Anda di halaman 1dari 3

Nama : Vera Rahmawati

Npm : 1886206013

Matakuliah : Pengembangan Kurikulum

Letak Perbedaan Pelaksanaan Kurikulum Untuk Sekolah Biasa Dengan


Sekolah Luar Biasa

Menurut Handa Gustiawan, (2019) Kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan


sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan. Sehingga kurikulum merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan atau pengajaran. Saat ini, kurikulum
nasional yang digunakan adalah Kurikulum 2013 dan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dimana kedua kurikulum tersebut berbasis kompetensi.
Pendidikan Indonesia telah mengalami banyak perubahan kurikulum, sebelum
menggunakan kurikulum berbasis kompetensi Pendidikan Indonesia menggunakan
kurikulum 1994 yang lebih menekankan pada standar isi atau materi pelajaran.

Berbeda halnya dengan kurikulum nasional yang digunakan saat ini ialah berbasis
kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi adalah pengembangan kurikulum yang
bertitik tolak dari kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan
pendidikan. Kurikulum dengan basis kompetensi ini menggunakan pendekatan
kompetensi yang menekankan pada pemahaman dan kemampuan siswa. Guru
berperan sebagai fasilitator dalam mengembangkan kemampuan siswa. Siswa diberi
kesempatan untuk mengembangkan potensinya sehingga dapat memiliki ketrampilan
yang sesuai dengan minatnya.

Salah satu lembaga pendidikan yang mengimplementasikan kurikulum nasional


saat ini adalah Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Boyolali. SDLBN Boyolali
mengimplementasikan Kurikulum 2013 sebagai landasan dalam melaksanakan
pembelajaran. Kurikulum 2013 adalah tindak lanjut dari kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) yang pernah diujicobakan pada tahun 2004. KBK atau
(Competency Based Curriculum) dijadikan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan
pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada
jalur pendidikan sekolah.

SDLBN Boyolali adalah lembaga pendidikan yang memberikan layanan


pendidikan kepada anak berkebutuhan khusus. Sebagaimana telah ditetapkan dalam
UU. No. 20/2003 tentang Sisdiknas Anak Tunarungu adalah salah satu bagian dari
anak berkebutuhan khusus. Anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan
pendengaran baik sebagian ataupun menyeluruh dan biasanya memiliki hambatan
dalam berbahasa dan berbicara. Pada umumnya anak tunarungu akan mengalami
ketunaan sekunder dalam berbicara. Hal ini disebabkan karena sedikitnya kosakata
yang dimiliki anak dalam sistem otak sehingga anak tidak terbiasa untuk berbicara.
Anak tunarungu mendapatkan informasi dari indera yang masih berfungsi, seperti
indera penglihatan, perabaan, pengecapan dan penciuman.

Menurut Julaeha, (2019) kurikulum pendidikan di Indonesia juga cenderung kerap


berganti nama. Kurikulum yang ada di Indonesia selalu mengalami perubahan atau
pergantian nama. Namun, perubahan itu hanyalah sebatas perubahan nama saja. Tanpa
mengubah esensi kurikulum. Pada tataran praktik pendidikan, kurikulum juga kurang
memiliki sumber untuk pengembangan. Pengembangan sebuah kurikulum tentu saja
berdasarkan sumber prinsip, oleh karena itu untuk menunjukkan dari mana asal mula
lahirnya suatu prinsip pengembangan kurikulum. Sumber prinsip pengembangan
kurikulum yang dimaksud adalah data empiris (pengalaman yang terdokumentasi dan
terbukti efektif), data eksperimen (temuan hasil penelitian), cerita/legenda yang hidup
di masyarakat (folklore of curriculum), dan akal sehat (common sense) (Barrett &
Rata, 2014). Padahal, pendidikan adalah hasil peradaban suatu bangsa yang
dikembangkan atas dasar suatu pandangan hidup bangsa itu sendiri, sebagai
pengalaman yang memberikan pengertian, pandangan, dan penyesuaian bagi peserta
didik yang menyebabkan mereka berkembang. Jadi yang dimaksud dengan
problematika pendidikan adalah, persoalan atau permasalahan yang dihadapi oleh
dunia pendidikan. Persoalan-persoalan pendidikan tersebut menurut Burlian Somad
secara garis besar meliputi hal sebagai berikut: Satu adanya ketidakjelasan tujuan
pendidikan, Dua ketidakserasian kurikulum, Tiga ketiadaan tenaga pendidik yang
tepat dan cakap, Empat adanya pengukuran.

Salah satu yang mempengaruhi sistem pendidikan ialah kurikulum, oleh sebab itu
kurikulum berperan penting sekali. Kurikulum harus bisa mengikuti alur yang ada
pada masyarakat. Kurikulum harus dapat menjawab kebutuhan masyarakat luas dalam
setiap persoalan yang dihadapi. Sehingga sudah selayaknya kurikulum terus dan terus
diperbaharui dan dikembangkan. Sejalan dengan zaman, tantangan di dunia
pendidikan dalam rangka membekali siswa siswi menjadi pribadi lurus dan siap hidup
dalam keadaan apapun. Kurikulum harus responsif dan komprehensif dalam
kehidupan sosial tidak overload, relevan, dan mampu menyeimbangkan keberagaman
dan keperluan dalam setiap masa. Dalam menghadapi kondisi Indonesia yang
mengalami krisis moral yang disebabkan merosotnya nilai-nilai karakter bangsa, dan
lahirnya para generasi yang tidak sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Maka
perlu adanya penekanan pembelajaran pendidikan karakter.

DAFTAR PUSTAKA

Handa Gustiawan. (2019). MANAJEMEN KURIKULUM PADA SEKOLAH


DASAR LUAR BIASA BAGI ANAK TUNA RUNGU DI SDLB NEGERI
BOYOLALI. Αγαη, 8(5), 55. https://lib.unnes.ac.id/33316/

Julaeha, S. (2019). Problematika Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Karakter.


Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 7(2), 157.
https://doi.org/10.36667/jppi.v7i2.367

Anda mungkin juga menyukai