Anda di halaman 1dari 2

Biografi Singkat

Mohammad Hatta lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat pada tanggal 12 Agustus


1902. Nama asli dari Moh Hatta adalah Mohammad Athar. Muhammad Djamil,
ayahnya merupakan seorang pemuka agama yang meninggal ketika Moh Hatta
berusia 8 bulan. Sehingga Moh Hatta dibesarkan oleh keluarga ibunya yang
merupakan keluarga saudagar.

Ketika remaja, Moh Hatta mendalami agama Islam, bahasa Belanda hingga
mengikuti berbagai macam ceramah dan pertemuan politik. Tidak hanya
pertemuan yang dipimpin oleh Sutan Ali Said yang notabene seorang lokal saja.
Melainkan Moh Hatta juga mengikuti pertemuan yang diisi oleh luar Jawa
seperti Abdul Moeis dari Serikat Islam.

Perjuangan Muh. Hatta

Perjuangan Moh Hatta tidak berhenti disini, dalam biografi Moh Hatta
menyebutkan bahwa sekembalinya Hatta ke tanah air beliau diasingkan
kembali. Hal ini bermula ketika Hatta bersama Sjahrir membentuk PNI. Namun
berbeda dengan Bung Karno yang membuat Partindo. Hal inilah yang
membuat pertemuan antara Hatta dan Soekarno tidak baik karena selisih
pendapat.

Hatta merasakan ditolak oleh publik dengan adanya pemberontakan yang ia


lakukan untuk Belanda. Namun, ketika ia berkunjung ke Jepang, justru ia
dijuluki Gandhi of Java dan mendapat sambutan luar biasa. Hanya tiga bulan di
Jepang, Hatta kembali ke tanah air Mei 1993.

Pemerintah Belanda yang merasa ngeri akan semangat muda di Indonesia,


membuat Bung Karno dan Hatta diasingkan di tempat berbeda. Tahun 1934
Hatta dan teman-temannya dipenjara di Glodok, Januari 1935 mereka
diasingkan kembali di Boven Digul Papua. Dimana tempat ini merupakan
tempat pengasingan yang paling mengerikan.

Di tempat pengasingan tanpa jeruji besi ini, Hatta mengalami masa-masa


terberat. Namun, Moh Hatta justru menjadi lebih rajin dan produktif dengan
menulis buku. Hingga mengajarkan segala macam pengetahuan kepada
rekannya.

Setahun berada di Digul, Hatta dipindahkan ke Banda Neira tahun 1936,


kemudian tahun 1942 beliau dipindahkan kembali ke Sukabumi
Kisah Moh Hatta Saat Masa Kependudukan Jepang Menuju Kemerdekaan (1942-1945)
Pada masa kependudukan Jepang, Moh Hatta dibebaskan. Namun empat
serangkai yaitu Bung Karno, Moh Hatta, KH Mas Mansyur dan Ki Hajar
Dewantara harus menghadapi musuh imperialis yang tidak mau kompromi
untuk silang pendapat.

Akhirnya Hatta memberanikan diri berdiskusi dengan Mayjen Harada agar


membebaskan Indonesia dan mengakui kemerdekaan Indonesia. Dan untuk
timbal baliknya Indonesia akan mendukung Jepang dalam Perang Pasifik
melawan sekutu. Kemudian dibentuklah Putera (Pusat Tenaga Rakyat) oleh
Jepang untuk mengendalikan rakyat dalam Perang Pasifik, untuk kerja paksa
dan bantuan militer.

Pada tanggal 7 dan 9 Agustus 1945, bom atom menghancurkan Hiroshima dan
Nagasaki. Hal ini membuat hampir seluruh tentara Jepang kembali ke
negaranya. Akhirnya Bung Karno dan Bung Hatta mengambil tindakan tegas
dengan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

Kisah Moh Hatta Mempertahankan Kemerdekaan (1945-1949)


Setelah proklamasi dilaksanakan, Bung Karno diangkat menjadi presiden dan
Bung Hatta sebagai wakil presiden. Meskipun proklamasi sudah dibacakan,
namun perjuangan belum selesai sampai disini. Karena Indonesia harus
mendapatkan pengakuan dunia internasional mengenai kemerdekaan
Indonesia.

Untuk mempertahankan kemerdekaan ini, Indonesia melakukan perjanjian


Linggarjati dan agresi militer 1-2 yang justru merugikan NKRI. Bahkan setelah 3
tahun berlalu, Belanda masih belum mau mengakui kedaulatan NKRI dan
berusaha merebut kembali dengan perjanjian internasional dan agresi militer.

Indonesia mengalami kekalahan pada 19 Desember 1948 yang mengakibatkan


Soekarno dan Moh Hatta ditangkap. Saat-saat kritis, TNI menunjukkan
taringnya dengan melakukan serangan 1 Maret 1949 dan memaksa Belanda
melakukan perundingan ulang Perjanjian Roem-Royen. Dimana perjanjian ini
harus dihadiri oleh Moh Hatta pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag.

Moh Hatta sangat berperan penting dalam kemerdekaan Indonesia. Saat


Konferensi Meja Bundar, beliau berargumentasi dan mendesak Belanda serta
mengambil simpati negara lain. Hingga akhirnya beliau pulang dengan senyum
penuh kemenangan atas NKRI.

Anda mungkin juga menyukai