OLEH:
Juwatiningrum P17212205001
Mohammad Muchlas P17212205007
Rumani P17212205019
Sugeng Prasetyo P17212205021
OLEH:
Juwatiningrum P17212205001
Mohammad Muchlas P17212205007
Rumani P17212205019
Sugeng Prasetyo P17212205021
atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Malang”.
Keperawatan ini dapat diselesaikan karena adanya bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Bersama ini perkenankan saya mengucapkan terima kasih yang
1. Taufan###.
2. Naning##.
3. Helmi
4. selaku pembimbing yang telah dengan setia memberikan masukan dan arahan
yang tulus sehingga saya termotivasi untuk menjadi lebih baik dengan
5. Semua pihak yang telah menolong saya dalam pembuatan Laporan Seminar
Asuhan Keperawatan ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Laporan Seminar
Penulis,
BAB 1
PENDAHULUAN
kurang lebih 13 juta orang pada tahun 2008, dengan angka prevalensi sebesar 2,7%,
sementara pada tahun 2009 terdapat kurang lebih 18 juta orang mengalami fraktur
dengan angka prevalensi 4,2%. Tahun 2010 meningkat menjadi 21 juta orang dengan
KEMENKES RI tahun 2013 kasus cedera yang mengalami patah tulang (fraktur)
angka pervalensi sebesar 2,2% dan data yang didapat dari bagian rekam medik RSUD
AWS didapati jumlah pasien fraktur berjumlah 657 orang dari 32.004 pasien RSUD
AWS selama tahun 2016 atau sekitar 2,05% dari seluruh pasien pada tahun 2016,
sedangkan di tahun 2017 jumlah pasien fraktur berjumlah 770 orang dari 33.241
pasien RSUD AWS atau sekitar 2,31% dari seluruh pasien pada tahun 2017.
program yang didalamnya melibatkan beberapa kementrian dan lembaga terkait, yang
pengguna angkutan jalan dimana ada 5 pilar dalam program tersebut diantaranya
1
2
Masalah keperawatan yang muncul pada pasien fraktur adalah nyeri akut,
perfusi perifer tidak efektif, gangguan integritas kulit, gangguan mobilitas fisik,
defisit perawatan diri: mandi, resiko infeksi, dan resiko syok (SDKI 2016). Tindakan
keperawatan yang dapat dilakukan sebagai perawat adalah sesuai diagnosa yaitu nyeri
akut dapat dilakukan dengan manejemen nyeri, perfusi perifer tidak efektif dapat
dilakukan memonitoring tanda tanda vital, gangguan integritas kulit dapat dilakukan
monitor kulit akan adanya kemerahan, gangguan mobilitas fisik dapat dilakukan
tindakan mengajarkan pasien dan keluarga tentang teknik ambulasi, defisit perawatan
diri dapat dilakukan tindakan membantu pasien melakukan perawatan diri, resiko
infeksi dapat dilakukan tindakan dengan kolaborasi pemberian obat, resiko syok
dapat dilakukan tindakan monitoring status sirkulasi BP, warna kulit suhu kulit,
karya tulis ilmiah dengan judul Laporan Seminar Asuhan Keperawatan yang berjudul
ini adalah bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kebutuhan Dasar
1.1 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Melakukan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kebutuhan Dasar
A. Definisi
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya
kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan
aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan musculoskeletal.
(Heriana, 2014)
Aktivitas sendiri sebagai suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. (Asmadi, 2008). Jadi
dapat diartikan bahwa gangguan aktivitas merupakan ketidakmampuan seseorang untuk
melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Aktivitas sehari-hari (ADL) merupakan salah satu bentuk latihan aktif pada seseorang
termasuk didalamnya adalah makan/minum, mandi, toileting, berpakaian, mobilisasi tempat
tidur, berpindah dan ambulasi/ROM. Pemenuhan terhadap ADL ini dapat meningkatkan harga
diri serta gambaran diri pada seseorang, selain itu ADL merupakan aktifitas dasar yang dapat
mencegah individu tersebut dari suatu penyakit sehingga tindakan yang menyangkut
pemenuhan dalam mendukung pemenuhan ADL pada klien dengan intoleransi aktifitas harus
diprioritaskan.
B. Etiologi
Aktivitas dan pergerakan memerlukan energy. Energi untuk sel-sel tubuh manusia
adalah dalam bentuk Adenosin Trifosfat (ATP) yang diperoleh dari katabolisme glukosa dalam
sel-sel tubuh. Glukosa akan dipecah menjadi energy dan hal ini terutama ditentukan oleh suplai
oksigen. Ketika oksigen terpenuhi maka glukosa akan melalui katabolisme aerobic di
sitoplasma dan mitokondria sel melalui 4 proses : glikolisis, dekarboksilasi oksidatif asam
piruvat, siklus asam sitrat, dan transport elektron dengan hasil akhir ATP, karbondioksida , dan
uap air. Jika oksigen tidak terpenuhi, maka katabolisme energy akan dilakukan secara
anaerobic dengan produk akhir ATP, asam laktat dan NADH. Namun produksi ATP dari
metabolism anaerobic jauh lebih sedikit dibanding metabolism aerobic, yaitu sekitar 1/18
kalinya (36 ATP berbanding 12 ATP).Karena oksigen amat penting bagi konservasi energy
tubuh, maka aktivitas dan latihan pada manusia terkait erat dengan kerja sistem kardiovaskuler,
respirasi, dan hematologi untuk penyediaan oksigen dan pembuangan karbondioksida dan uap
air. Beberapa kondisi seperti anemia, syok hipovolemik, hipertensi, penyakit jantung, dan
penyakit pernapasan dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas dari manusia.
Aktivitas dan latihan adalah proses gerakan tubuh manusia yang melibatkan sistem
lokomotorik yaitu tulang dan otot. Tulang berperan sebagai alat gerak pasif, memberikan
kesetabilan dalam postur tubuh dan memberi bentuk tubuh.Sedangkan otot berperan sebagai
alat gerak aktif dimana tendon-tendon otot melekat pada tulang dan berkontraksi untuk
menggerakkan tulang.
Jaringan otot merupakan sistem yang berperan sebagai alat gerak aktif. Hal ini karena
kemampuan jaringan otot untuk berontraksi dan relaksasi. Di balik mekanisme otot yang
secara eksplisit hanya merupakan gerak mekanik, terjadi beberapa proses kimiawi dasar
sebagai kelangsungan kontraksi otot. Mekanisme kontraksi otot dijelaskan melalui proses
pergeseran aktomiosin dimana aktin berperan sebagai rel kereta dan myosin berperan sebagai
kereta. Ketika terjadi kontraksi otot, maka myosin akan bergeser di sepanjang aktin sehingga
terjadilah pemendekan myofibril. Agar terjadi pergeseran ini maka ikatan troponin pada aktin
dan myosin harus hlang dan hal ini memerlukan peran aktomiosin. Aktivitas aktomiosin ini
dipengaruhi oleh adanya ion kalisum dan neurottansmitter asetilkolin. Adanya kekurangan
kalsium dalam tubuh akan berdampak pada gangguan kontraksi otot. Begitu juga adanya
gangguan trasnmisi kolinergik pada neuromuscular akan berdampak pada gangguan kontraksi
otot.
Menurut (Hidayat, 2014) penyebab gangguan aktivitas adalah sebagai berikut :
1. Kelainan Postur
2. Gangguan Perkembangan Otot
3. Kerusakan Sistem Saraf Pusat
4. Trauma langsung pada Sistem Muskuloskeletal dan neuromuscular
5. Kekakuan Otot
C. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik pada gangguan aktivitas yaitu tidak mampu bergerak secara mandiri atau
perlu bantuan alat/orang lain, memiliki hambatan dalam berdiri dan memiliki hambatan dalam
berjalan. (Potter & Perry, 2006)
D. Patofisiologi
Menurut (Hidayat, 2014) proses terjadinya gangguan aktivitas tergantung dari penyebab
gangguan yang terjadi. Ada tiga hal yang dapat menyebabkan gangguan tersebut, diantaranya
adalah :
1. Kerusakan Otot
Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologis otot. Otot berperan sebagai
sumber daya dan tenaga dalam proses pergerakan jika terjadi kerusakan pada otot, maka tidak
akan terjadi pergerakan jika otot terganggu. Otot dapat rusak oleh beberapa hal seperti trauma
langsung oleh benda tajam yang merusak kontinuitas otot. Kerusakan tendon atau ligament,
radang dan lainnya.
2. Gangguan pada skelet
Rangka yang menjadi penopang sekaligus poros pergerakan dapat terganggu pada kondisi
tertentu hingga mengganggu pergerakan atau mobilisasi. Beberapa penyakit dapat
mengganggu bentuk, ukuran maupun fungsi dari sistem rangka diantaranya adalah fraktur,
radang sendi, kekakuan sendi dan lain sebagainya.
3. Gangguan pada sistem persyarafan
Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls dari dan ke otak. Impuls tersebut
merupakan perintah dan koordinasi antara otak dan anggota gerak. Jadi, jika syaraf terganggu
maka akan terjadi gangguan penyampaian impuls dari dank e organ target. Dengan tidak
sampainya impuls maka akan mengakibatkan gangguan mobilisasi.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Diagnostik
a) Foto Rontgen (Untuk menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi, dan perubahan
hubungan tulang).
b) CT Scan tulang (mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah yang sulit
untuk dievaluasi)
c) MRI (untuk melihat abnormalitas : tumor, penyempitan jalur jaringan lunak melalui
tulang)
2. Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan darah dan urine
b) Pemeriksaan Hb
F. Komplikasi
1. Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur
2. Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol/hipotensi orthostatic
3. Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dan dangkal
4. Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan
5. Status emosi labil
(Rosidawati, dkk 2008)
G. Penatalaksanaan
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsung sepanjang kehidupan dan episodic.
Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang khidupan, mobilitas dan aktivitas tergantung
pada system musculoskeletal, kardiovaskuler, pulmonal. Sebagai suatu proses episodic
pencegahan primer diarahkan pada pencegahan masalah-masalah yang dapat timbul akibat
imobilitas atau ketidakaktifan.
a) Hambatan terhadap latihan
b) Pengembangan program latihan
c) Keamanan
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemliharaan fungsi dan pencegahan komplikasi.
(Tarwoto & Wartonah, 2006)
3. Penatalaksanaan terapeutik
H. Pengkajian Fokus
Menurut (Hidayat, 2014) pengkajian yang penting dalam gangguan aktivitas sebagai berikut :
a) Biodata pasien
b) Riwayat Kesehatan termasuk pola istirahat/tidur, pola aktivitas/latihan. Pola aktivitas atau
latihan dapat dinilai dengan tabel berikut :
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan dan minum
Mandi
Eliminasi (BAK&BAB)
Berpakaian
Mobilisasi di tempat tidur
Pindah
Ambulasi
Keterangan :
0 : mandiri, 1 : alat bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang lain dan
alat, 4 : tergantung total
I. Diagnosa keperawatan
1. Intoleransi aktivitas
2. Gangguan mobilitas fisik
3. Keletihan
4. Nyeri akut
5. Risiko kerusakan integritas kulit
Dx Keperawatan Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan
No. Dx (SDKI) (SLKI) (SIKI)
ASUHAN KEPERAWATAN
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal MRS : 30 Sept 2020 Jam Masuk : 18.45
Tanggal Pengkajian : 5 Okt 2020 No. RM : 2022448 / 11451889
Jam Pengkajian : 14.00 Diagnosa Masuk :
Hari rawat ke : 5/ Post Op hari ke 3 Non Union Humerus Post External Fixation with BPI
Pre Ganglionic Syndrom
IDENTITAS KLIEN
1. Nama : Sdr EL
2. Jenis Kelamin : Laki laki
3. Umur : 17 tahun
4. Status Kawin : belum kawin
5. Suku/ Bangsa : Indonesia
6. Agama : Kristen
7. Pendidikan : SMA
8. Pekerjaan : Belum bekerja
9. Alamat : Jl.Kenongo 4/17 Perunas Ngronggo Kediri
10. Sumber Biaya : JKN
KELUHAN UTAMA
Keluhan utama: Pasien mengatakan tangan kirinya belum bisa digerakkan dan terasa agak nyeri dengan skala 4
dalam rentang 1-10
: Laki Meninggal
0 1 2 3 4
Makan minum V
Mandi V
Berpakaian/dandan V
Toileting V
Berpindah V
Berjalan V
Naik tangga V
Berbelanja V
Memasak V
Pemeliharaan rumah V
POLA ELIMINASI
Pola BAB saat ini : V dalam batas normal Konstipasi Diare Inkontinensia
Nyeri Keluar darah Warna faeces: .kecoklatan ±100cc/hr
Kebiasaan BAK : 3 - 4 kali/hari Jumlah: ±200-300 cc/hari dan tidakada gangguan
Warna Urin : agak kekuningan Alat Bantu: tanpa alat bantu
POLA TIDUR-ISTIRAHAT
Kebiasaan tidur : 5-6 jam/malam hari dan 1,5-2 jam/tidur siang
Nyenyak tidur : V Ya tidak
Masalah tidur : V Tidak ada Ya terbangun malam hari Sulit
tidur/Insomnia Mimpi buruk Nyeri/tdk nyaman Gangg.
Psikologis,
Sebutkan:
POLA KOGNITIF-PERSEPTUAL
Keadaan mental : stabil Afasia V Sukar bercerita Disorientasi
Kacau mental Menyerang/agresif Tidak ada respons
Berbicara : V Normal Bicara tidak jelas Berbicara inkoheren
Tidak dapat berkomunikasi verbal
Bahasa yang dikuasai : V Indonesia Lain-lain: ..........................................................................................
Kemampuan memahami : V Ya Tidak
Ansientas : Ringan V Sedang Berat Panik
Ketakutan : V Tidak Ya
Pendengaran : V DBN Terganggu ( Ka Ki) Tuli ( Ka Ki)
Alat Bantu dengar Tinitus
Penglihatan : V DBN Kacamata Lensa kontak Mata kabur ( Ka Ki)
Buta ( Ka Ki) Vertigo: Ya Tidak
Nyeri : Tidak V Ya V Akut Kronis
Lokasi Nyeri : Lengan atas tangan kiri
Nyeri berkurang saat posisi diam
POLA TOLERANSI KOPING STRES/PERSEPSI DIRI/KONSEP DIRI
Masalah utama sehubungan dengan dirawat di rumah sakit atau penyakit:
Adakah ancaman perubahan penampilan/kehilangan anggota badan : Tidak V Ya
Adakah penurunan harga diri : Tidak V Ya
Adakah ancaman kematian : V Tidak Ya
Adakah ancaman terhadap kesembuhan penyakit : Tidak V Ya
Adakah masalah biaya perawatan di RS : V Tidak Ya
Pola koping individual : V Konstruktif/efektif Tidak efektif Tidak mampu
Hasil pengkajian lain:
Pasien masih berharap bisa menggerakkan tangan kirinya. Saat membicarakan tangan kirinya pasien terlihat agak malu
dan sedih tetapi memaksa untuk tersenyum
POLA PERAN-HUBUNGAN
Peran saat ini yang dijalankan : Anak dan sekolah
Penampilan peran sehubungan dengan sakit : Tidak ada masalah VAda masalah,
Sebutkan :
Sistem pendukung : Pasangan(Istri/Suami) VSaudara/famili
VOrang tua/wali teman dekat tetangga
Interaksi dengan orang lain : V Baik Ada masalah
Menutup diri : V Tidak Ya
Mengisolasi diri/diisolasi orang lain : V Tidak Ya
POLA NILAI-KEYAKINAN
Agama yang dianut : Kristen
Pantangan agama : V Tidak Ya (sebutkan)
Meminta dikunjungi Rohaniawan : Ya VTidak
Nilai/keyakinan terhadap penyakit yang diderita: Pasien mengatakan ini adalah sebuah ujian
Distres Spiritual : V Tidak Ya, sebutkan
Abdomen
Inspeksi : bentuk bulat, tidak ada bayangan vena, tidak terlihat adanya benjolan abdomen, tidak ada luka operasi
pada abdomen, dan tidak terpasang drain Auskultasi
- Peristaltik 9 kali/menit
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa, dan tidak ada pembesaran pada hepar dan lien
Perkusi
- Shifting Dullness tidak ditemukan
- Tidak ada nyeri pada pemeriksaan perkusi ginjal
7.
8. Sistem muskuloskeletal (B6)
a. Pergerakan sendi: bebas terbatasV pada lengan kiri negatif
b. Kekuatan otot: 0 5
5 5
o. Cardinal Sign : Kalor- Rubor sekitar pin track - Tumor- Dolor /nyeri pada sekitar pin track
Fungsiolesa + pada lengan kiri
Tanda Tangan
(Sugeng Prasetyo)
ANALISA DATA
Hari/
Tgl/ DATA ETIOLOGI MASALAH
Jam
5/10/2020 Data Subjektif :
a. Pasien mengatakan tangan
kirinya tidak bisa digerakkan
Gangguan (D.0054) Gangguan
Data Objektif : Muskulosekletal dan mobilitas
a. Pasien menderita fraktur pada tangan Kerusakan
kiri Neurosensori motorik
b. Terlihat membutuhkan bantuan
terutama saat memakai baju atau
toileting dan berpindah posisi
c. Kekuatan otot lengan kiri 0 dan reflek
fisiologis tidak terukur
d. Riwayat Pleksus Brachial Injury
Terpasang eksternal fiksasi pada lengan
kiri dan terlihat atropi otot (tangan kiri
lebih kecil dari yang kanan)
5/10/2020 Agen pencedra fisik (D. 0077) Nyeri
Data Subjektif : akut
Pasien mengatakan nyeri pada tangan
kiri skor 4 terutama saat tersenggol di
bagian pin track, berlansung sekitar 1-2
menit
Data Objektif :
a. Wajah pasien terlihat meringis
b. Pasien menderita fraktur humerus kiri
post eksternal fiksasi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. D.0054)
h. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Gangguan Muskulosekletal dan Kerusakan
Neurosensori motorik yang dibuktikan dengan Kekuatan otot lengan kiri 0 dan reflek
fisiologis tidak terukur, riwayat Pleksus Brachial Injury, serta terpasang eksternal fiksasi
pada lengan kiri dan terlihat atropi otot (tangan kiri lebih kecil dari yang kanan)
2. (D.0077)
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dibuktikan dengan wajah pasien tamak meringis
dan pasien mengeluh nyeri pada lengan kiri sekitar pin track dengan skala nyeri 4 dan durasi nyeri saat
timbul 1-
2 menit.
3. (PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN
2. (D.0077)
Nyeri akut berhubungan dengan
agen pencedera fisik dibuktikan
dengan wajah pasien tamak
meringis dan pasien mengeluh
nyeri pada lengan kiri sekitar
pin track dengan skala nyeri 4
dan durasi nyeri saat timbul 1-
2 menit.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Sdr EL
Umur : 17 th
No. Register : 2022448 / 11451889
Diagnosa
No. Tanggal Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Ditemukan Keperawatan
1. 5 Okt 2020 1. D.0054) Setelah dilakukan tindakan Dukungan Ambulasi Observasi
Gangguan mobilitas fisik keperawatan selama 3x8 jam 1.1 Identifikasi kemampuan pasien beraktivitas
berhubungan dengan mobilitas fisik meningkat 1.2 Monitor kondisi umum selama melakukan
Gangguan Muskulosekletal dengan kriteria hasil: mobilisasi
dan Kerusakan
1. Pergerakan ekstremitas Teraupetik
Neurosensori motorik yang
dibuktikan dengan meningkat 1.3 Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (
Kekuatan otot lengan kiri 0 2. Kekuatan otot mis. Pagar tempat tidur )
dan reflek fisiologis tidak meningkat Rentang 1.4 Fasilitasi melakukan pergerakan jika perlu
terukur, riwayat Pleksus gerak (ROM) 1.5 Libatkan keluarga dalam merencanakan dan
Brachial Injury, serta meningkat memelihara program latihan fisik
terpasang eksternal fiksasi 3. Kelemahan fisik Edukasi
pada lengan kiri dan menurun 1.6 Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
terlihat atropi otot (tangan
kiri lebih kecil dari yang 1.7 Anjurkan melakukan mobilisasi dini
kanan) 1.8 Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus dilakukan dan
motivasi latihan saat di rumah
Kolaborasi
1.9 Konsultasi untuk rehabilitasi medis
dalam pemberian latihan ROM pasif
dan aktif
1. Senin, 06/10
15.00 WIB 2.1 Menanyakan pada pasien Nyeri timbul saat
factor pencetus dan Pereda ada pergerakan,
nyeri dan pasien
mengatakan
Pereda nyerinya
merupakan obat
nyeri dan teknik
nonfarmakologis
(nafas dalam)
pasien
1.7 Menganjurkan pasien mengkonsumsi
mengkonsumsi makanan makan makanan
tinggi kalori daan protein yang di sedikan
rumah sakit
pasien
mengatakan lebih
nyaman setelah
2.7 Memberi injeksi obat
Ketorolac 30 mg diberikan injeksi
obat
melalui IV sesuai resep dokter pasien
mengatakan lebih
nyaman setelah
diberikan injeksi
obat
Evaluasi
No. Hari/Tanggal/Jam Tindakan Keperawatan
Tindakan
Pasien dapat
2.6 Mengajarkan pasien teknik mengontrol nyeri
rileksasi nafas dalam dengan teknik
nafas dalam
Pasien melakukan
1.7.Menganjurkan pasien Gerakan turun dari
Melakukan mobilisasi dini tempat tidur
mencoba duduk
dengan
berpegangan
pagar tempat
tidurdan berjalan
ke luar ruangan
PENUTUP
Kesimpulan
1. Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan Kebutuhan Dasar
Aktivitas dibutuhkan informasi yang terfokus pada pa yang
menjadi penghambat baik dari dalam maupun luar penderita
atau pasien
2. Pemberian latihan ROM disesuaikan dengan tingkat
keterbatasan yang dialami pasien
3. Koordinasi dengan pihak rehabilitasi medis sangat
mendukung untuk pasien dengan gangguan mobilitas khusus
dlam perkembangan kondisi baik tulang maupun kekuatan
dan massa otot
Saran.
1. Perlu adanya suuport dini dari keluarga untuk mencegah terjadinya
atropi otot pada pasien dengan Pleksus Brachial Injury