A. Definisi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan
besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada
akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang (Bakta, 2006).
Anemia defisiensi besi merupakan tahap defisiensi besi yang paling parah, yang
ditandai oleh penurunan cadangan besi, konsentrasi besi serum, dan saturasi transferin yang
rendah, dan konsentrasi hemoglobin atau nilai hematokrit yang menurun (Abdulmuthalib,
2009).
B. Etiologi
Menurut Bakta (2006) anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena rendahnya asupan
besi, gangguan absorbsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun:
a. Saluran cerna: akibat dari tukak peptik, pemakaian salisilat atau NSAID, kanker
lambung, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang.
b. Saluran genitalia (perempuan): menorrhagia.
C. Patogenesis
Perdarahan kronik yang menyebabkan kehilangan besi atau kebutuhan besi yang
meningkat akan dikompensasi tubuh sehingga cadangan besi makin menurun (Bakta, 2006).
Jika cadangan besi menurun, keadaan ini disebut keseimbangan zat besi yang negatif, yaitu
tahap deplesi besi (iron depleted state). Keadaan ini ditandai oleh penurunan kadar feritin
serum dan peningkatan absorbsi besi dalam usus. Ketika penyediaan besi untuk eritropoesis
berkurang, terjadi gangguan pada bentuk eritrosit tetapi anemia secara klinis belum terjadi.
Keadaan ini disebut sebagai iron deficient erythropoiesis. Pada fase ini kelainan pertama
yang dijumpai adalah peningkatan kadar free protophorphyrin atau zinc protophorphyrin
dalam eritrosit. Saturasi transferin menurun dan kapasitas ikat besi total (total iron binding
capacity = TIBC) meningkat, serta peningkatan reseptor transferin dalam serum. Akibatnya
timbul anemia hipokromik mikrositik, disebut sebagai anemia defisiensi besi (iron deficiency
anemia).
Anemia defisiensi besi merupakan hasil akhir keseimbangan negatif besi yang
berlangsung lama. Bila kemudian keseimbangan besi yang negatif ini menetap akan
menyebabkan cadangan besi terus berkurang. tahap defisiensi besi, yaitu:
Tahap pertama
Tahap ini disebut iron depletion atau storage iron deficiency, ditandai dengan
berkurangnya cadangan besi atau tidak adanya cadangan besi. Hemoglobin dan fungsi protein
besi lainnya masih normal. Pada keadaan ini terjadi peningkatan absorpsi besi non heme.
Feritin serum menurun sedangkan pemeriksaan lain untuk mengetahui adanya kekurangan
besi masih normal.
Tahap kedua
Pada tingkat ini yang dikenal dengan istilah iron deficient erythropoietin atau iron limited
erythropoiesis didapatkan suplai besi yang tidak cukup untuk menunjang eritropoisis. Dari
hasil pemeriksaan laboratorium diperoleh nilai besi serum menurun dan saturasi transferin
menurun sedangkan total iron binding capacity (TIBC) meningkat dan free erythrocyte
porphyrin (FEP) meningkat.
Tahap ketiga
Tahap inilah yang disebut sebagai iron deficiency anemia. Keadaan ini terjadi bila besi yang
menuju eritroid sumsum tulang tidak cukup sehingga menyebabkan penurunan kadar Hb.
Dari gambaran darah tepi didapatkan mikrositosis dan hipokromik yang progresif. Pada tahap
ini telah terjadi perubahan epitel terutama pada anemia defisiensi besi yang lebih lanjut.
D. Manifestasi Klinis
Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia (anemic syndrome)
dijumpai pada anemia defisiensi besi apabila kadar hemoglobin kurang dari 7-8 g/dl.
Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta
telinga mendenging. Pada pemeriksaan fisik dijumpai pasien yang pucat, terutama
pada konjungtiva dan jaringan di bawah kuku (Bakta, 2006). Pada umumnya sudah
disepakati bahwa bila kadar hemoglobin < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda
anemia akan jelas.
Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tetapi tidak dijumpai pada anemia
jenis lain adalah (Bakta, 2006):
1. Koilonychia, yaitu kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergaris-
garis vertikal dan menjadi cekung sehingga mirip sendok.
2. Atrofi papil lidah, yaitu permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena
papil lidah menghilang.
3. Stomatitis angularis (cheilosis), yaitu adanya keradangan pada sudut mulut
sehingga tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan.
F. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Laboratorium
1. Hemoglobin (Hb)
2. Penentuan Indeks Eritrosit
9. Serum Feritin
Keterbatasan metode ini seperti sifat subjektifnya sehingga tergantung keahlian pemeriksa,
jumlah struma sumsum yang memadai dan teknik yang dipergunakan. Pengujian sumsum
tulang adalah suatu teknik invasif, sehingga sedikit dipakai untuk mengevaluasi cadangan
besi dalam populasi umum.
ANMAL
2. Mira datang ke puskesmas dengan keluhan mudah lelah yang disertai
pandangan berkunang-kunang sejak 2 minggu lalu. Mira juga mengeluh sering
sakit kepala dan napas terengah-engah saat mencuci pakaian atau melakukan
pekerjaan berat lainnya. (***)
a) Bagaimana patofisiologi : (saat kapan timbul)
1. Mudah lelah dan napas terengah-engah saat melakukan pekerjaan berat
Karena kadar besi menurun haemoglobin menurun jumlah
eritrosit normalnya rendah, jadi proses oksidasi biologis dalam tubuh juga
menjadi berkurang. Hal ini dikarenakan jumlah oksigen (O 2) yang diangkut ke
seluruh tubuh tidak mencukupi. Proses oksidasi tersebut mempengaruhi
jumlah energi yang dihasilkan dalam tubuh. Jika jumlahnya tidak mencukupi,
reaksi oksidasi biologis dalam tubuh terganggu sehingga menyebabkan energi
yang dihasilkan menurun dan menyebabkan kelelahan.
2. Pandangan berkunang-kunang
3. Sakit kepala
Karena kadar besi menurun haemoglobin menurun jumlah eritrosit
normalnya rendah, darah kaya oksigen yang menuju ke otak berkurang, otak
kekurangan oksigen dan menyebabkan sakit kepala.
Anemia defisiensi besi merupakan hasil akhir keseimbangan negatif besi yang
berlangsung lama. Bila kemudian keseimbangan besi yang negatif ini menetap akan
menyebabkan cadangan besi terus berkurang. tahap defisiensi besi, yaitu:
Tahap pertama
Tahap ini disebut iron depletion atau storage iron deficiency, ditandai dengan
berkurangnya cadangan besi atau tidak adanya cadangan besi. Hemoglobin dan fungsi
protein besi lainnya masih normal. Pada keadaan ini terjadi peningkatan absorpsi besi non
heme. Feritin serum menurun sedangkan pemeriksaan lain untuk mengetahui adanya
kekurangan besi masih normal.
Tahap kedua
Pada tingkat ini yang dikenal dengan istilah iron deficient erythropoietin atau iron
limited erythropoiesis didapatkan suplai besi yang tidak cukup untuk menunjang
eritropoisis. Dari hasil pemeriksaan laboratorium diperoleh nilai ferritin serum menurun
dan saturasi transferin menurun sedangkan total iron binding capacity (TIBC) meningkat
dan free erythrocyte porphyrin (FEP) meningkat.
Tahap ketiga
Tahap inilah yang disebut sebagai iron deficiency anemia. Keadaan ini terjadi bila besi
yang menuju eritroid sumsum tulang tidak cukup sehingga menyebabkan penurunan
kadar Hb. Dari gambaran darah tepi didapatkan mikrositosis dan hipokromik yang
progresif. Pada tahap ini telah terjadi perubahan epitel terutama pada anemia defisiensi besi
yang lebih lanjut.
c) Bagaimana pengaruh dari melakukan pekerjaan berat dengan gejala yang ia alami?
Pekerjaan berat butuh banyak energi, sedangkan kadar Hb pada Mira menurun
berarti oksigen yang diangkut ke seluruh tubuh otomatis berkurang karena
hemoglobin pada eritrosit tidak dapat mengangkut darah sebagaimana normalnya.
Karena distribusi oksigen berkurang, energi yang dihasilkan juga menurun dan jika
Mira bekerja terlalu berat, dia akan cepat lelah, nafas terengah – engah, dan
7. Feses (*)
a) Bagaimana Interpretasi
Adanya darah samar positif menunjukkan adanya perdarahan yang kecil pada
saluran cerna.
b) Bagaimana mekanisme abnormalitas
Kemungkinan besar terjadi luka pada dinding usus yang diakibatkan oleh
gigitan cacing tambang untuk melekat menghisap darah.