Anda di halaman 1dari 1

Melemahnya Rupiah Oleh Covid-19

Semakin tahun, nilai tukar Rupiah cenderung sangat melemah. Hal ini
tentunya bukan hal yang bagus, tetapi juga tidak dapat dihindarkan terutama
dari negara-negara berkembang, salah satunya Indonesia. Nilai tukar Rupiah
yang melemah bukannya tanpa sebab, tetapi banyak faktor yang menunjang
hal tersebut.
Baru baru ini dunia diguncangkan oleh sebuah penyakit yang mematikan,
virus ini bernama Covid-19 atau yang biasa disebut Corona. Awalnya virus ini
berasal dari China, tepatnya di daerah Wuhan. Virus ini menyebar secara
kontak langsung. Hingga hari ini virus Covid-19 sudah sampai Indonesia. Tak
hanya meresahkan dibidang kesehatan, namun berpengaruh terhadap inflasi
di Indonesia.
Covid-19 ini menjatuhkan nilai tukar rupiah. Pada Senin (23/3/2020), harga
jual dolar Amerika Serikat di lima bank besar menembus Rp 17 ribu.
Sementara kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate atau JISDOR
menempatkan nilai rupiah di posisi 16.608 per dolar Amerika. Mengutip
Bloomberg, pelemahan rupiah menjadi yang terdalam di Asia. Angka itu juga
merupakan yang terendah sejak krisis pada Juli 1998. Hari berikutnya, rupiah
hanya menguat 0,45 % ke level 16.500 per dolar AS.
Fenomena panic buying dapat menyebabkan kelangkaan barang akibat lonjakan permintaan
dalam waktu singkat. Sejumlah pihak meminta pemerintah mewaspadai ancaman inflasi
sebagai dampak lanjutan akibat merebaknya virus corona.

Kepala Pusat Penelitian Ekonomi LIPI Agus Eko menyatakan, pemerintah harus
mengendalikan pasokan pangan agar harga-harga tidak melonjak. Menurutnya, operasi pasar
dapat menjadi opsi pemerintah untuk mengendalikan harga.
Inflasi sebagai dampak tak langsung dari pandemi virus corona diperkirakan akan mulai
tampak pada Maret 2020. Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada
Februari 2020 hanya 0,28%, lebih rendah dari inflasi Januari 2020 yang sebesar 0,39%.

Anda mungkin juga menyukai