Anda di halaman 1dari 92

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
MALANG

LAPORAN TUGAS BESAR


SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI
SEMESTER : GENAP

NAMA : Fauhan Kasyfi


NIM : 195060107111052
ASISTEN : Marcelino Krisdian Guntara
DOSEN : Dr. Eng. Indradi Wijatmiko, ST., M.Eng. (Prac.).

TAHUN AJARAN 2020/2021


KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
MALANG

LAPORAN TUGAS BESAR


SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI
SEMESTER : GENAP

NAMA : FAUHAN KASYFI


NIM : 195060107111052

Dosen Pembimbing :
Asisten :

Dr. Eng. Indradi Wijatmiko, ST.,


M.Eng. (Prac.). Marcelino Krisdian Guntara
NIP : 19810220 200604 1 002 NIM : 185060100111039

TAHUN AJARAN 2020/2021


KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145 – Telp. (0341) 551615 Pes. 156, 157 dan (0341) 551430

LEMBAR ASISTENSI
NAMA : FAUHAN KASYFI
NIM : 195060107111052
MATA KULIAH : SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI
DOSEN : Dr. Eng. Ir. INDRADI WIJATMIKO, ST., M.Eng
(Prac.)
ASISTEN : MARCELINO KRISDIAN GUNTARA
No. TANGGAL KETERANGAN PARAF ASISTEN
1 20 Maret 2021 BAB 1 dan 2 OK!
Lanjut petak sawah

2 23 Maret 2021 Mengerjakan petak sawah

3 30 Maret 2021 Petak sawah peta OK!


Lanjut menghitung cropwat dan IR

4 2 April 2021 Perhitungan IR OK!


Lanjut skema irigasi

5 6 April 2021 Skema irigasi OK!


Lanjut hitungan elevasi

6 9 April 2021 Hitungan elevasi OK!


Lanjut hitungan hidrolis

7 13 April 2021 Hitungan hidrolis OK!


Lanjut perhitungan bendung

8 16 April 2021 Perhitungan Bendung OK!


Lanjut menghitung stabilitas

9 20 April 2021 Mengerjakan stabilitas

10 23 April 2021 Perhitungan stabilitas OK!


Lanjut perhitungan bangunan pelengkap

11 30 April 2021 Mengerjakan bangunan pelengkap

12 4 Mei 2021 Perhitungan bangunan pelengkap OK!


Lanjut kerjakan gambar besar

13 11 Mei 2021 Gambar besar OK!

ACC!!!
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

NAMA MAHASISWA FAUHAN KASYFI


NIM 195060107111052
MATA KULIAH SISTEM & BANGUNAN IRIGASI

No Komponen Nilai Bobot Nilai Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu 8 Minggu 9
1 Kehadiran 10 % 10 100 100 100 100 100 100 100 100 100
2 Progres/ Minggu 20 % 18,89 100 95 100 100 95 85 95 85 95
3 Etiket 10 % 8,94 90 90 90 90 90 85 90 90 90
4 Pemahaman 30 %
5 Laporan Akhir 30 %
Jumlah 100 %
Paraf Asisten
Paraf Dosen

ASISTEN

Marcelino Krisdian Guntara

NIM. 185060100111039
TUGAS BESAR
MATA KULIAH SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI
TAHUN AJARAN 2020/2021

NAMA : FAUHAN KASYFI


NIM : 195060107111052

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET,
DAN TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145 – Telp. (0341) 551615 Pes. 156,
157 dan (0341) 551430

TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

SEMESTER GENAP 2020/2021

Diberikan Kepada : FAUHAN KASYFI

NIM : 195060107111052

Asisten : Marcelino Krisdian Guntara

1. Buatlah peta jaringan irigasi dari peta kontur sungai pada lampiran yang diberikan sesuai
area irigasi !
2. a. Hitung besarnya evapotranspirasi tanaman pada daerah irigasi tersebut dengan
menggunakan Metode Penman ! (dapat menggunakan software Cropwat)
b. Hitung kebutuhan air irigasi sesuai dengan data yang tersedia !
* Data diberikan dalam bentuk lampiran sesuai dengan daerah irigasi.
3. Ditentukan skema pengambilan air sebagai berikut :
(Pengambilan bersudut/tegak lurus)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET,
DAN TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145 – Telp. (0341) 551615 Pes. 156,
157 dan (0341) 551430

Data yang diberikan sebagai berikut :


a. Denah irigasi : 922,2 Ha
b. Wilayah irigasi yang direncanakan : Zona Pasirian
c. Elevasi sawah tertinggi : 300 meter
d. Elevasi dasar sungai dekat pintu pengambilan : 300,5 meter
e. Elevasi muka tanah pada tepi sungai (tanggul) : 305 meter
f. Kemiringan dasar sungai : 0,001
g. Efisiensi irigasi : 85 %
h. Debit banjir rancangan : 50 m3/detik
i. Lebar normal sungai : 18 meter
j. Kemiringan talud saluran primer : 1:1
k. Pada saat banjir sungai dominan membawa : Pasir Kasar
l. Daya dukung tanah di bawah bendung : 3,75 kg/cm2
m. Jenis konstruksi yang digunakan pada bendung : Beton

Dari data tersebut, rencanakan desain bangunan utama beserta detail gambar bangunan :

a. Tubuh Bendung
b. Peredam Energi
c. Pintu Pembilas
d. Pintu Pengambilan
e. Saluran Pengambilan (Saluran Primer)
f. Kantong Lumpur

Lampiran : - Peta Kontur Sawah

- Data dari BMKG


KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET,
DAN TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145 – Telp. (0341) 551615 Pes. 156,
157 dan (0341) 551430

LEMBAR PENGESAHAN

Koordinator Asisten Asisten

Sakti Arya Pradana Marcelino Krisdian Guntara


NIM. 185060101111039 NIM. 185060100111039

Mengetahui,

Dosen Mata Kuliah Sistem & Bangunan Irigasi

Dosen Pengajar Dosen Pengajar

TTD

Dr. Eng. Alwafi Pujiraharjo, ST., MT. Ir. Agus Suharyanto, M.Eng., Ph.D.
NIP. 19700829 200012 1 001 NIP. 19610813 198802 1 001

Dosen Pengajar Dosen Pengajar

TTD

Dr. Eng. Yatnanta Padma Devia, ST., MT Dr. Eng. Indradi Wijatmiko, ST., M.Eng. (Prac.).
NIP. 19740813 199903 2 002 NIP. 19810220 200604 1 002
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET,
DAN TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145 – Telp. (0341) 551615 Pes. 156,
157 dan (0341) 551430

FORMAT TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI


SEMESTER GENAP 2020/2021

Lembar Asistensi

Format Tugas Besar

Kata Pengantar

Daftar Isi

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Batasan Masalah
2. Dasar Teori
2.1 Peta Jaringan Irigasi
2.2 Metode Penman Moteith
2.3 Bangunan Pengelak
2.4 Bendung Tetap
2.5 Bangunan Pengambilan
2.6 Bangunan Pembilas
2.7 Kantong Lumpur
2.7.1 Penetapan Lokasi Kantong Lumpur
2.7.2 Perencanaan Kantong Lumpur
3. Pembahasan Perencanaan
3.1 Tata Letak Saluran dan Layout Petak
3.2 Menentukan Kebutuhan Air Irigasi
3.2.1 Menghitung Besarnya Evapotranspirasi Tanaman pada Daerah Irigasi dengan
Metode Penman
3.2.2 Menentukan Kebutuhan Air Irigasi
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
3.3 Perencanaan Bendung Tetap
3.3.1 Elevasi Puncak Mercu
3.3.2 Profil Bendung
3.3.3 Profil Aliran
3.3.4 Kolam Olakan
3.3.5 Struktur Bawah
3.4 Perencanaan Bangunan Pengambilan dan Bangunan Pembilas
3.4.1 Bangunan Pengambilan
3.4.2 Bangunan Pembilas
3.4.3 Kantong Lumpur
3.5 Analisis Stabilitas
3.5.1 Stabilitas Terhadap Rembesan
3.5.2 Tekanan Air Banjir
3.5.3 Tekanan Tanah Aktif
3.5.4 Stabilitas Terhadap Geser
3.5.5 Stabilitas Terhadap Guling
4. Penutup
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
5. Lampiran
- Gambar Perencanaan
- Peta Petak
- Data BMKG
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan petunjuknya,
kami dapat menyelesaikan Laporan Tugas Besar Sistem dan Bangunan Irigasi yang dikerjakan
pada semester IV (empat) ini.

Adapun manfaat dari tugas besar Sistem dan Bangunan Irigasi ini bagi kami adalah kami
menjadi lebih mengerti tentang perencanaan sistem dan bangunan irigasi. Tidak lupa kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Ir. Agus Suharyanto, M.Eng., Ph.D selaku dosen pembimbing tugas besar Sistem dan
Bangunan Irigasi.

2. Sagung Istri Pramitari Wima D. selaku asisten tugas besar Sistem dan Bangunan Irigasi yang
telah membantu kami selama pengerjaan tugas besar serta dalam menyusun laporan tugas
besar Sistem dan Bangunan Irigasi ini.

3. Serta bantuan teman–teman mahasiswa jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya yang sangat kami sayangi.

Laporan ini kami sadari jauh dari kesempurnaan sehingga kami mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca terlebih
mengenai perencanaan sistem dan bangunan irigasi.

Malang, 26 April 2019

Penyusun

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

i
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………………... i


Daftar Isi ………………………………………………………………………………. ii
Daftar Gambar ………………………………………………………………………... iv
BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………………….. 5
1.1. Latar Belakang ………………………………………………………... 5
1.2. Tujuan ………………………………………………………………… 6
1.3. Batasan Masalah …………………………………………………….... 6
BAB II DASAR TEORI ……………………………………………………………. 7
2.1. Peta Jaringan Irigasi …………………….…………………………….. 7
2.2. Metode Penman Moteith ……………………………………………… 9
2.3. Bangunan Pengelak ………………………………………………….... 15
2.4. Bendung Tetap ……………………………………………………….... 17
2.5. Bangunan Pengambilan ……………………………………………….. 19
2.6. Bangunan Pembilas ………………………………………………….... 21
2.7. Kantong Lumpur ……………………………………………………… 25
2.7.1. Penetapan Lokasi Kantong Lumpur …………………………... 25
2.7.2. Perencanaan Kantong Lumpur ………………………………... 25
BAB III PEMBAHASAN PERENCANAAN ………………………………………. 27
3.1. Tata Letak Saluran dan Layout Petak …………………………………. 27
3.2. Menentukan Kebutuhan Air Irigasi …………………………………… 36
3.2.1. Menghitung Besarnya Evapotranspirasi Tanaman pada
Daerah Irigasi dengan Metode Penman ……………………….. 36
3.2.2. Menentukan Kebutuhan Air Irigasi ………………………….... 38
3.3. Perencanaan Bendung Tetap ………………………………………….. 43
3.3.1. Elevasi Puncak Mercu ……………………………………….… 43

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

ii
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

3.3.2. Profil Bendung ………………………………………………… 45


3.3.3. Profil Aliran …………………………………………………… 50
3.3.4. Struktur Bawah …………………………………………........... 52
3.3.5. Kolam Olakan …………………………………………………. 55
3.4. Perencanaan Bangunan Pengambilan dan Bangunan Pembilas …….… 56
3.4.1. Bangunan Pengambilan ……………………………………….. 57
3.4.2. Bangunan Pembilas ………………………………………….… 59
3.4.3. Kantong Lumpur ……………………………………………..… 61
3.5. Analisis Stabilitas ……………………………………………………... 63
3.5.1. Stabilitas Terhadap Rembesan ………………………………... 63
3.5.2. Tekanan Air Banjir ……………………………………………. 64
3.5.3. Tekanan Tanah Aktif ………………………………………….. 66
3.5.4. Stabilitas Terhadap Geser ……………………………………... 67
3.5.5. Stabilitas Terhadap Guling ……………………………………. 71
BAB IV PENUTUP …………………………………………………………………... 73
4.1. Kesimpulan ……………………………………………………………. 73
4.2. Saran …………………………………………………………………... 74
Lampiran ………………………………………………………………………………. 75
a. Data BMKG… ……………………………………………………………
b. Peta Petak… ………………………………………………………………
c. Gambar Skema ……………………………………………………………
d. Gambar Denah Bendung..…………………………………………………
e. Gambar Potongan A-A.……………………………………………………
f. Gambar Potongan B-B.……………………………………………………
g. Gambar Potongan C-C.……………………………………………………
h. Gambar Potongan D-D.……………………………………………………
i. Gambar Potongan E-E..……………………………………………………

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

iii
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

DAFTAR GAMBAR

Gambar2.1 Contoh Peta Jaringan Irigasi……...…………………………………………………7


Gambar2.2 Bendung Pelimpah..…………………………………………………………………15
Gambar2.3 Bendung Gerak……………...………………………………………………………16
Gambar2.4 Bendung Saringan Bawah…...………………………………………………………17
Gambar2.5 Bangunan Pengambilan Tetap……………..………………………………………...18
Gambar2.6 Bangunan Pengambilan Biasa.………………………………………………………19
Gambar2.7 Bangunan Pengambilan Gorong-Gorong….……………………………………...…20
Gambar2.8 Bangunan Pengambilan Frontal…………..….………………………………….…..20
Gambar2.9 Bangunan Pengambilan dan Pembilas…..….………………………………….…....22
Gambar 2.10 Bangunan Pembilas……………………..….………………………………….…..23
Gambar2.11 Pintu Saluran Pembilas……...…………..….………………………………….…..23
Gambar 2.12 Tipe Tata Letak Kantong Lumpur….…..….………………………………….…..26
Gambar 2.13 Tata Letak Kantong Lumpur yang Dianjurkan..…………………………….…….26

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

iv
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menyempitnya lahan pertanian akibat pemenuhan kebutuhan yang lain bukan berarti
tidak memerlukan bangunan irigasi lagi. Pertumbuhan penduduk yang semakin
meningkat menyebabkan peningkatan kebutuhan pangan, sehingga pengembangan
jaringan irigasi suatu lahan mutlak diperlukan untuk perbaikan sistem pertanian di masa
yang akan datang.
Kebutuhan bahan pangan khususnya beras di Indonesia setiap tahunnya selalu
meningkat. Hal ini disebabkan karena pertambahan penduduk dan makin meningkatnya
konsumsi beras di Indonesia perkapitanya. Salah satu usaha yang ditempuh adalah
meningkatkan bahan pangan dalam negeri melalui sektor pertanian yaitu usaha
Intensifikasi, Ekstensifikasi, dan Diversifikasi.
Perencanaan jaringan irigasi merupakan wujud dari salah satu usaha
Intensifikasi, yaitu dengan meningkatkan dan merehabilitasi yang telah ada maupun
membuka daerah irigasi baru. Dengan adanya irigasi, maka tanah yang semula tidak
produktif akan dapat diusahakan menjadi berdaya guna semaksimal mungkin.Untuk
mencapai semua itu, kita harus mempunyai rencana yang matang, yang paling penting
adalah merencanakan sebuah system Irigasi yang bagus, karena apabila tidak seperti itu,
sector pertanian kita tidak bisa menghasilkan/memproduksi bahan pangan secarama
ksimal. Oleh karena itu bangunan irigasi menjadi sangat penting dalam rangka
penyediaan air untuk pertanian .Dalam memenuhi kebutuhan air untuk berbagai
keperluan usaha tani, maka air (irigasi) harus diberikan dalam jumlah, waktu, dan mutu
yang tepat, jika tidak maka tanaman akan terganggu pertumbuhannya yang pada
gilirannya akan mempengaruhi produksi pertanian. Untuk itu jaringan irigasi baik
saluran pembawa maupun saluran pembuang dan bangunan irigasinya harus dapat
beroprasi dengan baik.

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

5
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

1.2 Tujuan
Mengingat pentingnya irigasi bagi kehidupan manusia, maka dibutuhkan adanya
pengaturan irigasi, dimana perlu dibangun beberapa bangunan yang dapat menunjang
proses irigasi tersebut.Perancangan yang didasarkan keahlian serta pengelolaan yang
seksama merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai tingkat efisiensi
pemanfaatan air yang dibutuhkan di masa mendatang. Perancangan memerlukan adanya
konsepsi, rencana konstruksi, dan operasi serta sarana pemanfaatan air.
Melihat dari pembatasan masalah yang telah dibahas sebelumnya, pengerjaan
tugas ini yaitu dalam perencanaan saluran irigasi ( bendung tetap) sesuai dengan tahap-
tahap perencanaan bendung tetap saluran irigasi sesuai KP-02 yaitu standart peraturan
perencanaan saluran irigasi. Yang kedua melalui analisa perhitungan terhadap langkah-
langkah perencanaan dapat diketahui apakah bangunan ini aman terhadap gaya gaya B
V sekitar yang bekerja.
Dan tidak kalah pentingnya yaitu sketsa gambar dimana gambar-gambar ini
adalah tahap akhir perencanaan saluran irigasi hasil dari perhitungan yang telah
dilaksanakan sesuai standart perencanaan saluran irigasi.

1.3 Batasan Masalah


Mengingat luasnya masalah yang dihadapi dalam perencanaan sistem irigasi, serta
keterbatasan penulis maka pembahasan ini perlu kami batasi agar dapat terhindar dari
masalah yang terlalu meluas dari yang akan kami kemukakan. Ruang lingkup masalah
yang dimaksud adalah :
1. Bagaimana merencanakan bendung (tetap) irigasi tersebut?
2. Apakah bangunan tersebut aman terhadap gaya-gaya?
3. Bagaimana sketsa bangunan-bangunan tersebut beserta denah dan potongannya.

Adapun analisa perhitungan dengan menggunakan rumus tertentu seperti rumus Strickler atau
perhitungan grafis.Selanjutnya hasil-hasil perhitungan akan dicantumkan dalam tabel-tabel
untuk mempermudah pemahaman dan perencanaan gambar-gambar.

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

6
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

BAB II
DASAR TEORI

Bangunan irigasi merupakan bangunan utama yang dibangun di sungai untuk


memenuhi kebutuhan air irigasi. Jenis bangunan yang dipilih harus disesuaikan dengan jumlah
air yang ada di sungai tersebut, daerah yang akan diairi, jenis tanaman yang dikembangkan,
dsb. Air yang diambil dari sungai harus dapat mengalir secara gravitasi dan harus bisa
mengurangi kandungan sedimen yang berlebihan serta memungkinkan untuk mengukur air
yang masuk jaringan irigasi. Mengingat tempat kedudukan lahan yang akan diairi, dan kondisi
sungai yang ada maka dapat dibuat beberapa jenis bangunan utama, yaitu : Bangunan irigasi
merupakan bangunan utama yang dibangun di sungai untuk memenuhi kebutuhan air irigasi.
Jenis bangunan yang dipilih harus disesuaikan dengan jumlah air yang ada di sungai tersebut,
daerah yang akan diairi, jenis tanaman yang dikembangkan, dsb. Air yang diambil dari sungai
harus dapat mengalir secara gravitasi dan harus bisa mengurangi kandungan sedimen yang
berlebihan serta memungkinkan untuk mengukur air yang masuk jaringan irigasi.

2.1 Peta Jaringan Irigasi


❖ Jaringan irigasi dituangkan dalam peta RBI (Rencana Bangunan Irigasi) 1:25.000
❖ Peta detail atau peta petak dalam skala 1:5.000 atau 1:2.000
❖ Pada peta petak tergambar Petak tersier, Petak Sekunder, dan Petak Tersier

Gambar 2.1 Peta Jaringan Irigasi

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

7
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

Berikut ini adalah penjelasan tentang petak – petak tersebut :


1. Petak Tersier
Suatu unit atau petak tanah / sawah terkecil berukuran 50 – 100 Ha,
mempunyai batas yang jelas seperti jalan, kampung, saluran, lembah, dll. Serta
berbatasan langsung dengan saluran sekunder / primer.
Petak tersier dilayani oleh :
▪ Saluran tersier / kuarter
▪ Saluran pembuang
▪ Bangunan pembagi air (Box Tersier), bangunan silang, dll
▪ Tidak tersedia jalan petani (farm road) dan atau jalan inspeksi

Cara pemberian airnya :


▪ Cara petak ke petak (plot to plot system)
▪ Saluran pemberi ialah saluran tersier dan kuarter
▪ Air diberikan pada petak sawah yang paling atas atau terdekat secara
grafitasi
▪ Setelah petak sawah yang paling atas penuh lalu air dialirkan ke petak sawah
yang lebih bawah
▪ Selanjutnya air diberikan ke petak paling bawah
▪ Air yang diberikan dipakai berulang-ulang dari petak ke petak
▪ Akhirnya air dibuang ke saluran pembuang secara alamiah / buatan
2. Petak Sekunder
Gabungan dari petak tersier. Umumnya di desain di punggung medan, sehingga
dapat mengairi kedua sisi saluran. Tetapi dapat didesain sebagai saluran garis tinggi
(garis kontur), sehingga hanya dapat mengaliri lereng medan yang lebih rendah.
Biasanya menerima air dari bangunan bagi di saluran primer atau sekunder.
3. Petak Primer
Gabungan dari beberapa petak sekunder. Dilayani oleh saluran primer di salah
satu sisi atau kedua sisi sumber air sungai. Bila melayani kedua sisi sumer air sungai
maka terdapat dua petak primer. Keseluruhan penyusunan bidang tanah dalam
bentuk petak tersier, sekunder, dan primer disebut satu Daerah Irigasi (DI).

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

8
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

2.2 Metode Penman Monteith


Metode Penman-Monteith merupakan metode penduga evapotranspirasi terbaik
yang direkomendasikan FAO sebagai metode standar sedangkan metode pendugaan lain
baik digunakan dalam iklim tertentu (Lascanao dan Bavel 2007; Smith 1992). Metode ini
merupakan metode yang diadopsi dari metode Penman yang dikombinasikan dengan
tahanan aerodinamik dan permukaan tajuk. Metode Penman mengalami berbagai
perkembangan sehingga dapat digunakan untuk menduga evapotranspirasi pada
permukaan yang ditanami dengan menambahkan faktor tahanan permukaan (rs) dan
tahanan aerodinamik (ra).
Persamaan ini terdapat parameter penentu pertukaran energi dan berhubungan
dengan fluks bidang tanaman (Allen et al. 1998).
Metode ini dapat menghasilkan pendugaan ET0 pada lokasi luas dan memiliki
data yang lengkap. Metode ini memberikan hasil terbaik dengan kesalahan mimimum
untuk tanaman acuan. Metode Penman-Monteith memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan tersebut yaitu dapat diaplikasikan secara global tanpa perlu adanya tambahan
parameter lain, selain itu metode ini sudah dikalibrasi dengan beberapa software dan
beberapa jenis lisimeter (Allen et al. 1998). Kelemahan utama dalam metode ini adalah
membutuhkan data meteorologi yang cukup banyak seperti suhu, kelembaban, kecepatan
angin, dan radiasi matahari. Dimana hanya beberapa stasiun cuaca yang menyediaan data
tersebut dalam per jam dan harian (Irmak et al. 2003).
Penghitungan evapotranspirasi tanaman acuan dengan metode Penman-
Monteith (Monteith, 1965) adalah :

900
0,408  Rn + γ U (e s − ea )
( T + 273 ) 2
ETo = ........................................ (1)
 + γ ( 1 + 0,34U 2 )

Dengan pengertian :
ETo = evapotranspirasi tanaman acuan, (mm/hari).

Rn = radiasi matahari netto di atas permukaan tanaman, (MJ/m2/hari).

T = suhu udara rata-rata, (o C).

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

9
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

U2 = kecepatan angin pada ketinggian 2 m dari atas permukaan tanah,

(m/s).
es = tekanan uap air jenuh, (kPa).

ea = tekanan uap air aktual, (kPa).

 = kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu, (kPa/o C).


 o
= konstanta psikrometrik, (kPa/ C).
Rn dihitung dengan rumus :

Rn = Rns − Rnl .................................................................................... (2)

Dengan pengertian :

Rns = radiasi gelombang pendek, (MJ/m2/hari).

Rnl = radiasi gelombang panjang, (MJ /m2/hari).

Besarnya Rns adalah :

Rns = ( 1 − α) Rs ................................................................................. (3)

Dengan pengertian :
α = koefisien pantulan radiasi tajuk = 0,23 (nilai koefisien ini dipengaruhi oleh
kondisi tanaman penutup lahannya, pada beberapa literature menggunakan
kisaran nilai 0,23 – 0,25).

Rs = radiasi matahari, (MJ/m2/hari).

Rs dihitung dengan :

n
Rs = ( 0,25 + 0,5 ) Ra .......................................................................... (4)
N

Dengan pengertian :
n = lama matahari bersinar dalam satu hari, (jam).
N = lama maksimum matahari bersinar dalam satu hari, (jam).

Ra = radiasi matahari ekstraterestrial, (MJ/m2/hari).

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

10
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

Ra adalah :

Ra = 37,6 d r (ωs sin  sin δ + cos cos δ sin ωs ) .......................................... (5)

Dengan pengertian :

d r = jarak relatif antara bumi dan matahari.


δ = sudut deklinasi matahari, (rad).

 = letak lintang, (rad). Jika berada pada lintang utara nilainya positif, pada
lintang selatan nilainya negatif.
ωs = sudut saat matahari terbenam, (rad).

ωs dihitung dengan :

ωs = arccos ( − tan  tan δ) ............................................................. (6)

Dengan pengertian :
δ = deklinasi matahari, (rad).

 = letak lintang, (rad).


d r dihitung berdasarkan persamaan di bawah ini (Duffie & Beckman, 1980) :


dr = 1 + 0 ,033 cos ( J) = 1 + 0 ,033 cos ( 0 ,0172 J) .................. (7)
365

δ dihitung dengan (Duffie& Beckman, 1980) :


δ = 0,409 sin ( J −1,39 ) = 0,409 sin ( 0,0172J − 1,39 ) ................................... (8)
365
Dengan pengertian :
J = nomor urut hari dalam setahun (hari julian)

Nilai ( 0,0172 J ) pada persamaan (7) dan ( 0 ,0172J − 1,39 ) pada persamaan
(8) dalam satuan radian.
Besarnya nilai J secara matematis dapat dihitung dengan:

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

11
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

a. Untuk J Bulanan (Gommes, 1983):

J = Integer (30,42 M − 15,23) ................................................ (8a)


b. Untuk J Harian (Craig, 1984):
M
J = integer (275 − 30 + D) − 2 ....................................................... (8b)
9
Dengan pengertian :
M = bulan (1-12)
D = hari dalam bulan (1 - 31)
Jika tahun normal dan M < 3, nilai J ditambah nilai 2
Jika tahun kabisat dan M > 2, J ditambah nilai 1, tahun kabisat adalah tahun yang
habis dibagi dengan angka 4.

Untuk melakukan penghitungan dengan periode 10 harian, maka nilai J diperoleh dari
persamaan (8b) dengan D sama dengan 5, 15, dan 25 pada setiap bulannya.
Besarnya N dihitung dengan rumus:
24
N= ωs ......................................................................................................... (9)
π
Rnl dihitung dengan:

Rnl = − Rld  + Rlu  = f (ε a − ε vs ) σ Tk4 ............................................................ (10)

Dengan pengertian :
Rnl = radiasi gelombang panjang, (MJ /m2/hari).

Rlu  = radiasitermal yang dipancarkan oleh tanaman dan tanah ke atmosfer,

(MJ/m2/hari).
Rld  = radiasi gelombang panjang termal yang dipancarkan dari atmosfer dan awan

masuk ke permukaan bumi, (MJ/m2/hari).


f = faktor penutupan awan, tanpa dimensi.

εa = emisivitas efektif atmosfer.

ε vs = nilai emisivitas oleh vegetasi dan tanah  0,98 (Jensen dkk., 1990).

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

12
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

σ = nilai konstanta Stefan-Boltzman = 4,90 x 10-9 MJ/m2/K4/hari.


Tk = suhu udara rata-rata, (K).

Faktor penutupan awan (f) dihitung dengan rumus (FAO No. 24, 1977):
n
f = 0,9 + 0,1 ..................................................................................................... (11)
N
Emisivitas ( ε , ) dihitung dengan rumus (Jensen dkk. ,1990) :

ε , = (ε a − εvs ) = (a r + br ea )  ( 0,34 − 0,14 ea ................................................ (12)

Dengan pengertian :
ε , = emisivitas atmosfer

ea = tekanan uap air aktual (kPa).


ar = 0,34 - 0,44.

br = negatif 0,25 - negatif 0,14.

(a) Kecepatan angin pada ketinggian 2 m adalah :


 4 ,87 
U 2 = U z   ........................................................................ (13)
 ln ( 67 ,8 z − 5,42 ) 
Dengan pengertian :
U 2 = kecepatan angin pada ketinggian 2 m, (m/s).

U z = kecepatan angin pada ketinggian z m, (m/s).

z = ketinggian alat ukur kecepatan angin, (m)


(b) Tekanan uap jenuh ( e s ) besarnya (Tetens, 1930) :

 17,27 T 
e s = 0 ,611exp`   ........................................................................... (14)
 T + 237,3 

(c) Tekanan uap aktual ( e a ) dihitung dengan :

ea = e s x RH ............................................................................................(15)
Dengan pengertian :
RH = kelembaban relatif rata-rata, (%).

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

13
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

(d) Kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu udara dihitung dengan
(Murray, 1967) :
4098 e s
= ` ............................................................................................ (16)
(T + 237,3 ) 2

Dengan pengertian :
 = kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu udara, (kPa/o C).

T = suhu udara rata-rata, (o C).


e s = tekanan uap jenuh pada suhu T , (kPa).

(e) Konstanta psikrometrik () dihitung dari (Brunt, 1952) :


cpP
10 −`3 = 0,00163
P
γ= ......................................................................... (17)
ελ λ
Dengan pengertian :
 = konstanta psikrometrik, (kPa/o C).
cp = nilai panas spesifik udara lembap sebesar 1,013 kJ/kg/o C.
P = tekanan atmosfer, (kPa).
 = nilai perbandingan berat molekul uap air dengan udara kering = 0,622.
 = panas laten untuk penguapan, (MJ/kg).
Tekanan atmosfer (P) dihitung dari (Burman dkk.,1987):
g
T − τ (z − z o )  τ R
P = Po  ko `  ...................................................................... (18)
 Tko 
 
Dengan pengertian :
P = tekanan atmosfer pada elevasi z, (kPa).
Po = tekanan atmosfer pada permukaan laut, (kPa).
z = elevasi, (m).
zo = elevasi acuan, (m).
g = gravitasi = 9,8 m/s2.
R = konstanta gas spesifik = 287 J/kg/K.
Tko = suhu pada elevasi zo, (K).
 = konstanta lapse rate udara jenuh = 0,006 5 K/m.

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

14
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

Jika tekanan udara pada suatu stasiun tidak tersedia, maka gunakan asumsi
Tko = 293 K untuk T = 20o C dan Po = 101,3 kPa pada zo = 0.
(f) Panas laten untuk penguapan () dihitung dengan rumus (Harrison, 1963) :

λ = 2,501− ( 2,361 x 10 −3 )T ....................................................................... (19)


Dengan pengertian :
 = panas laten untuk penguapan, (MJ/kg).
T = suhu udara rata-rata, (o C).

2.3 Bangunan Pengelak


Bangunan pengelak adalah bagian dari bangunan utama yang dibangun di dalam
air. Bangunan ini diperlukan untuk memungkinkan dibelokkannya air sungai ke jaringan
irigasi, dengan jalan menaikkan muka air di sungai atau dengan memperlebar
pengambilan di dasar sungai seperti pada tipe bendung saringan bawah (bottomrack
weir). Bila bangunan tersebut juga akan dibangun untuk mengatur elevasi air di sungai
maka ada dua tipe yang dapat digunakan yakni:
A. Bendung Pelimpah
Bendung pelimpah adalah bangunan pelimpah melintang sungai yang memberikan
tinggi muka air minimum kepada bangunan pengambilan untuk keperluan irigasi. Bendung
merupakan penghalang selama terjadi banjir dan dapat menyebabkan genangan luas di daerah-
daerah hulu bendung tersebut.

Gambar 2.2 Bendung Pelimpah

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

15
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

B. Bendung Gerak (barrage)


Bendung gerak adalah bangunan berpintu yang dibuka selama aliran besar; masalah
yang ditimbulkannya selama banjir kecil saja. Bendung gerak dapat mengatur muka air di
depan pengambilan agar air yang masuk tetap sesuai dengan kebutuhan irigasi. Bendung
gerak mempunyai kesulitan-kesulitan eksploitasi karena pintunya harus tetap dijaga dan
dioperasikan dengan baik dalam keadaan apapun.

Gambar 2.3 Gambar Bendung Gerak

C. Bendung Saringan Bawah


Bendung saringan bawah adalah tipe bangunan yang dapat menyadap air dari sungai
tanpa terpengaruh oleh tinggi muka air. Tipe ini terdiri dari sebuah parit terbuka yang terletak
tegak lurus terhadap aliran sungai. Jeruji baja (saringan) berfungsi untuk mencegah masuknya
batu-batu bongkah ke dalam parit. Sebenarnya bongkah dan batu-batu dihanyutkan ke bagian
hilir sungai. Bangunan ini digunakan di bagian/ruas atas sungai dimana sungai hanya
mengangkut bahan-bahan yang berukuran sangat besar.

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

16
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

Gambar 2.4 Bendung Saringan Bawah

2.4 Bendung Tetap

Bendung tetap adalah suatu bangunan peninggi muka air yang terdapat di
sungai. Jenis ini selain meninggikan muka air, juga melemparkan air banjir kehulu
suatu bendungan, biasanya dilengkapi dengan pintu pembilas yang berfungsi untuk
membuang endapan di depan pintu pengambilan (intake storage).
Beberapa syarat yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
▪ Bendung harus stabil terhadap guling, geser maupun perlokasi
▪ Cukup lebar sehingga waktu banjir tidak membahayakan sekelilingnya
▪ Lebar pintu pembilas 1/5 sampai dengan 1/10 lebar bendung
▪ Untuk sungai yang membawa batu, sisi belakang dibuat tegak untuk
menghindari gesekan batu.
▪ Pintu pengambilan dan pintu pembilas harus direncanakan transmisinya
sehingga pengoperasiannya mudah.

Ada beberapa macam bendung tetap yang perlu diketahui, yaitu :


▪ Bendung buatan penduduk

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

17
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

Bendung jenis ini biasanya sangat sederhana, dan tidak tahan lama. Bendung ini
dibuat dari bahan-bahan yang ada disekitar tempat tersebut, dan sering kali
hanya bermanfaat pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan akan
hancur.
▪ Bendung permanent
Untuk bendung permanent yang lebih kokoh, banyak terdapat di pulau jawa, dan
pada umumnya dibangun oleh pemerintah, karena bendung-bendung ini
kanstruksinya sukar, dan memerlukan biaya yang mahal.Beberapa diantaranya
adalah warisan dari pemerintah Belanda, ban berusia sangat tua.
▪ Bendung tumpah dengan loncatan
Bendung ini bermanfaat pada daerah kemiringan yang besar. Ciri-ciri bendung
ini adalah, airnya mengalir melalui dinding miring dengan kecepatan yang tinggi
dan kemudian (karena bidang tumpah membelok vertical kebawah dengan tiba-
tiba) meloncat horizontal atau bahkan sedikit keatas untuk akhirnya jatuh
ketanah agak jauh dari kaki bendung.
▪ Bendung dari beton bertulang
Keistimewaan dari bendung tipe ini adalah di belakang tubuh bendung dibuat
lubang-lubang di antara sekat-sekat pelat beton, hal ini dibuat agar air dapat
masuk kedalam tubuh bendung untuk menjaga stabilitas bendung.

Gambar 2.5 Bendung Tetap

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

18
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

2.5 Bangunan Pengambilan


Bangunan Pengambilan berfungsi untuk mengelakkan air dari sungai dalam
jumlah yang diinginkan. Tata letak Bangunan Pengambilan menurut KP-02 (hal.156)
adalah :
• Pengambilan sebaiknya dibuat sedekat mungkin dengan pembilas dan as bendung
atau bendung gerak.
• Lebih disukai jika pengambilan ditempatkan di ujung tikungan luar sungai atau pada
ruas luar guna memperkecil masuknya sedimen
• Bila dengan bendung pelimpah air harus diambil untuk irigasi di kedua sisi sungai,
maka pengambilan untuk satu sisi (kalau tidak terlalu besar) bisa dibuat pada pilar
pembilas, dan airnya dapat dialirkan melalui siphon dalam tubuh bendung ke sisi
lainnya.
• Dalam kasus lain, bendung dapat dibuat dengan pengambilan dan pembilas di kedua
sisi.
Bangunan pegambilan dibagi menjadi:
A. Pengambilan biasa
Pengambilan dengan pintu berlubang satu atau lebih dan dilengkapi
dengan pintu dinding banjir, dan perlengkapan lainnya. Lebar satu pintu tidak
lebih dari 2,5 m dan diletakkan di bagian udik. Pengaliran melalui pintu bawah.
Besarnya debit diatur melalui tinggi bukaan pintu.

Gambar 2.6 Bangunan Pengambilan Biasa

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

19
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

B. Pengambilan gorong-gorong
Pengambilan dengan pintu berlubang lebih dari satu dengan lebar
masing-masing kurang 2,5 m dan diletakkan di bagian hilir gorong-gorong.
Pengoperasian pintu pengambilan dilakukan secara mekanis.

Gambar 2.7 Bangunan Pengambilan gorong-gorong

C. Pengambilan frontal
Pengambilan diletakkan di tembok pangkal, jauh dari bangunan
pembilas/bendung. Arah aliran sungai dari udik frontal terhadap mulut
pengambilan sehingga tidak menyulitkan penyadapan aliran. Tetapi angkutan
sedimen relatif banyak masuk ke intake, yang ditanggulangi dengan sand ejector
dan kantong sedimen.

Gambar 2.8 Bangunan Pengambilan Frontal

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

20
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

D. Dua Pengambilan d i S a t u S i s i B e n d u n g
Pintu pengambilan untuk sisi yang diletakkan di pilar pembilas bending.
Pengaliran ke sisi yang lain itu melalui gorong-gorong di dalam tubuh bending.
Jumlah gorong-gorong dapat dua buah. (Alfabeta, Desain Hidraulik Bnedung
Tetap untuk Irigasi 2002)

2.6 Bangunan Pembilas


Bangunan pembilas adalah salah satu perlengkapan pokok bendung yang
terletak di dekat dan menjadi satu kesatuan dengan intake. Berfungsi untuk
menghindarkan angkutan muatan sedimen dasar dan mengurangi angkutan muatan
sedimen layang masuk ke Pengambilan. Bangunan pembilas dirancang pada
bendung yang dibangun di sungai dengan volume angkutan muatan sedimen dasar relatif
besar, yang dikhawatirkan mengganggu pengaliran ke Pengambilan. Tinggi tekan yang
cukup diperlukan untuk efektivitas pembilasan sehingga penentuan elevasi
mercu bendung perlu mempertimbangkan hal ini. Selain itu perlu pula diusahakan
pengaliran dengan sifat aliran sempurna melalui atas pintu bilas.
Juga harus mempertimbangkan tidak akan mengakibatkan penggerusan
setempat hilir bangunan yang akan membahayakan bangunan. Bangunan pembilas
dibedakan menjadi :
1. Bangunan pembilas konvensional terdiri satu dan dua lubang pintu, umumnya
dibangun pada bendung-bendung kecil dengan batang sekitar 20m
2. Bangunan pembilas dengan undersluice ditempatkan pada bentang di bagian
sisi yang arahnya tegak lurus sumbu bendung.
3. Bangunan pembilas shunt undersluice digunakan pada bendung di sungai ruas
hulu, untuk menghindarkan benturan batu dan benda padat lainnya terhadap
bendungan.

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

21
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

.
Gambar 2.9 Bangunan Pengambilan dan Pembilas

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

22
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

Gambar 2.10 Bangunan Pembilas

Gambar 2.11 Pintu Saluran Pembilas

Komponen bangunan pembilas terdiri dari pintu pembilas, pilar penempatan


pintu, tembok baya-baya, jembatan pelayan, rumah pintu, sponeng pintu, sponeng
cadangan, tembok pangkal, tangga. (Alfabeta, Desain Hidraulik Bendung
Tetap untuk Irigasi Teknis, 2002).

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

23
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

Pintu pembilas merupakan bagian dari bendung, pada umumnya dipilih jenis
sorong dari kayu dengan rangka baja, atau plat besi dengan rangka baja. Dapat dibuat satu
pintu atau dua pintu (pintu atas dan pintu bawah)
Fungsi pintu pembilas:
• Pintu bawah untuk pembilas sedimen yang terdapat di dalam, di udik, dan di
sekitar underslice. Pengoperasian pintu dengan cara mengangkat pintu.
• Pintu atas untuk menghanyutkan benda-benda padat yang terapung di udik
pintu. Pengoperasian pintu dengan cara menurunkan pintu.
Dalam mendesain pintu, faktor-faktor yang harus dipertimbangkan adalah beban
yang bekerja pada pintu, alat pengangkat (tenaga manusia atau mesin),sistem kedap air,
bahan bangunan. Sedangkan untuk ukuran pintu adalah:
1. Untuk satu lubang/ruang pintu sorong yang dioperasikan dengan
tenaga manusia, lebar maksimum 2,50m. Sedangkan ukuran untuk
satu balok kayu pintu harus dihitung; biasanya berukuran 0,2 × 2,5 m.
2. Untuk pintu yang dioperasikan dengan mesin dapat dibuat lebih lebar 2,5m
tapi tidak lebih dari 5m. ketinggian mercu pintu pembilas ditentukan sama
tinggi yang terakhir ini umumnya yang digunakan dan ketentuan ini untuk
pembilas tanpa dinding banjir.
Lantai pembilas merupakan kantong tempat mengendapnya bahan-bahan kasar
didepan pembilas pengambilan. Sedimen yang terkumpul dapat dibilas dengan
jalanmembuka pintu pembilas secara berkala guna menciptakan aliran
terkonsentrasitepat di depan pengambilan. Pengalaman yang diperoleh dari banyak
bendung dan pembilas yang sudah dibangun, telah menghasilkan beberapa pedoman
menentukan lebar pembilas :
a. Lebar pembilas ditambah tebal pilar pembagi sebaiknya sama dengan 1/6 -1/10
dari lebar bersih bendung, untuk sungai-sungai yang lebarnya kuramg dari 100m
b. Lebar pembilas sebaiknya diambil 60% dari lebar total pengambilan termasuk
pilar-pilar

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

24
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

2.7 Kantong Lumpur


Kantong Lumpur adalah bangunan yang berfungsi mengendapkan fraksi-fraksi
sedimen yang lebih besar dan fraksi halus (<0.06-0.07 mm) agar tidak masuk jaringan
dan biasanya ditempatkan disebelah hilir bangunan pengambilan (intake).
Meskipun telah ada usaha untuk merencanakan sebuah bangunan pengambilan
dan pengelak sedimen yang dapat mencegah masuknya sedimen ke dalam jaringan irigasi,
namu masih ada partikel-partikel halus yang masuk jaringan tersebut. Untuk mencegah
agar sedimen ini idak mengendap disaluran irigasi, bagian awal dari saluran primer persis
di sebelah belakangnya direncanakan untuk berfungsi sebagai kantong Lumpur.
Bahan – bahan yang lebih halus tidak dapat ditangkap dalam kantong Lumpur
biasa dan harus diangkat melalui jaringan saluran ke sawah – sawah. Bahan yang telah
mengendap di kantong kemudian dibersihkan secara berkala. Pembersihan biasanya
dilakukan dengan menggunakan aliran air yang deras untuk mengahanyutkan bahan
endapan tersebut kembali ke sungai. Dalam hal-hal tertentu, pembersihan dilakukan
dengan cara yang lain, yaitu dengan jalan mengeruk.

2.7.1 Penetapan Lokasi Kantong Lumpur


Keadaan topografi tepi sunagi maupun kemiringan sungai akan mempengaruhi
perencanaan kantong Lumpur. Kemiringan sungai harus cukup curam untuk menciptakan
kehilangan energi yang diperlukan untuk pembilasan di sepanjang kantong Lumpur.
Kantong Lumpur dan bangunan–bangunan pelengkap bendung memerlukan banyak
ruang, oleh karena itu kemungkinan penempatannya harus ikut dipertimbangkan dalam
pemilihan lokasi bangunan utama. Apabila diperlukan dua bangunan pengambilan maka
juga diperlukan dua buah kantong lumpur dalam keadaan penuh.
2.7.2 Perencanaan Kantong Lumpur
Beberapa data digunakan untuk perencanaan kantong Lumpur, antara lain data
topografi untuk penempatan kantong Lumpur.
Kemiringan yang memadai guna pekerjaan penggelontoran sedimen di kantong Lumpur.
Data sedimen meliputi diameter sedimen :
1. Volume sedimen (diasumsikan sebesar 0.5 ml dari volume air yang mengalir dari
kantong Lumpur).

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

25
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

2. Kebutuhan irigasi di pintu pengambilan

Gambar 2.12 Tipe Tata Letak Kantong Lumpur

Gambar 2.13 Tata Letak Kantong Lumpur Yang Dianjurkan

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

26
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

BAB III
PEMBAHASAN PERENCANAAN
3.1 Perencanaan Petak
Dasar teori
Jaringan irigasi terdiri dari petak-petak tersier, sekunder dan primer yang
berlainan antara saluran pembawa dan saluran pembuang terdapat juga bangunan utama,
bangunan pelengkap, yang dilengkapi keterangan nama luas dan debit.
Petak irigasi adalah petak tanah yang memperoleh air irigasi. Sedangkan
kumpulan petak irigasi yang merupakan satu kesatuan yang mendapat air irigasi melalui
saluran tersier yang sama disebut petak tersier. Petak tersier menduduki menduduki
fungsi sentral, luasnya sekitar 50-100 Ha, kadang-kadang sampai 150 Ha. Pemberian
air pada petak tersier diserahkan pada petani. Jaringan yang mengalirkan air ke sawah
disebut saluran tersier dan kuarter.
Untuk membawa air dari sumbernya hingga ke petak sawah diperlukan saluran
pembawa. Saluran-saluran ini terdiri dari saluran primer, sekunder, tersier, dan kuarter.
Dengan saluran pembuang, air tidak tergenang pada petak sawah sehingga tidak
berakibat buruk. Kelebihan air ditampung dalam suatu saluran pembuang tersier dan
kuarter dan selanjutnya dialirkan ke jaringan pembuang primer.
Jaringan irigasi dengan pembuang dipisahkan sehingga keduanya berjalan sesuai
dengan fungsinya masing-masing. Dalam hal-hal khusus dibuat sistem tabungan
saluran pembawa dan pembuang. Keuntungan sistem gabungan adalah pemanfaatan air
lebih ekonomis dan biaya lebih murah. Kelemahannya adalah saluran semacam ini lebih
sulit diatur dan dieksploitasi, lebih cepat rusak dan menampakkan pembagian air yang
tidak merata.
Saluran-saluran dapat dilengkapi bermacam-macam bangunan yang berfungsi
untuk mempermudah pengaturan air yang berada pada saluran yang lebih kecil atau
pada petak sawah. Pada jaringan irigasi terdapat bangunan-bangunan pelengkap yang
terdiri dari :
I. Tanggul-tanggul untuk melindungi daerah irigasi dari banjir. Biasanya dibangun
disepanjang tepi sungai sebelah hulu bendung atau sepanjang saluran primer.

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

27
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

II. Kisi-kisi penyaring untuk mencegah tersumbatnya bangunan (pada sipon atau
gorong-gorong)
III. Jembatan dan jalan penghubung dari desa untuk keperluan penduduk.
Selain bagunan utama dan pelengkap terdapat bangunan pengontrol yang terdiri
dari bangunan bagi, sadap, bagi sadap, bangunan terjun, talang, got miring.
Sebelum diambil keputusan, terlebih dahulu dicek apakah apakah daerah ini tidak
mungkin diari selamanya atau hanya untuk sementara saja. Jika sudah pasti tidak bisa
ditanami, daerah ditandai pada peta. Daerah semacam ini dapat digunakan sebagai
pemukiman, pedesaan, dan daerah lai selain persawahan/perkebunan.
Dalam pembagian petak tersier dan kuarter harus diperhatikan keadaan lapangan
dan batas-batas alam yang ada misalnya saluran-saluran lama, sungai, jalan raya, kereta
api dan sebagainya. Perencanaan jaringan irigasi mempertimbangkan faktor-faktor
seperti medan lapangan, ketersediaan air dan lain-lain. Sebelum merencanakan suatu
daerah irigasi terlebih dahulu harus diadakan penyelidikan mengenai jenis-jenis tanah
pertanian yang akan dikembangkan, bagian yang akan dilewati jaringan irigasi (kontur,
sungai, desa, dan lainnya). Keseluruhan proses tersebut harus mempertimbangkan
faktor ekonomis dan dampak setelah serta sebelum pelaksanaan proyek.
Dasar tiap-tiap sistem adalah membawa air irigasi ke tempat yang mungkin diairi.
Daerah yang tidak dapat diari dapat digunakan sebagai daerah non persawahan misalnya
perumaha. Sistem yang direncanakan harus mudah dimengerti dan memperhatikan
faktor pemberian air serta pemanfaatan daerah yang lebih efektif. Data yang
dibutuhkan untuk daerah perencanaan daerah irigasi adalah keadaan topografi,
gambaran perencanaan atau pelaksanaan jaringan utama, kondisi hidrometeorologi
untuk menentukan kebutuhan air irigasi atau pembuangan, serta daerah-daerah
tergenang atau kering.
Saluran irigasi direncanakan dengan mempertimbangkan garis kontur, sistem
irigasi menggunakan sistem grafitasi, yaitu air mengalir karena gaya tarik bumi dari
tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah. Sebagai contoh, saluran pembawa biasanya
dibuat sejajar searah dengan kontur yang akan mengalirkan air dari puncak bagian atas
menuju ke bawah melalui lembah kontur.

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

28
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

Gambaran Daerah Rencana


Sistem jaringan irigasi yang akan direncanakan digambar terlebih dahulu. Hal
penting dalam penggambaran adalah pengetahuan tentang peta. Degan pertolongan peta
dapat diketahui daerah irigasi rencana, letak tempat-tempat, jalan kereta, aliran sungai
dan lain-lain. Tahapan dalam perencanaan adalah pendahuluan dan tahap perencanaan
akhir.
Dalam peta tergambar garis kontur daerah ini. Dari garis kontur terlihat bahwa
topografi daerah tidak terlalu datar. Pada beberapa daerah terdapat cekungan-
cekungan dan bukit-bukit. Elevasi tertinggi adalah 110 dan elevasi terendah adalah
92,5. Pada daerah ini terdapat satu sungai besar yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber air pada daerah irigasi. Daerah tepi sungai adalah daerah yang potensial untuk
daerah persawahan sehingga darah ini sebagian besar digunakan untuk petak tersier.
Jenis tanah daerah ini adalah loam yang sangat baik untuk pertumbuhan tanaman.
Petak yang diambil sebagai percontohan adalah petak tersier. Petak ini
kemudian digambar detail dengan skala 1: 2500.

Lay Out Jaringan Irigasi


Lay Out jaringan irigasi adalah suatu cara yang membedakan bagian-bagian
yang terdapat dalam irigasi bentuknya serupa Lay Out Map. Lay Out Map berisi skema
jaringan irigasi. Tujuan pembuatan skema jaringan irigasi adalah mengetahui jaringan
irigasi, bangunan irigasi, serta daerah-daerah yang diairi meliputi luas, nama dan debit.
1. Bangunan utama (head work)
2. Sistyem saluran pembawa (irigasi)
3. Sistem saluran pembuang (drainase)
4. Primer unit, sekunder unit, tersier unit.
5. Lokasi bangunan irigasi
6. Sistem jalan
7. Non irigated area (lading)
8. Non irigatable area (tidak dapat dialiri)
Misalnya :
1) Daerah dataran tinggi

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

29
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

2) Rawa (daerah yang tergenang)


Saluran pembawa adalah saluran yang membawah air irigasi dari bangunan utama
ke petak-petak sawah. Ada empat macam saluran pembawa, yaitu saluran primer,
sekunder, tersier, dan kuarter.
Prinsip pembuatan saluran primer adalah direncanakan bedasarkan titik elevasi
tertinggi dari daerah yang dapat dialiri. Jika daerah yang dialiri diapit oleh dua buah
sungai, maka saluran dibuat mengikuti garis prmisah air. Saluran sekunder
direncanakan melalui punggung kontur.
Selain saluran pembawa, pada daerah irigasi harus terdapat saluran pembuang.
Saluran pembuang dibuat untuk menampung buangan (kelebihan) air dari petak sawah.
Sistem pembuangan ini disebut sistem drainase. Tujuan sistem drainase adalah
mengeringkan sawah, membuang kelebihan air hujan, dan membuang kelebihan air
irigasi. Saluran pembuangan di buat di lembah kontur.
Tata warna peta adalah :
▪ § Biru untuk jaringan irigasi
▪ § Merah untuk jaringan pembuang
▪ § Cokelat untuk jaringan jalan
▪ § Kuning untuk daerah yang tidak dialiri
▪ § Hijau untuk perbatasan Kabupaten, Kecamatan, desa dan kampung
▪ § Merah untuk tata nama bangunan
▪ § Hitam untuk jalan kereta api
Skala Lay Out Map
▪ General Lay Out Map dan Topographic map adalah 1 : 5000
▪ Skema irigasi adalah 1 : 10000
▪ Skema unti tersier adalah 1 : 5000 atau 1 : 2000
Standarisasi jaringan ukuran gravitasi :
➢ Ukuran petak tersier 50 – 100 Ha
➢ Ukuran petak kuartier adalah 8 – 15 Ha
➢ Panjang saluran tersier adalah 1500 km
➢ Panjang saluran kuartier adalah 500 km
➢ Jarak saluran kuartier ke pembangan adalah 300 km

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

30
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

Dasar perencanaan lahan untuk jaringan irigasi adalah unit tersier. Petak tersier
adalah petak dasar disuatu jaringan irigasi yang mendapatkan air irigasi dari suatu
bangunan sadap tersier dan dilayani suatu suatu jaringan tersier. Faktor-faktor yang
harus dipertimbangkan dalam pembuatan Lay Out tersier adalah :
a. Luas petak tersier
b. Batas-batas petak
c. Bentuk yang optimal
d. Kondisi medan
e. Jaringan irigasi yang ada
f. Eksploitasi jaringan

Batas-batas untuk perencanaan lahan untuk daerah irigasi


1. Batas alam
• Topografi (puncak gunung)
• Sungai
• Lembah
➢ Batas Administrasi
Untuk perencanaan detail jaringan pembawa dan pembuang diperlukan peta
topografi yang akurat dan bisa menunjukkan gambarangambaran muka tanah yang ada.
Peta topografi tersebut bisa dieroleh dari hasil pengukura topografi atau dari foto udara.
Peta teesebut mencakup informasi yang berhubungan dengan :
• Garis kontur dengan interval
• Batas petak yang akan dicat
• Tata guna tanah, saluran pembuang dan jalan yang sudah ada serta bangunannya
• Tata guna tanah administratif
Garis kontur pada peta menggambarkan medan daerah yang akan direncanakan.
Topografi suatu daerah akan menentukan Lay 0ut serta konfigurasi yang paling efektif
untuk saluran pembawa atau saluran pembuang. Dari kebanyakan tipe medan Lay Out
yang cocok digambarkan secara sistematis. Tiap peta tersier yang direncanakan terpisah
agar sesuai dengan batas alam dan topografi. Dalam banyak hal biasanya dibuat
beberapa konfigurasi Lay Out jaringan irigasi dan pembuang.

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

31
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

Klasifikasi tipe medan sehubungan dengan perencanaan daerah irigasi :


I. Medan terjal kemiringan tanah 2 %
Medan terjal dimana tanahnya sedikit mengandung lempun rawan erosi
karena aliran yang tidak terkendali. Erosi terjadi jika kecepatan air pada saluran
lebih batas ijin.hal ini menyebabkan berkurangnya debit air yang lewat, sehingga
luas daerah yng dialiri berkurang.Lay Out untuk daerah semacam ini dibuat
dengan dua alternatif. Kemiringan tercuram dijumpai dilereng hilir satuan primer.
Sepasang saluran tersier menggambil air dari saluran primer di kedua sisi saluran
sekunder.
Saluran tersier pararel dengan saluran sekunder pada satu sisi dan
memberikan airnya ke saluran kuarter garis tinggi, melalui boks bagi kedua
sisinya.
II. Medan gelombang, kemiringan 0,25-2,3%
Kebanyakan petak tersier mengambil airnya sejajar dengan saluran
sekunder yang akan merupakan batas petak tersier pada suatu sisi. Batas untuk sisi
yang lainnya adalah saluran primer. Jika batas-batas alam atau desa tidak ada,
batas alam bawah akan ditentukan oleh trase saluran garis tinggi dan saluran
pembuang. Umumnya saluran yang mengikuti lereng adalah saluran tersier.
Biasanya saluran tanah dengan bangunan terjun di tempat-tempat tertentu. Saluran
kuarter akan memotong lereng tanpa bangunan terjun dan akan memberikan air
karena bawah lereng. Kemungkinan juga untuk memberikan air ke arah melintang
dari sawah satu ke sawah yang lain.
III. Medan berombak, kemiringan tanahnya 0,25-2% umumnya kurang dari 1%
Saluran tersier diatur letaknya di kaki bukit dan memberikan air dari salah
satu sisi. Saluran kuarter yang mengalir paralel atau dari kedua sisi saluran kuarter
yang mungkin mengalir ke bawah punggung medan. Saluran pembuang umumnya
merupakan saluran pembuang alami yang letaknya cukup jauh dari saluran irigasi.
Saluran pembuang alami biasanya akan dilengkapi sistem punggung medan dan
sistem medan. Situasi dimana saluran irigasi harus melewati saluran pembuang
sebaiknya harus dihindari.
IV. Medan sangat datar, kemiringan tanah 0,25%

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

32
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

Bentuk petak irigasi direncanakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai


berikut:
▪ Bentuk petak sedapat mungkin sama lebar dan sama panjang karena bentuk
yang memanjang harus dibuat saluran tersier yang panjang akan
menyulitkan pemeriksaan pemberian air dan pemeliharaan juga
menyebabkan banyaknya air yang hilang karena rembesan ke dalam tanah
dan bocoran keluar saluran.
▪ Petak yang panjang dengan saluran tersier ditengah-tengah petak tidak
memberi cukup kesempatan pada air untuk meresap kedalam tanah karena
jarak pengangkut yang terlalu pendek.
▪ Tiap petak yang dibuat harus diberi batas nyata dan tegas agar tidak terjadi
keraguan dalam pemberian air.
▪ Tiap bidang tanah dalam petak harus mudah menerima dan membuang air
yang sudah tidak berguna lagi.
▪ Letak petak berdekatan dengan tempat-tempat pintu pengambilan.
Maksudnya agar pemeriksaan pemberian air pada intake tersier mudah
dijalani petugas.
Di beberapa petak tersier ada bagian-bagian yang tidak diairi karena berbagai
alasan, misalnya :
• Jenis tanah tidak cocok untuk pertanian
• Elevasi tanah terlalu tinggi
• Tidak ada petani penggarap
• Tergenang air
Daerah semacam ini ditandai dengan warna kuning.
Kecocokan tanah di seluruh daerah dipelajari dan dibuat rencana secara optimal
sehingga dapat diputuskan bentuk jaringan tersiernya.

Keadaan Topografi
Untuk perencanaan detail jaringan irigasi tersier dan pembuang, diperlukan peta
topografi yang secara akurat menunjukkan gambaran muka tanah yang ada. Untuk
masing-masing jaringan irigasi dan digunakan titik referensi dan elevasi yang sama.

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

33
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

Peta-peta ini dapat diperoleh dari hasil-hasil pengukuran topografi (metode terestris)
atau dari foto udara (peta ortofoto). Peta-peta ini harus mencakup informasi yang
berkenaan dengan :
▪ Garis-garis kontur
▪ Batas-batas petak sawah
▪ Tata guna lahan
▪ Saluran irigasi, pembuang dan jalan-jalan yang ada beserta bangunannya
▪ Batas-batas administratif (desa, kampung)
▪ Rawa dan kuburan
▪ Bangunan
Skala peta dan interval garis-garis kontur bergantung kepada keadaan topografi :
Kontur Medan Kemiringan Medan Skala Interval
Sangat Datar <0,25 % 1: 5000 0,25
Datar 0,25 - 1,0 % 1 : 5000 0,5
Bergelombang 1-2% 1 : 2000 0,5
Terjal >2 % 1 : 2000 1,0
Tabel definisi Medan untuk Topografi Makro
Selain itu juga akan diperhatikan kerapatan atau densitas titik-titik di petak-
petak sawah agar arah aliran antar petak dapat ditentukan. Peta ikhtisar harus disiapkan
dengan skala 1 : 25000 dengan lay out jaringan utama dimana petak tersier terletak. Peta
ini harus mencakup trase saluran pembuang, batas-batas petak tersier dan sebagainya.
Untuk penjelasan yang lebih rinci mengenai pengukuran dan pemetaan, lihat
persyaratan teknis untuk Pemetaan Terestris dan pemetaan ortofoto.

Gambar-gambar Perencanaan Jaringan yang ada ( As Built drawing)


Di daerah-daerah yang sudah ada fasilitas irigasinya, diperlukan data-data
perencanaan yang berhubungan dengan daerah-daerah irigasi, kapasitas saluran irigasi
dan muka air maksimum dari saluran-saluran yang ada dan gambar-gambar
purbalaksanan (kalau ada), untuk menentukan tinggi muka air dan debit rencana. Jika
data-data ini tak tersedia, maka untuk menentukan tinggi muka air rencana pada pintu
sadap dan elevasi bangunan sadap lainnya harus dilaksanakan pengukuran.

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

34
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

Skema Sistem Jaringan Irigasi


Skema jaringan irigasi merupakan penyederhanaan dari tata letak jaringan
irigasi yang menunjukkan letak bangunan irigasi yang penting. Skema jaringan irigasi
mempertimbangkan hal sebagai berikut :
▪ Saluarn primer, sekunder dan bangunan sadap menuju saluran tersier
digambar terlebih dahulu dengan lambang sesuai ketentuan.
▪ Tiap ruas saluran diantara saluran menunjukkan luas daerah yang diairi.
Panjang saluran disesuaikan dengan panjang sesungguhnya dan
kapasitasnya.
▪ Tiap bangunan sadap diberi nama bangunan, luas, kapasitas bangunan serta
saluran yang akan diari.
▪ Lokasi dan nama pembendung air ditulis.
▪ Arah aliran sungai ditunjukkan.
▪ Ditulis juga nama bangunan pelengkap serta bangunan kontrol lainnya

Petak Tersier Percontohan


Perencanaan jaringan irigasi tersier harus sedemikian sehingga pengelolaan air
dapat dilaksanakan dengan baik. Untuk mendapatkan hasil perencanaan yang baik perlu
diperhatikan hal sebagai berikut :

Petak Tersier Ideal


Petak tersier ideal adalah petak yang masing-masing pemilik sawahnya memiliki
pengambilan sendiri dan dapat membuang kelebihan air langsung ke jaringan
pembuang. Para petani dapat mengangkut hasil pertanian dan peralatan mesin atau
ternaknya dari dan kesawah melalui jalan petani yang ada.

Ukuran Petak Tersier dan Kuarter


Ukuran optimum suatu petak tersier adalah 50-100 ha. Ukuran ini dapat
ditambah sehingga 15 ha, jika keadaan topogrfi memaksa. Di petak tersier yang
berukuran kecil, efisiensi irigasi akan lebih tinggi karena :
✓ Diperlukan titik pembagi yang lebih

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

35
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

✓ Saluran-saluran yang lebih pendek menyebabkan kehilangan air yang kecil


✓ Lebih sedikit petani yang terlibat kerja sama lebih baik
✓ Pengaturan air yang lebih baik sesuai dengan kondisi tanaman
✓ Perencanaan lebih fleksibel sehubungan dengan batas-batas desa
Kriteria umum untuk pengembangan petak tersier :
Ukuran petak tersier : 5-100 hektar
Ukuran petak kuarter : 8-15 hektar
Panjang saluran tersier : 1500 meter
Panjang saluarn kuarter : 500 meter
Jarak antara saluran kuarter dan pembuang : 300 meter

Batas Petak
Batas berdasarkan pada kondisi topografi. Daerah itu hendaknya diatur sebaik
mungkin, sedemikian hingga satu petak tersier terletak dalam satu daerah administratif
desa agar eksploitasi dan pemeliharaan jaringan lebih baik.
Jika ada dua desa di petak tersier yang sangat luas maka dianjurkan untuk
membagi petak-petak tersebut menjadi dua petak subtersier yang berdampingan sesuai
dengan daerah desa masing-masing.
Batas-batas petak kuarter biasanya akan berupa saluran irigasi dan pembuangan
kuarter yang memotong kemiringan medan dan saluran irigasi serta pembuangan
kuarter yang memotong kemiringan medan. Jika mungkin batas ini bertepatan dengan
batas-batas hak milik tanah.

3.2 Menentukan Kebutuhan Air Irigasi


3.2.1 Menghitung Besarnya Evapotranspirasi Tanaman Pada Daerah Irigasi Dengan
Metode Penman
Kebutuhan air suatu tanaman dapat didefinisikan sebagai “jumlah air yang
diperlukan untuk memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi (ET-tanaman)
tanaman yang sehat, tumbuh pada sebidang lahan yang luas dengan kondisi tanah yang
tidak mempunyai kendala (kendala lengas tanah dan kesuburan tanah) dan mencapai

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

36
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

potensi produksi penuh pada kondisi lingkungan tumbuh tertentu”. Untuk menghitung
ET-tanaman direkomendasikan suatu prosedur tiga tahap, yaitu:
1) Pengaruh iklim terhadap kebutuhan air tanaman diberikan oleh ETo
(evapotranspirasi tanaman referensi), yaitu “laju evapotranspirasi dari
permukaan berumput luas setinggi 8-15 cm, rumput hijau yang tingginya
seragam, tumbuh aktif, secara lengkap menaungi permukaan tanah dan tidak
kekurangan air”. Empat metode yang dapat digunakan adalah Blaney-Criddle,
Radiasi, Penman dan Evaporasi Panci, dimodifikasi untuk menghitung ETo
dengan menggunakan data iklim harian selama periode 10 atau 30 hari.
2) Pengaruh karakteristik tanaman terhadap kebutuhan air tanaman diberikan oleh
koefisien tanaman (kc) yang menyatakan hubungan antara ETo dan ET tanaman
(ETtanaman = kc . ETo). Nilai-nilai kc beragam dengan jenis tanaman, fase
pertumbuhan tanaman, musim pertumbuhan, dan kondisi cuaca yang ada.
3) Pengaruh kondisi lokal dan praktek pertanian terhadap kebutuhan air tanaman,
termasuk variasi lokal cuaca, tinggi tempat, ukuran petak lahan, adveksi angin,
ketersediaan lengas lahan, salinitas, metode irigasi dan kultivasi tanaman.
Kebutuhuan air tanaman berhubungan dengan Penggunaan Konsumtif.Penggunaan
konsumtif adalah jumlah total air yang dikonsumsi tanaman untukpenguapan
(evaporasi), transpirasi dan aktivitas metabolisme tanaman.Kadang-kadang istilah itu
disebut juga sebagai evapotranspirasi tanaman.Jumlah evapotranspirasi kumulatif
selama pertumbuhan tanaman yang harus dipenuhi oleh air irigasi, dipengaruhi oleh
jenis tanaman, radiasi surya, sistim irigasi, lamanya pertumbuhan, hujan dan faktor
lainnya.Jumlah air yang ditranspirasikan tanaman tergantung pada jumlah lengas yang
tersedia di daerah perakaran, suhu dan kelembaban udara, kecepatan angin, intensitas
dan lama penyinaran, tahapan pertumbuhan, tipe dedaunan.
Secara tidak langsung dengan menggunakan rumus empirik berdasarkan data
unsurcuaca, pertama perlu menduga nilai evapotranspirasi tanaman acuan1 (ETo). ETo
adalah jumlah air yang dievapotranspirasikan oleh tanaman rumputan dengan tinggi
15~20 cm, tumbuh sehat, menutup tanah dengan sempurna, pada kondisi cukup air. Ada
berbagai rumus empirik untuk pendugaan evapotranspirasi tanaman acuan (ETo)
tergantung pada ketersediaan data unsur cuaca. Akhir-akhir ini (1999) FAO

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

37
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

merekomendasikan metoda Penman-Monteith untuk digunakan jika data iklim tersedia


(suhu rerata udara harian, jam penyinaran rerata harian, kelembaban relatif rerata harian,
dan kecepatan angin rerata harian.Selain itu diperlukan juga data letak geografi dan
elevasi lahan di atas permukaan laut.
Selanjutnya untuk mengetahui nilai ET tanaman tertentu maka ETo dikalikan
dengannilai Kc yakni koefisien tanaman yang tergantung pada jenis tanaman dan tahap
pertumbuhan. Nilai Kc tersedia untuk setiap jenis tanaman.
𝐄𝐓 = 𝐊𝐜 𝐱 𝐄𝐓𝐨
Keperluan air untuk ET ini dipenuhi oleh hujan efektif (Re) dan kalau tidak cukup
oleh air irigasi. Keperluan air irigasi atau IR dinyatakan dengan persamaan:

𝐈𝐑 = 𝐄𝐓 + 𝐏𝐝 + 𝐏&𝐈 – 𝐑𝐞

Pd = Kebutuhan air untuk pengolahan lahan.


P&I = Kehilangan air akibat perkolasi dan infiltrasi.
Re = Hujan efektif.

3.2.2 Menentukan Kebutuhan Air Irigasi


Unsur Klimatologi Satuan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Temp. Maks. Rata-rata C 27.5 28.4 28.1 28.4 28.2 27.7 26.6 27 28.1 29.6 28.3 26.9
Temp. Min. Rata-rata C 21 18 20.4 21.4 21 21.6 19.2 17.7 18.4 19.4 20.1 20.1
Lembab Nisbi Rata-rata % 83 80 83 80 79 81 77 72 68 69 78 84
Lembab Nisbi Maks. % 94 92 82 93 91 94 92 88 85 87 92 81
Lembab Nisbi Min. % 55 54 49 51 52 57 54 27 20 31 37 46
Penyinaran Matahari % 32 50 56 57 58 57 63 78 85 73 51 31
Kecepatan Angin Km/jam 6 6 5.8 5.8 6.2 5.7 7.3 8.5 8.8 8.9 6.5 5.5

Data dengan Daerah Irigasi


a. Menghitung besar evapotranspirasi tanaman pada daerah irigasi tersebut dengan
menggunakan Metode Penman (menggunakan software Cropwat)
Rumus : 𝐄𝐓 = 𝐊𝐜 𝐱 𝐄𝐓𝐨

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

38
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

➢ Mencari nilai ETo

ETo Maks

ETo yang maksimum yang didapat = 5,18 mm/hari

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

39
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

Sumber : Hidrologi untuk pengairan, Suyono Sosrodarsono.

Diambil Harga Koefisien Tanaman (Kc) untuk perioda penanaman padi di


daerah Jawa Timur (Brantas, Sempor dan Gumbasa) penggunaan metode Penman dan
masa pertumbuhan tanaman padi selama 2 Bulan (60 Hari), didapat nilai Kc = 1,15
𝐸𝑇 = 𝐾𝑐 𝑥 𝐸𝑇𝑜

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

40
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

𝐸𝑇 = 1,15 𝑥 5,18
𝐸𝑇 = 5,957 𝑚𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖

b. Menghitung Kebutuhan Air Irigasi (IR)

IR = ET + Pd + P&I – Re

Dimana :
Pd : Kebutuhan air untuk pengolahan lahan.
P&I : Kehilangan air akibat perkolasi dan infiltrasi.
Re : Hujan efektif.
ET : Kebutuhan Air Tanaman

• Kehilangan Air akibat Perlokasi dan Infiltrasi (P&I)

Sumber : KP-01 Spesifikasi Teknis Kriteria Perencanaan Irigasi, Tabel A.1.4

Diasumsikan tanah yang ada di sawah termasuk kelompok jenis tanah B dengan
potensi aliran permukaan sedang, maka nilai yang diambil :
P&I = 0.5 mm/jam x 24 jam
P&I = 12 mm/hari
• Kebutuhan Air untuk Pengolahan Lahan (Pd)

𝑀. 𝑒 𝑘
𝑃𝑑 =
𝑒𝑘 − 1

Dimana :
M : kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi
di sawah yang sudah dijenuhkan. (mm/hari)

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

41
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

M = 𝐸𝑜 + P&I

k : Koefisien/Konstanta didapat dari :


𝑀×𝑇
𝑘=
𝑆

T : Jangka waktu penyiapan lahan,


S : Kebutuhan Air untuk penjenuhan (200-250mm) + lapisan air 50mm
Eo: Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1 x ETo selama penyiapan lahan.
**Untuk nilai T diasumsikan persiapan penanaman padi selama 1 bulan (30 hari).
**Untuk nilai S diasumsikan lahan sudah ditanami padi berulang-kali, dengan kondisi
ini keburuhan air untuk penjenuhan bernilai 200 mm + 50 mm = 250mm
➢ Menghitung Nilai M :
𝑀 = 5,957 + 12
𝑀 = 17,957 𝑚𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖
➢ Menghitung Nilai k :
17,957 × 30
𝑘 =
250
𝑘 = 2,155
Maka, Kebutuhan air untuk pengolahan lahan :
17,957 . 𝑒 2,155
𝑃𝑑 = 𝑒 2,155 −1

𝑃𝑑 = 20,311 𝑚𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖
• Nilai Hujan Efektif (Re)
Tinggi hujan yang dinyatakan dalam mm menentukan saat mulai tanam pertama
dan menentukan pula kebutuhan air irigasi. Untuk perencanaan kebutuhan air
irigasi, curah hujan efektif.
Perhitungan curah hujan didasarkan pada curah hujan tengah bulanan (15
harian), berdasarkan persamaan sebagai berikut (KP-01, 1986):

𝑅𝑒
𝑅5
= 0,7 ×
15
Dimana,
Re = Curah hujan efektif

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

42
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

𝑅5 = Curah hujan minimum tengah bulanan dengan periode ulang 5


tahun/mm
(mm/hari)
Nilai R5 didapatkan dari data online situs BMKG untuk Stasiun Geofisika Karang
Kates lingkup daerah Pasirian, Jawa Timur sebesar:
𝑅5 = 100 𝑚𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖
100
𝑅𝑒 = 0,7 𝑥 = 4,6 𝑚𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖
15
IR = ET + Pd + P&I – Re

𝑰𝑹 = 5,957 𝑚𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖 + 20,311 𝑚𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖 + 12 𝑚𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖 – 4,6 𝑚𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖


𝑰𝑹 = 33,668 𝑚𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑰𝑹 = 3.897 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/ℎ𝑎

3.3 Perencanaan Bendung Tetap


3.3.1 Elevasi Puncak Mercu
Elevasi puncak mercu direncanakan dari elevasi sawah tertinggi.
Perencanaan elevasi puncak mercu direncanakan dengan memperhatikan
beberapa hal, seperti kehilangan energi, jenis material yang terbawa serta tinggi
tekanan.
❖ Perhitungan elevasi puncak mercu dengan asumsi kehilangan energi :
➢ Dari Sal. Tersier Ke Sawah = 0,1 m
➢ Dari Sal. Sekunder Ke Tersier = 0,1 m
➢ Dari Sal. Induk Ke Sekunder = 0,1 m
➢ Akibat Kemiringan Saluran = 0,15 m
➢ Akibat Bangunan Ukur = 0,4 m
➢ Dari Intake Ke Saluran Induk = 0,2 m
➢ Kantong Sendimen = 0,1 m
➢ Tinggi Genangan = 0,15 m
➢ Eksploitasi = 0,1 m
Dari data peta pasirian ditentukan bahwa :
▪ Elevasi Sawah Tertinggi = 300 m

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

43
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

▪ Tinggi Kehilangan Energi total = 1,5 m


▪ Elevasi Puncak Bendung Perkiraan Awal = 301.5 m

❖ Perhitungan elevasi puncak mercu dengan memperhatikan tinggi tekanan :


Misal direncanakan bendung dilengkapi kantong lumpur/penangkap sedimen:
- Panjang Kantong lumpur = 80,00 m
- Kedalaman Air Kantong lumpur = 1,50 m
- Elevasi Dasar kantong lumpur hilir = 301,38 m
- Kemiringan Dasar Kantong lumpur = 0,0002 m

- Panjang saluran pengantar ke kantong lumpur = 20,00 m


- Elevasi Dasar Saluran pengantar = 302,38 m
- Kemiringan dasar saluran pengantar = 0,0002

- Elevasi muka air di kantong lumpur hilir = 302,88 m


- Elevasi muka air di kantong lumpur hulu = 301,40 m
- Elevasi muka air di belakang pintu pengambilan = 302,90 m

- Kehilangan air di intake = 0,20 m


- elevasi muka air di hulu intake = 303,10 m

- Kehilangan tekanan akibat eksploitasi = 0,10 m

- Jadi Elevasi mercu bendung = 303,20 m

Dari pertimbangan a & b di atas ditetapkan elevasi puncak mercu adalah: 303,2m

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

44
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

303.2 m
302.9 m

301.5 m

300.5 m

Desain Elevasi Puncak Bendung Rencana


- Perhitungan Elevasi Dasar Pintu Pengambilan = Elevasi dasar sungai +
tinggi aman yang diperlukan agar sedimen tidak terbawa masuk ke aliran.
Saat Banjir, sungai banyak membawa : Pasir kasar, menurut KP 02. 1986
Hal 111, tinggi aman elevasi ambang sungai = 1m
Maka Elevasi Dasar Pintu Pengambilan Rencana = 302,38m + 1m
= 303,38 m
- Menurut KP 01, 1986 Hal 86, Elevasi Bukaan maksimum pintu
pengambilan sekurang-kurangnya 0.1m dibawah elevasi puncak bendung
dan tinggi bukaan maksimum pengambilan diperkirakan 0.4-1.4m.

3.3.2 Profil Bendung


Profil bendung dirancang sehingga bendung dapat berfungsi sebagai peluap,
dimana pada kondisi banjir rencana mampu melewatkan seluruh debit rencana
tersebut kearah hilir dengan aman tanpa menimbulkan luapan disebelah hulu
bendung.
▪ Perhitungan Kedalaman Air Normal Sebelum dibendung (Yn)
Menggunakan Rumus Manning :

𝑛×𝑄
= 𝐴 × 𝑅 2/3
√𝑆𝑜

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

45
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

Es = 2.387
Yn
Y
18 m
18.1
mm
Sketsa Penampang Sungai
Dengan bentuk penampang persegi seperti gambar diatas, maka :
𝑛×𝑄 𝐵 × 𝑦𝑛 2/3
= 𝐵 × 𝑦𝑛 × ( )
√𝑆𝑜 𝐵 + 2𝑦𝑛
Keterangan:
A = Luas penampang basah (m2)
So = Kemiringan sungai
n = Koefisien Kekasaran Manning
Q = Debit banjir rancangan (m3/s)
B = Lebar sungai (m)

0.03×50 18×𝑦𝑛
= 18 × 𝑦𝑛 × (18+2𝑦𝑛)2/3
√0.001

Dengan cara ‘Goal Seek’ pada Microsoft Excel, didapatkan kedalaman normal
saluran sebelum dibendung : Yn = 2.3214 m

▪ Perhitungan Energi Spesifik Sebelum dibendung (Es)


𝑄2
𝐸𝑠 = 𝑌𝑛 + 2×𝑔×𝐵2 ×𝑌𝑛2

502
𝐸𝑠 = 2.3214 + 2×9,81×152 ×2,3214 2

Didapatkan nilai Energi Spesifik (Es) = 2.3944

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

46
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

2,3944
2,3124 m

18
mm

Profil Aliran Sungai sebelum dibendung

▪ Perencanaan Puncak Bendung


Tujuan perencanaan bendung adalah untuk meningkatkan tinggi muka air di
hulu supaya air dapat mengalir ke saluran irigasi. Sebelumnya sudah
diketahui tinggi mercu (p) berdasarkan tinjauan elevasi dari kehilangan energi
dan tinggi tekanan yang diketahui sebesar : p = 2.7 m
Sungai akan terbendung jika kenaikan dasar sungai > kenaikan dasar sungai
kritis.

𝛥𝑍 > 𝛥𝑍𝑐𝑟
- Menghitung nilai Kedalaman Kritis (𝑌𝑐𝑟) ∶

3 𝑄2
𝑌𝑐𝑟 = √
𝑔𝐵 2

3 502
𝑌𝑐𝑟 = √
9.81𝑥182

𝑌𝑐𝑟 = 0.9231 𝑚
- Menghitung Nilai Energi Spesifik Kritis (EScr) :

𝐸𝑆𝑐𝑟 = 1.5 × 𝑌𝑐𝑟


𝐸𝑆𝑐𝑟 = 1.5 × 0.9231
𝐸𝑆𝑐𝑟 = 1.3846

- Menghitung nilai kenaikan dasar kritis (𝛥𝑍𝑐𝑟) ∶

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

47
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

𝛥𝑍𝑐𝑟 = 𝐸𝑆 − 𝐸𝑆𝑐𝑟

𝛥𝑍𝑐𝑟 = 2.3944 − 1.3846


𝛥𝑍𝑐𝑟 = 1.0098 𝑚

- Cek Kondisi ΔZ > ΔZcr :


2.7 m > 1.0098 m (OK !!)
Bendung berfungsi, terjadi kenaikan tinggi muka air di hulu sungai
▪ Perhitungan Dimensi Bendung :

Q = Cd Beff 23 H11.5 2
3 g

Keterangan :
Q = Debit banjir rencana (m3/det)
Cd = Koefisien Debit (Cd = C0 C1 C2)
Beff = Lebar Efektif Bendung (m)
H1 = Tinggi Eneri di atas mercu
- Menghitung Nilai Lebar Efektif Bendung (Beff) :

𝐵𝑒𝑓𝑓 = 𝐵 − 2(𝑁 × 𝐾𝑝 + 𝐾𝑎) 𝐻1

Keterangan :
B = Lebar Mercu Bendung Netto (m)
N = Jumlah Pilar
Kp = Koefisien Kontraksi Pilar
Ka = Koefisien Kontraksi Abutmen
H1 = Tinggi Energi di atas mercu.
𝐵𝑒𝑓𝑓 = 18.1 − 2(2 × 0.01 + 0.1)𝐻1

Perhitungan awal menggunakan Nilai H1 = EScr = 1.3795 didapat :


𝐵𝑒𝑓𝑓 = 17.7689 𝑚
- Coba-coba Nilai Cd untuk kontrol nilai Beff dan H1 dan mendapat nilai Q
yang sama :
Cd yang digunakan = 1.02

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

48
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

2 2
50 = 1.02 𝑥 (18.1 − 0.24𝐻1 ) × 𝐻11.5 √ × 9.81
3 3

Dengan fungsi ‘Goal Seek’ pada Microsoft Excel, didapatkan nilai Beff
dan H1 :
𝐻1 = 1.3795 (OK!!)
𝐵𝑒𝑓𝑓 = 18.1– 0.24(1.3795)
𝐵𝑒𝑓𝑓 = 17.7689 𝑚 (OK!!)

- Perhitungan Tinggi Air Diatas Mercu Bendung (h) :


2
ℎ = 𝐻
3 1
2
ℎ = × 1.3795
3
ℎ = 0.92 𝑚

- Perhitungan Jari-jari Mercu (r) Untuk Bendung Terbuat dari Pasangan


Batu :
𝑟 = 0.7 × 𝐻1
𝑟 = 0.7 × 1.3795
𝑟 = 0.97 𝑚

- Perhitungan Debit per-satuan lebar efektif bendung (q) :


𝑄
𝑞 =
𝐵𝑒𝑓𝑓
50
𝑞 =
17.7689
𝑞 = 2.81 𝑚2/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

49
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

▪ Gambar Dimensi Bendung

0.97
0,97 m
m

1.73 mm
1,73
m 45°

Gambar Dimensi Desain Bendung Rencana

3.3.3 Profil Aliran


Profil mercu yang digunakan adalah tipe bulat 1 jari-jari, dengan besar
jari-jari : 0.7H1, dari data sebelumnya didapatkan jari-jari bendung sebesar : r =
0.8917 m.
▪ Aliran di atas Mercu Bendung
- Perhitungan Tinggi Energi di atas Mercu Bendung (H1)
Diketahui Cd = 1.02 dan Beff = 20.0943 m. Tinggi Energi di hulu bendung
(H₁) :

Q = Cd Beff 23 H11.5 2
3 g

Dengan fungsi Goal Seek pada Microsoft Excel, didapat H₁ = 0,8605 m

- Perhitungan Tinggi Aliran di Puncak Bendung (Y₁) :


𝑄
𝑌1 =
𝐵√2𝑔(0.5𝐻1+1)

50
𝑌1 =
18√2 𝑥 9.81(0.5𝑥1.3795+2,7)

𝑌1 = 0.341 m
▪ Loncatan Hidrolik
- Perhitungan Kecepatan Awal Loncat Air (V1) :
𝑞
𝑉1 = 𝑌1

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

50
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

Keterangan :
H1 = Tinggi Energi diatas Mercu
p = Tinggi Mercu (m)
2,778
𝑉1 = 0.341

v = 8,155 m/det

- Perhitungan kedalaman air di awal loncatan (Yu) :


𝑞
𝑌𝑢 = 𝑉
1

2.778
𝑌𝑢 = 8,155

𝑌𝑢 = 0.3406 𝑚

- Perhitungan Besar Nilai Froud Number (Fr) :


𝑣
𝐹𝑟 = hz = y1
√𝑔.ℎ𝑧

8.155
𝐹𝑟 =
√9.81𝑥0.341
Fr = 4,4614 (Aliran Super Kritis)

- Perhitungan Kedalaman Konjugasi (Y2) :


1
𝑌2 = 2 (√1 + 8𝐹𝑟 2 − 1)𝑌1
1
Y2 = 2 (√1 + 8 𝑥 4,4614 2 − 1) 𝑥0.341

Y2 = 1,9855 m

▪ Tinggi Energi di Hilir Bendung


- Kecepatan Air setelah Loncat Air (V2) :
𝑄
𝑉2 = 𝐵 𝑥 𝑌
2

50
V2 = 2,778 𝑥 1,9855

V2 = 1.399 m/s

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

51
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

- Garis Energi di Hilir Bendung (H2) :


𝑉2 2
𝐻2 = 𝑌2 + 2𝑔

1.399 2
H2 = 1,9855 + 2𝑥9.81

H2 = 2,085 m

3.3.4 Struktur Bawah


Perencanaan kolam olakan diambil dari KP-02 dengan merencanakan jenis
aliran tenggelam (y2 > 2/3 H1). Pada Gambar 3.3 disajikan sketsa perencanaan
penampang kolam olakan pada umumnya.

Gambar 2.5 Sketsa Penampang Kolam Olakan Secara Umum

▪ Kecepatan Aliran
Berdasarkan Teori :
𝑉𝑧 = √2𝑔 (0.5 𝐻1 + 𝑍𝑛 )

𝑌 = √𝑟 2 − (𝑥 − 𝑥 ′ )2 + (𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘 𝑀𝑒𝑟𝑐𝑢)


Diketahui, Tinggi Energi (H₁) = 1,27 m. Dengan asumsi koordinat
bendung di bawah, didapat kecepatan (Vz) dan tinggi profil bendung (Yn)
dengan interval 0,1 m.

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

52
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

Profil
Elevasi Profil
X z hz Vz Fr Aliran
Dasar Sungai Bendung (y)
(y+hz)
-2 300,5 300,5
-1,5 300,5 300,5
-1 300,5 300,5
-0,97 300,5 300,5
-0,97 300,5 302,23
-0,9 300,5 302,60
-0,8 300,5 302,78
-0,7 300,5 302,90
-0,6 300,5 302,99
-0,5 300,5 303,06
-0,4 300,5 303,12
-0,3 300,5 303,15
-0,2 300,5 303,18
-0,1 300,5 303,20
0 300,5 303,20 0,0000 0,7551 3,726582 1,369232 303,96
0,1 300,5 303,19 0,0052 0,7523 3,740581 1,376954 303,95
0,2 300,5 303,18 0,0209 0,7439 3,782721 1,400288 303,92
0,3 300,5 303,15 0,0478 0,7302 3,853497 1,439771 303,88
0,4 300,5 303,11 0,0867 0,7117 3,953961 1,496441 303,82
0,5 300,5 303,06 0,1395 0,6886 4,08614 1,572102 303,75
0,6 300,5 302,99 0,2090 0,6615 4,253913 1,669913 303,65
0,68 300,5 302,92 0,2800 0,6368 4,418736 1,767901 303,56
0,78 300,5 302,82 0,3800 0,6063 4,640969 1,902935 303,43
0,88 300,5 302,72 0,4800 0,5798 4,853035 2,034844 303,30
0,98 300,5 302,62 0,5800 0,5565 5,056216 2,16396 303,18
1,08 300,5 302,52 0,6800 0,5358 5,251541 2,290557 303,06
1,18 300,5 302,42 0,7800 0,5173 5,439857 2,414861 302,94
1,28 300,5 302,32 0,8800 0,5005 5,621869 2,537067 302,82
1,38 300,5 302,22 0,9800 0,4853 5,79817 2,657341 302,71
1,48 300,5 302,12 1,0800 0,4714 5,969266 2,775827 302,59
1,58 300,5 302,02 1,1800 0,4586 6,135593 2,892649 302,48
1,68 300,5 301,92 1,2800 0,4468 6,297528 3,007919 302,37
1,78 300,5 301,82 1,3800 0,4359 6,455403 3,121735 302,26
1,88 300,5 301,72 1,4800 0,4257 6,609508 3,234183 302,15
1,98 300,5 301,62 1,5800 0,4163 6,7601 3,345343 302,04
2,08 300,5 301,52 1,6800 0,4074 6,90741 3,455285 301,93
2,18 300,5 301,42 1,7800 0,3990 7,051644 3,564072 301,82
2,28 300,5 301,32 1,8800 0,3912 7,192986 3,671764 301,71
2,38 300,5 301,22 1,9800 0,3838 7,331603 3,778413 301,60
2,48 300,5 301,12 2,0800 0,3768 7,467648 3,884067 301,50
2,58 300,5 301,02 2,1800 0,3702 7,601259 3,988772 301,39
2,68 300,5 300,92 2,2800 0,3639 7,732561 4,092569 301,28
FAUHAN KASYFI (195060107111052)
2,78 300,5 300,82 2,3800 0,3579 7,86167 4,195495 301,18
2,88 300,5 300,72 2,4800 0,3522 7,988694 4,297586 53301,07
2,98 300,5 300,62 2,5800 0,3468 8,113728 4,398875 300,97
3,08 300,5 300,5 2,6900 0,3411 8,249078 4,509403 300,85

12,95 300,5 300,5 2,6848 1,9855 1,417241 0,321127 302,50


1,58 300,5 302,02 1,1800 0,4586 6,135593 2,892649 302,48
1,68 300,5 301,92 1,2800 0,4468 6,297528 3,007919 302,37
1,78 300,5 301,82 1,3800 0,4359 6,455403 3,121735 302,26
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021
1,88 300,5 301,72 1,4800 0,4257 6,609508 3,234183 302,15
1,98 300,5 301,62 1,5800 0,4163 6,7601 3,345343 302,04
2,08 300,5 301,52 1,6800 0,4074 6,90741 3,455285 301,93
2,18 300,5 301,42 1,7800 0,3990 7,051644 3,564072 301,82
2,28 300,5 301,32 1,8800 0,3912 7,192986 3,671764 301,71
2,38 300,5 301,22 1,9800 0,3838 7,331603 3,778413 301,60
2,48 300,5 301,12 2,0800 0,3768 7,467648 3,884067 301,50
2,58 300,5 301,02 2,1800 0,3702 7,601259 3,988772 301,39
2,68 300,5 300,92 2,2800 0,3639 7,732561 4,092569 301,28
2,78 300,5 300,82 2,3800 0,3579 7,86167 4,195495 301,18
2,88 300,5 300,72 2,4800 0,3522 7,988694 4,297586 301,07
2,98 300,5 300,62 2,5800 0,3468 8,113728 4,398875 300,97
3,08 300,5 300,5 2,6900 0,3411 8,249078 4,509403 300,85

12,95 300,5 300,5 2,6848 1,9855 1,417241 0,321127 302,50

13,05 300,5 300,5 2,6848 1,9855 1,417241 0,321127 302,50


13,15 300,5 300,5 2,6848 1,9855 1,417241 0,321127 302,50
13,25 300,5 300,5 2,6848 1,9855 1,417241 0,321127 302,50
13,35 300,5 300,5 2,6848 1,9855 1,417241 0,321127 302,50
13,45 300,5 300,5 2,6848 1,9855 1,417241 0,321127 302,50
13,55 300,5 300,5 2,6848 1,9855 1,417241 0,321127 302,50
13,65 300,5 300,5 2,6848 1,9855 1,417241 0,321127 302,50
13,75 300,5 300,5 2,6848 1,9855 1,417241 0,321127 302,50
13,85 300,5 300,5 2,6848 1,9855 1,417241 0,321127 302,50
13,95 300,5 300,5 2,6848 1,9855 1,417241 0,321127 302,50

Tabel Perencanaan Mercu Bendung dan Aliran Rencana

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

54
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

Maka Profil Bendung dan Profil Aliran dapat digambarkan dengan grafik
berikut ini :

▪ Kedalaman Konjugasi
Kedalaman konjugasi direncanakan menggunakan persamaan, dimana
data masukannya berupa bilangan froud (Fr), dan kedalaman air di awal
loncatan (Hz). Dan sebelum kita dapat menentukan nilai kedalam konjugasi
(y2) terlebih dahulu harus menentukan kedalaman air di awal loncatan (Hz) ,
dengan data masukan seperti percepatan gravitasi (g). Kecepatan awal
loncatan (V1) dan bilangan froud (Fz). Berikut hasil perhitungan yang juga
merupakan rumus untuk menentukan yu digunakan untuk menentukan y2
𝑌2 = 𝑌𝑗𝑢𝑚𝑝 = 0,5 (√1 + 8𝐹𝑟 2 – 1) hz
𝑉𝑢
Fr = = 4,461366443
√𝑔 𝑥 𝐻𝑧

Maka, Kedalaman Konjugasi yang didapat ialah


𝑌2 = 𝑌𝑗𝑢𝑚𝑝 = 0.5 (√1 + 8(4.4614)2 – 1) 0.341 = 1,98548 m

3.3.5 Kolam Olakan


▪ Panjang Kolam Olakan
Panjang kolam olakan dihitung, dengan data masukan seperti kedalaman
konjugasi (y2) dan tinggi ambang rencana (n). berikut hasil perhitungan.
Lj = 5 𝑥 𝑌𝑗𝑢𝑚𝑝 = 5 x 1,9855 = 9,9274 m

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

55
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

3.4 Perencanaan Bangunan Pengambilan Dan Bangunan Pembilas

Perencanaan pintu pengambilan dalam KP-02 harus didasarkan pada


kebutuhan pengambilan untuk keseluruhan area irigasi. Kapasitas pengambilan
harus sekurang-kurangnya 120% dari kebutuhan pengambilan guna menambah
fleksibilitas dan memenuhi kebutuhan lebih tinggi (KP-02, hal 157). Dari
perencanaan sebelumnya telah direncanakan beberapa data:
Data Dimensi Saluran Primer :
Luas daerah irigasi netto = 922.2 Ha
Kebutuhan air sawah (q) = 3,8648 lt/det/Ha
Efisiensi Irigasi = 85 %
El. Dasar sungai dekat pintu pengambilan = 300,5 m
El. Muka tanah pada tepi sungai (tanggul) = 305 m
El. Sawah tertinggi = 300 m
Kecepatan aliran di saluran primer (v) = 2 m/det
Kehilangan tinggi energy di muka pintu (t)* = 0.1 m
*) Berdasarkan KP-02:1
Menghitung debit yang dibutuhkan untuk bangunan pengambilan :
𝑄𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ (𝐴)𝑥 𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 𝑠𝑎𝑤𝑎ℎ (𝑞)
Qkebutuhan = 922.2 Ha x 3,8648 lt/det/Ha
Qkebutuhan = 3,5641 m3/det
Debit yang direncanakan untuk bangunan pengambilan :
𝑄𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑥 1.2
𝑄𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 = 𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑖𝑟𝑖𝑔𝑎𝑠𝑖
3,5641 𝑥 1.2
𝑄𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 = 0,85

Qrencana = 5,0317 m3/det

Jadi debit yang `dibutuhkan untuk pengambilan direncanakan 5,0317m3/dt, debit


tersebut diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pengambilan yang lebih
tinggi.

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

56
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

3.4.1 Bangunan Pengambil


A. Dimensi Pintu Pengambilan
Perencanaan dimensi pintu dan pilar meliputi lebar dan jumlah yang
nantinya akan digunakan dalam bangunan pengambilan. Dalam perencanaan
sebelumnya direncanakan aliran tenggelam pada bangunan pengambilan, hal
tersebut dikarenakan untuk mengantisipasi tinggi muka air yang berubah-ubah
(KP-02, hal.154)
Dan untuk merencanakan lebar pintu atau bukaan pada bangunan
pengambilan digunakan rumus debit untuk aliran tenggelam. Dan hasil
perhitungannya sebagai berikut:
𝑄 = 𝜇. 𝑎. 𝑏√2. 𝑔. 𝑧
keterangan :
Q : Debit pengambilan (m3/det)
𝜇 : Koefisien debit untuk bukaan di bawah permukaan air dengan kehilangan
energy
a : Tinggi bukaan pintu
a = (Tinggi bendung – Elevasi bukaan maksimum – tinggi aman agar
sedimen tidak terbawa masuk)
g : Percepatan gravitasi (m/det2)
b : Lebar bukaan pintu (m)
z : Kehilangan tinggi energi bukaan (m) (z = H1-H2)
Menghitung Lebar bukaan pintu pengambilan :
5,032 = 0,8 𝑥 1,4 𝑥 𝑏√2 𝑥 9,81 𝑥 0,1
𝑏 = 4,21 𝑚
Jadi dapat direncanakan bangunan pengambilan memiliki 2 buah pilar
dengan lebar 0,5 meter dan 3 buah pintu dengan lebar 1,07 meter untuk 1
buahnya. Jadi lebar total banguna pengambilan adalah 4,21 meter. Sketsa
penampang melintang dari bangunan pengambilan disajikan pada Gambar 4.7
dan sketsa tampak atas dari bangunan pengambilan disajikan pada Gambar 4.8.

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

57
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

GAMBAR PINTU
PENGAMBILAN 1

+303.54 m
+303.49 m
2,041 m
+301.5 1,9855 m

m
+300.5 m

Gambar 4.7 Sketsa Penampang Melintang Dari Bangunan Pengambilan

3,82 m

1,07m 1,07m 1,07m

0,5m
0,5m

Gambar 4.8 Sketsa Tampak Atas Dari Bangunan Pengambilan

B. Perhitungan Dimensi Saluran Primer


Merencanakan dimensi saluran primer didasarkan pada luasan daerah irigasi
dan debit pengambilan yang telah direncanakan. Direncanakan menggunakan
saluran berbentuk trapesium.
Qr = A.V

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

58
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

keterangan :
Qr = Debit Pengambilan rencana
A = Luas saluran (m2)
V = Kecepatan air pada saluran primer
Menurut KP-02, Hal.110 kecepatan masuk sebesar 1 – 2 m/det yang
merupakan besaran perencanaan normal, diharapkan bahwa butir-butir
berdiameter 0.01 sampai 0.04m dapat masuk ke saluran.
Direncanakan V= 2 m/det
𝑄𝑟 5,0317
A= = = 2,5159 m2
𝑉 2

Jadi luas saluran primer yang dibutuhkan adalah 2,5159 m2

3.4.2 Bangunan Pembilas


Perencanaan bangunan pembilas juga harus didasarkan KP-02. Seperti yang
sudah kita ketahui, fungsi dari bangunan pembilas adalah membilas sedimen -
sedimen yang menumpuk denga cara membuka pintu pembilas secara berkala.
Perhitungan perencanaan bnagunan pembilas sebagai berikut, terdiri dari
perencanaan kecepatan aliran pada bangunan pembilas dan lebar bangunan
pembilas.
A. Lebar Pintu Pembilas
Lebar Pintu Pembilas Minimum (Bp) :
Bp = 60% x Lebar Pintu Pengambilan
= 60% x 4,21
= 2,524 m
Direncanakan pada bangunan pembilas terdiri dari 1 buah pilar berukuran
0,5 m dan 2 buah pintu berukuran 2 m > Lebar Pintu minimum = 2,5 maka
perencanaan lebar total = 2,5 m .
Kemudian lebar total yang direncanakan di kontrol terhadap syarat KP-02
Hal. 113 bahwa lebar total (b) harus diantara kondisi :
1/10 Lebar Normal Sungai ≤ b ≤ 1/6 Lebar Normal Sungai
0.1 x 20 m ≤ 2,5m ≤ 1/6 x 20
2 m ≤ 2,5m ≤ 3,3m . . . (OK !!!)
B. Kecepatan Aliran pada Pintu Pembilas
Vc = 1.5 𝑥 𝐶 𝑥√𝑑

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

59
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

keterangan :
C : Koefisien endapan material (3.2 – 5.5)
d : Diameter maksimum endapan.
Vc = 1.5 𝑥 5.5 𝑥√0.005
Vc = 0,583 m/det
Kemudian kecepatan aliran tersebut dikontrol terhadap kecepatan izin
yang harus dialirkan. Direncanakan Vcrit
Menghitung nilai hc :

3 𝑞2
ℎ𝑐 = √
𝑔
3 1,9932
ℎ𝑐 = √
9,81
ℎ𝑐 = 0,740 𝑚

Kecepatan geseran kritis :


Vcrit = √𝑔 𝑥 ℎ𝑐
Vcrit = √9,81 𝑥 0,740
Vcrit = 2,69 m/det
Kontrol kecepatan aliran :
Vcrit > Vc pembilas
2,69 m/det > 0.583 m/det ….. (OK !!!)

Jadi kecepatan aliran pada pintu pembilas direncanakan 0.583 m/det.


Dan perhitungan lebar pintu pembilas direncanakan.

Dan dari hasil perhitungan direncanakan bangunan pembilas (Bp)


memiliki 2 buah pintu degan lebar 1 meter dan 1 buah pilar dengan lebar 0.5
meter. Jadi lebar bangunan pembilas direncanakan 2,5 meter. Perencanaan
tersebut sudah dikontrol dengan beberapa kriteria yang seharusnya dan
hasilnya perencanaan tersebut memenuhi criteria yang direncanakan. Sketsa
penampang melintang dari bangunan pembilas disajikan pada Gambar 4.10
dan sketsa tampak atas dari bangunan pembilas disajikan pada Gambar 4.11

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

60
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

1m

0,5m

1m

0,5m

Gambar 4.10 Sketsa Penampang Melintang Dari Bangunan Pembilas

+303,2

+300,5

18 m
0,5m 0,5m

1m 1m

Gambar 4.11 Sketsa Tampak Atas Dari Bangunan Pembilas

3.4.3 Kantong Lumpur


Perencanaan kantong lumpur ditujukan untuk mencegah masuknya sediment
kedalam jaringan irigasi, namu masih ada partikel-partikel halus yang masuk jaringan
tersebut. Untuk mencegah agar sediment ini idak mengendap disaluran irigasi, bagian
awal dari saluran primer persis di sebelah belakangnya direncanakan untuk berfungsi
sebagai Kantong Lumpur.

Ukuran butir sedimen yang mengendap = 0.0625 mm (Pasir Kasar)


Kecepatan Endapan (W) = 0.02 m/det (KP-02 Hal. 166)
Debit pengambilan rencana (Q) = 5.032 m3/det
Interval Pembilasan (T) = Setiap 7 Hari = 604800 detik

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

61
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

Perhitungan:
• Volume sedimen yang harus ditampung (Vs) :

𝑉𝑠 = 0,0001 𝑥 𝑇 𝑥 𝑄

Vs = 0,001 x 604800 detik x 5,032 m3/det


Vs = 304,317 m3
• Luas saluran yang diperlukan

𝑄
𝐿𝐵 =
𝑊
5.032
LB = 0.02

LB = 251,6 m2

• Lebar Kantong Lumpur (B)


Lebar yang ditetapkan harus ≥ 8 m, maka direncanakan lebar sebesar :
B = 10 m
• Luas Penampang melintang aliran kantong lumpur
𝑄
𝐴=
𝑣
Dengan kecepatan aliran di kantong lumpur direncanakan sebesar :
v = 0.4 m/det
5,032
A=
0.4

A = 12,6 m2
• Kedalaman aliran saat sedimen dalam keadaan penuh
𝐴
ℎ=
𝐵
12,6
h= 10

h = 1.26 m
• Kedalaman sedimen saat kantong penuh
𝑉𝑠
ℎ𝑠 =
𝐿. 𝐵

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

62
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

304,317
hs = 251,6

hs = 1.21 m

• Kemiringan dasar kantong sedimen


𝑣2
𝑖𝑠 =
𝑘𝑠 (𝐵. ℎ)2/3
keterangan :
ks : koefisien kekasaran stickler = 40
0.42
Is = 40(10 𝑥 1.26)2/3

Is = 0.00253

3.5 Analisis Stabilitas


3.5.1 Stabilitas Terhadap Rembesan
Analisa stabilitas terhadap rembesan direncanakan menggunakan metode
Lane, merupakan perbandingan antara panjang jalur rembesan dibawah bangunan
dengan beda tinggi muka air.
1
𝛴𝐿𝑣 + 𝛴𝐿𝐻
Cw = 3
≥ 𝐶𝑤𝐼𝑧𝑖𝑛
∆𝐻

Tabel Perhitungan Stabilitas Piping

Diketahui aliran membawa material Pasir Kasar, sehingga CL = Cw Izin = 5,0

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

63
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

Kontrol Stabilitas terhadap Piping :


7.5+5,1067
Cw = ((1,3795+2.7)−2,0852)

Cw = 6,276 > Cw izin =- 5,0 (AMAN)

3.5.2 Tekanan Air Banjir


• Gaya Hidrostatis
Gaya tekan air atau gaya hidrostatis adalah gaya horizontal akibat air di hulu
dan di hilir bendung. Tekanan air merupakan fungsi kedalaman di bawah
permukaan air dan bekerja tegak lurus terhadap muka bendung.

PH = ½ .w.hl2
keterangan :
PH= Tekanan hidrostatis air (Kn)
w = berat jenis air (kN/m3)
hl = kedalaman air di hulu (m)

• Gaya tekan ke atas


Akibat bangunan bendung terendam di air, maka akan mendapatkan gaya
angkat ke atas yang akan mengurangi berat efektif bangunan itu sendiri.
Px = Hx – Lx/ L.H
keterangan :
Px = gaya angkat pada titik x (kg/m)
Lx = panjang total bidang kotak bendung dan tanah bawah (m)
Lx = jarak sepanjang bidang kotak dan hulu sampai titik x (m)
H = beda tinggi energi
Hx = tinggi energi dihulu bendung (m)

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

64
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

Titik Lv (m) Lh (m) 1/3 Lh (m) Lw (m) H (m) ΔH (m) P (m)


A 0 4,08 0 4,08
B 2,25 2,25 6,33 0,358 5,97
C 1 0,33333333 2,58333333 6,33 0,412 5,92
D 1,5 4,08333333 4,83 0,651 4,18
E 3,05 1,01666667 5,1 4,83 0,813 4,02
F 10 3,33333333 8,43333333 4,83 1,344 3,49
G 1,5 9,93333333 6,33 1,583 4,75
H 1 0,33333333 10,2666667 6,33 1,636 4,69
I 2,25 12,5166667 4,08 1,994 2,09
7,5 15,05 5,01666667

• Tekanan Lumpur
Tekanan Lumpur ini akan terjadi setalah bendung beroperasi sehingga didepan.
Bendung tertutup endapan Lumpur atau sedimen setinggi ambang bendung.
Ps = ½.h2.s..B
keterangan :
Ps = gaya horizontal karena lumpur
H = kedalaman Lumpur (m)
s = berat isi lumpur
 = koefisien tekanan tanah
B = lebar bangunan (m)

Gaya-gaya yang bekerja


• Gaya Gempa
Gaya horizontal karena gempa diambil sama dengan berat bangunan dikalikan
dengan intensitas gempa.
Hc = e.V
keterangan :
Hc = Gaya horizontal karena gempa (kN)
E = Intensitas gempa = 0,1 – 0,15
V = Gaya vertikal karena berat sendiri bangunan (Kn)

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

65
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

• Gaya Hidrodinamis
Pe = 7/12.h2.w.B
keterangan :
Pe = tekanan hidrodinamis (kN) bekerja pada 3/5 kedalaman air (m)
e = intensitas gempa
h = kedalaman air (m)
w = berat jenis air (kN/m3)
B = lebar kontruksi bendung

• Berat Sendiri Bangunan


Berat bangunan tergantung pada bahan yang dipakai
V = A.b.B
keterangan :
V = gaya vertical karena berat sendiri (kN)
b = berat isi bahan (kN/m3)
B = lebar bangunan (m)
Untuk pendekatan umum hanya berat isi bahan seperti berikut ini dapat
digunakan sebagai acuan :
a) pasangan batu kali : 22 kN/m3
b) beton tumbuk : 23 kN/m3
c) beton bertulang : 24 kN/m3
3.5.3 Tekanan Tanah Aktif
Tekanan tanah aktif merupakan gaya yang dihasilkan oleh tanah disekitar
tubuh bendungan. Tekanan tanah aktif dapat dihitung dengan menggunakan :

𝟏 𝟏−𝒔𝒊𝒏𝝋
Fa = 𝟐 𝒙 𝜸 𝒙 𝒉𝟐 𝒙 𝟏+𝒔𝒊𝒏𝝋

keterangan:
Fa = gaya tekan tanah aktif (kN)
γ' = berat volume tanah terendam (kN/m3) = 10 kN/m3 (KP-02, hal 117)
h = Kedalaman tanah (m)
φ = sudut gesek internal tanah (derajat) (Direncanakan 30o)

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

66
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

Jika diketahui h₁ = h₂ = 2 m. Maka :


1 1−𝑠𝑖𝑛𝜑
Fa = 2 𝑥 𝛾 𝑥 ℎ2 𝑥 1+𝑠𝑖𝑛𝜑
1 0,5
= 2 𝑥 10 𝑥 2.252 𝑥 1,5

= 8.44 kN/m
3.5.4 Stabilitas Terhadap Geser
Jika direncanakan menggunakan beton sebagai material dasar dengan berat
volume = 24 kN/m3 (KP-02 hal.187). Dan faktor keamanan untuk kondisi normal
sebesar 1,5 dan pada kondisi banjir sebesar 1,25. Maka perhitunga stabilitas
terhadap geser adalah sebagai berikut.

W1 = 𝐵 𝑥 𝐿 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
= 0.69 𝑥 1.36 𝑥 24 = 22,58kN/m’
V1 = 𝐵 𝑥 𝐿
= 5.97 𝑥 1 = 5.97 kN/m’
H1 = 𝐵 𝑥 𝐿 / 2𝑔
= 2.7 𝑥 0,34 / 2 𝑥 9.81 = 9,01 kN/m’

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

67
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

68
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

Gaya Berat
L
W V H
B (vertikal) (horizontal
(kN/m2) (kN/m2) (kN/m2)
)
W1 0,69 1,36 22,58
W2 1,73 1,65 68,55
W3 2,40 2,42 69,69
W4 2,25 1,00 54,00
W5 0,75 3,05 54,90
W6 0,75 10,00 180,00
W7 2,25 1,00 54,00

Gaya Angkat
V1 5,97 1,00 5,97
V2 4,18 3,05 12,75
V3 3,49 10,00 34,90
V4 0,69 10,00 3,45
V5 4,75 1,00 4,75

Tekanan
H1 2,70 0,34 9,01
H2 2,70 1,65 21,85
H3 2,25 1,89 20,86
H4 2,25 4,08 90,06
H5 1,50 4,18 -61,51
H6 1,50 1,74 -12,79
H7 1,50 1,26 9,28
H8 1,50 3,49 51,36
H9 2,25 2,09 -46,03
H10 2,25 2,60 -28,69
Daya dukung tanah
Fa1 8,44
Fa2 -8,44
JUMLAH TOTAL 503,72 61,82 53,39

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

69
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

Perhitungan gaya berat lainnya dimuat dalam tabel berikut ini :


Kontrol Stabilitas Geser :
𝑓 𝑥 ∑(𝑊−𝑉)
S ≤ ∑𝐻

Dimana : f = Koefisien Gesek, berdasarkan KP-02 Hal.144 Nilai Koefisien


Gesekan diperkirakan menurut tabel berikut :

Digunakan bahan material Pasir, sehingga digunakan f = 0.4


0,3 𝑥 (503,72−61,72)
S <
53,39

2 < 2,48 (AMAN)

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

70
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

3.5.5 Stabilitas Terhadap Guling

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

71
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

Jika direncanakan menggunakan pasangan batu kali sebagai material dasar


dengan berat volume = 22 kN/m3 (KP-02 hal.187). Dan faktor keamanan untuk
kondisi normal sebesar 1,5 dan pada kondisi banjir sebesar 1,25. Maka
perhitungan stabilitas terhadap guling adalah sebagai berikut.

𝑀𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐺𝑢𝑙𝑖𝑛𝑔


S ≤ 𝑀𝑜𝑚𝑒𝑛 𝐺𝑢𝑙𝑖𝑛𝑔
604,6
S < 70,09

2 < 8,63 (AMAN)

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

72
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Secara umum jenis bangunan utama dibagi menjadi 5 macam, yaitu :
1. Bangunan pengelak
Bangunan pengelak adalah bagian dari bangunan utama yang benar-benar
dibangun dalam air. Bangunan ini diperlukan untuk memungkinkan
dibelokkannya air sungai ke jaringan irigasi.
2. Bangunan pengambilan
Bangunan pengambilan adalah suatu bangunan berupa sebuah pintu air, air irigasi
dari sungai dibelokkan di bangunan ini.
3. Bangunan pembilas
Bangunan pembilas adalah banguan yang dibuat dengan tujuan untuk mencegah
masuknya bahan sedimen kasar kedalam jaringan saluran irigasi.
4. Kantong lumpur
Kantong lumpur adalah bangunan yang berfungsi mengendapkan fraksi-fraksi
yang lebih besar dan fraksi halus (0,06 – 0,07 mm) agar tidak masuk ke jaringan
irigasi biasanya ditempatkan di hilir bangunan pengambilan (intake).
5. Bangunan pengambilan bebas
Bangunan pengambilan bebas ini dibuat untuk memungkinkan dibelokannya air
dari sungai ke jarinagan irigasi tanpa merubah kondisi sungai tersebut.

Adapun hal-hal yang perlu direncanakan dalam perencanaan bendung adalah


sebagai berikut :
1. Pintu pengambilan
Dalam perencanaan pintu pengambilan ini perlu direncanakan debit bair yang
mengalir pada pintu pengambilan, elevasi muka air dan dimensi pintu
pengambilan.
2. Dimensi Bendung
Dimensi bendung yang dimaksudkan adalah lebar bendung efektif yang
disesuaikan dengan debit yang mengalir pada jaringan irigasi tersebut.

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

73
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI 2020/2021

4.2 Saran
Tugas Sistem Bangunan Irigasi ini merupakan salah satu bentuk perencanaan
yang ketentuannya telah diatur dalam buku Kriteria Perencanaan (KP) yang diterbitkan
oleh Departemen Pekerjaan Umum. Untuk itu, baik sebelum maupun pada saat
mengerjakan tugas ini, hendaknya mahasiswa membaca ketentuan-ketentuan yang ada
dalam buku tersebut, terutama KP-02.
Sebaiknya dalam perencanaan bendung, diperlukan suatu perhitungan yang
benar-benar teliti, agar dalam perencanaan bendungnya mulai dari perhitungan awal
(Saluran Primer ) sampai Perhitungan Volume dapat dirancang sesuai dengan
perencanaan yang akan kita buat. Dan Dimensi dari perencanaan bendung tersebut dapat
direncanakan dengan memperhatikan angka keamanan dan tegangan ijinnya, agar
Perencanaan Bendung yang direncanakan lebih aman, efektif dan efisien. Sehingga
dapat bermanfaat untuk berbagai hal mengenai sistem pengairan dan irigasi.
Hasil dari penganalisaan dan pengolahan data dan dimensi bendung yang
direncanakan tersebut , kemudian akan kita plotkan pada gambar yang merupakan
media visual 2 dimensi mengenai perencanaan bendung . Sehingga bentuk dari
perencanaan bendung dapat dilihat secara detail, dimana gambar itulah yang akan
digunakan ( atau dengan kata lain dapat digunakan sebagai patokan ) dalam proyek
dalam pembangunan bendung.
Mengenai waktu pengerjaan, mahasiswa diharapkan melakukan asistensi dan
komunikasi dengan asisten sesering mungkin. Karena dengan adanya asisten,
diharapkan kesulitan-kesulitan yang dialami mahasiswa selama mengerjakan tugas
dapat langsung terselesaikan sehingga tugas dapat terselesaikan

FAUHAN KASYFI (195060107111052)

74
75
LAMPIRAN
Data BMKG

Unsur Klimatologi Satuan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Temp. Maks. Rata-rata C 27,5 28,4 28,1 28,4 28,2 27,7 26,6 27 28,1 29,6 28,3 26,9
Temp. Min. Rata-rata C 21 18 20,4 21,4 21 21,6 19,2 17,7 18,4 19,4 20,1 20,1
Lembab Nisbi Rata-rata % 83 80 83 80 79 81 77 72 68 69 78 84
Lembab Nisbi Maks. % 94 92 82 93 91 94 92 88 85 87 92 81
Lembab Nisbi Min. % 55 54 49 51 52 57 54 27 20 31 37 46
Penyinaran Matahari % 32 50 56 57 58 57 63 78 85 73 51 31
Kecepatan Angin Km/jam 6 6 5,8 5,8 6,2 5,7 7,3 8,5 8,8 8,9 6,5 5,5
SALURAN PRIMER CANDIPURO

BC 1

BC 3
BC 2
RK 1

RR 1
RN 1
FAKULTAS TEKNIK Petak 1 Petak 2 Petak 3 Petak 4 Petak 5
BK 1
JURUSAN TEKNIK SIPIL 42 ha 164 l/dt 63,9 ha 249 l/dt 36,5 ha 142 l/dt 32,9 ha 128 l/dt 9,1 ha 36 l/dt

RN 2
BN 1 BR 1
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

RK 2
M A L A N G

RR 2
Petak 9
76,7 ha 299 l/dt BN 2

RN 3
NAMA TUGAS
Petak 10 Petak 8 Petak 6 BR 2
58,4 ha 228 l/dt
BK 2 BN 3 7,3 ha 28 l/dt 43,8 ha 171 l/dt

RK 3

RN 4
BN 4

RR 3
Petak 11 Petak 12 Petak 7
32,9 ha 128 l/dt
BK 3 25,6 ha 100 l/dt 18,3 ha 71 l/dt
TUGAS

RK 4
KALI
SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

RN
BK 7

5
RN
Petak 18 RK 9 Petak 14 Petak 13

8
76,7 ha 299 l/dt Petak 16 Petak 15 20,1 ha 78 l/dt 18,3 ha 71 l/dt
BK 4 Petak 17 49,3 ha 192 l/dt 25,6 ha 100 l/dt
BR 3
12,8 ha 50 l/dt BN 5 BN 7

RK 5

RK 10

RR 4
RN 6

RN 9
NAMA GAMBAR
BK 8
Petak 19 Petak 20 Petak 21
73 ha 285 l/dt 12,8 ha 50 l/dt 18,3 ha 71 l/dt Petak 22 Petak 23 Saluran Sekunder Rejobalen
51,1 ha 199 l/dt 40,2 ha 157 l/dt
BK 5
BN 6 BN8

RK 11
RK 6

RN 10
RN 7
BAGAN SALURAN

Petak 24
21,9 ha 85 l/dt
BK 5

Saluran Sekunder Nguter

RK 12
RK 7

N.I.M DIGAMBAR

Petak 25 Petak 26
16,4 ha 64 l/dt
BK 6 29,2 ha 114 l/dt
BK 9
FAUHAN
195060107111052 KASYFI

RK 13
RK 8

TANDA
DOSEN
TANGAN

Dr. Eng. Ir. Indradi


Saluran Sekunder Kloposawit
BAGAN SALURAN
Wijatmiko, ST.,
M.Eng (Prac.)

No. LEMBAR TANGGAL SKALA


0 100 200 300 400 500 600
+ 301,5m
+ 300,5 m

+ 302,8 m
E E
+ 302,8 m

FAKULTAS TEKNIK 1,07 m 1,07 m 1,07 m


D
0,5 m 0,5 m
JURUSAN TEKNIK SIPIL

+ 305 m
+ 300,5 m
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
M A L A N G

NAMA TUGAS

+ 305 m + 305 m

TUGAS
1m
SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI
0,5 m + 305 m
70°

+303,2 m
1m

+ 300,5 m
+ 303,54 m
+ 302,49 m
+ 300,5 m

+ 305 m
A C C A
NAMA GAMBAR

+ 353,2 m
18 m

DENAH BENDUNG
+ 303,54 m
+ 302,49 m
+ 300,5 m

+ 303,2 m
+ 300,5 m + 300,5 m

+ 300,5 m

+303,2 m
N.I.M DIGAMBAR

Fauhan
195060107111052
Kasyfi
B
TANDA
DOSEN
TANGAN
+ 305 m
+ 305 m

Dr. Eng. Indradi Wijatmiko,


ST., M.Eng. (Prac.).

No. LEMBAR TANGGAL SKALA


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
M A L A N G

NAMA TUGAS

TUGAS
+ 305 m
SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

+ 304 m
+ 303,54 m

+ 303,2 m + 302,49 m
NAMA GAMBAR

1,7 m

+ 301,5 m

1m
POTONGAN A - A + 300,5 m + 300,5 m

4,21 m

N.I.M DIGAMBAR
1m 3,05 m 10 m 1m

Fauhan
195060107111052
Kasyfi

TANDA
DOSEN
TANGAN

Dr. Eng. Indradi


Wijatmiko, ST., M.Eng.
(Prac.).
POTONGAN A - A
No. LEMBAR TANGGAL SKALA

0 100 200 300 400 500 600


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
M A L A N G

NAMA TUGAS

+ 305 m
TUGAS
SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI
+ 303,54 m + 303,54 m

+ 304 m
+ 302,49 m + 303,2 m + 303,2m

NAMA GAMBAR
+ 301,5 m 1,9 m

+ 300,5 m + 300,5 m

POTONGAN B - B 1m 0,5 m 1 m 0,5 m

N.I.M DIGAMBAR

Fauhan
195060107111052
Kasyfi

TANDA
POTONGAN B - B
DOSEN
TANGAN

Dr. Eng. Indradi 0 100 200 300 400 500 600


Wijatmiko, ST.,
M.Eng. (Prac.).

No. LEMBAR TANGGAL SKALA


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
M A L A N G +305m

NAMA TUGAS

TUGAS
SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI + 303,54 m

NAMA GAMBAR + 302,49 m

POTONGAN C - C
+ 300,5 m

N.I.M DIGAMBAR

Fauhan 1m 10 m 3,05 m 1m
195060107111052
Kasyfi

TANDA
TANGAN
DOSEN POTONGAN C - C
Dr. Eng. Indradi
Wijatmiko, ST., M.Eng.
(Prac.).

No. LEMBAR TANGGAL SKALA

0 100 200 300 400 500 600


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
M A L A N G

NAMA TUGAS

+ 305 m
TUGAS
SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI
+ 303,54 m

NAMA GAMBAR + 303,2 m

POTONGAN D - D

+ 300,5 m
N.I.M DIGAMBAR

195060107111052
Fauhan
Kasyfi 0,5 m 1m 0,5 m 1m

TANDA
DOSEN
TANGAN

Dr. Eng. Indradi


POTONGAN D - D
Wijatmiko, ST., M.Eng.
(Prac.).

No. LEMBAR TANGGAL SKALA

0 100 200 300 400 500 600


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
M A L A N G

NAMA TUGAS

TUGAS
SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI
+ 305 m

NAMA GAMBAR

+ 303,2 m

+ 301,9 m
POTONGAN E - E

+ 300,5 m

N.I.M DIGAMBAR 1,07 m 0,5 m 1,07 m 0,5 m 1,07 m

Fauhan
195060107111052 Kasyfi

TANDA
DOSEN
TANGAN

Dr. Eng. Indradi


POTONGAN E - E
Wijatmiko, ST., M.Eng.
(Prac.).

No. LEMBAR TANGGAL SKALA


0 100 200 300 400 500 600

Anda mungkin juga menyukai