Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS EKONOMI POLITIK DAN PERAN MEDIA DI

MASA PANDEMIC COVID-19

Logo

Nama,NIM

Universitas

1
DAFTAR ISI

BAB I............................................................................................................................2
PENDAHULUAN........................................................................................................2
1.1 Latar Belakang....................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................5
1.3 Tujuan pembahasan.............................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................6
ANALISIS MASALAH...............................................................................................6
1.1 Teori.....................................................................................................................6
1.2 Analisis................................................................................................................7
BAB III.......................................................................................................................16
KESIMPULAN..........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................18

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


COVID-19 atau yang disebut corona virus telah menjadi perhatian terbesar
dunia dalam 2 bulan terakhir. Virus corona berasal dari keluarga ribovirus, yaitu virus
flu biasa. Ada beberapa varian corona virus, yang dapat menyebabkan apa pun, dari
flu biasa hingga radang paru-paru yang lebih parah. Namun, COVID-19 - yang
disebabkan oleh virus SARS CoV2 - memiliki konsekuensi yang lebih dramatis.
Pembaruan terakhir dari WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) pada 18 April 2020 ada
2.160.207 kasus yang dikonfirmasi di 213 negara / wilayah di seluruh dunia dan
146.088 kematian dikonfirmasi. WHO juga telah mengumumkan wabah corona virus
ini sebagai pandemi dunia pada 12 Maret 2020, yang berarti virus ini dapat
menginfeksi orang dengan mudah dan dapat menyebar dari orang ke orang dengan
cara yang efisien dan berkelanjutan. Juga, belum ada vaksin atau pengobatan yang
dapat mencegahnya.1

Indonesia telah dihantui dan dihadapkan dengan wabah besar yang juga
sedang menghantui dunia. Wabah ini menjadi pandemi diseluruh dunia. Bagaikan
parasit yang tumbuh dengan cepat, pandemi ini pun membuat khawatir orang-orang
sekitar. Pandemi ini disebabkan oleh virus Corona. Banyak negara yang sudah
mengambil keputusan ekstrem untuk melakukan “lockdown” dan beberapa kebijakan
masif untuk mencegah penyebaran virus ini. Posisi Indonesia hingga saat ini memilih
untuk tidak melakukan lock down secara menyeluruh dengan pertimbangan dampak
terhadap stabilitas ekonomi negara. Namun reaksi pasar atas kondisi tanpa lock down
ternyata tetap mempengaruhi stabilitas ekonomi, karena pandemi ini menghambat
aktivitas ekonomi di seluruh negara yang ada di dunia. Wabah ini sangat terasa bagi

1
Alfi Yudha, “Corona virus” (“www.liputan6.com, Diakses pada 13 Mei 2020, 2020)

2
beberapa sentiment pasar baik dalam bidang dan sektor infrastruktur,manufaktur,
pariwisata hingga perdagangan (terkecuali pada kebutuhan pokok.)

Presiden Joko Widodo mengeluarkan sejumlah kebijkan untuk menangani


wabah Covid-19 yang saat ini sedang melanda Indonesia.  Penyakit yang diakibatkan
oleh virus ini tidak hanya mendatangkan masalah di aspek kesehatan masyarakat,
namun juga geliat perekonomian mulai dari ranah mikro hingga makro. Seperti
keringanan biaya listrik sebagai wujud bantuan kepada masyarakat, Pemerintah
menggratiskan beban listrik bagi konsumen PLN dengan daya 450 VA selama 3
bulan ke depan, yakni untuk biaya April, Mei, dan Juni. Pembatasan sosial berskala
besar yang sebelumnya masyarakat sudah diimbau untuk melakukan penjarakan
sosial dan fisik, namun Presiden Jokowi merasa pemberlakuan imbauan tersebut
harus diperluas dan dipertegas. Keringanan kredit untuk sejumlah kalangan seperti
pengemudi ojek online, nelayan, dan sopir taksi, dipastikan akan mendapat
kelonggaran kredit kendaraan bermotor selama 1 tahun.2 Selain itu.Selain itu salah
satu kebijakan yang dapat diambil adalah meliburkan sementara proses belajar-
mengajar di sekolah dan universitas serta mengimbau mereka belajar di rumah.

Sebenarnya kebijikan itu cukup baik, namun masih ada yang perlu
ditingkatkan kembali seperti untuk mempercepat pengobatan dan pencegahan
penularan yang lebih luas, pemerintah harus menerapkan kebijakan at all cost seperti
pengadaan alat kesehatan penunjang pemeriksaan, ruang isolasi, dan Alat Pelindung
Diri (APD); menggratiskan biaya pemeriksaan baik yang terbukti maupun tidak,
ataupun hal-hal yang bersifat pencegahan seperti pembagian masker murah dan
sebagainya. Konsekuensi pembengkakan defisit anggaran, sejalan dengan pendapatan
APBN yang juga turun tajam, memang akan membebani pemerintah. Lalu, Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) agar memberlakukan kebijakan yang mendorong lembaga
2
Laksono Hari wiwoho, “Saling menguatkan covid 19” (“https://www.kompas.com/,
Diakses pada 10 Arpril 2020, 2020)

3
keuangan untuk melakukan rescheduling dan refinancing utang-utang sektor swasta,
selain untuk UMKM, juga untuk usaha-usaha yang menghadapi risiko pasar dan nilai
tukar yang tinggi. Untuk menjaga daya beli masyarakat sebagai dampak perlambatan
putaran roda ekonomi, pemerintah dituntut untuk dapat mengurangi beban biaya yang
secara langsung dalam kendali pemerintah, di antaranya tarif dasar listrik, BBM, dan
air bersih. Penurunan tarif listrik dan BBM tentu tidak akan terlalu membebani
keuangan BUMN dan BUMD, mengingat harga minyak mentah yang turun ke
kisaran $20 per barrel diperkirakan masih akan berlangsung lama sejalan dengan
potensi resesi global. Selain itu kebijakan pemerintah yang melakukan relaksasi Pajak
Penghasilan baik pekerja industri manufaktur (penghapusan PPh 21 selama enam
bulan) ataupun pajak badan untuk industri manufaktur (pembebasan PPh Impor 22
dan diskon PPh 25 sebesar 30%) semestinya diperluas. Pasalnya, perlambatan
ekonomi saat ini tidak hanya dirasakan oleh sektor industri manufaktur, tetapi juga
sektor-sektor lainnya.
Mengingat milenial adalah generasi penular terbesar penyebab Corona
COVID-19 tersebut, maka milenial memiliki peran besar dalam memutus rantai
penyebaran Virus Corona. Saran sebagai generasi milenial yaitu kita harus menaati
anjuran pemerintah yang ada dan menerapkan sosial distancing dan tidak berpergian
kemana-mana kecuali ada hal penting. Berdasarkan data Korea Selatan maka apabila
generasi milenial masih tetap berkeliaran di luar rumah di tengah wabah saat ini,
maka menjadi kunci bahwa virus akan menyebar dengan cepat. Terlebih dengan fakta
bahwa anak muda memiliki mobilitas yang tinggi.

Covid-19 (Corona Virus Disease, 2019) ini merupakan sebuah penyakit yang
sedang menjangkit hampir keseluruhan populasi masyarakat dunia. Covid-19 juga
termasuk virus yang menyebabkan flu biasa dan virus yang menyebabkan infeksi
yang lebih serius seperti sindrom pernpasan akut (SARS), yang disebabkan oleh
SARS -Cov pada tahun 2002, dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) yang
disebabkan oleh MERS -Cov pada tahun 2012. idak pandang bulu virus ini

4
menghinggapi negara-negara besar dan adidaya. Per-tanggal 29 maret terdapat
662.073 kasus di 200 negara. Awal pertumbuhan virus ini berkembang di Wuhan,
Hubei, China, yang di mana virus tersebut ditularkan pertama kali lewat keseharian
memakan daging mentah --ular, kelelawar, dsb- yang sudah menjadi hidangan setiap
hari bagi warga China. Setelah terjangkitnya masyarakat China oleh virus corona,
seakan alarm dunia dibunyikan dengan cepatnya. Betapa tidak, karena wisatawan dan
orang-orang yang berdatangan dari China ke negara-negara lain sangatlah banyak dan
belum ada pendeteksi khusus saat itu, ketika virus corona baru saja merebak. Jika
sama sama dilihat dan dicermati terdapat dua aspek yang sangat disoroti dengan
adanya virus corona ini; yaitu aspek kebijakan publik dan ekonomi politik sebuah
negara.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana ekonomi politik media di masa pandemic covid 19?
2. Bagaimana peran media dalam struktur ekonomi dan politik suatu negara
berdasarkan teori ekonomi politik media?

1.3 Tujuan pembahasan


Tujuan analisis ini mengetahui tentang bagaimana ekonomi politik media di
masa pandemic covid 19 dan bagaimana peran media dalam struktur ekonomi dan
politik suatu negara akibat adanya pandemic covid 19 berdasarkan ekonomi politik
media.

5
BAB II
ANALISIS MASALAH

1.1 Teori
Graham (tanpa tahun) mendefinisikan ekonomi politik sebagai kajian
bagaimana berbagai macam nilai-nilai diproduksi, didistribusikan, dipertukarkan, dan
dikonsumsi; bagaimana kekuasaan diproduksi, didistribusikan, dan diterapkan; dan
bagaimana berbagai aspek dunia sosial saling berkaitan dalam konteks ruang dan
waktu. Ekonomi politik banyak diterapkan untuk mengkaji berbagai bidang
keilmuan, salah satunya komunikasi. Hal ini terlihat dari mulai diterapkannya
ekonomi politik sebagai cara untuk menggali dan memahami media sejak tahun
1960an dan 1970an baik di Eropa maupun Amerika Serikat. Namun, penerapan
ekonomi politik di kedua wilayah itu sangatlah berbeda.

Di Eropa, tradisi budaya dan politik demokrasi sosial mensyaratkan bahwa


model media penyiaran seperti televsi dan radio didominasi oleh penyiaran layanan
publik seperti BBC yang merupakan organisasi yang dibiayai negara yang
layanannya gratis pada titik kontak dan tidak menampilkan iklan komersial.
Akibatnya, pendekatan awal ekonomi politik untuk penyiaran di negara-negara Eropa
mengadopsi pendekatan Marxis yang menitikberatkan pada hubungan antara
pemerintahan politik dan industri media, mengeksplorasi cara-cara regulasi dan
undang-undang yang berdampak pada media, serta mengeksplorasi hubungan antara
organisasi komersial dan bagian dari pers. Berbeda dengan Amerika Serikat,
kurangnya tradisi demokrasi sosial dan politik membuat media diorganisasikan secara
komersial, yang membuat pendekatan ekonomi politik terhadap media lebih terfokus
pada ekonomi kepemilikan media.

6
Dari gambaran di atas, dapat dikatakan bahwa ekonomi politik adalah istilah
yang umumnya digunakan dalam bidang komunikasi sebagai untuk menggambarkan
keilmuan yang berkaitan dengan hubungan antara sistem ekonomi, politik, dan
komunikasi dalam struktur kapitalisme global. Sementara itu, Graham (tanpa tahun)
menyatakan bahwa kajian-kajian dalam ekonomi politik komunikasi menitikberatkan
pada pemahaman bagaimana komunikasi dan teknologi komunikasi berperan dalam
hubungan ekonomi politik. Mosco (1995) mendefinisikan ekonomi politik
komunikasi sebagai studi hubungan sosial, khususnya hubungan kekuasaan yang
memengaruhi produksi, distribusi, dan konsumsi berbagai sumber daya termasuk
sumber daya komunikasi.

Konsep ini dikembangkan oleh para ahli dan peneliti media dan ekonomi
politik, diantaranya adalah Dallas Walker Smythe, Herbert Schiller, Vincent Mosco,
Dan Schiller, dan Robert McChesney. Oleh McChesney (2008), ekonomi politik
komunikasi disebut juga dengan ekonomi politik media yang menitikberatkan pada
kepemilikan media, pentingnya periklanan bagi perusahaan media, regulasi media,
dan hubungan ketiga hal tersebut dengan kekuasaan serta bagaimana media massa
beroperasi.

1.2 Analisis
Merebaknya wabah Covid-19 ke seluruh dunia menjadi pandemi global
memaksa dunia berubah. Tidak hanya dari negara, pasar, tetapi juga masyarakat.
Paling tidak hingga saat ini, China dianggap sebagai salah satu contoh negara yang
berhasil meredam virus Covid-19 hingga mengulurkan tangan membantu Italia.
Sementara itu, beberapa negara lain mengikuti dengan kebijakan yang beragam dari
menutup diri (lock-down) mulai kurun waktu tertentu hingga kebijakan menutup
sebagian wilayahnya.

Analisis ini membahas bagaimana kita menganalisis fenomena Covid-19 dari


perspektif hubungan internasional, khususnya subdisiplin ekonomi politik masa

7
internasional (ekopolin). Secara singkat, menurut pandangan ekopolin, fenomena
internasional terjadi sebagai konsekuensi interaksi antara kekuatan yang dimiliki
negara (politik) dan perusahaan (pasar) di tingkat global.

Dalam interaksi tersebut, masing-masing aktor memiliki kepentingan


tersendiri yang ingin dicapai. Pada akhirnya akan melahirkan siapa yang menjadi
pemenang (winner) dan siapa yang harus rela jadi pecundang (looser). Karena
interaksi itu pada dasarnya melibatkan masyarakat maka konsekuensi dari interaksi
dua kekuatan tersebut juga berdampak kepada masyarakat, di tingkat nasional
(domestik suatu negara) hingga secara lokal.

Negara vs Pasar

Sebagai satu-satunya otoritas yang diberikan kewenangan sah oleh hukum


perundang-undangan untuk menggunakan kekuatan memaksa mengatur warganya
dengan senjata (militer dan polisi), negara dapat mengeksekusi kekuasaan (power)
dan politiknya. Untuk itulah mengapa beberapa Negara melakukan menutup wilayah
secara keseluruhan (lockdown), karantina wilayah secara terbatas, hingga melakukan
pengaturan lalu lintas pergerakan warganya secara terbatas dengan dibantu kepolisian
bahkan militer. Negara bisa memberikan sanksi hukuman bagi yang melanggar.
Negara wajib hadir menjaga ketertiban dan menjaga situasi aman dan masyarakatnya
tetap tenang. Masyarakat merasa aman dan nyaman tidak diliputi rasa ketakutan,
termasuk akses terhadap ke butuhan sehari-hari terpenuhi. Misalnya menjamin warga
tidak kelaparan, menjaga akses terhadap informasi dari pemerintah secara transparan
hingga akses ke fasilitas kesehatan bila ada yang terkena gejala Covid-19.

Dalam konteks ini, negara kadang berbenturan dengan kepentingan


perusahaan (bisnis besar maupun kecil). Logika pasar adalah memupuk keuntungan
sebanyak mungkin agar mendapatkan kemakmuran. Perusahaan tentu berusaha agar
dapat tetap beroperasi paling tidak untuk mengurangi kerugian. Bisa dibayangkan bila
akses ke dunia internasional maupun dari luar ke dalam negeri ditutup total, ke giatan

8
bisnis terhenti. Ujung pang kalnya tidak hanya pada kelangsungan usaha itu sendiri,
tetapi juga menyangkut para pekerja yang tidak mendapatkan gaji.

Dampak tidak beroperasinya bisnis memang beragam. Bagi para karyawan


berkerah putih, mungkin masih bisa mendapatkan hak nya dalam bentuk gaji ataupun
bonusnya. Sejelek-jeleknya, mereka akan mengalami sedikit pe motongan atau
penundaan pembayaran bonus. Bagi per usa haan besar apalagi perusahaan multi
nasional dengan aset dan omzet yang besar, mungkin tidak terlalu menjadi masalah
besar.

Bagi pekerja kerah biru yang hidupnya bergantung pada apakah mereka
bekerja atau tidak hari itu, bisa menjadi kiamat kecil. Bila mereka tidak bekerja maka
mereka tidak mendapatkan upah. Artinya mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari. Ini masalah yang sangat riil. Bagi perusahaan menengah dengan
aset dan omzet yang tidak terlalu besar dan mengandalkan cash flow jangka
menengah atau pendek, bias jadi bom waktu apalagi usaha kecil yang hidupnya
bertumpu pada transaksi harian.

Beberapa hal di atas merupakan gambaran buram dari fenomena internasional


Covid-19 yang secara riil dihadapi negara, perusahaan, dan masyarakat. Lalu
bagaimana alternatif mengatasinya?

Mencari Keseimbangan

Dalam situasi seperti sekarang ini, siapa yang menjadi pemenang dan
pecundang, negara atau pasar tidak bisa dijawab dengan sederhana. Bila negara
mengedepankan situasi keamanan dan ketertiban warga agar terkendali dan tetap
tenang serta menyebarnya virus dapat dibatasi dengan pembatasan sosial skala besar
atau bahkan lockdown secara totalb ahkan bila sampai ada alternatif darurat sipil atau
militer, semuanya ada konsekuensinya.

9
Katakanlah negara menjadi pemenang dengan memutuskan untuk memilih
salah satu dari alternatif di atas, pasti telah mempertimbangkan keuntungan dan
kerugiannya. Pertama, aktivitas bisnis kemungkinan besar akan lumpuh. Dari skala
besar hingga kecil, pasti ada potensi kerugian. Negara perlu melakukan intervensinya
dengan meng identifikasi perusahaan atau kelompok masyarakat yang akan
mengalami kerugian dari yang terbesar hingga yang paling tidak dirugikan.
Kemudian, Negara dapat memberikan insentif bagi kelangsungan bisnis mereka.

Misalnya keringanan pajak, cicilan utang, bantuan langsung berupa cash


maupun tidak, memberikan subsidi tertentu dengan paket-paket stimulus lainnya
sesuai industri dan segmentasinya. Kedua, perusahaan di industri alat kesehatan dan
farmasi bisa tetap berkontribusi dengan membuat alat pelindung diri (APD), vitamin,
obat-obatan, dan lainnya yang dibutuhkan.

Perusahaan di industri tertentu yang memiliki teknologi atau proses bisnisnya


mungkin dialihkan untuk membuat produk-produk yang dapat digunakan untuk
mengatasi merebaknya virus Covid-19 ini. Industri yang menghasilkan makanan
pokok dapat tetap dioperasikan dengan terbatas dan atau menggunakan bantuan
teknologi.

Perusahaan-perusahaan seperti ini sekaligus mempraktikkan sebagai


perusahaan yang secara sosial bertanggung jawab terhadap konsumen dan
lingkungannya, bukan saja menjadi perusahaan yang bertujuan utama hanya meraup
untung besar semata. Bila ini bisa terjadi maka merupakan bukti bahwa perusahaan
pun dapat berkontribusi dalam situasi darurat sekarang ini.

Di titik ini sebenarnya telah terjadi keseimbangan baru berupa peluang kerja
sama antara negara dan pasar. Negara saat dibutuhkan hadir menjamin keselamatan,
ketertiban, dan keamanan warganya di satu sisi, namun juga memberikan ruang
kepada pasar untuk tetap berkontribusi. Tentu diperlukan serangkaian langkah
konkret untuk mengimplementasikannya.

10
Namun yang terpenting, harga nyawa manusia jauh lebih dari keuntungan
bisnis sebesar apa pun bahkan posisi politik di tingkat mana pun. Saat ini adalah
kondisi emergensi, darurat, dan luar biasa yang di luar kuasa manusia sehingga sudah
semestinya kita mengatasi dengan kebijakan yang luar biasa. Bukan hanya berdebat
panjang soal aspek legal formal semata, kerugian material bisnis, kepentingan
golongan atau politik tertentu, apalagi individu. Kita perlu kepastian yang cepat,
mengingat apa pun keputusan yang akan diambil memiliki konsekuensi, sebelum
terlambat dan kerugian yang dialami masyarakat menjadi lebih besar.

Bagaimana peran media dalam struktur ekonomi dan politik suatu negara
berdasarkan teori ekonomi politik media
Media telah mengikuti setiap perkembangan dari kejadian ini, dengan
berbagai cerita, judul berita yang tak ada hentinya, dan pembaruan status terus
menerus selama kurang lebih 3 bulan terakhir. Dapat dilihat ada beberapa tantangan
yang harus dihadapi wartawan tau jurnalis selama pandemic covid 19. Dan
bagaimana peran media dalam mengendalikan isu yang ada.
Sudah terhitung kurang lebih empat bulan sejak wabah Covid-19 pertama kali
dilaporkan. Jika kita membandingkan jumlah yang diketahui saat pertama kali virus
ini muncul dengan jumlah yang diketahui sekarang, kasus ini memang luar biasa.
Rentetan cerita baru terus bermunculan, membuat bingung siapapun yang mencoba
mengikuti cerita ini. Sepenggal berita yang kita baca pagi ini, bisa saja sudah
kadaluarsa di pagi selanjutnya karena banyaknya informasi yang terus masuk.
Banyaknya informasi yang masuk ini juga yang membuat masyarakat sulit
membangun kepercayaan karena banyak pandangan dan pendapat berbeda mengenai
kasus-kasus virus ini. Dengan keadaan yang sedemikian rupa ini, wartawan, jurnalis,
dan organisasi (perusahaan) media memiliki peran penting dalam mengikuti
perkembangan wabah dengan informasi yang dapat diandalkan dan memeriksa
(melakukan klarifikasi) fakta dari informasi tersebut, agar tetap bisa dijadikan sumber
terpercaya oleh masyarakat.

11
Salah satu bagian yang paling mudah bergerak dalam wabah ini adalah jumlah
kasus yang terus meningkat setia harinya. Jumlah yang terus bertambah ini sudah
jelas menarik perhatian publik, tetapi juga penting untuk mengomunikasikan cerita
dibalik angka-angka tersebut, apa yang akan dilakukan negara untuk merespon
penyakit ini dan apa yang dapat dilakukan individu, juga memastikan cerita ini
memiliki informasi yang dapat ditindaklanjuti, agar masyarakat dapat percaya.
Masyarakat akan merasa lebih lega dan nyaman saat informasi terkait isu ini jelas dan
transparan. Awalnya, wabah Covid-19 ini hanya berdampak pada bidang kesehatan
dan sains saja. Namun, setelah penyebarannya terjadi secara global, penyakit baru ini
mulai memengaruhi berbagai bidang lain, seperti pariwisata dan perjalanan, ekonomi
dan bisnis, bahkan olahraga. Adapun kasus dari dampak wabah ini antara lain
pembatasan perjalanan yang diberlakukan sebagian besar negara guna menghindari
penyebaran wabah, ketakutan akan pasar saham yang bisa saja turun kapan saja,
sampai potensi pembatalan Olimpiada Tokyo 2020.
Kejadian-kejadian tidak terduga ini menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi
jurnalis dan perusahaan media. Banyak jurnalis yang sekarang meliput, harus belajar
tentang wabah Covid-19 ini, karena adanya potensi kesalahan informasi secara tidak
sengaja yang berujung menyesatkan masyarakat luas. Masalah yang sedang dihadapi
banyak media saat ini adalah penyebaran informasi yang salah. Hal ini sering dan
masih banyak terjadi; tidak hanya di bidang kesehatan dan sains, tetapi juga di bidang
politik atau pun bidang-bidang lainnya. Banyak teori beredar tentang SARS-CoV-2,
menyatakan bahwa virus ini merupakan rekayasa di laboratorium sebagai agen atau
disebabkan oleh jaringan seluler 5G, padahal kenyataan lapangan belum atau bahkan
tidak ada kaitannya dengan teori-teori tersebut.
Selain banyaknya teori-teori yang beredar, ada juga banyak oknum yang
memanfaatkan momen ini untuk melakukan kecurangan, seperti mempromosikan
obat Covid-19 palsu dengan harga tertentu atau menjual dan masker dengan harga
berkali-kali lipat lebih mahal dari harga normal. Tantangan lain yang harus dihadapi
adalah menghindari stigma. Di awal penyebaran wabah Covid-19, sebelum penyakit

12
ini resmi diberi nama tersebut, tidak sedikit pihak yang menyebut virus ini sebagai
'virus Wuhan’. Secara tidak langsung, kata-kata ini memiliki kecenderungan
menstigmasi individu yang berada di wilayah tersebut. Yang lebih parahnya lagi, hal
ini bisa memengaruhi hubungan dengan orang-orang dari etnis tersebut, bahkan dapat
memicu ketakutan dan ketidaksukaan atau ketakutan terhadap orang-orang dari
negara lain atau orang yang dianggap asing. Tumbuhnya stigma dalam masyarakat
dapat memperburuk keadaan, terutama pada pengendalian wabah. Individu dari
wilayah tersebut akan menyembunyikan penyakit atau gejala terkait penyakit tersebut
untuk menghindari diskriminasi atau mencegah layanan kesehatan. Padahal saat-saat
seperti ini bukanlah waktunya untuk menyebar rumor dan stigma, tetapi
menumbuhkan solidaritas. Peran sumber media terpercaya bukan hanya untuk
mengabaikan tetapi juga menyangkal informasi yang salah. Hal ini dapat dilakukan
dengan memikirkan apa atau siapa yang mungkin dipercayai audiens, seperti pakar
terpercaya, menunjukkan empati kepada mereka yang terkena dampak, atau
menggunakan bahasa yang sesuai dalam menyampaikan isu. Bahasa yang tepat
sangat diperlukan untuk melawan stigma. Virus tidak membedakan antara
kebangsaan atau hal lain, jadi tidak ada alasan bagi jurnalis untuk menulis stigma
yang bisa merugikan pihak tertentu. Daripada membuat berita yang akan membangun
stigma dan akhirnya merugikan pihak tertentu, akan lebih baik bagi para jurnalis
untuk menawarkan informasi praktis kepada audiens, seperti nomor telepon lokal
yang relevan untuk layanan kesehatan atau saran tentang mencuci tangan dan langkah
lain untuk menghindarkan diri agar tidak terjangkit penyakit.
Media massa jelas memiliki peran besar dan beragam dengan kondisi
masyarakat yang tengah berada di situasi seperti ini. Apa yang disampaikan media
massa sudah pasti berpedoman pada kaidah jurnalistik yang berlaku juga sesuai
dengan prinsip jurnalisme. Namun, media juga memiliki peran penting dalam
memberikan sesuatu yang penting dan patut dipikirkan oleh masyarakat. Media bukan
mempengaruhi pikiran masyarakat tetapi memberikan isu yang harus dipikirkan.
Dengan begitu, masyarakat akan menilai bahwa apa yang dianggap penting oleh

13
media adalah hal yang juga harus dipikirkan atau setidaknya memengaruhi persepsi
masyarakat terkait isu tersebut. Hal ini sesuai dengan Agenda Setting Theory yang
menggambarkan pengaruh media, di mana inti teori ini adalah pembentukan
kepedulian dan perhatian masyarakat terkait isu yang ditampilkan Dalam Undang-
undang nomor 40 tahun 1999 tentang Pers, pada pasal 1 disebutkan bahwa pers
adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan
jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan
gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya, dengan menggunakan
media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. Sementara
pada Pasal 3 disebutkan bahwa pers nasional mempunyai fungsi sebagai media
informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial, serta pers nasional dapat berfungsi
sebagai lembaga ekonomi. Sedangkan dalam pasal 6 disebutkan bahwa pers nasional
melaksanakan peranannya untuk: memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui;
menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum,
dan Hak Asasi Manusia, serta menghormat kebhinekaan; mengembangkan pendapat
umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar; melakukan pengawasan,
kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum;
memperjuangkan keadilan dan kebenaran.
Media memiliki beragam peran dan fungsi dalam berbagai aspek kehidupan
yang merupakan bentuk alat komunikasi massa yang didefinisikan sebagai proses
menyampaikan dan bertukar informasi kepada khalayak secara luas dan beragam,
dalam upaya mempengaruhi dengan berbagai cara. Hingga saat ini, media massa
menjadi kebutuhan dalam kehidupan manusia. Informasi dari isu yang sedang ramai
dibicarakan bisa didapatkan di sini dengan mudah, khususnya melalui media siber;
hanya perlu mengetik kata kunci tentang suatu isu, dalam waktu beberapa detik
beragam informasi akan ditampilkan.
Peran dan fungsi media ini juga berlaku pada isu yang sedang dan masih
ramai dibicarakan ini, yaitu Covid-19. Tanpa adanya media, masyarakat tidak akan

14
pernah tahu seberapa menakutkan wabah baru yang misterius ini, masyarakat tidak
akan pernah tahu perkembangan dari kasus diberbagai negara di dunia, masyarakat
tidak akan pernah tahu upaya penanggulangan atau cara untuk sekadar menjauhkan
diri agar tidak tertular. Tanpa adanya media, dari mana masyarakat akan tahu berapa
puluh ribu kasus yang bertambah, berapa juta kasus yang masuk, berapa ratus ribu
orang yang telah sembuh, atau bahkan berapa ratus ribu orang yang meninggal karena
wabah ini. Dengan ini, media massa punya peran besar dan beragam bagi masyarakat.
wartawan, jurnalis, dan perusahaan media, harus memanfaatkan ini dengan sebaik-
baiknya dan dengan bijaksana. Hal ini bisa dilakukan dengan membuat lalu
menyebarkan berita yang dapat dipertanggungjawabkan, sesuai fakta dan tidak
menyesatkan. Masyarakat yang menggunakan juga diharuskan tetap berhati-hati
dalam memilih berita dengan tidak mudah percaya pada berita yang belum tentu
benar faktanya dan dengan memberikan tanggapan positif pada setiap isu yang
dibicarakan.
Dengan ini, media punya peran besar dan beragam bagi masyarakat.
wartawan, jurnalis, dan perusahaan media, harus memanfaatkan ini dengan sebaik-
baiknya dan dengan bijaksana. Hal ini bisa dilakukan dengan membuat lalu
menyebarkan berita yang dapat dipertanggungjawabkan, sesuai fakta dan tidak
menyesatkan. Masyarakat yang menggunakan juga diharuskan tetap berhati-hati
dalam memilih berita dengan tidak mudah percaya pada berita yang belum tentu
benar faktanya dan dengan memberikan tanggapan positif pada setiap isu yang
dibicarakan.
Media saat ini bukan lagi kekuatan keempat dalam sistem demokrasi,
melainkan menjelma menjadi kekuatan kedua, setelah pemerintah atau bahkan
menjadi kekuatan pertama sebagai pencipta opini dan propaganda terhadap
masyarakat. Media menjelma menjadi kekuatan politik, sosial budaya, budaya dan
ekonomi. Pengaruh media telah mampu menggerakkan perubahan pada masyarakat.
Kekuatan media ini menjadikan media berperan dalam setiap aktivitas, termasuk

15
bencana, seperti tsunami, gempa bumi, banjir dan pada tahun 2020 kasus epidemi
wabah virus corona (covid19).

BAB III
KESIMPULAN

Dalam ekonomi politik masa, pemerintah dinilai dan dilihat takut untuk
mengambil keputusan, padahal institusi negara mempunya otoritas untuk menentukan
arah kebijakan yang memegang teguh prinsip-prinsip kemanusiaan dan kesejahteraan.
Menurut James S. Coleman dalam Teori Pilihan Rational (The Rational
Choice), pemerintah mempunyai banyak opsi untuk menentukan kebijakan public
yang dinilai dapat menyelamatkan rakyat, yang berfokus pada urusan paling kecil
(mikro) tatanan kemasyarakatan, dengan upaya lockdown lokal
ataupun lockdown sebagian wilayah yang paling berdampak Covid-19. Hal ini
dilakukan untuk sebagai salah satu syarat investasi kemanusiaan.
Jika hanya menimbang suatu kebijakan hanya dilihat dari kacamata ekonomi,
hal itu tentu saja merugikan. Karena kerugian materiil sangat jauh memberikan efek
yang nyata, apabila hal tersebut diambil, langkah yang paling tepat adalah
memberikan dukungan berupa stimulus modal kepada perusahaan atau pegiat UMKM
yang terkena imbas kebijakan itu nantinya.
Dalam situasi ini pula, pemerintah diminta untuk tegas dan mengurangi
kelakar yang akhirnya dapat menimbulkan masalah baru ditengah-tengah

16
permasalahan yang sedang bangsa ini hadapi. Mungkin inilah saatnya para pemimpin
negeri ini belajar bagaimana dan mengapa penting memahami psiologi publik, agar
semua yang dikatakan oleh mereka dapat di filter terlebih dahulu untuk meredam
kepanikan masyarakat.
Peran dan fungsi media ini juga berlaku pada isu yang sedang dan masih
ramai dibicarakan ini, yaitu Covid-19. Tanpa adanya media, masyarakat tidak akan
pernah tahu seberapa menakutkan wabah baru yang misterius ini, masyarakat tidak
akan pernah tahu perkembangan dari kasus diberbagai negara di dunia, masyarakat
tidak akan pernah tahu upaya penanggulangan atau cara untuk sekadar menjauhkan
diri agar tidak tertular. Tanpa adanya media, dari mana masyarakat akan tahu berapa
puluh ribu kasus yang bertambah, berapa juta kasus yang masuk, berapa ratus ribu
orang yang telah sembuh, atau bahkan berapa ratus ribu orang yang meninggal karena
wabah ini. Dengan ini, media massa punya peran besar dan beragam bagi masyarakat.
wartawan, jurnalis, dan perusahaan media, harus memanfaatkan ini dengan sebaik-
baiknya dan dengan bijaksana.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ayojakarta.com (2020, 13 Mei). Ekonomi Politik Perppu Covid-19. Diakses pada 13


Mei 2020 dari https://www.ayojakarta.com/read/2020/04/19/15823/ekonomi-
politik-perppu-covid-19
Nonifebrina.blogspot.com (2020, 13 Mei). Ekonomi Politik Media. Diakses pada 13
Mei 2020 dari http://nonifebrina.blogspot.com/2010/03/ekonomi-politik-
media.html
Kompasiana.com (2020, 13 Mei). Antara Covid-19 Ekonomi Politik dan Dagelan
Pemerintah. Diakses pada 13 Mei 2020 dari
https://www.kompasiana.com/malikmaulana26/5e838305d541df4c0d06f8f2/antara
-covid-19-ekonomi-politik-dan-dagelan-pemerintah-indonesia#vidy-cbe4b761-4843-
4821-a437-7d893b1467c8
Tribunnews.com (2020, 13 Mei). Tanggung Jawab Media Versus Nilai Ekonomi.
Diakses pada 13 Mei 2020 dari
https://www.tribunnews.com/tribunners/2020/03/24/covid-19-tanggung-jawab-
media-versus-nilai-ekonomi?page=4
Padangkita.com (2020, 13 Mei). Komunikasi Politik Corona. Diakses pada 13 Mei
2020 dari https://padangkita.com/komunikasi-politik-corona/

18
Pakarkomunikasi.com (2020, 13 Mei). Teori Politik Media. Diakses pada 13 Mei
2020 dari https://pakarkomunikasi.com/teori-ekonomi-politik-media

19

Anda mungkin juga menyukai