Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

OLEH :

Nama Mahasiswa : Willi Ade Larasati


NIM : 071202040

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
TAHUN 2021
Konsep Teori Gangguan/Perubahan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia

A. Definisi
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi
oleh semua orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup, tubuh baru dapat
berfungsi secara optimal. Itirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang berbeda
pada setiap individu [ CITATION Eti19 \l 1057 ]
Istirahat berarti suatu kedaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional dan
bebas dari perasaan gelisah. Jadi beristirahat bukan berarti tidak melakukan
aktivitas sama sekali. Terkadang berjalan jalan di taman juga bisa dikatakan
sebagai suatu bentuk istirahat [ CITATION Eti19 \l 1057 ]
Tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode
lama dari keterjagaan. Siklus tidur terjaga mempengaruhi dan mengatur fungsi
fisiologis dan respon perilaku. Tidur berasal dari bahasa latin “somnus” yang
berarti alami periode pemulihan, kedaan fisiologi dan istirahat untuk tubuh dan
pikiran. Tidur adalah suatu kedaan tidak sadar yang dialami seseorang, yang dapat
dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup (buku kedua).
Istirahat merupakan keadaan yang relaks tanpa adanya tekanan emosional,
bukan hanya dalam keadaan tidak beraktifitas saja akan tetapi membutuhkan
ketenangan [CITATION Azi15 \l 1057 ]

B. Jenis-Jenis Tidur :
Dalam proses tidur terdapat dua jenis tidur :
Pertama jenis tidur yang disebabkan menurunnya kegiatan di dalam
pengaktivasi reticularis atau disebut dengan tidur gelombang lambat karena
gelombang otaknya sangat lambat atau disebut tidur NREM ( non rapid eye
movement)
Kedua jenis tidur yang disebabkan oleh penyalur abnormal dari isyarat-
isyarat dalam otak meskipun kegiatan otak mungkin tidak tertekan secara berarti
atau disebut dengan jenis tidur paradox atau tidur REM ( rapid eye movemen).
Tidur paradox/tidur REM ( rapid eye movement), jenis ini dapat
berlangsung pada tidur malam yang terjadi selama 5-20 menit, rata-rata timbul 90
menit, dimana periode pertama terjadi 80-100 menit, akan tetapi apabila kondisi
orang sangat lelah maka awal tidur sangat cepet bahkan jenis tidur ini tidak ada.
Ciri tidur REM adalah sebagai berikut biasanya disertai dengan mimpi
aktif, lebih sulit dibangunkan dari pada selama tidur nyenyak NREM, tonus otot
selama tidur nyenyakl sangat tertekan yang menunjukan inhibisi kuat proyeksi
spinal atas sistem pengaktivitasi retikulasi, frekuensi jantung dan pernafasan
menjadi tidak teratur, pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak
teratur, mata cepat tertutup dan terbuka,nadin cepat dan irregular tekanan darah
meningkat atau berfluktuasi sekresi gaster meningkat dan metabolisme
meningkat.pada tidur ini penting untuk keseimbangan mental,emosi juga berperan
dalam belajar, memori dan adaptasi [CITATION Azi15 \l 1057 ]

C. Fisiologi
Pengaturan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral yang secara
bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk dapat tidur dan
bangun, salah satu aktifitas tidur ini diatur oleh system pengaktivasi rekutilaris.
Pusat pengaturan aktifitas tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons.
Selain itu RAS (reticular activating system) dapat memberikan rangsangan visual,
pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks
serebsi termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Pada saat tidur kemungkinan
disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dri sel-sel khusus yang berada di
pons dan batang otak tengah yaitu (bulbar synchronizing regional), ketika bangun
tergantung dari keseimbangan impuils yang diterima dipusat otak dan sistem
limbik. Dengan demikian sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau
perubahan dalam tidur dalam RAS (reticular activating system) dan BSR (bulbar
synchronizing regional [CITATION Azi15 \l 1057 ]

D. Etiologi dan faktor risiko


1. Insomnia, yaitu suatu kedaanketidakmampuan mendapatkan tidur yang
adekuat, baik kualitas maupun kuantitas dengan kedaan tidur yang hanya
sebentar atau susah tidur. Jenis insomnia :
a. Initial insomnia : ketidakmampuan untuk jatuh tidur/mengawali tidur
b. Intermitten insomnia : ketidakmampuan untuk tetap tidur, selalu terbangun
pada malam hari
c. Terminal insomnia : ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah bangun
tidur pada malam hari
2. Hipersomnia, gangguan tidur dengan kriteria tidur berlebihan pada umumnya
lebih dari 9 jam pada malam hari
3. Parasomnia, kumpulan dari penyakit yang dapat mengganggu pola tidur
seperti, somnambulisme (berjalan-jalan dalam tidur) yang banyak terjadi pada
anak anak dalam tahap III dan IV dari tidur NREM
4. Enuresa, buang air kecil yang tidak sengaja pada waktu tidur atau mengompol
5. Apnea tidur
6. Narcolepsi, keadaan yang tidak dapat dikendalikan untuk tidur seperti
seseorang seseorang dapat tidur dalam kedaan berdiri, mengemudikan
kendaraan dan lain-lain [CITATION Azi15 \l 1057 ]

E. Faktor Yang Mempengaruhi


1. Status kesehatan
Seseorang yang tubuhnya sehat memungkinkan ia dapat tidur dengan nyenyak
tetapi pada orang yang sakit da nada rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat dan
tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik, misalnya dengan pasien gangguan
pola pernapasan, nyeri , dll.
2. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur.
Pada lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur dengan
nyenyak. Sebaliknya lingkungan yang rebut, bising dan gaduh akan
menghambat seseorang untuk tidur
3. Stres psikologis
Cemas dan depresi akan mengakibatkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal
ini disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin
darah melalui system saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM
dan REM
4. Diet
Makanan yang banyak mengandung L-Triptofan seperti keju, susu, daging
dan ikan tuna dapat menyebabkan seseorang mudah tidur. Sebaliknya,
minuman yang mengandung kafein maupun alcohol akan mengganggu tidur
5. Gaya hidup
Kelelahan tingkat menengah orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan
pada kelelahan yang berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM
[ CITATION Asm08 \l 1057 ]

F. Patofisiologi
Tidur tidak dapat diartikan sebagai manifestasi proses de-aktivasi susunan
saraf pusat. Jadi, seseorang yang tertidur itu bukan karena susunan saraf
sarafnya tidak aktif, melainkan giat dalam mengadakan sinkronisasi terhadap
neuron-neuron substansia retikularis dari batang otak.Bagian susunan saraf
pusat yang berfungsi untuk mengadakan sinkronisasi kegiatan neuronal ialah
substansia retikularis ventrilaris medula oblongata dan dinamakan pusat tidur
(Priguna, 2009). Tidur adalah suatu proses aktif, bukan sekedar hilangnya
keadaan terjaga. Tingkat aktivitas otak keseluruhan tidak berkurang selama
tidur.Selama tahap-tahap trtentu tidur, penyerapan 02 oleh otak bahkan
meningkat melebihi tingkat normal sewaktu terjaga (Lauralee, 2016).
Tahapan Tidur
1. Tahap 1 adalah tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri sebagai
berikut : relaks, masih sadar dengan lingkungan, merasa mengantuk, bola
mata bergerak dari samping ke samping, frekuensi nadi dan napas sedikit
menurun, dapat bangun segera selama tahap ini berlangsung selama 5 menit.
2. Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun
dengan ciri sebagai berikut: mata pada umumnya menetap, denyut jantung
dan frekuensi napas menurun, temperatur tubuh menurun, metabolisme
menurun berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit.
3. Tahap menurun III merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi dan
frekuensi napas dan proses tubuh lainnya lambat, disebabkan adanya
dominasi syaraf parasimpatisi, sulit untuk bangun.
4. Tahap IV menurun tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan jantung dan
pernafasan turun, jarang bergerak dan sulit dibangunkan, gerak bola mata
cepat, sekresi lambung menurun, dan tonus otot menurun [CITATION Azi15
\l 1057 ]
Kebutuhan Tidur Manusia
Umur Tingkat Perkembangan Jumlah Kebutuhan Tidur
0-1 bulan Bayi baru lahir 12-18 jam/hari
1 bulan - 18 bulan Infant 12-14 jam/hari
18 bulan - 3 tahun Toddler 11-12 jam/hari
3 tahun - 6 tahun Preschool 11 jam/hari
6 tahun – 12 tahun School age 10 jam/hari
12 tahun – 18 tahun Adolescent 8,5 jam/hari
18 tahun – 40 tahun Young adult 7-8 jam/hari
40 tahun – 60 tahun Middle age 7 jam/hari
60 tahun keatas Early adult 6 jam/hari

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Polisomnografi (PSG), nama alat yang digunakan di laboratorium tidur.
Artinya adalah perekaman fungsi-fungsi tubuh selama tidur. Fungsi-fungsi
tubuh yang direkam antara lain: gelombang otak, gerakan bola mata, regangan
otot, aliran udara nafas, getaran pada leher (dengkur), gerakan nafas, fungsi
jantung (EKG), posisi tidur, kadar oksigen, dan gerakan kaki. Tubuh akan
dilekatkan dengan banyak sensor.
2. Tipe PSG Berdasarkan tipe alat, American Academy of Sleep Medicine
mengkategorikan menjadi empat tipe.
a. Minimum terdiri dari 7 channels dalam laboratorium dengan diamati oleh
tenaga khusus sepanjang malam.
b. Minimum terdiri dari 7 channels, tidak diawasi secara langsung seperti
tipe pertama.
c. Portable sleep apnea testing yang lebih dikenal dengan sebutan perekaman
kardio-respiratori, hanya terdiri dari perekaman nafas dan jantung.
d. Apnea screening, hanya merekam aliran udara di hidung dan kadar
oksigen. Tipe satu, dikatakan sebagai yang terlengkap dan dapat
digunakan untuk pemeriksaan berbagai gangguan tidur. American
Academy of Sleep Medicine (AASM), mengakui pemeriksaan Tipe 1 dan
3 sebagai pemeriksaan standar untuk mendiagnosa sleep apnea, sementara
Tipe 4 masih dianggap sebagai alat penyaring saja. Hanya saja, pada
pemeriksaan tipe 3 diharuskan adanya tenaga berkualifikasi khusus yang
membaca serta menganalisa hasil pemeriksaan secara manual, setara
seperti pada tipe 1. Tidak semua pasien dapat menjalankan pemeriksaan
tipe 3 dan 4. AASM mensyaratkan juga bahwa hanya pasien dalam
kondisi khusus saja yang dapat melakukannya. Kondisi tersebut antara
lain, sakit berat, diduga menderita sleep apnea berat dan tidak dicurigai
menderita gangguan tidur lain selain sleep apnea.

H. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan gangguan tidur sebaiknya mengedepankan pendekatan non-
farmakologis. American Family Physician baru-baru ini mendorong klinisi untuk
mengurangi pemakaian obat-obatan dalam tata laksana gangguan tidur.
1. Terapi Nonfarmakologis
Terapi nonfarmakologis untuk gangguan tidur dapat berupa sleep
hygiene, cognitive behavioral therapy, dan stimulus control therapy
[ CITATION Cro19 \l 1057 ]
Konsep Asuhan Keperawatan

Berisi mengenai konsep asuhan keperawatan secara teori meliputi ;


A. Pengkajian
1. Pengkajian keperawatan terhadap kebutuhan istirahat dan tidur, meliputi :
a. Pengkajian riwayat tidur antara lain: waktu berangkat, jatuh dan bangun
dari tidur, jumlah tidur siang dan malam hari, kegiatan sehari-hari,
aktivitas, rekreasi, kebiasaan, lingkungan tidur, dan lain-lain.
b. Pengkajian tanda dan gejala klinis, diantaranya perasaan lelah, gelisah,
lesu, apatis, kehitaman daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak,
konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, dan sakit
kepala.
c. Pengkajian terhadap penyimpanan tidur, meliputi perubahan tingkah laku
dan auditorik, meningkatnya kegelisahan, gangguan pesepsi, halusinasi
visual dan auditorik, bingung, disorientasi tempat dan waktu, gangguan
koordanasi, bicara rancu, tidak sesuai dan intonasinya tidak teratur
[ CITATION Asm08 \l 1057 ]
2. Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai
gangguan kebutuhan istirahat dan tidur meliputi :
a. Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam berapa
biasa bangun tidur dan keterampilan pola tidur klien
b. Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur seperti membaca buku,
buang air kecil dll
c. Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara mengatasinya
d. Kebiasaan tidur siang lama
e. Lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan tidur klien?
Apakah kondisinya bising, gelap atau suhunya dingin? Dll
f. Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat mempelajari
apakah peristiwa yang dialami klien yang menyebabkan gangguan tidur?
g. Status emosi dab mental klien. Perawat perlu mengkaji mengenai status
mengenai status emosional dan mental. Apakah klien mengalami stress
emosional atau ansietas? Sumber stress klien apa saja?
h. Penampilan wajah : kantung mata hitam, konjuungtiva kemerahan, mata
terlihat cekung
i. Perilaku : mudah tersinggung, selalu menguap, terlihat bingung dan
kurang konsentrasi
j. Kelelahan : tampak letih dan lesu [CITATION Azi15 \l 1057 ]

B. Diagnosa keperawatan
(SDKI)
1. Gangguan pola tidur 0055
2. Ansietas 0010
3. Koping tidak efektif 0096
C. Rencana asuhan keperawatan
No SLKI SIKI
Dx
1 Pola tidur L. 05045 Dukungan Tidur I.05174
Definisi : ketidakadekuatan kualitas Tindakan :
dan kuantitas tidur Observasi
Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
keperawatan selama 3x24 jam 2. Identifikasi factor pengganggu tidur
diharapkan klien dapat 3. Identifikasi makanan dan minuman
mempertahankan kualitas tidur dan yang menngganggu tidur (kopi, teh,
pola tidur. Dengan kriteria hasil : minum banyak air sebelum tidur,
1. Keluhan sulit tidur makan mendekati waktu tidur)
12345 4. Identifikasi obat tidur yang
2. Keluhan sering terjaga dikonsumsi
12345 Terapeutik
3. Keluhan tidak puas tidur 1. Modifikasi lingkungan (pencahayaan,
12345 kebisingan, suhu, tempat tidur)
4. Keluhan pola tidur berubah 2. Fasilitasi menghilangkan stress
12345 sebelum tidur
5. Keluhan istirahat tidak cukup 3. Tetapkan jadwal rutin
12345 4. Lakukan prosedur untuk
6. Kemampuan beraktivitas meningkatkan kenyamanan (pijat
12345 pengaturan posisi,terapi akupresur)
5. Sesuaikan jadwal pemberian obat /
tindakan untuk menunjangsiklus tidur
terjaga
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit
2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu
tidur
3. Anjurkan menghindari makanan atau
minuman yang mengganggu tidur
4. Anjurkan penggunaan obat tidur yang
tidak mengandung supresor terhadap
tidur REM
5. Ajarkan relaksasi otot autogenic atau
cara nonfarmakologi lainnya
2 Tingkat ansietas L. 09093 Terapi Relaksasi I.09326
Definisi : kondisi emosi dan pengalamn Tindakan :
subyektif terhadap objek yang tidak Observasi
jelas dan spesifik akibat antisipasi 1. Identifikasi teknik relaksasi yang
bahaya yang memungkinkan individu pernah digunkan
melakukan tindakan untuk menghadapi 2. Periksa ketegangan otot, frekuensi
ancaman nadi, tekanan darah dan suhu sebelum
Setelah dilakukan tindakan dan sesudah Lathan
keperawatan selama 3x24 jam 3. Monitor respons terhadap terapi
diharapkan klien dapat berkurang relaksasi
cemasnya. Dengan kriteria hasil : Terapeutik
1. Perilaku gelisah 1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan
12345 tanpa gangguan dengan pencahayaan
2. Perilaku tegang dan suhu ruang nyaman
12345 2. Berikan informasi tertulis tentang
3. Keluhan pusing persiapan dan prosedur teknik
12345 relaksasi
4. Frekuensi pernapasan 3. Gunakan pakaian longgar
12345 4. Gunakan nada suara lembut dengan
5. Frekuensi nadi irama lambat dan berirama
12345 Edukasi
6. Tekanan darah 1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan
12345 jenis relaksasi yang tersedia (music,
7. Tremor meditasi, napas dalam, relaksasi otot
12345 progresif)
8. Pucat 2. Anjurkan mengambil posisi yang
12345 nyamananjurkan rileks dan meraskan
9. Konsentrasi sensasi relaksasi
12345 3. Anjurkan sering mengulang dan
10. Pola tidur melatih teknik
12345 4. Demonstrasikan dan latih teknk
11. Perasaan keberdayaan relaksasi ()peregangan/imajinasi
12345 terbimbing
12. Verbalisasi khawatir akibat kondisi
yang dihadapi
12345
3 Status Koping L.09086 Promosi Koping I.09312
Definisi : kemampuan menilaindan Tindakan :
merespons stressor atau kemampuan Observasi
menggunakan sumber-sumber yang ada 1. Identifikasi metode penyelesaian
untuk mengatasi masalah masalah
Setelah dilakukan tindakan 2. Identifikasi dampak situasi terhadap
keperawatan selama 3x24 jam peran dan hubungan
diharapkan klien dapat 3. Identifikasi pemhaman proses
mempertahankan koping diri. Dengan penyakit
kriteria hasil : Terapeutik
1. Perilaku koping adaptif 1. Diskusikan perubahan peran yang
12345 dialami
2. Verbalisasi kemampuan mengatasi 2. Gunakan pendekatan yang tenang dan
masalah meyakinkan
12345 3. Kurangi rangsangan lingkungan yang
3. Verbalisasi pengakuan masalah mengancam
12345 4. Motivasi terlibat dalam kegiatan
4. Verbalisasi kelemahan diri social
12345 5. Fasilitasi dalam memperoleh
5. Tanggung jawab diri informasi yang dibutuhkan
12345 6. Tinjau kembali kemampuan dan
6. Orientasi realitas penga,mbilan keputusan
12345 7. Hindari mengambil kepuusan saat
7. Perilaku asertif dibawah tekanan
12345 Edukasi
1. Anjurkan menggunkan sumber
spiritual
2. Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
3. Anjurkan keluarga terlibat
4. Ajarkan cara memecahkan masalah
secara konstruktif
5. Latih teknik relaksasi
6. Latih mengembangkan penilaian
obyektif

D. Evaluasi
1. Jumlah tidur, apakah sesuai dengan kebutuhan?
2. Menjabarkan factor-faktor yang mencegah dan memperlihatkan tidur
3. Menjabarkan teknik-teknik yang yang dapat digunakan untuk mengatasi
gangguan tidur
4. Mendemonstrasikan adanya keseimbangan istirahat dan tidur sesuai dengan
status kesehatan klien
5. Hilangnya tanda klinik gangguan tidur dan penyimpangan seperti klien
memperlihatkan perasaan segar, tidak gelisah, tidak lesu dan apatis, hilangnya
kantung mata, tidak ditemukan konjungtiva merah, konsentrasi penuh,
persepsi baik dan orintentasi penuh [CITATION Azi15 \l 1057 ]

Daftar Pustaka

Asmadi. (2008). Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika .

Croke. (2019). Deprescribing Benzodiazepine Receptor Agonists for Insomnia in Adults. 57-58. Diambil
kembali dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/30600971

Hauk. (2018). Deprescribing Antipsychotics for Behavioral and Psychological Symptoms of Dementia and
Insomnia. 394-395. Diambil kembali dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/30215911

Hidayat, A. A. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya: Health Book.

Rohayati, E. (2019). Keperawatan Dasar 1. Cirebon: Lovrinz Publishing.

Anda mungkin juga menyukai