). Pengukuran diameter
penyebaran dilakukan untuk mengetahui seberapa mudah suatu sediaan tersebut menyebar. Pada
pengukuran diameter penyebaran pada beban nol dapat dilihat pada Gambar 2. Setelah
dilakukan analisis statistik independent sample t test pada derajat kepercayaan 95% (α = 0,05),
menunjukan bahwa ada perbedaan bermakna pada beban nol antara kedua formula. Pengukuran
daya sebar pada beban nol dapat menunjukan fluiditas dari sediaan. Fluiditas merupakaan
kebalikan dari viskositas (Sinko and Singh,2011). Viskositas adalah tahanan dari suatu cairan
untuk mengalir, (Sinko and Singh, 2011). Semakin besar diameter pada beban nol, menunjukkan
semakin kecil viskositasnya. Diameter beban nol formula I lebih kecil dari pada formula II,
sehingga bisa dikatakan viskositas formula I lebih tinggi daripada formula II. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena formula I mengandung surfaktan yang sangat banyak (±60%)
yang dapat berinteraksi dengan polimer pada basis gel. Viskositas sediaan berkaitan dengan
kemudahan obat lepas dari sediaan untuk selanjutnya berpenetrasi. Semakin kental viskositas
sediaan semakin sulit obat untuk lepas dari sediaan. Dari penentuan karakteristik sediaan
didapatkan bahwa formula I memiliki konsistensi lebih kental, pH lebih besar, dan daya sebar
lebih kecil secara bermakna dibandingkan dengan formula II, selain itu stabilitas formula II lebih
rendah (30 menit)setelah pencampuran dengan basis dibandingkan dengan formula I yang bisa
Mekanisme obat untuk memberikan efek pertama adalah obat tersebut harus mampu
terlepas dari basis atau pembawanya. Semakin besar jumlah obat yang terlepas, berarti
ketersediaan obat tersebut untuk berpenetrasi juga semakin besar. Pada formula II tidak
dilakukan uji penetrasi dikarenakan pada formula II stabilitasnya hanya 30 menit setelah
dimasukkan dalam gel HPMC 4000. Profil uji pelepasan dapat dilihat pada Gambar 3. Natrium
diklofenak yang terlepas dari sediaan dihitung menggunakan kurva baku dengan metode tiga
panjang gelombang (panjang gelombang analitik 261 nm, 276 nm, dan 291 nm), regresi linear
kurva baku adalah y = 9.2395. 10-3 x + 1.3174.10-4 dan koefisien korelasi (r) = 0,9999. Fluks
pelepasan natrium diklofenak dari sediaan formula I dapat dilihat pada Tabel 7 dan rerata nilai
penetrasi dikarenakan pada formula II stabilitasnya hanya 30 menit setelah dimasukkan kedalam
gel HPMC 4000. Pada penelitian ini didapatkan stabilitas dari formula I yang rendah (selama 4
hari), namun masih lebih baik daripada formula II. Stabilitas dari formula I yang rendah tersebut
kemungkinan disebabkan mikroemulsi w/o yang bersifat hidrofobik ketika dicampurkan dengan
gel HPMC 4000 yang bersifat hidrofilik sehingga terjadi perubahan mikroemulsi. Untuk itu
sebaiknya digunakan mikroemulsi saja sebagai sediaan tanpa dimasukkan ke dalam gel karena
stabilitasnya lebih tinggi (selama 4 minggu). Fenomena ini juga terjadi pada pemakaian basis gel
HPC-M (Hendradi dkk, 2012) yaitu sediaan hanya stabil selama 4 hari. Selain itu pada sistem
mikroemulsi setelah penambahan natrium diklofenak, ukuran droplet yang dihasilkan menjadi
sangat besar. Namun fenomena tersebut (stabilitas sediaan dan ukuran droplet yang besar) tidak
diamati sehingga belum diketahui penyebabnya. Sehingga, untuk melihat fenomena tersebut
maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Hasil penentuan fluks penetrasi dapat dilihat pada
Tabel 8. Sedangkan hasil penentuan permeabilitas kulit tikus Wistar terhadap natrium diklofenak
yang dari sediaan mikroemulsi dapat dilihat pada Tabel 9. Hal ini menunjukkan bahwa natrium
diklofenak dalam mikroemulsi bisa terlepas dan selanjutnya berpenetrasi menembus kulit tikus.
Kesimpulan
1. Sediaan sistem mikroemulsi dalam basis gel HPMC 4000 (formula I) mempunyai pH yang
besar dari pada sediaan gel emulsi dan daya sebar yang lebih kecil. Hasil statistik
menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna antara dua formula pada pH dan daya sebarnya.
2. Sediaan natrium diklofenak dengan sistem mikroemulsi mampu terlepas dan berpenetrasi
menembus kulit tikus Wistar dengan nilai fluks pelepasan sebesar 51,79±0,60 µg/cm2/menit1/2
dan fluks penetrasi sebesar 0.71 ± 0.03 µg/cm2/menit serta permeabilitas membran kulit tikus
Wistar terhadap natrium diklofenak dari sediaan gel mikroemulsi adalah 7.26x10-5 ± 3.49x10-6
cm/menit
DAFTAR PUSTAKA
Harwansh, R.K., Rahman, M.A., Dangi, J.S., 2010. Microemulsion System for Transdermal
Delivery of Diclofenac Sodium for Bioavailability Enhancement, Journal of Pharmacy
Research 2010, 3(9),2182-2185.
Katzung, B.G. Eds. 2007. Basic & Clinical Pharmacology. 10th ed. New York: McGraw-Hill
Medical., p. 819.
Lawrence, M.J., Rees, G.D., 2000. Microemulsion based media as novel drug delivery system.
Advance Drug Delivery Reviews 45
Santos, P., Watkinson, A.C., Hadgraft, J., & Lane, M. E.. 2008. Application of Microemulsions
in Dermal. Skin Pharmacology Physiology 21, p. 245-259.
Sinko and Singh (Editor), 2011. Martins Physical Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, Sixth
Edition, Lippincott Williams and Wilkins, Baltimore, MD, USA, pp.223-257.
Sweetman, S.C. Eds. 2009. Martindale The Complete Drug Reference. 36th Ed. London:
Pharmaceutical Press. p. 44, 96.
Tabel 1. Komposisi mikroemulsi
Formula I Formula II
Mikroemulsi 20 % -
Emulsi - 20 %
Basis gel HPMC 4000 80 % 80 %
Tabel 5. Hasil pemeriksaan kualitatif mikroemulsi
Hasil Pengamatan
Pemeriksaan Tanpa natrium Dengan natrium Data Pustaka
diklofenak diklofenak
Organoleptis :
- Bentuk Cairan jernih kental Cairan jernih kental Transparan/ jernih, dan
- Warna Kuning Kuning konsistensinya seperti
- Bau Tidak berbau Tidak berbau larutan (Santos et al., 2008)
Evaluasi
ukuran droplet 2,5 – 3784 nm 2480,7-138386 nm 0.1-1.0μm (Harwansh et
Rerata diameter: Rerata diameter: al., 2010)
40,6 nm 32235,53 nm.
Zeta Potensial -0,34 mV 2,08 mV
Konduktivitas Rerata Rerata
konduktivitas: konduktivitas:
0,05 ± 0,02 µs/cm 0,42 ± 0,09 µs/cm
Hasil Pengamatan
Pemeriksaan Tanpa natrium Dengan natrium Data Pustaka
diklofenak diklofenak
Organoleptis :
- Bentuk Cairan kental Cairan kental Keruh (Santos et
- Warna Putih keruh Putih keruh al., 2008)
- Bau Tidak berbau Tidak berbau
Evaluasi
ukuran droplet 0,24-1,93 µm 0,48-2,99 µm 0,2-10 µm
Rerata diameter Rerata diameter (Santos,2008)
panjang : 0,7 µm panjang: 1,04 µm
Konduktivitas Rerata
konduktivitas:
0,92 ± 0,01 µs/cm
Tabel 7. Nilai fluks pelepasan natrium diklofenak dari sediaan gel
mikroemulsi tipe w/o dengan membran selofan, media dapar fosfat
salin pH 7,4 ± 0,05, suhu 37 ± 0,5oC, kecepatan pengadukan 100 rpm
Fluks Pelepasan(µg/cm2/menit1/2)
Replikasi
Mikroemulsi
1 52,15
2 51,10
3 52,13
Rerata ± SD 51,79±0,60
pH
I
3.0
II
2.0
1.0
0.0
Formula
14.0
Diameter penyebaran (cm)
12.0
10.0
8.0
I
6.0
II
4.0
2.0
0.0
Formula
(µg/cm2)
600
400
200
0
0 5 10 15 20 25
Akar Waktu (menit1/2 )
Gambar 3. Profil kurva hubungan antara jumlah natrium diklofenak pada formula I
yang terlepas dari sediaan gel mikroemulsi melalui membran selofan (µg/cm2) vs akar
waktu dalam larutan dapar fosfat salin pH 7,4 ± 0,05 pada suhu 37±0,50C dengan
kecepatan pengadukan 100 rpm. Data merupakan rerata 3 kali replikasi±SD.
500
Jumlah kumulatif natrium diklofenak
450
yang berpenetrasi (µg/cm2)
400
350
300
250
200
150
100
50
0
0 100 200 300 400 500 600
Waktu (menit)
Gambar 4. Profil kurva hubungan antara jumlah natrium diklofenak pada formula I
yang berpenetrasi melalui membran kulit tikus (µg/cm2) vs waktu dalam larutan dapar
fosfat salin dengan pH 7,4 ± 0,05 pada suhu 37±0,50C dengan kecepatan pengadukan 100
rpm. Data merupakan rerata 3 kali replikasi±SD.