Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

TEKNIK KONVERSI DAN KONSERVASI ENERGI

Pemanfaatan Energi Radiasi Matahari Beserta Aplikasinya Di Indonesia


Dan Perhitungan Konversi Energi Radiasi Matahari

Disusun Oleh :

Muhammad Miftahun Anuar J1B117024


Rizki Rianto J1B117054
Deni Aji Setiawan J1B117011
Josa Erman J1B116091
RM Fikri J1B116063
Ratih Octaviano J1B115030

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Matahari adalah sumber energi yang memancarkan energi sangat besarnya


ke permukaan bumi. Permeter persegi permukaan bumi menerima hingga 1000
watt energi matahari. Sekitar 30% energi tersebut dipantulkan kembali luar
angkasa, dan sisanya diserap oleh awan, lautan, dan daratan. Jumlah energi yang
diserap oleh atmosfer, lautan, dan daratan bumi sekitar 3.850.000 eksajoule (EJ)
per tahun. Untuk melukiskan besarnya potensi energi surya, energi surya yang
diterima bumi dalam waktu satu jam saja setara dengan jumlah energi yang
digunakan dunia selama satu tahun lebih.
Berbagai sumber energi terbarukan lainnya, semisal energi angin, biofuel,
air, dan biomassa, berasal dari energi surya. Bahkan sumber energi fosil pun
terbentuk lewat bantuan energi matahari. Hanya energi panas bumi dan pasang
surut saja yang relatif tidak memperoleh energi dari matahari
Sekarang ini, telah banyak para ahli menemukan berbagai alat pembangkit
tenaga listrik. Yang bekerja dengan mengubah suatu energi menjadi energi listrik.
Dengan keadaan geografis di Indonesia yang setiap tahun dapat sinar matahari,
salah satu alat yang optimal di Indonesia adalah “Panel Surya”. Panel surya
bekerja mengubah energi cahaya matahari menjadi energi listrik. Panel Surya
adalah alat yang terdiri dari sel surya, aki dan baterai yang mengubah cahaya
menjadi listrik. Panel surya menghasilkan arus listrik searah atau DC. Untuk
menggunakan berbagai alat rumah tangga yang berarus bolak-balik atau AC
dibutuhkan converter (alat pengubah arus DC ke AC).
Jika panel surya dikembangkan di Indonesia yang memiliki keuntungan
mendapat sinar matahari sepanjang tahun, dan di pelosok-pelosok yang sulit
dijangkau oleh PLN sangatlah cocok. Panel surya juga merupakan energi
alternatif yang ramah lingkungan. Jika dapat dikembangkan ke rumah-rumah
penduduk, dapat menghemat energi listrik terutama di Indonesia. Misalnya, jika 1
unit sel surya untuk keperluan listrik di siang hari dan 1 unit lagi untuk
menyimpan energi listrik pada malam harinya, tentu saja dapat menghemat energi
listrik lumayan besar. Tetapi panel surya terkendala karena harga panel surya
yang mahal.
1.2 Tujuan

1. Menjelaskan Radiasi Matahari

2. Menjelaskan prinsip kerja dari pembangkit listrik tenaga surya

3. Mendeskripsikan kelebihan dan kekurangan pembangkit listrik tenaga surya.

4. Menghitung konversi radiasi matahari


BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Radiasi

Radiasi Matahari adalah pancaran energi yang berasal dari proses


thermonuklir yang terjadi di matahari. Energi radiasi matahari berbentuk sinar dan
gelombang elektromagnetik. Spektrum radiasi matahari sendiri terdiri dari dua
yaitu, sinar bergelombang pendek dan sinar bergelombang panjang. Sinar yang
termasuk gelombang pendek adalah sinar x, sinar gamma, sinar ultra violet,
sedangkan sinar gelombang panjang adalah sinar infra merah.
Jumlah total radiasi yang diterima di permukaan bumi tergantung 4 (empat)
faktor:
1. Jarak matahari. Setiap perubahan jarak bumi dan matahari menimbulkan
variasi terhadap penerimaan energi matahari.
2. Intensitas radiasi matahari yaitu besar kecilnya sudut datang sinar matahari
pada permukaan bumi. Jumlah yang diterima berbanding lurus dengan
sudut besarnya sudut datang. Sinar dengan sudut datang yang miring
kurang memberikan energi pada permukaan bumi disebabkan karena
energinya tersebar pada permukaan yang luas dan juga karena sinar
tersebut harus menempuh lapisan atmosphir yang lebih jauh ketimbang
jika sinar dengan sudut datang yang tegak lurus.
3. Panjang hari (sun duration), yaitu jarak dan lamanya antara matahari terbit
dan matahari terbenam.
4. Pengaruh atmosfer. Sinar yang melalui atmosfer sebagian akan diadsorbsi
oleh gas-gas, debu dan uap air, dipantulkan kembali, dipancarkan dan
sisanya diteruskan ke permukaan bumi.
Radiasi matahari yang diterima oleh bumi kita (energi matahari) akan diterima
dengan cara sebagai berikut:  
1. Diserap oleh aerosol & awan di atmosfer bumi yang akhirnya menjadi
panas. Radiasi yang terserap ini menyebabkan naiknya temperatur gas-gas
dan aerosol-aerosol. Aerosol adalah kumpulan cairan kecil atau partikel-
partikel solid yang menyebar dalam suatu gas, seperti uap air di atmosfir,
debu-debu angkasa, etc.
2. Ditangkis oleh atmosfer (oleh gas2 dan aerosol-aerosol), dalam hal ini
radiasi ditangkis dan disebarkan ke segala penjuru. Sebagian radiasi
menuju kembali ke angkasa, sebagian sampai ke permukaan bumi.
Penangkisan dan penyerapan radiasi bisa terjadi di segala lapisan atmosfir,
yang paling sering lapisan bawah di mana massa atmosfir lebih
terkonsentrasi.
3. Radiasi yang tidak tertangkis maupun terserap oleh atmosfir, sampai ke
permukaan bumi. Karena bumi sangat padat, maka radiasi ini bukan
ditangkis, melainkan dikembalikan satu arah ke atmosfir (proses ini biasa
disebut refleksi - walaupun sebenarnya sama saja dengan tangkisan). Es
dan salju merefleksi hampir kebanyakan dari radiasi solar yang sampai ke
permukaan bumi, sedangkan laut, merefleksi sangat sedikit.
4. Radiasi yang sampai ke permukaan bumi yang tidak direfleksi, akan
diserap oleh bumi. Di lautan, penyerapan ini sampai pada puluhan meter
dari permukaan laut, sedangkan di daratan, hanya pada level yang lebih
tipis. Seperti halnya yang terjadi pada atmosfir, penyerapan radiasi di
permukaan bumi menyebabkan naiknya temperatur permukaan tersebut.
 Energi radiasi dapat mengeluarkan elektron dari inti atom dan sisa atom ini
menjadi muatan positif dan disebut ion positif, sementara itu elektron yang
dikeluarkan dapat tinggal bebas atau mengikat ion netral lainnya dan membentuk
ion negatif. Peristiwa pembentukan ion positif dan ion negatif dinamakan ionisasi,
ini sangat penting sekali untuk diketahui karena melalui proses ionisasi ini
jaringan tubuh akan mengalami kelainan atau kerusakan pada sel-sel tubuh.
Berdasarkan ada tidaknya ionisasi maka radiasi dibagi dalam 2 kategori yaitu

1. Radiasi yang tidak menimbulkan ionisasi


1. Sinar ungu ultra
2. Sinar merah infra
3. Gelombang ultrasonic
2. Radiasi yang dapat menimbulkan ionisasi
1. Sinar alfa
2. Sinar beta
3. Sinar gamma
4. Sinar X
5. Proton

Energi radiasi matahari berbentuk sinar dan gelombang elektromagnetik.


Radiasi elektromagnetik bisa dibedakan menjadi :
1.    Radiasi yang terlihat oleh mata kita (visible radiation, contohnya cahaya)
2.    Radiasi yang dapat kita rasakan (kulit, wajah), namanya radiasi infra
merah.
Panjang gelombang radiasi inframerah lebih panjang daripada panjang
gelombang cahaya (visible radiation). Gelombang elektromagnetik menyebar
dalam bentuk 3 dimensi (volume), seperti halnya gelombang yang tersebar
membentuk sebuah bola (sphere). Dalam hal ini, volumen di sekitar gelombang
elektromagnetik bisa berbentuk: benda keras, cairan, gas, tapi bisa juga
kekosongan (vacuum)..

Gambar1. Bagian Internal Matahari

2.2 Prinsip Dasar

Sel surya atau photovoltaic adalah alat yang mengubah energi cahaya
menjadi energi listrik menggunakan efek fotoelektrik. Dibuat pertama kali pada
tahun 1880 oleh Charles Fritts. Pembangkit listrik tenaga surya tipe photovoltaic
adalah pembangkit listrik yang menggunakan perbedaan tegangan akibat efek
fotoelektrik untuk menghasilkan listrik. Solar panel terdiri dari 3 lapisan, lapisan
panel P di bagian atas, lapisan pembatas di tengah, dan lapisan panel N di bagian
bawah. Efek fotoelektrik adalah di mana sinar matahari menyebabkan elektron di
lapisan panel P terlepas, sehingga hal ini menyebabkan proton mengalir ke lapisan
panel N di bagian bawah dan perpindahan arus proton ini adalah arus listrik.
Sel surya memiliki banyak aplikasi. Mereka terutama cocok untuk
digunakan bila tenaga listrik dari grid tidak tersedia, seperti di wilayah terpencil,
satelit pengorbit bumi, kalkulator genggam, pompa air, dll. Sel surya (dalam
bentuk modul atau panel surya) dapat dipasang di atap gedung di mana mereka
berhubungan dengan inverter ke grid listrik dalam sebuah pengaturan net
metering. Banyak bahan semikonduktor yang dapat dipakai untuk membuat sel
surya diantaranya Sillicon, Titanium Oksida, Germanium, dll.
Hingga tahun 1980-an efisiensi dari hasil penelitian terhadap solar cell
masih sangat rendah sehingga belum dapat digunakan sebagai sumber daya listrik.
Tahun 1982, Hans Tholstrup seorang Australia mengendarai mobil bertenaga
surya pertama untuk jarak 4000 km dalam waktu 20 hari dengan kecepatan
maksimum 72 km/jam. Tahun 1985 University of South Wales Australia
memecahkan rekor efisiensi solar cell mencapai 20% dibawah kondisi satu cahaya
matahari. Tahun 2007 University of Delaware berhasil menemukan solar cell
technology yang efisiensinya mencapai 42.8% Hal ini merupakan rekor terbaru
untuk "thin film photovoltaic solar cell." Perkembangan dalam riset solar cell
telah mendorong komersialisasi dan produksi solar cell untuk penggunaannya
sebagai sumber daya listrik.

2.3 Prinsip Kerja

Photovoltaic (PV device) atau Solar Cell, yaitu mengubah cahaya matahari
langsung menjadi listrik. Cara ini umumnya digunakan di daerah terpencil yang
belum ada jaringan listrik konvensional. Penggunaan photovolaic banyak
digunakan untuk kalkulator, jam tangan, rambu-rambu jalan, lampu penerangan
taman dsb. Solar Power Plants, sistem ini tidak secara langsung menghasilkan
listrik yaitu panas yang dihasilkan alat pengumpul panas matahari digunakan
untuk memanaskan suatu cairan sehingga menghasilkan tenaga uap untuk tenaga
generator.
Lebih mudahnya menerangkan cara kerja panel surya photovoltaic yaitu
photon dari cahaya matahari menabrak electrons menjadi suatu energi yang lebih
tinggi sehingga terjadi listrik. Istilah photovoltaic menjelaskan mode operasi suatu
photodiode dimana arus yang melalui device selururuhnya terjadi karena adanya
perubahan induksi tenaga cahaya. Hampir semua peralatan photovoltaic adalah
berupa photodiode. Sinar matahari mengenai solar panel, masuk kedalam solar
charg controller, arus disini masih dalam keadaan DC. Lalu dialirkan ke baterai,
disini masuk kedalam inverter untuk mengubah arus DC menjadi AC lalu dapat
dimanfaatkan untuk berbagai alat-alat elektronik.

Gambar 2. Prinsip Kerja

2.4 Pembangkit Listrik Tenaga Surya Di Indonesia

Di Indonesia, PLTS terbesar pertama dengan kapasitas 2×1 MW terletak di


Pulau Bali, tepatnya di daerah Karangasem dan Bangli. Pemerintah memberi izin
kepada siapa saja untuk meniru dan membuatnya di daerah lain karena PLTS ini
bersifat opensource atau tidak didaftarkan dalam hak cipta.

Diantara beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Indonesia


tersentralisasi yang memiliki skala besar antara lain adalah :

1. PLTS di Kabupaten Karangasem, Bali dengan kapasitas 1 MW.


2. PLTS di Kabupaten Bangli, Bali dengan kapasitas 1 MW.
3. PLTS di Pulau Gili Trawangan (NTB) berkapasitas 600 kWp.
4. PLTS di Pulau Gili Air (NTB) dengan kapasitas 160 kWp.
5. PLTS di Pulau Gili Meno (NTB) dengan kapasitas 60 kWp.
6. PLTS di Pulau Medang, Sekotok, Moyo, Bajo Pulo, Maringkik, dan
Lantung dengan total kapasitas 900 kWp.
7. PLTS Raijua (Kabupaten Sabu Raijua, NTT) dengan kapasitas 150 kWp.
8. PLTS Nule (Kab. Alor, NTT) dengan kapasitas 250 kWp.
9. PLTS Pura (Kab. Alor, NTT) dengan kapasitas 175 kWp.
10. PLTS Solor Barat (Kab. Flores Timur, NTT) dengan kapasitas 275 kWp.
11. PLTS Morotai (Maluku Utara) dengan kapasitas 600 kWp.
12. PLTS Kelang (Maluku) dengan kapasitas 100 kWp.
13. PLTS Pulau Tiga (Maluku) dengan kapasitas 75 kWp.
14. PLTS Banda Naira (Maluku) (Maluku) dengan kapasitas 100 kWp.
15. PLTS Pulau Panjang (Maluku) dengan kapasitas 115 kWp.
16. PLTS Manawoka (Maluku) dengan kapasitas 115 kWp.
17. PLTS Tioor (Maluku) (Maluku) dengan kapasitas 100 kWp.
18. PLTS Kur (Maluku) dengan kapasitas 100 kWp.
19. Kisar (Maluku) dengan kapasitas 100 kWp.
20. PLTS Wetar (Maluku) dengan total kapasitas 100 kWp.
21. PLTS Kabaena (Sulawesi Tenggara) dengan kapasitas 200 kWp.

2.5 Aplikasi Energi Surya di Bidang Pertanian

Energi surya dapat dimanfaatkan ke dalam dua bentuk yaitu pemanfaatan


secara termal dan pemanfaatan untuk listrik. Pada bidang pertanian pemanfaatan
energi surya termal biasa digunakan pada proses pengeringan bahan pertanian.
Pengeringan bisa dilakukan secara alami (penjemuran) maupun secara buatan.
Terdapat berbagai tipe pengering surya yang telah berkembang saat ini, salah
satunya adalah pengeringan yang menggunakan kolektor berbentuk bangunan
yang disebut dengan efek rumah kaca (ERK) yang telah dikembangkan di IPB
oleh Kamaruddin dan para kolega penelitinya sejak tahun 1993 sampai saat ini
secara berkesinambungan. Pada prinsipnya pengeringan efek rumah kaca yaitu
sinar matahari yang memiliki radiasi gelombang panjang masuk melalui dinding
transparan untuk kemudian diserap oleh absorber atau komponen lain di dalam
bangunan pengering sehingga suhu absorber dan komponen tersebut akan
meningkat. Radiasi yang dipancarkan oleh absorber atau komponen dalam
pengering dalam bentuk gelombang panjang sehingga sulit untuk menembus
dinding transparan. Dengan demikian, terjadi peningkatan suhu udara pengering
dan udara dihembuskan melalui produk yang akan dikeringkan. Udara yang telah
lembab kemudian dikeluarkan dari bangunan pengering.

2.6 Geomteri Surya


Sehubungan dengan bentuk bumi, posisi sumbu rotasi bumi, rotasi dan
revolusi bumi mengelilingi matahari maka penerimaan radiasi matahari di suatu
wilayah akan bergantung pada waktu (jam pada hari dan hari pada tahun) serta
bujur dan lintang wilayah tersebut. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat
dijelaskan melalui Solar Geometry (Geometri Surya).

Radiasi surya diterima di permukaan bumi dalam dua cara, yaitu secara
langsung (radiasi langsung) dan melalui pantulan dari awan atau massa udara
(radiasi baur). Geometri surya ini lebih mempengaruhi nilai radiasi
langsung yang diterima dari pada radiasi baurnya.
Sudut jam merupakan sudut antara normal permukaan bumi dan sinar
matahari yang diproyeksikan berdasarkan pandangan dari kutub selatan Sudut
ini berubah sepanjang hari akibat adanya rotasi bumi. Perhitungan sudut ini
juga ditentukan oleh bujur dimana pengukuran radiasi dilakukan. Sudut jam
dihitung menggunakan :

𝜔 = (𝑡𝑠 − 12) × 360

24

dimana ts merupakan waktu surya yang dihitung berdasarkan:

𝑡𝑠 = 𝑡𝐿 + 𝑍 − 𝐵 𝐸𝑄𝑇
+
15 60
Karena posisi sumbu rotasi bumi ini tetap maka saat bumi berevolusi
sudut yang terbentuk antara sinar matahari terhadap suatu bidang di
equator berubah panjang tahun. Sudut ini disebut sebagai deklinasi surya.
Hubungan antara deklinasi surya terhadap hari selama satu tahun
dinyatakan sebagai :
Karena permukaan bumi merupakan permukaan yang melengkung,
maka akan lebih mudah untuk menganalisis sudut datang matahari pada
sistem koordinat horizontal. Dengan menggunakan sistem koordinat
horizontal, radiasi matahari terhadap permukaan (bidang) datar
Azimuth surya merupakan sudut antara proyeksi sinar matahari di
bidang horzontal dari arah selatan. Altitude (tinggi) matahari
merupakan sudut yang dibentuk antara sinar matahari dengan
proyeksinya pada bidang horizontal. Sedangkan sudut zenit (sudut
datang) merupakan komplemen dari sudut tinggi surya yaitu diukur dari
zenit. Sudut zenit ini ditentukan berdasarkan persamaan:
cos 𝜃𝑧 = sin 𝛼 = cos ∅ cos 𝛿 cos 𝜔 + sin
∅ 𝑠𝑖𝑛𝛿
dimana

cos 𝛿 sin
sin 𝜑 =
𝜔
cos 𝛼
Pada waktu sinar melintasi atmosfer, sebagian energi terserap,
besarnya penurunan energi sepanjang garis lintang ini ditentukan oleh
konstanta penurunan energi (extinction coefficient) B.

𝑃 𝐵
𝐼𝐷𝑁= 𝐴𝑒𝑥𝑝
(− 0 )
𝑃 cos 𝜃𝑧

𝑃
( )
𝑃0 = exp − 0,00001184𝐻

Dimana:
IDN = radiasi
langsung (W/m2) A, B =
tetapan
H = ketinggian suatu tempat di atas permukaan laut (m)
P/Po = nisbah tekanan di suatu tempat terhadap tekanan
atmosfer baku
θz = sudut datang terhadap normal, zenith (derajat)
Besarnya nilai konstanta B sangat bergantung pada kejernihan
atmosfer sedangkan besarnya konstanta A dan B dapat dilihat pada tabel 2.1.
Perhitungan energi global pada keadaan cerah dengan memakai rumus di atas
harus ditambahkan sebesar 5-10% karena adanya radiasi baur.

Tabel 1. Nilai konstanta A,B dan C


Tanggal Hari Ф A B C Persama
an
Ke- (W/m2
21 Januari 19.85 -20 1230 0.142 0.058 -11.2
21 Februari 54.06 -10 1215 0.144 0.060 -13.9
21 Maret 80.00 0. 1186 0.156 0.071 -
21 April 110.4 +11.6 1136 0.180 0.097 +
21 Mei 140.1 +20.0 1104 0.196 0.121 +
21 Juni 172.5 +23.4 1088 0.205 0.134 -
21 Juli 201.8 +20.6 1085 0.207 0.136 -
21 Agustus 232.4 +12.3 1107 0.201 0.122 -
21 265.0 +0.00 1150 0.177 0.092 +
21 Oktober 292.3 -10.50 1192 0.160 0.073 +15.4
21 324.2 -19.80 1221 0.149 0.063 +13.8
21 desember 357.5 -23.45 1233 0.142 0.057 +
Sumber: Duffie&Beckman, 1981

Pada suatu bidang datar, besarnya iradiasi global, H yang merupakan


penjumlahan antara radiasi langsung dan baur, dapat ditentukan dengan rumus:

𝐻𝑔𝑙𝑜 = 𝐼𝐷𝑁 sin 𝛼 + 𝐶𝐼𝐷𝑁

Suku pertama ruas kanan merupakan komponen radiasi langsung,


sedangkan suku kedua mengacu pada radiasi baur.
Dimana:
α = sudut ketinggian surya
(altitude) C = presentase sinar baur
2.7 Kolektor Datar dan Bagian Kolektor Datar
Kolektor surya adalah suatu alat yang dapat mengumpulkan atau menyerap
radiasi surya dan mengkonversikan menjadi panas. Kolektor surya dapat
didefinisikan sebagai sistem perpindahan panas yang menghasilkan energi panas
dengan memanfaatkan radiasi sinar matahari sebagai sumber energi utama.
Kolektor surya beroperasi tanpa mengeluarkan suara (tidak seperti turbin angin
besar) sehingga tidak menyebabkan polusi suara. Kolektor surya biasanya
memiliki umur yang sangat lama, dan biaya pemeliharaannya sangat rendah
karena tidak ada bagian yang bergerak. Kolektor surya juga cukup mudah untuk
diinstal. Energi surya adalah salah satu pilihan energi terbaik untuk daerah-daerah
terpencil, bilamana jaringan distribusi listrik tidak praktis atau tidak
memungkinkan untuk diinstalasi. Mengingat ratio elektrifikasi di Indonesia baru
mencapai 55-60 % dan hampir seluruh daerah yang belum dialiri listrik adalah
daerah pedesaan yang jauh dari pusat pembangkit listrik (Thaib,1988).
Kolektor surya dapat didefinisikan sebagai sistem perpindahan panas yang
menghasilkan energi panas dengan memanfaatkan radiasi sinar matahari sebagai
sumber energi utama. Ketika cahaya matahari menimpa absorber pada kolektor
surya, sebagian cahaya akan dipantulkan kembali ke lingkungan, sedangkan
sebagian besarnya akan diserap dan dikonversi menjadi energi panas, lalu panas
tersebut dipindahkan kepada fluida yang bersirkulasi di dalam kolektor surya
untuk kemudian dimanfaatkan guna berbagai aplikasi (Gigih, 2010). Kolektor
surya yang pada umumnya memiliki komponen-komponen utama, yaitu :
a. Cover, berfungsi untuk mengurangi rugi panas secara konveksi menuju
lingkungan.
b. Absorber, berfungsi untuk menyerap panas dari radiasi cahaya matahari.
c. Kanal, berfungsi sebagai saluran transmisi fluida kerja.
d. Isolator, berfungsi meminimalisasi kehilangan panas secara konduksi dari
absorber menuju lingkungan.
e. Frame, berfungsi sebagai struktur pembentuk dan penahan beban kolektor
Kolektor surya merupakan sebuah alat yang digunakan untuk memanaskan
fluida kerja yang mengalir kedalamnya dengan mengkonversikan energi radiasi
matahari menjadi panas. Fluida yang dipanaskan berupa cairan minyak, oli, dan
udara. Kolektor surya pelat datar mempunyai temperatur keluaran dibawah 95°C
dalam aplikasinya kolektor pelat datar digunakan untuk memanaskan udara dan
air. Keuntungan utama dari sebuah kolektor surya pelat datar adalah bahwa 15
memanfaatkan kedua komponen radiasi matahari yaitu melalui sorotan langsung
dan sebaran, tidak memerlukan tracking matahari dan juga karena desainnya yang
sederhana, hanya sedikit memerlukan perawatan dan biaya pembuatan yang
murah. Pada umumnya kolektor jenis ini digunakan untuk memanaskan ruangan
dalam rumah, pengkondisian udara, dan proses-proses pemanasan dalam industri
(Adi S, 2006).
Kolektor datar dan konsentrator merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan energi radiasi surya sedemikian sehingga energi termal yang
dihasilkan dapat dimanfaatkan secara lebih praktis untuk berbagai proses.
Kolektor datar surya terdiri dari cover (penutup) transparan, absorber dan
insulator. Radiasi surya yang jatuh pada permukaan bahan transparan dalam
gelombang pendek akan diteruskan oleh bahan transparan untuk kemudian diserap
oleh absorber. Warna hitam pada absorber memiliki sifat absorpsi terhadap radiasi
yang lebih besar sehingga sebagian besar radias matahari akan diserap.
Penyerapan radiasi ini akan membuat suhu absorber menjadi tinggi. Radiasi panas
akan dipancarkan oleh absorber akan tetapi dalam bentuk gelombang panjang.
Kebanyakan bahan transparan akan memiliki sifat opak terhadap radiasi
gelombang panjang dan oleh karena itu sebagian radiasi gelombang panjang ini
dipantulkan kembali oleh bahan transparan menuju absorber. Sebagian radiasi
yang dipantulkan tersebut akan diserap kembali dan sisanya akan mengalami
proses yang sama yaitu sebagian dipantulkan kembali ke absorber. Dengan
demikian, kehilangan panas akibat radiasi menjadi minimal dengan menggunakan
kolektor datar. Selain itu, penutup transparan juga berfungsi sebagai penahan
kehilangan panas yang dibawa oleh udara di atas absorber menuju lingkungan
(Subadiyasa, 2009).
2.8 Keseimbangan termal
Keseimbangan termal dari kolektor dapat secara sederhana dinyatakan
sebagai panas yang dikumpulkan (untuk kemudian dimanfaatkan) adalah panas
yang diserap dikurangi panas yang hilang ke lingkungan atau dinyatakan sebagai:

𝑄 = 𝑄𝑎 − 𝑄𝐿
Dimana :
Q = Panas yang berguna
QA = Panas yang diserap kolektor
QL = Kerugian panas ke lingkungan
Panas yang dikumpulkan bergantung dari nilai absorptivitas dari absorber
dan transmisivitas dari penutup kolektor. Hasil kali kedua nilai tersebut disebut
sebagai efisiensi optik. Panas yang diserap tersebut dinyatakan sebagai:

𝑄𝑎 = 𝜏𝛼𝐼𝐴𝑐
Dimana :
τ = Tetapan Boltzman ( 5,669 × 10-8 [W/m2.K4] )
α = Nilai absortivitas bahan
I = Intensitas surya [W/m2]
Ac = Luas permukaan kolektor [m2]

Sedangkan panas yang hilang dari sistem kolektor berbanding lurus dengan
beda antara suhu absorber kolektor dengan suhu lingkungan, luas kolektor dan
koefisien pindah panas keseluruhan pada kolektor ke lingkungan. Jika luas
kolektor cukup tipis sehingga luas kolektor dan kehilangan panas melalui
insulator diabaikan maka panas yang hilang ini dapat dinyatakan sebagai:

𝑄𝐿 = 𝑈𝐿𝐴𝑐(𝑇𝑐 − 𝑇𝐴)
Dimana :
UL = Koefesien pindahan panas keseluruhan pada kolektor ke lingkungan
[W/m2.ºC]
(TC – TA) = beda antara suhu absorber kolektor dengan suhu lingkungan [ºC]
Dengan demikian persamaan panas yang berguna dapat dinyatakan sebagai:
𝑄 = 𝜏𝛼𝐼𝐴𝑐(𝑇𝑐 − 𝑇𝐴)
Untuk setiap satuan luas persamaan (q/A ) dapat dinyatakan sebagai:
𝑞
= 𝜏𝛼𝐼 − 𝑈𝐿(𝑇𝑐 − 𝑇𝐴)
𝐴
2.8.1 Efisiensi kolektor datar
Efisiensi kolektor menyatakan perbandingan antara panas yang dapat
dikumpulkan terhadap radiasi matahari.

𝑛=𝑞 𝑈𝐿(𝑇𝑐 − 𝑇𝐴)


𝜏𝛼 − 𝐼
𝐼
Jika 𝑓𝑐
=
(𝑇𝑐−𝑇𝐴) (fc disebut sebagai titik pengoperasian atau fungsi
𝐼

efisiensi) efisiensi tertinggi diperoleh ketika suhu absorber sama dengan suhu
lingkungan, yaitu pada fc=0. Nilai efisiensi tertinggi kolektor sama dengan
efisiensi optiknya. Selain itu kurva juga menyatakan bahwa terdapat nilai radiasi
dimana efisiensi menjadi nol atau tidak ada panas yang dikumpulkan, yaitu pada:
𝑈𝐿(𝑇𝑐 − 𝑇𝐴)
𝐼𝑡 =
𝜏𝛼
Tingkat radiasi ini disebut sebagai tingkat radiasi threshold. Pada nilai-nilai
radiasi dibawah It tersebut suhu kolektor tidak dapat bertahan pada Tc.
Dengan cara yang sama, pada tingkat radiasi tertentu maka terdapat nilai Tc
dimana panas tidak ada yang dikumpulkan (disebut sebagai suhu stagnasi) yang
besarnya adalah:
𝐼𝜏𝛼
𝑇𝑐𝑠 = 𝑇𝐴 +
𝑈𝐿
Pada tingkat suhu kolektor Tcs, sehubungan dengan besarnya perbedaan
antara suhu dengan suhu lingkungan maka kehilangan panas yang terjadi sama
dengan tingkat radiasi yang diserap oleh kolektor
BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pembangkit listrik tenaga surya adalah pembangkit listrik yang mengubah energi
surya menjadi energi listrik. Pembangn listrik bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu
secara langsung menggunakan photovoltaic dan secara tidak langsung dengan pemusatan
energi surya. Photovoltaic mengubah secara langsung energi cahaya menjadi listrik
menggunakan efek fotoelektrik. Pemusatan energi surya menggunakan sistem lensa atau
cermin dikombinasikan dengan sistem pelacak untuk memfokuskan energi matahari ke
satu titik untuk menggerakan mesin kalor.

Photovoltaic (photo : cahaya, voltaic : tegangan) Photovoltaic tenaga matahari:


melibatkan pembangkit listrik dari cahaya. Rahasia dari proses ini adalah penggunaan
bahan semi konduktor yang dapat disesuaikan untuk melepas elektron, pertikel bermuatan
negative yang membentuk dasar listrik.

Panel surya ramah lingkungan dan tidak memberikan kontribusi terhadap


perubahan iklim seperti pada kasus penggunaan bahan bakar fosil karena panel surya
tidak memancarkan gas rumah kaca yang berbahaya seperti karbon dioksida. Panel surya
memanfaatkan energi matahari dan matahari adalah bentuk energi paling berlimpah yang
tersedia di planet . Panel surya mudah dipasang dan memiliki biaya pemeliharaan yang
sangat rendah karena tidak ada bagian yang bergerak.

Panel surya masih relatif mahal, bahkan meskipun setelah banyak mengalami
penurunan harga. Harga panel rumah sedang saat ini ser IDR27.500/wp (watt peak).
Panel surya masih perlu meningkatkan efisiensi secara signifikan karena banyak sinar
matahari terbuang sia-sia dan berubah menjadi panas. Rata-rata panel surya saat ini
mencapai efisiensi kurang dari 20%. Jika tidak terpasang dengan baik dapat terjadi over-
heating pada panel surya.
DAFTAR PUSTAKA

Adi S. M. Abdul Jabbar., 2006 ; Analisis Thermal Kolektor Surya Pemanas


Air Jenis Plat Datar Dengan Pipa Sejajar, Tugas Akhir, Universitas
Muhamadiyah Surakarta-Surakarta.
Ambarita, Himsar. 2011. Perpindahan Panas Konveksi dan Pengantar Alat
Penukar Kalor. Medan: Departemen Teknik Mesin FT USU.
Bagus Rahmadani.2018. instalansi pembangkit listrik tenaga surya. GIZ: Jakarta
Darwin, Maulana, M. I. & A., I. Z., 2015. Pengaruh Bentuk Kolektor

Konsentrator Terhadap Efisiensi Pemanas Air Surya. Proceeding Seminar


Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV), Volume 20.
Gigih Predana Putra, I Nyoman.2010. Analisis Performansi Kolektor Surya Pelat
Datar Dengan Variasi Sirip Berlubang. Fakultas Teknik Universitas
Udayana, Bali.
Kristanto. Philip., dan San.Yoe Kim.,2001. Pengaruh Tebal Pelat dan Jarak
antar Pipa Terhadap Performansi Kolektor Surya Pelat Datar, Jurnal
Teknik Mesin Fakultas Teknik Industri Universitas Petra, Vol 3 No 2,
Oktober 47-51
Li, X., Dai, Y. J., Li, Y. & Wang, R. Z., 2013. Comparative study on two novel
intermediate temperatur CPC solar collectors with the U-shape evacuated
tabung absorber. Solar Energy, 93( ), pp. 220-234.
Liu, Z., Tao, G. & Wang, Q., 2014. A novel all-glass evacuated tabung solar
steam generator with simplified CPC. Energy Conversion and Management,
86( ), pp. 175-185.
Mishra, R. K., Garg, V. & Tiwari, G. N., 2015. Thermal modeling and
development of characteristic equations of evacuated tabung collector
(ETC). Solar Energy, 116(), pp. 165-176.
Mishra, R. K., Garg, V. & Tiwari, G. N., 2017. Energy matrices of U-shaped
evacuated tabung collector (ETC) integrated with compound parabolik
concentrator (CPC). Solar Energy, Volume 153, pp. 531-539.
Murugavel, K. K. & Devanarayanan, K., 2014. Integrated collector storage solar
water heater with compound parabolik concentrator – development and
progress. Renewable and Sustainable Energy Reviews, 39( ), pp. 51-64.
Nugroho, Arif, dkk. 2012. Memaksimalkan daya keluaran sel surya dengan
menggunakan cermin pemantul sinar matahari (reflector). Jurusan
Teknik Elektro. Universitas Diponegoro. Semarang
Omil khatib. 2017. Instalansi Listrik Pertanian. Unand:Padang
PNPM Mandiri. Buku Panduan Energi yang Terbaruk Supranto. 2015.
Teknologi Tenaga Surya. Yogyakarta : Global Pustaka Utama
Yogyakarta.
Racmad, dkk.2018. Energi surya untuk komunitas. Lakpesdam-Pbnu:Jakarta
Subadiyasa, I Kadek. 2009. Pengaruh Penempatan Sirip Berbentuk Segitiga
Pada

Kolektor Surya Pelat Datar Yang Dipasang Secara Staggered. Fakultas


Teknik Universitas Udayana, Bali.
Thaib. 1988. Operasi Pengeringan Pada Pengolahan Hasil Pertanian. PT
Mediatama Sarana Perkasa: Jakarta
LAMPIRAN

1. Penilaian
Point Penilaian Nilai
Bahan Tayang 80
Materi 87
Cara Penyajian 78
Respon Jawaban 80
Anggota yang Paling Aktif Siti Hediyati
Monica P
Total 81,25

2. Hasil diskusi
Novia : bagaimana prinsip erubahan energy radiasi menjadi energy listrik dan apa
efeksamping dari panel surya?
Jawaban dari Miftahul Anuar
Photovoltaic yaitu mengubah cahaya matahari langsung menjadi listrik. Cara ini
umumnya digunakan di daerah terpencil. Penggunaan photovoltaic banyak
digunakan untuk kalkulator, jam tangan, lampu jalan, rambu-rambu jalan. Solar
Power Plants, sistem ini tidak secara langsung menghasilkan listrik yaitu panas
yang dihasilkan alat pengumpul panas matahari digunakan untuk memanaskan
suatu cairan sehingga menghasilkan tenaga uap untuk tenaga generator.
Lebih mudahnya menerangkan cara kerja panel surya photovoltaic yaitu
photon dari cahaya matahari menabrak electrons menjadi suatu energi yang lebih
tinggi sehingga terjadi listrik. Istilah photovoltaic menjelaskan mode operasi
suatu photodiode dimana arus yang melalui device selururuhnya terjadi karena
adanya perubahan induksi tenaga cahaya. Hampir semua peralatan photovoltaic
adalah berupa photodiode. Sinar matahari mengenai solar panel, masuk kedalam
solar charg controller, arus disini masih dalam keadaan DC. Lalu dialirkan ke
baterai, disini masuk kedalam inverter untuk mengubah arus DC menjadi AC lalu
dapat dimanfaatkan untuk berbagai alat-alat elektronik. Adapun efek samping dari
panel surya adalah mengandung bahan kimia berbahaya bagi lingkungan
salahsatunya adalah asam sulfat.
Ovrianti : apa saja syarat sebuah daerah dapat dibangun plts?
Jawaban dari miftahul anuar
Pada prinsipnya, seluruh wilayah di Indonesia memiliki potensi untuk dibangun
PLTS. Namun, untuk memastikan masa operasi PLTS tersebut berkelanjutan
dalam jangka panjang, sebaiknya penetapan pembangunan PLTS juga
mempertimbangkan: 1. Potensi PLTMH. Daerah yang tidak ditemukan sumber
daya air yang berpotensi untuk pengembangan PLTMH4 boleh diusulkan
pembangunan PLTS. Pembangunan PLTMH lebih diprioritaskan dibandingkan
dengan PLTS, karena: a) ketersediaan suplai air yang lebih kontinyu; b) tidak
memerlukan penggantian baterai dan inverter yang investasinya cukup besar.
Sehingga, biaya investasi per kWh yang dihasilkan akan lebih murah; c)
Komponen lebih mudah didapat karena sudah ada produksi dalam negeri; d) SDM
sudah cukup tersedia. 2. Calon konsumen. Adanya calon konsumen yang berada
di sekitar pembangkit, yang tinggal berkelompok minimal 30 rumah (termasuk
fasilitas umum) dengan jarak antara rumah satu dengan lainnya berdekatan. 3.
Lahan. Tersedia lahan untuk lokasi PLTS, baik di atas tanah maupun di atas atap
(rooftop) dengan luasan yang memadai. 4. Teknologi. Jika menggunakan
teknologi PLTS, diusahakan menggunakan teknologi baterai dengan umur pakai
yang lebih panjang, sehingga tingkat keberlanjutan pembangkit lebih baik Iuran
listrik. Kemampuan dan kemauan masyarakat untuk membayar listrik dari
pembangkit PLTS terpusat sangat penting untuk keberlangsungan akses listrik
mengingat biaya penggantian baterai dan inverter yang cukup signifikan. Iuran
listrik.

Siti Hediyati Yunita : berapa energy listrik yang dihasilkan oleh panel surya dan jika
dalam kondisi mendung atau tanpa sinar matahari, apakah tetap bisa menghasilkan
listrik?

Jawaban dari Rizki Rianto


Menurut Ima (2013) panel surya dapat menghasilkan energy listrik persatu
buah transistor 2N3055 dengan memanfaatkan cahaya matahari pada siang hari
adalah 0,4 V-0,58 V dan 0,1 mA - 1,8 mA. Adapun energy listrik yang dihasilkan
oleh panel surya ini disimpan dalam baterai 6 volt, 1300 mA kemudian diubah
menjadi AC 220 V dengan menggunakan inverter AC ke DC.
Apakah dalam kondisi tanpa sinar matahari tetap bisa menghasilkan listrik?
Tentu bisa karena panel surya memiliki baterai sabagai penyimpan energy listrik yang
dapat digunakan dalam situasi tertentu.

Sumber jawaban
Maysha, Ima., Trisno, B dan hasbullah. 2013. Pemanfaatan Tenaga Surya
Menggunakan Rancangan Panel Surya Berbasis Transistor 2N3055 dan
Thermoelectric Cooler. Electrans 12(2): 89-96

Anda mungkin juga menyukai