Anda di halaman 1dari 6

Syari’ah Fiqih dan Hukum Islam

(Lanjutan)

1. Profil Masing- Masing Mazhab

 Imam Abu Hanifah


Kehidupannya sebagai ulama dan pedagang kain sutera. Namanya adalah Nu’man bin
Tsabit bin Zanti, lahir di Kuffah dan meninggal di 150 H. Ia dipenjara sampai
wafatnya karena menolak jabatan hakim dan khalifah Abu Jabar. Mazhab ini banyak
dianut oleh daerah Turki dan Pakistan, dan menjadi mazhab resmi Mesir.

 Imam Malik bin Anas


Beliau adalah ahli fiqih dan ulama ahli hadist. Beliau tinggal di Madinah. Mazhab ini
sering disebut mazhab Maliki dan banyak dianut di negara Tunisia.

 Imam Muhammad bin Idris Al Syafi’i


Beliau adalah pendiri mazhab Syafi’i dan tinggal di Gaza 150 H dan meninggal pada
240 H. Pada anak- anak dia sudah bisa menghafal Al-Qur’an dan pada umur 15 tahun,
beliau sudah memberi fatwa di Mekkah, lalu pindah ke Madinah. Pada tahun 195 H
beliau pindah ke Baghdad, 5 tahun kemudia dia pindah ke Mesir. Fatwa- fatwanya :
- Fatwa di Baghdad : Qoul Qodim
 Fatwa di Mesir : Qoul Jadid
Karya kita beliau adalah “ Al-Umm dan Arrisalah”. Mazhab beliau tersebar di daerah
Indonesia, Mesir, Malaysia, dan Brunei
 Imam Ahmand bin Hanbal
Beliau adalah Ahman bin Hanbal Asy-Syai Bani. Pendiri mazhab Hambali. Beliau
lahir di Baghdad 164 H dan meninggal 241 H. Beliau adalah ulama hadist dan ulama
fiqih. Karyanya adalah Mushad Al- Kabir. Dan dianut oleh Arab Saudi

 Imam Ja’far Al-Shadiq


Banyak dianut oleh Syiah Imamiyah di Iran dan Irak, beliau paham fiqih dan tidak
jauh berbeda denga Imam Syafi’i

2. Hukum Periode Taqlid dan Kebangkitan

 Periode Taqlid
- Terbentuknya ijtihad ulama
- Ada mujtahid mutlak : Ibn Qudamah, Ibn Hazm, Ibn Rusyd Al- Katsani
- Menginduk mazhab yang sudah ada
- Menyusun kitab- kitab Mukhtasar dan Matan, lalu disusun Syarah (komentar)
atau (ulasan)
- Hasyiyah (catatan pinggir), Takhrij (analisa hadist), dan Tajrih
(mengkompromikan yang bertentangan untuk kitab-kitab tsb)

 Periode Kebangkitan
- Adanya ulama- ulama terkenal : Ibn Hajr, Imam Namawi, Ibn Taiminyah, Ibn
Qoyim, As- Suyuti
- Pada masa selanjutnya terdaat masalah fiqih dalam bentuk undang- undang,
terutama hukum keluarga. Th. 1971 lahir undang- undang perkawinan No. 1 Th.
1971

3. Sebab- Sebab Terjadinya Perbedaan Pendapat Para Ulama Fiqih

 Beragam Arti dalam Lafadz Allah


Seperti : Tsala’tsatu Quru’in. Masa idah wanita yang ditalak, sementara masa hadinya
aktif. Menurut beberapa pandangan :
- Ulama Syafi’i : Iddahnya 3x suci
- Ulama Hanafiyah : Tiga x haid

 Perbedaan dalam Masalah Hadist


Ada ulama yang memandang kuat dan ada yang memandang lemah terhadap satu
hadist,dll

 Perbedaan dalam Menggunakan Metode Berijtihad


Ada ulama lebih mementingkan kemaslahan umat dan ada yang menggunakan metode
istihsan dalam berijtihad.

 Beragam Arti dalam Lafadz Allah


Terutama ketika terjadi pertentangan dalil

4. Kaidah- Kaidah Hukum Islam

 Al-Umuru Bi Maqashidiha
Kaidah ini berasal dari hadist Nabi. “ Innamala A’malu Binniyat” ( Sesungguhnya
segala sesuatu itu tergantung kepada niat )

 La Dharara wala Dhirar


Tidak membuat kemudharatan. Dlarar artinya mendatangkan akan mafsadah
( kerusakan atau kerugian ) kepada orang lain secara mutlak. Dlirara artinya
membalas dlarar dengan dlarar. Kaidah ini artinya tidak boleh membuat kerusakan
atau kemdharatan, dan tidak boleh membahas kemdahratan dengan kemadharatan.
Masalah fiqh yang berkaitand engan kaidah tsb : Pengembalian barang yang rusak,
qisas, kifarat,dll
 Al yaqin la yuzalu bi al-syakk
- Yakin : Keteguhan hati atas hakikat sesuatu
- Al-Syakk : Keraguan tentang ada dan tidak adanya sesuatu
Hal yang pasti tak bisa digugurkan oleh hal yang meragukan. Contoh sederhana:
kalau anda yakin sudah punya wudlu, lalu anda ragu apa udah kentut, maka masih
punya wudlu.

 Al masyaqqatu tajlib al-taysir


Situasi sulit/berat bisa mendatangkan kelonggaran hukum. Kaidah Itu terkait dengan:
Al-dlaruratu tubihul mahdzurat: Situasi darurat/necessity bisa bolehkan apa yang
tadinya dilarang. Juga: idza dlaqa al amr ittasa'a; idza ittasa'a dlzaqa. Bila situasi
menyempit, hukum melonggar. Jika melonggar, maka menyempit. Kaidah ke-4 dan
derivasinya tegaskan prinsip bahwa Islam itu untuk kemudahan, bukan untuk
datangkan kesulitan bagi pemeluknya. "Al-dlarurah" biasanya dikaitkan dengan situsi
hidup-mati. Tapi juga bisa berarti situasi yang tak terhindarkan. Tentang kaidah ini,
Muh Abduh simpulkan, al hayah fil islam muddamah 'ala al-din: Dalam islam,
kehidupan lebih didahulukan di atas agama.

 Al 'Adatu muhakkamah
Tradisi/kebiasan setempat bisa dijadikan sebagai dasar hukum. Kaidah tersebut
tegaskan, hukum Islam tak serta merta menghabisi adat dan budaya lokal. Adat
menjadi rujukan yang berfungsi untuk pemisah ketika terjadi perselisihan atau
pertentangan.
- Adat menjadi hakim atau pemutus dalam menetapkan hukum syara’, namun ada
itu yang tidak bertentangan dengan Nash Syar’i ( Al-Qur’an dan Hadist )

5. Tarikh Tasyri

 Perunjukan Istilah Tasyri

1. Syari’ah
Peraturan- peraturan yang ditetapkan oleh Allah, SWT. Melalui Nabi Muhammad ,
SAW. Baik berkenaan dengan Aqidah , amaliah , maupun akhlaq. Ruang
lingkup luas , bersumber dari Al Qur’an dan Hadits , bersifat sempurna dan tidak
berubah , kebenaran mutlak,dan bersifat umum dan universal.

2.Fiqih
Ilmuyang berkenaan dengan hukum hukum syara ’ yang bersifat amaliah yang digali
dan ditemukan dari dalil dalil yang terperinci. Ruang lingkup terbatas pada amaliah
manusia , bersumber dari ijtihad, bersifat berkembang dan berubah , kebenaran
relative, danberisfat khusus dan parsial.
3.Hukum Islam:
Seperangkatperaturan berdasarkan wahyu dan sunnah Rasul , SAW. Tentang tingkah
laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini serta mengikat untuk semua yang
beragama Islam. Istilah yang digunakan di Indonesia untuk merujuk kepada hukum
yang berasal dari Islam, sebagai pembeda dengan hukum yang bersumber.

 Definisi Tarikh Tasyri


A. Definisi Secara Terminologis
Tarikh tasyri’ merupakan sebuah istilah yang terdiri dari dua suku kata, “Tarikh” dan
“Tasyri’ ”. Kata “Tarikh ” bermakna sejarah atau riwayat. Sedangkan “Tasyri ’ “
adalah proses , baik itu proses pembentukan Qur’an dan Hadits atau proses
pembentukan fiqh atau peraturan perundang undangan.

B. Definisi Secara Terminologis


Tarikh Tasyri’ menurut Ali As Sayis “Ilmu yang membahas keadaan hukum pada
zaman Rasul dan sesudahnya dengan uraian dan periodesasi yang padanya hukum itu
berkembang , serta membahas ciri ciri spesifikasinya keadaan fuqoha dan mujtahid
dalam merumuskan hukum itu. Dengan demikian, secara sederhana tarikh tasyri’
adalah:“Sejarah terbentuknya hukum Islam, yang dimulai pada masa Rasulullah,
SAW. Dan masa masa setelahnya, yang dibakukan oleh para ahli sejarah Islam
dengan periodesasi periodesasi tertentu, dimana pada periode tersebut tampak:
1. hukum yang berkembang
2. ciri cirinya
3. keadaan fuqoha dan mujtahidnya

 Definisi Dalam Memahami Hukum Islam


1. Dimensi Ilahiyyah
Hukum Islam sebagai ajaran dari Allah, SWT. sehingga sebagai ajaran yang suci
harus dijaga kesakralannya
2.Dimensi Insaniyyah
Hukum Islam sebagai upaya sungguh sungguh manusia (ijtihad)untuk memahami
ajaran suci melalui pendekatan , yaitu
- Pendekatan bahasa
- Pendekatan maqash id (tujuan syara’)

Dua dimensi di atas menyebabkan hukum Islam selalutumbuh dan berkembang dari
masa rasulullah sampai sekarang.

 Pembagian Tasyri
- Tasyri Samawi
Penetapan hukum Islam bersumber langsung dari Allah, SWT. Melalui
perantaraan Nabi Muhammad, SAW.Untuk disampaikan kepada manusia.
Sifatnya :
1. Kebenaran mutlak
2. Tidak berubah
Bersumber dari AlQur’an dan Hadits Nabi.

- Tasyri Wadh’i
Hasilijtihad ulama yang memiliiki kapabilitas dan kompetensi dalam bidang
hukum mujtahidin. Sifatnya :
1. Kebenaran relatif
2. Dapat berubah sesuai dengan konteks dan realitas masyarakat
Sumbernya adalah fiqh

 Kegunaan Mempelajari Tarikh Tasyri


1. Mengetahui sejarah turunnya ayat dan hadits akan menghindari kesalahpahaman
akan makna arti ayat Al-Qur’an dan Hadits
2. Memahami dan mempelajari produk pemikiran ulama ,antara lain mengetahui pola
pikir dan metode untuk sebuah hasil ijtihad , bagaimana kemaslahatan umat
terpelihara melalui ijtihad dll
3. Toleran terhadap perbedaan ijtihad
4. Mewarisi pemikiran ulama ulama klasik

 Periode Tarikh Tasyri


- Periode Pembinaan
1. Berlangsungselama 23 Tahun
2.Wewenang tasyri ’ ada pada Nabi
3. Masih sedikitnya ijtihad
- Periode Pertumbuhan
1. Pengkodifikasian Al- Qur’an
2. Bertambahnya sumber hukum : Ijma ’ dan Qiyas
- Peridoe Perkembangan
1. Kodifikasi Hadits Nabi ,
2. Munculnya aliran fiqih : Ahl al Hadits dan Ahl Al Ra’y
- Periode Kematangan
1. Lahirnya madzhab fiqih
2. Lahirnya ilmuushul fiqh
- Taklid dan Jamud
1.Tertutupnya pintu ijtihad;
2. Merebaknya taklid
3. Aktifitas ulama hanyamemberi syarah

- Periode Kebangkitan
1. Ijtihad kembali dikumandangkan
2. Transformasi fiqih ke dalam perundang undangan
- Periode Modern
Hukum Islam menjadi perundang undangan dalam negara Islam
Modern.

Anda mungkin juga menyukai