Anda di halaman 1dari 10

INVESTASI PADA EFEK TERTENTU DAN PIUTANG

Disusun Oleh :

NAMA MAHASISWA: Megawati

NIM: 181513004

Dosen Pengasuh:

Farida Aryani,S.E., M.Si

Tugas Mandiri Perpajakan

Pada

Program Studi Strata Satu Akuntansi

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI RAHMANIYAH


SEKAYU

SEMESTER GANJIL TAHUN 2020-2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan karunia akal budi serta
hidayahnya kepada penulis, sehinggapenulis dapat menyelesaikan makalah “Investasi pada Efek Tertentu”
dengan baik dan terselesaikan tepat pada waktunya.Penyusunan makalah ini bertujuan untuk pengajuan tugas
mata kuliah Akuntansi Pajak di jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Rahmaniyah Sekayu. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak sekali bantuan yang di terima baik
berupa bimbingan, maupun dorongan dari berbagai pihak.
Dalam pembuatan makalah ini saya banyak menemukan kendala.Salah satunya saat mencari
literature yang sesuai.Selain itu, mengatur waktu saat mengerjakan makalah saya menyadari bahwa makalah
ini belum pada tingkat kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang perlu di benahi.Untuk itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.saya
juga berharap agar makalah ini dapat menambah wacana baru bagi pembaca dan bermanfaat bagi tugas kami
selanjutnya.  Akhir kata saya mengucapkan terimakasih atas dukungan dan arahan dari semua
pihak.

Sekayu, 19 Maret 2020

Megawati
BAB I
PENDAHULUAN

Efek (security) adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham,
obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap
derivatif dari efek. Efek utang (debt security) adalah efek yang menunjukkan hubungan hutang piutang antara
kreditor dengan entitas yang menerbitkan efek.
Efek ekuitas (equity security) adalah efek yang menunjukkan hak kepemilikan atas suatu ekuitas,
atau hak untuk memperoleh (misalnya: waran, opsi beli) atau hak untuk menjual (misalnya opsi jual)
kepemilikan tersebut dengan harga yang telah atau akan ditetapkan.
Nilai wajar (fair value) adalah jumlah yang dapat diperoleh dari pertukaran instrumen keuangan
dalam transaksi antarpihak-pihak yang bebas, bukan karena paksaan atau likuidasi. Jika terdapat harga pasar
untuk instrumen tersebut, nilai wajar yang harus digunakan dalam penerapan Pernyataan ini dihitung dengan
cara mengalikan volume saham yang diperdagangkan dengan harga pasar per unit. Keuntungan atau kerugian
kepemilikan (holding gain or loss) adalah perubahan neto dalam nilai wajar efek, tidak termasuk: (a) dividen
atau pendapatan bunga yang telah diakui namun belum diterima (basis akrual), dan (b) setiap penurunan nilai
efek yang bersifat permanen.

Pada saat pemerolehan, perusahaan harus mengklasifikasikan efek utang dan efek ekuitas ke dalam
salah satu dari tiga kelompok berikut ini: a) dimiliki hingga jatuh tempo (held to maturity), b)
diperdagangkan (trading), c) tersedia untuk dijual (available for sale).

BAB II
PEMBAHASAN MATERI

Definisi Efek
Efek menurut SAK ETAP adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga
komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka
atas efek, dan setiap derivatif dari efek. Efek utang adalah efek yang menunjukkan hubungan hutang piutang
antara kreditor dengan entitas yang menerbitkan efek. Efek ekuitas adalah efek yang menunjukkan hak
kepemilikan atas suatu ekuitas, atau hak untuk memperoleh (misalnya: waran, opsi beli) atau hak untuk
menjual (misalnya opsi jual) kepemilikan tersebut dengan harga yang telah atau akan ditetapkan.

Akuntansi Investasi Efek


Pada saat pemerolehan, perusahaan harus mengklasifikasikan efek utang dan efek ekuitas ke dalam
salah satu dari tiga kelompok berikut ini:

a) dimiliki hingga jatuh tempo (held to maturity), Menurut Kieso, Weygand, dan Warfield
(2007:840-841)
surat berharga utang yang diklasifikasi sebagai HTM hanya apabila perusahaan mempunyai niat untuk
memiliki efek tersebut sampai dengan jatuh tempo.
Jika perusahaan mempunyai maksud untuk memiliki efek utang hingga jatuh tempo, maka investasi
dalam efek utang tersebut harus diklasifikasikan dalam
kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo” dan disajikan dalam neraca sebesar biaya
perolehan setelah amortisasi premi atau diskonto.
Perusahaan mungkin mengubah maksudnya untuk memiliki efek utang tertentusampai dengan saat jatuh
tempo dengan menjual atau mentransfer efek utang tersebut. Penjualan atau transfer efek utang tidak dianggap
sebagai perubahan dalam tujuan “dimiliki hingga jatuh tempo” jika perubahan maksud tersebut disebabkan
oleh kondisi berikut ini:

1. Terdapat bukti mengenai penurunan signifikan risiko kredit perusahaan penerbit efek.

2. Terjadi perubahan peraturan perpajakan yang menghapuskan atau menaikkan tariff perpajakan yang
menghapuskan atau menaikkan tariff pajakfinal yang berlaku atas bunga dari efek utang (tidak termasuk
perubahan peraturan perpajakan yang merevisi tariff pajak atas bunga secara umum).

3. Terjadi penggabungan usaha atau penjualan dalam jumlah besar (seperti penjualan segmen) yang
mengakibatkan diperlukannya penjualan atau transfer efek dalam kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo”
untuk mempertahankan risiko kredit perusahaan dan posisi risiko suku bunga yang ada saat tersebut.

4. Terjadi perubahan dalam persyaratan atau peraturan perundangan yang secara signifikan mengubah definisi
investasi yang diizinkan atau tingkat maksimum investasi yang diizinkan dalam jenis efek tertentu, sehingga
perusahaan harus melepaskan efek dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo.

5. Terjadi perubahan peraturan pemerintah mengenai modal minimum industri tertentu yang mengakibatkan
perusahaan mengurangi aktivitas usahanya atau skala operasinya dan menjual efek dalam kelompok dimiliki
hingga jatuh tempo.

6. Terjadi perubahan dalam peraturan pemerintah yang mengakibatkan bertambahnya bobot risiko atas
investasi efek utang dalam perhitungan rasio tertentu, misalnya dalam perhitungan solvabilitas perusahaan
asuransi atau perhitungan rasio kecukupan modal perbankan.

Selain perubahan yang diuraikan di atas, kejadian lain yang tidak berulang dan bersifat luar biasa
yang tidak dapat diantisipasi, dapat menyebabkan perusahaan menjual atau mentransfer efek tertentu dalam
kelompok dimiliki hingga jatuh tempo, tanpa harus dipertanyakan tujuan awal pemilikan efek dalam
kelompoj dimiliki hingga  jatuh tempo mempertimbangkan effek lain dalam kelompok yang
sama, Semua penjualan dan transfer efek dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo harus diungkapkan
sesuai dengan persyaratan pada paragraph 23.

b) Efek “ diperdagangkan”
 (trading) Menurut Kieso, Weygand, dan Warfield (2007:846, 850) surat berharga dalam bentuk utang
ataupun saham yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali dalam periode singkat (kurang dari 3 bulan atau
mungkin diukur dalam hitungan hari). Perusahaan melaporkan efek “trading” pada vair value,
denganunrealized holding gain or losses sebagai bagian dari laba netto.
 
Holding gain or losses adalah perubahan netto antara nilai wajar dari satu period eke periode lainnya, tidak
termasuk dividen maupun bunga yang telah diakui tetapi belum diterima. Sama seperti kedua jenis investasi
utang lainnya, premi/diskonto juga akan diamortisais. Menurut IAI dalam SAK-ETAP (2009;46-47) investasi
utang yang dikelompokkan dalam kelompok “trading” diukur sebesar nilai wajarnya dalam neraca. Efek yang
dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali dalam waktu dekat, harus diklasifikasikan dalam kelompok
Efek“diperdagangkan”. Pengelompokkan ini biasanya ditunjukkan dengan frekuensi pembelian dan
penjualan yang sangat sering dilakukan. Efek Diperdagangkan”. ini dimiliki denga tujuan untuk menghasilkan
laba dariperbedaan harga jangka pendek. Laba/rugi yang belum direalisasi atas investasi utang “trading” harus
diakui sebagai penghasilan.
c.) Efek “ Tersedia untuk dijual”
 (available for sale). Menurut Kieso, Weygand, dan Warfield (2007:842-845, 848-850) Investasi dalam
bentuk utang maupun ekuitas yang termasuk dalam kategori AFS dilaporkan sebesar fair values dalam
neraca. Keuntungan/kerugian yang belum direalisasi terkait dengan perubahan fair value akan dicatat dalam
akun unrealizes gain or losses (bagian dari Laporan Laba Rugi dilaporkan dalam ekuitas). Perubahan fair
value tidak akan dilaporkan sebagai bagian dari net income sampai investasi tersebut dijual. Menurut IAI
dalam SAK-ETAP (2009:47) efek yang tidak diklasifikasikan dalam kelompok “trading” dan dalam
kelompok HTM, maka harus diklasifikasikan kedalam kelompok AFS. Laba/Rugi yang belum direalisasi
harus dimasukkan sebagai komponen ekuitas yang disajian secara terpidah dan tidak boleh diakui sebagai
penghasilan sampai pada saat laba/rugi tersebut dapat direalisasi. Untuk ketiga kelompok efek tersebut,
dividend an pendapatan bunga termasuk amortisasi premi/diskonto yang timbul saat perolehan diakui sebagai
penghasilan. Sedangkan untuk laba/rugi yang telah direalisasi dala efek “trading” dan HTM tetap harus
dilaporkan sebagai penghasilan.

Perubahan Kelompok Investasi Menurut IAI dalam SAK-ETAP (2009:47-48) pemindahan Efek
antar kelompok dicatat sebesar nilai wajarnya. Pada tanggal perubahan kelompok, laba/rui yang belum
direalisasi harus dicatat sebagai berikut:

a. Untuk Efek yang dipindahkan dari kelompok diperdagangkan, laba atau rugi yang belum direalisasi pada
tanggal transfer telah tercatat sebagai penghasilan dan oleh karena itu tidak boleh dihapus.

b. Untuk Efek yang dipindahkan ke kelompok diperdagangkan, laba atau rugi yang belum direalisasi pada
tanggal pemindahan diakui sebagai penghasilan pada saat tersebut.

c. Untuk Efek utang yang dipindahkan ke kelompok tersedia untuk dijual dari kelompok dimiliki hingga jatuh
tempo, laba atau rugi yang belum direalisasi diakui dalam kelompok ekuitas secara terpisah pada tanggal
pemindahan kelompok.

d. Untuk Efek yang ditransfer ke kelompok tersedia untuk dijual dari kelompok dimiliki hingga jatuh tempo,
laba atau rugi yang belum direalisasi pada tanggal transfer harus tetap dilaporkan dalam komponen ekuitas
secara terpisah, namun harus diamortisasi selama masa manfaat efek dengan cara yang konsisten dengan
amortisasi premi atau diskonto. Amortisasi laba atau rugi yang belum direalisasi tersebut akan sepadan dengan
pengaruh amortisasi premi atau diskonto terhadap pendapatan bunga dari efek dalam kelompok dimiliki
hingga jatuh tempo.

Penyajian dan Pengungkapan Investasi pada Efek Tertentu

Menurut IAI dalam SAK ETAP (2009:49-51) Perusahaan dengan neraca yang aktiva dikelompokkan
menjadi aktiva lancar, aktiva tetap dan aktiva lain-lain kewajibannya dikelompokkan manjadi kewajiban
jangka pendek dan jangka panjang (classified balance sheet) harus melaporkan semua efek yang
diperdagangkan sebagai aktiva lancar. Efek dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo dan efek dalam
kelompok tersedia untuk dijual disajikan sebagai aktiva lancar atau aktiva tidak lancar berdasarkan keputusan
manajemen. Khusus untuk efek utang dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo dan kelompok tersedia
untuk dijual yang jatuh tempo pada tahun berikutnya harus dikelompokkan sebagai aktiva lancar. Dalam
laporan arus kas, arus kas yang digunakan untukatau berasal dari pembelian, penjualan, dan jatuh tempo efek
dalam kelompok tersedia untuk dijual dan dimiliki hingga jatuh tempo, harus diklasifikasikan sebagai arus kas
aktivitas
investasi, dan dilaporkan sebesar nilai bruto untuk setiap kelompok efek di dalam laporan arus kas.
Arus kas untuk atau dari pembelian, penjualan, dan jatuh tempo efek dalam kelompok diperdagangkan harus
diklasifikasikan sebagai arus kas aktivitas operasi. Sementara itu, untuk pengungkapan untuk Efek dalam
kelompok tersedia untuk dijual dan kelompok dimiliki hingga jatuh tempo, informasi berikut ini harus
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan untuk setiap kelompok utama efek:

1. Nilai wajar agregat

2. Laba yang belum direalisasi dan pemilikan efek

3. Rugi belum direalisasi dari pemilikan efek

4. Biaya perolehan, termasuk jumlah premium dan diskonto yang belum diamortisasi.

Lembaga keuangan (bank, koperasi kredit, lembaga pembiayaan dan asuransi) perusahaan harus
mengungkapkan setiap jenis efek utama yang dimilikinya sebagai berikut:

a) efek ekuitas,

b) efek utang yang dikeluarkan oleh pemerintah,

c) efek utang perusahaan,

d) efek utang yang dijamin hipotik, dan

e) efek utang lainnya. Untuk efek utang dalam kelompok tersedia untuk dijual dan kelompok dimiliki hingga
jatuh tempo, informasi mengenai tanggal jatuh tempo efek utang tersebut harus diungkapkan dalam catatan
atas laporan keuangan tahun terakhir yang disajikan. Informasi tentang tanggal jatuh tempo dapat
dikelompokkan menurut  jangka waktunya sejak tanggal neraca.

Lembaga keuangan harus mengungkapkan nilai wajar dan biaya perolehan efek utang,
termasuk diskonto dan premium yang belum diamortisasi berdasarkan, sedikitnya, 4 kelompok tanggal jatuh
tempo berikut ini :

a) jatuh tempo dalam waktu kurang dari 1 tahun,

b) jatuh tempo dalam waktu antara 1 sampai 5 tahun,

c) jatuh tempo dalam waktu antara 5 sampai 10 tahun,

d) jatuh tempo dalam waktu lebih dari 10 tahun

Efek yang tidak jatuh tempo pada tanggal tertentu, seperti efek yang pembayarannya dijamin hipotik,
dapat diungkapkan secara terpisah (tidak dialokasikan ke dalam beberapa kelompok jatuh tempo tersebut).
Jika penggolongan jatuh temponya dialokasikan, dasar alokasinya harus diungkapkan. Untuk setiap periode
akuntansi, perusahaan harus mengungkapkan:
a) Penerimaan dari penjualan efek dalam kelompok tersedia untuk dijual, laba dan rugi yang direalisasi dari
penjualan tersebut.

b) Dasar penentuan biaya perolehan dalam menghitung laba atau rugi yang direalisasi (misalnya, identifikasi
khusus, rata-rata, atau metode lain).

c) Laba dan rugi yang dimasukkan debagai penghasilan dari pemindahan pengelompokkan efek dari
kelompok tersedia untuk dijual ke kelompok diperdagangkan.

d) Perubahan laba atau rugi pemilikian yang belum direalisasi untuk efek dalam kelompok tersedia untuk
dijual yang telah dimasukkan ke dalam komponen ekuitas secara terpisah selama periose yang bersangkutan.

e) Perubahan dalam laba tau rugi pemilikian efek yang belum direalisasi dari efek untuk tujuan
diperdagangkan yang telah diperdagangkan yang telah diakui sebagai penghasilan dalam periode pelaporan.

Penilaian investasi pada Efek tertentu menurut perpajakan didasarkan pada perolehannya sesuai
dengan penjelasan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 10 ayat (6) ditentukan bahwa penilaian sekuritas
hanya boleh menggunakan harga perolehan. Sedangkan keuntungan atau kerugian karena
penjualan/pengalihan saham hendaknya berpegang kepada ketentuan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4
ayat (1), yaitu sebesar selisih antara harga jual dengan harga perolehan. Investasi surat berharga dalam valuta
asing, sesuai dengan ketentuan perpajakan, harus dijabarkan ke dalam mata uang rupiah. Penjabarannya
dilakukan dengan menggunakan kurs tanggal neraca atau kurs tetap yang dilakukan secara taat asas.

Perpajakan

Obligasi merupakan surat peminjaman uang yang akan dilunasi setelah  jangka waktu tertentu.
Umumnya obligasi memberikan penghasilan bungan dengan  jumlah tetap kepada investor.
Ada kalanya obligasi juga mempunyai hak atas pembagian keuntungan. Penjelasan Pasal 4 ayat (1)
bagian (g) UU PPh menganggap bagian keuntungan tersebut sebagai penghasilan. Pada UU PPh Nomor
36Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1) menyebutkan bahwa “Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima/diperoleh WP, baik yang berasal dari
Indonesiamaupun dari luar Indonesia., yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan WP
yangbersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apa pun.” Hal ini juga mencakup penghasilan
yangditerima/diperoleh dari transakasi investasi utang. Jika dalam pembelian obligasi termasuk unsure bunga
berjalan, maka bunga tersebut harus diperhitungkan sebagai penghasilan. PPh yang dipungut atas bunga
obligasi yang tidak dijual di bursa efek tidak boleh dikapitalisasi, tetapi harus dicatat sebagai pajak yang
dibayar dimuka (PPh 23 denngan tarif 15% x penghasilan bruto). Sementara itu, bunga obligasi di bursa efek
dikenakan PPh final (PPh Pasal 4 ayat 2) sesuai dengan peraturan pemerintah (PP). Selain bunga tetap,
penghasilan obligasi dapat berupa capital gain dan realisasi diskonto (selisih antara nilai nominal dengan nilai
perolehan) pada saat pelunasan obligasi. Hanya bunga yang diperdagangkan di Bursa Efek yang diterima WP
orang pribadi dimana tidak melebihi jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) setahun dibebaskan dari
pajak
Surat Utang Negara

Surat Utang Negara (SUN) adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan dalam mata uang
Rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik
Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya, yang terdiri dari Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dan Obligasi
Negara.

1) Penghasilan Negara diskonto SPN sesuai dengan PP 27 Tahun 2008 jo. PMK-63/PMK.03/2008 yang
mulai berlaku 4 April 2008. SPN berjangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan dengan pembayaran
bunga secara diskonto. Diskonto SPN meruakan selisih lebih antara:

a. Nilai nominal pada saat jatuh tempo dengan harga perolehan di pasar (perdana atau sekunder) b. Harga jual
di pasar sekunder dengan harga perolehan di pasar perdana atau pasar sekunder. Tarif PPh Final atas diskonto
SPN adalah 20% bagi WP dalam negeri dan BUT, atau sesuai dengan tariff ketentuan P3B yang berlaku bagi
WP luar negeri. Pemotongan PPh tersebut dilakukan oleh:
 Penerbit SPN (emiten) atau custodian yang ditunjuk selaku agen pembayar, atas diskonto SPN yang
diterima pemegang SPN saat jatuh tempo.
 Perusahaan Efek (Broker) atau bank selaku pedagang perantara maupun selaku pembeli, atas diskonto
SPN yang diterima di Pasar Sekunder. Tetapu apabila diskonto SPN diterima/diperoleh WP:
Bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia;
Dana Pensiun yang pendirian/pembentukannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan;
Reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, selama 5 (lima)
tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha.

Tidak dilakukan pemotongan pajak final.


2) Penghasilan dari transaksi bunga obligasi sesuai dengan PP 16 Tahun 2009 jo.PMK-85/PMK.03/2011
tentang PPH atas penghasilan berupa bunga obligasi; yang mulai berlaku 1 Januari 2009. Besarnya PPh
adalah sebagai berikut. a) Bunga dari Obligasi dengan kupon (interest bearing debt ) sebesar:
15% (lima belas persen) bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap; dan
20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan penghindaran pajak berganda
bagi wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap, dari jumlah bruto bunga sesuai dengan masa
kepemilikan (
holding period ) Obligasi.
 

b. Diskonto dari Obligasi tanpa bunga (non-interest bearing debt securities) sebesar:
15% (lima belas persen) bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap; dan
20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan penghindaran pajak berganda
bagi wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap, dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas
harga perolehan Obligasi. c) Bunga dan/atau diskonto dari obligasi yang diterima dan/atau diperoleh Wajib
Pajakreksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan sebesar:
0% (nol persen) untuk tahun 2009 sampai dengan tahun 2010;
5% (lima persen) untuk tahun 2011 sampai dengan tahun 2013; dan
15% (lima belas persen) untuk tahun 2014 dan seterusnya.
BAB III
ANALISIS KASUS

Investasi pada Efek Tertentu Laporan Keuangan PT Gudang Garam dengan Peraturan Akuntansi
Perpajakan

Perusahaan PT. Gudang Garam menerbitkan saham kepada para entitas, dari penerbitan saham
tersebut akan menimbulkan timbal balik kepada pemilik saham berupa deviden yang diberikan setiap akhir
periode oleh PT. Gudang Garam. Pembagian deviden kepada para entitas akan dikenakan PPh Psl 23 dengan
tarif 15% x penghasilan bruto. Pasal ini berlaku bagi entitas yang memiliki kepemilikan saham paling sedikit
25%, selain itu PT. Gudang Garam berlaku sebagai pemotong, dan penyetor atas deviden yang telah di
kenakan PPh Psl 23. Penerbitan saham dari PT. Gudang Garam juga menimbulkan keuntungan (agio) saham
tertera pada laporan keuangan, dalam peraturan perpajakan keuntungan atau pun kerugian saham harus di
kesampingkan. PT. Gudang Garam tetap harus membayar PPh Pasal 4 ayat 2, tanpa harus
mempertimbangkan adanya fakta kerugian atau pun keutungan.

 
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Efek menurut SAK ETAP adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial,
saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan
setiap derivatif dari efek. Pada saat pemerolehan, perusahaan harus mengklasifikasikan efek utang dan efek
ekuitas ke dalam salah satu dari tiga kelompok berikut ini:
1. Efek Dimiliki Hingga Jatuh Tempo (Held To Maturity  –HTM)
2. Efek “DIperdagangkan” (Trading)
3. Efek “Tertentu untuk Dijual” (Available for Sale –AFS) Penyajian Efek dalam kelompok dimiliki
hingga jatuh tempo dan efek dalam kelompok tersedia untuk dijual disajikan sebagai aktiva lancar atau aktiva
tidak lancar berdasarkan keputusan manajemen. Khusus untuk efek utang dalam kelompok dimiliki hingga
jatuh tempo dan kelompok tersedia untuk dijual yang jatuh tempo pada tahun berikutnya harus
dikelompokkan sebagai aktiva lancar
Sedangkan pengungkapannya Efek dalam kelompok tersedia untuk dijual dan kelompok dimiliki hingga
jatuh tempo, informasi berikut ini harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan untuk setiap
kelompok utama efek:
1. Nilai wajar agregat
2. Laba yang belum direalisasi dan pemilikan efek
3. Rugi belum direalisasi dari pemilikan efek
4. Biaya perolehan, termasuk jumlah premium dan diskonto yang belum diamortisasi.

 
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntansi Indonesia.2009.
Standart Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik,
 Jakarta; Dewan Standart Akuntansi Keuangan.  Agoes, Sukrisno.2014.
 Akuntansi Perpajakan Berbasis ETAP Edisi 3
,Jakarta; Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai