Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2010 5(1): 31– 38

PEMANFAATAN RPO (RED PALM OIL) SEBAGAI SUMBER PROVITAMIN A


ALAMI PADA PRODUK MI INSTAN UNTUK ANAK BALITA

(The Use of RPO as A Sources of Natural Provitamin A in Instant Noodle Product for
Under Five Children)

Sri Anna Marliyati1*, Hardinsyah1, dan Neysa Rucita1

1*
Alamat korespondensi: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor, Bogor 16680. Telp: 0251-8621258; Fax: 0251-8622276; Email: anna_marliyati@yahoo.com
1
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680.

ABSTRACT
The objective of this research was to study the use of RPO as a sources of natural
provitamin A in instant noodle product for under five children. For this purpose 5 formulas
were developed based on RPO’s level added to the formula (0%, 25%, 50%, 75% and 100%).
The result shown that instant noodle with 75% RPO was the best formula of RPO instant
noodle. No significant difference in acceptance between this formula and other commercial
instant noodle (α>0.05). The result of RPO instant noodle’s chemical analysis were moisture
content 7.40% (wb), ash content 2.51% (db), protein content 13.66% (db), fat content 9.84%
(db), carbohydrate was 74.49% (db) and carotenoid 136.41 ppm (≈ 76.42 ppm β-carotene ≈
636.8 RE/serving size). RPO instant noodle has physical properties as follow, optimum
cooking time was 3 minutes, the color was yellow-red, elasticity properties was 261.94%-
455.65% and water holding capacity was 137.98%. This noodle was contributing 100% of
vitamin A RDA for the children.

Keywords: Red palm oil, carotenoid, vitamin A deficiency, under five children.

PENDAHULUAN provitamin A yang berasal dari sumber alami.


Salah satu sumber provitamin A alami yang
Kurang Vitamin A (KVA) merupakan
dapat digunakan adalah minyak sawit merah
masalah kesehatan masyarakat di negara
(Red Palm Oil – RPO) yang merupakan hasil
berkembang. WHO menyatakan bahwa KVA
pemurnian dari minyak sawit kasar (Crude
diderita oleh sekitar 40% populasi dunia,
Palm Oil - CPO). Selain ketersediaan minyak
terutama wanita hamil dan menyusui serta
kelapa sawit yang melimpah di Indonesia, RPO
anak dibawah lima tahun. Kelompok umur
juga memiliki kandungan vitamin A (dari β-
yang rentan mengalami KVA adalah bayi usia 6-
karoten) 15-30 kali lebih tinggi dibandingkan
11 bulan dan anak balita usia 12-59 bulan.
wortel dan tomat (Ball 1988).
Diperkirakan sebanyak 100-140 juta anak
masih mengalami KVA pada tingkat subklinis, Pangan yang potensial untuk difortifikasi
meskipun defisiensi secara klinis mengalami adalah mi instan karena disukai, harganya
penurunan. KVA dapat menyebabkan kegagal- terjangkau dan mudah didapat. Penambahan
an dalam fungsi sistemik, yang dicirikan RPO dengan kandungan pro-vitamin A yang
dengan kelainan perkembangan janin, anemia, tinggi kedalam mi instan akan meningkatkan
dan lemahnya fungsi imun. mutu mi instan dari segi gizi. Oleh sebab itu,
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
Hingga saat ini penanggulangan KVA
mengembangkan produk mi instan dengan
dilakukan melalui beberapa cara yaitu
penambahan RPO agar dapat menghasilkan
suplementasi kapsul vitamin A dosis tinggi dan
produk yang selain tinggi kandungan provita-
fortifikasi pangan. Namun, tidak selamanya
min A juga dapat diterima khususnya oleh anak
penanggulangan KVA harus bergantung pada
balita.
upaya tersebut mengingat fortifikan yang
digunakan masih menggunakan vitamin A Tujuan umum dari penelitian ini adalah
sintetik yang harus diimpor dari luar negeri. untuk mengkaji pemanfaatan Red Palm Oil
Oleh karena itu, perlu upaya lain untuk (RPO) dari Crude Palm Oil (CPO) sebagai sum-
mendampingi dan menunjang upaya penanggu- ber provitamin A alami pada produk mi instan
langan yang sudah ada sehingga penanganan untuk anak balita. Adapun tujuan khusus dari
KVA dapat lebih maksimal, yaitu dengan penelitian ini adalah: 1) Menganalisis kandung-
mengembangkan produk tinggi vitamin A atau an karotenoid, karakteristik fisik dan kimia

31
Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2010 5(1): 31– 38

RPO yang dibuat dari CPO; 2) Melakukan for- terhadap mi instan tanpa kuah dan dengan
mulasi mi instan RPO secara tepat; 3) Meng- kuah serta persentase pene- rimaannya
analisis mutu organoleptik mi instan RPO; 4) dibandingkan dengan mi instan ko- mersial.
Mempelajari daya terima mi instan RPO terpi- Formula terpilih merupakan formula dengan
lih melalui uji organoleptik pada anak balita; persentase penerimaan keseluruhan tertinggi.
5) Menganalisis kandungan gizi dan karakter- Formula terpilih salanjutnya diuji
istik fisik dari mi instan RPO terpilih. penerimaanya pada 30 orang panelis anak 4-5
tahun. Selain itu, dilakukan pula analisis kan-
dungan gizi (air, abu, protein, lemak, serat
METODE dan total karoten) dan fisik (cooking time,
daya serap air, warna dan elongasi) terhadap
Waktu dan Tempat formula terpilih tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Rancangan Percobaan
Mei 2009 sampai Oktober 2009. Tempat yang
digunakan yaitu Laboratorium Pengolahan Rancangan percobaan yang digunakan
Pangan dan Laboratorium Kimia dan Analisis untuk penelitian ini adalah Rancangan Acak
Pangan, Departemen Gizi Masyarakat, FEMA, Lengkap (RAL). Secara sistematis, bentuk
IPB, Laboratorium Pilot Plan SEAFAST Center, umum dari rancangan tersebut adalah sebagai
IPB dan Laboratorium Teknopark Fateta, IPB. berikut:
Yij = µ + τi + Єij
Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan adalah RPO Keterangan :
dari hasil pemurnian CPO (berasal dari PT Yij = Nilai pengamatan (warna, aroma, rasa,
Multimas Nabati Asahan), bahan pembuat mi tekstur dan penerimaan keseluruhan) ka-
instan yaitu tepung terigu, garam, CMC rena pengaruh taraf penambahan RPO ke-
(Carboxy Methyl Celullose), K2CO3, Na2CO3 dan i pada ulangan ke-j.
air, serta bahan-bahan untuk analisis kimia. µ = Nilai rata-rata umum.
Peralatan yang diperlukan adalah alat
τi = Pengaruh tingkat penambahan RPO
terhadap mutu produk pada taraf ke-i.
pembuat RPO (agigator, penangas, pompa
vacum dan sentrifus), alat pembuat mi instan  ij = Kesalahan penelitian karena pengaruh
(seperangkat noodle maker dan cabinet taraf penambahan RPO ke-i pada
dryer), serta alat-alat laboratorium untuk ulangan ke-j.
analisis kimia dan fisik. i = Taraf penambahan RPO.
j = Ulangan (1, 2, 3, 4, 5, ......, 30).
Tahapan Penelitian
Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian diawali dengan menyiapkan
RPO, yaitu melalui pemurnian CPO. Tahap Data hasil ditabulasikan dan diolah
pemurnian meliputi degumming (proses peng- menggunakan sidik ragam (one way ANOVA),
hilangan gum dan pengotor lain pada CPO), bila berpengaruh nyata (α<0.05) dilanjutkan
netralisasi (pemisahan asam lemak bebas de- dengan uji Duncan. Penerimaan balita terha-
ngan cara penambahan basa), dan setrifugasi dap mi instan RPO dibandingkan dengan mi
untuk memisahkan sabun yang terbentuk pada komersial dianalisis dengan uji non parametrik
proses netralisasi. Fraksi yang digunakan Friedman Test, sedangkan nilai kandungan gizi
sebagai RPO adalah fraksi olein (fraksi cair). mi instan formula terpilih dianalisis secara
Karakteristik kimia dan fisik RPO selanjutnya deskriptif. Data diolah menggunakan program
dianalisis. MS. Excel dan SPSS 16.0 for Windows.

Penambahan RPO pada mi instan dida-


sarkan pada kebutuhan vitamin A sehari anak HASIL DAN PEMBAHASAN
balita (450 RE). RPO mensubstitusi penggunaan
minyak nabati dengan taraf substitusi 0% (F0), Pemurnian Minyak
25% (F25), 50% (F50), 75% (F75) dan 100%
(F100). Kelima formula selanjutnya diuji or- Proses pemurnian minyak meliputi de-
ganoleptik pada 30 orang panelis semi terlatih. gumming, netralisasi dan sentrifugasi. Proses
Pengujian dilakukan baik secara hedonik (war- degumming mengacu pada hasil penelitian
na, aroma, rasa, tekstur dan keseluruhan), Widarta (2008), dimana H3PO4 85% yang ditam-
maupun mutu hedonik (warna dan tekstur) bahkan sebanyak 0.15% (b/b) dari berat

32
Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2010 5(1): 31– 38

minyak. Pada proses netralisasi digunakan Kadar air. Kadar air CPO yang digunakan
NaOH dengan konsentrasi 11.1% (16 oBé) dan sebesar 0.10%, sedangkan pada RPO sebesar
diaduk secara kontinyu selama 25 menit sambil 0.06%. Kedua nilai tersebut lebih rendah dari
dipanaskan pada suhu ± 59 oC (Mas’ud 2007). yang disyaratkan BSN (2006) yaitu kadar air
Kadar asam lemak bebas pada minyak direak- maksimal 0.5%. Kadar air RPO lebih rendah
sikan dengan basa, lalu sabun yang terbentuk dari CPO karena saat netralisasi terbentuk
dihilangkan dengan sentrifus. Sabun akan ber- emulsi antara air dan minyak juga karena
campur dengan fraksi stearin (fraksi padat) adanya pengaruh proses penyaringan.
dibagian bawah tabung karena memiliki densi-
Bilangan peroksida. Peroksida adalah
tas yang lebih tinggi. Secara keseluruhan ren-
bahan kimia yang dapat mempercepat oksidasi
demen yang dihasilkan pada proses pemurnian
atau sebagai bahan pengoksidasi. Bilangan
ini adalah 80.9%.
peroksida CPO cukup rendah yaitu sebesar 3.41
mekv/kg, sedangkan RPO 2.81 mekv/kg. Nilai
Karakteristik Minyak
ini lebih rendah dari bilangan peroksida CPO
Berikut adalah hasil analisis terhadap pada penelitian Mas’ud (2007) dan Puspitasari
karakteristik fisik dan kimia dari CPO dan RPO (2008) yang secara berturut-turut nilainya 5.1
yang digunakan. mekv/kg dan 5.3 mekv/kg. Nilia bilangan
peroksida CPO dan RPO rendah diduga karena
Tabel 1. Karakteristik Fisik dan Kimia CPO dan kandungan antioksidan di dalamnya. Van
RPO Stuijvenberg (2001) menyatakan bahwa RPO
Parameter CPO RPO kaya akan tokoferol dan tokotrienol yang
Jingga merupakan antioksidan kuat, dimana keduanya
Warna Merah dapat melindungi minyak dari kerusakan
kemerahan
ALB (%) 1.54 0.73 oksidatif.
Kadar air (%) 0.10 0.06
Total karoten. Kadar karotenoid CPO
Bilangan Peroksida
3.41 2.81 adalah sebesar 660 ppm, sedangkan RPO
(mekv/kg)
Total karotenoid (ppm) 660.00 2511.13 sebesar 2511.13 ppm. Komponen karotenoid
utama pada minyak sawit adalah α- dan β-
karoten, yang nilainya secara berturut-turut
Warna. Menurut BSN (2006), analisis adalah 35.16% dan 56.02% (Basiron 2005).
warna pada CPO dilakukan secara visual. Hasil Kandungan β-karoten CPO dan RPO berturut-
pengamatan menunjukkan bahwa CPO yang turut adalah 369.73 ppm dan 1406.7 ppm. Nilai
digunakan berwarna jingga kemerahan, ini tidak jauh berbeda dengan kandungan
sedangkan RPO yang dihasilkan berwana vitamin A RPO yang dinyatakan oleh Passmore
merah. Warna pada minyak sawit disebabkan dan Eastwood (1986) dalam Ball (1988), yaitu
oleh karotenoid yang terkandung di dalamnya sebesar 30.000 RE/100 g RPO. Beta-karoten
(Ketaren 2008). Karotenoid merupakan pada RPO lebih tinggi karena karoten termasuk
persenyawaan hidrokarbon tidak jenuh yang pigmen yang larut pada minyak, sehingga
bersifat larut dalam minyak. Oleh sebab itu, banyak terkonsentrasi pada fraksi olein. Oleh
warna pada RPO (fraksi olein) lebih merah sebab itu nilainya menjadi lebih tinggi pada
dibandingkan pada CPO karena karotenoid, RPO daripada CPO.
terutama β-karoten, terkonsentrasi pada fraksi
olein (fraksi cair) dibandingkan dengan fraksi Formulasi Mi Instan RPO
stearin (fraksi padat). Kandungan karoten pada RPO digunakan
Asam Lemak Bebas (ALB). Kadar ALB sebagai acuan dalam formulasi mi instan dan
pada CPO adalah sebesar 1.54%, sedangkan disesuaikan dengan kebutuhan vitamin A balita
pada RPO nilainya mengalami penurunan sehari (450 RE). Batas bawah formula adalah
menjadi 0.73%. Penurunan terjadi karena ALB syarat suatu jenis makanan untuk dapat
pada CPO bereaksi dengan basa yang ditam- diklaim sebagai sumber zat gizi tertentu, yaitu
bahkan dan membentuk sabun. Berdasarkan memenuhi 15% AKG. Batas atas adalah
hasil tersebut dikatakan proses netralisasi yang penambahan minyak pada adonan mi, yaitu
dilakukan cukup efektif mereduksi kandungan sebesar 10% (b/b) dari terigu. Berikut adalah
ALB minyak. komposisi bahan yang digunakan pada berbagai
formula mi instan. (Tabel 2)

33
Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2010 5(1): 31– 38

Tabel 2. Formula Mi Instan RPO


Berat Bahan (g)
Bahan
F0 F25 F50 F75 F100
Terigu 100 100 100 100 100
Minyak 10.0 7.5 5.0 2.5 0.0
RPO 0.0 2.5 5.0 7.5 10.0
Garam 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5
K2CO3 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2
Na2CO3 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2
Air 36.0 36.0 36.0 36.0 36.0
CMC 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
Total adonan 148.9 148.9 148.9 148.9 148.9
Estimasi kandungan Vitamin A (RE) 0 249.1 498.2 747.3 996.4

Mi instan yang dibuat tidak meng- katnya penambahan RPO maka semakin tinggi
gunakan metode penggorengan tetapi meng- nilai rataan warnanya, hal ini berarti warna mi
gunakan metode pengeringan udara panas. akan semakin kuning. RPO memiliki warna
Tujuannya adalah untuk menghindari rusaknya kuning kemerahan karena kandungan karoten-
karoten oleh panas dan larutnya karoten pada oid di dalamnya, RPO yang digunakan mengan-
minyak penggoreng, sehingga dikhawatirkan dung karotenoid 2511.13 ppm. Hasil uji statis-
akan memperbesar kehilangan karoten pada tik menunjukkan terdapat perbedaan nyata
mi. Pembuatan mi diawali dengan proses pada warna mi instan (α<0.05). Uji Duncan
pencampuran bahan. Terigu yang digunakan menunjukkan setiap formula berbeda nyata
adalah terigu protein tinggi (11-13%). Garam satu sama lain. Berarti substitusi RPO pada
dan alkali (Na2CO3 dan K2CO3) dilarutkan berbagai taraf mempengaruhi penampakan
terlebih dahulu agar ketiga bahan tersebut warna mi instan.
dapat berdisosiasi merata dalam adonan.
Hasil uji kesukaan (hedonik) menunjuk-
Bahan cair ditambahkan sedikit demi sedikit
kan rata-rata tingkat kesukaan mi tanpa kuah
dan berselingan dengan penambahan minyak.
adalah 3.25-6.02, yaitu tidak suka (F0) hingga
CMC digunakan sebagai bahan pengembang,
agak suka (F75). Pada mi kuah nilai rataannya
tujuannya adalah untuk memperbaiki ketahan-
4.17-5.90, agak tidak suka (F0) hingga biasa
an terhadap air dan mempertahankan keem-
(F75). Berdasarkan hasil uji statistik substitusi
pukan selama penyimpanan. Selanjutnya ada-
RPO pada berbagai taraf memberikan penga-
lah pembentukan lembaran mi untuk mengha-
ruh yang nyata (α<0.05). F75 memiliki nilai
luskan serat-serat gluten. Penggilingan adonan
penerimaan tertinggi yaitu sebesar 63.3% (tan-
menjadi bentuk lembaran dilakukan berkali-
pa kuah) dan 66.7% (kuah). Nilai ini lebih
kali (7-10 kali) sampai lembaran terbentuk
rendah dibandingkan dengan penerimaan mi
sempurna. Selanjutnya lembaran dipotong-
instan komersial (73.3%). Mi instan komersial
potong menjadi bentuk mi. Tahap berikutnya
umumnya diberi pewarna buatan pada saat
adalah pemasakan yang meliputi pengukusan
pembuatannya sehingga berwarna agak keku-
selama 10 menit dan pengeringan. Proses pe-
ningan. Pada kelima formula, warna kuning
ngeringan dilakukan selama ± 1.5 jam pada
berasal dari RPO yang selain sebagai sumber
suhu 60-70 oC tujuannya untuk menurunkan
provitamin A juga dapat berfungsi sebagai
kadar air mi. Rendemen mi yang dihasilkan
pewarna alami makanan.
adalah 77.6%.
Tekstur. Hasil uji mutu hedonik tekstur,
Sifat Organoleptik menunjukkan mi instan RPO memiliki nilai
rataan 3.83 (F0)-5.10 (F75), yaitu tidak elastis
Sifat organoleptik mi diuji pada 30
hingga cenderung agak elastis. Jumlah minyak
panelis semi terlatih, yaitu mahasiswa tingkat
yang terkandung pada setiap formula uji sama
akhir Departemen Gizi Masyarakat, FEMA, IPB.
(10% b/b tepung). Partikel minyak yang ter-
Berikut disajikan hasil uji organoleptik dari
distribusi dalam adonan akan menghambat
masing-masing komponen organoleptik (Tabel
penetrasi air saat pemasakan dan akan mem-
3).
perlambat proses gelatinisasi granula pati pada
Warna. Hasil uji mutu hedonik menun- mi, sehingga mi menjadi kurang elastis
jukkan nilai rataan warna mi instan RPO ber- (Niihara et al. 1996). Berdasarkan hasil uji
kisar antara 2.81-7.50, yaitu sangat pucat (F0) statistik tidak terdapat perbedaan tekstur yang
sampai kuning (F100). Seiring dengan mening- nyata pada setiap formula mi (α>0.05).

34
Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2010 5(1): 31– 38

Tabel 3. Persentase Panelis yang Menerima Mi Instan RPO


Atribut Tanpa Kuah Kuah
Mutu F0 F25 F50 F75 F100 Kom F0 F25 F50 F75 F100 Kom
Warna 6.7 43.3 46.7 63.3 60.0 56.7 16.7 43.3 63.3 66.7 63.3 73.3
Tekstur 33.3 53.3 50.0 66.7 50.0 80.0 30.0 46.7 43.3 56.7 50.0 90.0
Aroma 30.0 36.7 43.3 40.0 56.7 76.7 70.0 70.0 66.7 66.7 70.0 86.7
Rasa 56.7 36.7 33.3 40.0 46.7 73.3 46.7 63.3 63.3 46.7 70.0 93.3
Keseluruhan 33.3 53.3 50.0 66.7 50.0 80.0 46.7 70.0 21.0 70.0 66.7 93.3
Keterangan : TK = Tanpa Kuah, K = Kuah, Kom= Mi komersial

Hasil uji hedonik menunjukkan peneri- Keseluruhan. Secara keseluruhan rata-


maan tekstur mi berkisar 4.29-5.62, yaitu agak rata tingkat kesukaan mi RPO tanpa kuah
tidak suka (F0) hingga biasa (F75). Pada mi berkisar 4.61 (F0)-5.48 (F75) (agak tidak suka
instan dengan kuah nilai rataan berkisar antara sampai biasa), sedangkan mi dengan kuah
4.32-5.19, agak tidak suka (F0) hingga biasa 4.87-5.81 (agak tidak suka sampai biasa). Hasil
(F75). Hasil uji statistik menunjukkan substi- uji statistik menunjukkan tidak terdapat per-
tusi RPO tidak berpengaruh nyata terhadap bedaan nyata pada tingkat kesukaan keselu-
tekstur mi (α>0.05). F75 memikili penerimaan ruhan kelima formula mi (α>0.05). Penerimaan
tekstur tertinggi yaitu 66.7% (tanpa kuah) dan mi dengan kuah lebih baik dibandingkan tanpa
56.7% (kuah), sedangkan yang terendah adalah kuah. F25 dan F75 disukai lebih banyak panelis
F0 (33.3%). Penerimaan tekstur mi komersial dibandingkan formula lain. Kandungan vitamin
lebih tinggi dari kelima mi RPO yaitu sebesar A F75 (747.3 RE) lebih tinggi dibanding F25
90%. (249.1 RE). Selain itu, F75 memiliki penerima-
an tertinggi pada dua atribut lain (warna dan
Aroma. Rata-rata tingkat kesukaan aro-
tekstur). Berdasarkan pertimbangan tersebut
ma mi tanpa kuah berkisar 4.77-5.19 (agak
dipilihlah F75 sebagai formula terbaik.
tidak suka-biasa), sedangkan mi kuah 5.43-
5.92 (biasa). Hasil uji statistik menunjukkan
Uji Penerimaan pada Balita
substitusi RPO hingga taraf maksimum tidak
memberikan pengaruh nyata pada aroma mi Formula terpilih diujikan pada 30 orang
(α>0.05). Pada tabel 3 dapat dilihat aroma anak 4-5 tahun yang berasal dari TK Alif
F100 paling banyak disukai panelis, 70% (ku- Balebak (20 orang) dan TK ABC Sindang Barang
ah). Penerimaan aroma mi komersial lebih Jero (10 orang). Atribut yang dinilai adalah
tinggi dibanding kelima formula mi RPO. Hal penerimaan mi secara keseluruhan. Nilai yang
ini karena pada mi komersial, mi dikeringkan diberikan meliputi suka, biasa dan tidak suka.
dengan metode penggorengan sehingga aro- Bersama dengan mi instan RPO diujikan pula
manya menjadi lebih khas. mi instan komersial sebagai pembanding. Beri-
kut adalah tabel hasil penilaian mi instan RPO
Rasa. Nilai rataan kesukaan panelis
oleh anak balita (Tabel 4).
terhadap rasa mi tanpa kuah berkisar 4.37
(F50)-5.30 (F0) (agak tidak suka-biasa), hasil Berdasarkan hasil uji diketahui sebanyak
yang serupa juga diperoleh mi kuah 4.84 (F0)- 80% panelis menyukai mi instan RPO, sedang-
5.67 (F100). Hasil uji statistik menunjukkan kan penerimaan pada mi instan komersial sedi-
substitusi RPO hingga taraf maksimum yang kit lebih tinggi yaitu 86.7%. Berdasarkan hasil
diujikan (10% berat tepung) tidak memberikan uji non parametric Friedman diketahui bahwa
pengaruh nyata terhadap rasa mi instan tidak terdapat perbedaan yang nyata (α>0.05)
(α>0.05). Penerimaan panelis pada mi instan antara penerimaan mi instan RPO dan mi ko-
tanpa kuah bumbu tidak terlalu tinggi (<50%). mersial. Suatu formula makanan tambahan
Penerimaan panelis terhadap rasa mi instan untuk anak dapat diterima atau tidak jika: (1)
meningkat ketika mi instan diberi kuah. Jumlah presentase anak yang menolak ma-
Pemberian kuah berpengaruh positif terhadap kanan tersebut kurang dari 25% dan (2) anak-
penerimaan rasa mi karena akan menutupi anak mampu mengkonsumsi makanan tersebut
rasa yang tidak disukai pada mi. Penilaian (Winarno, 1987 dalam Muchtadi, 1994). Mi
tertinggi adalah pada formula F100 (70%). instan RPO dikatakan dapat diterima karena
Penerimaan kelima formula mi lebih rendah sudah memenuhi kriteria tersebut, yaitu per-
dari mi instan komersial (93.3%). sentase yang menolak mi RPO sebesar 10%
(<25%) dan mi dapat dikonsumsi dengan baik
oleh anak.

35
Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2010 5(1): 31– 38

Tabel 4. Hasil Uji Penerimaan Mi Instan Panelis Sifat Kimia Mi


Balita
Kadar air. BSN (2000) mensyaratkan ka-
Mi RPO Mi Komersial dar air mi instan dengan metode pengeringan
Daya Terima
∑ % ∑ % udara panas maksimal adalah 14.5%. Mi instan
Suka 24 80 26 86.7 yang dibuat pada penelitian ini memiliki kadar
Biasa 3 10 2 6.7 air sebesar 7.4%. Nilai ini menunjukkan bahwa
Tidak Suka 3 10 2 6.7 mi instan RPO masih memenuhi syarat. Air
pada mi sebagian besar menguap saat mi
Sifat Fisik Mi dikeringkan.
Cooking time. Menurut BSN (2000) cook- Kadar abu. Kadar abu secara kasar
ing time mi instan maksimum adalah 3 menit. menggambarkan kandungan mineral bahan pa-
Pada penelitian ini mi instan yang dibuat me- ngan. Mi instan RPO memiliki kadar abu sebe-
miliki cooking time 3 menit. Nilai ini telah me- sar 2.01% (bk), sedangkan pada mi instan ko-
menuhi syarat SNI mengenai waktu maksimum mersial sebesar 2.51%. Menurut Kim (1996)
pemasakan mi instan. Penentuan cooking time kandungan abu mi instan tergantung pada kan-
penting dilakukan untuk menghasilkan tekstur dungan abu pada tepung terigu sebagai bahan
mi matang yang diinginkan. Kim (1996) menya- utamanya dan jumlah garam serta alkali yang
takan bahwa tekstur mi yang diinginkan adalah ditambahkan pada adonan mi.
kenyal, sedangkan tekstur yang tidak dikendaki Kadar protein. Sumber protein pada mi
adalah terlalu lembek seperti bubur. instan RPO terutama berasal dari tepung te-
Warna. Warna mi dianalisis mengguna- rigu. Tepung terigu yang digunakan adalah je-
kan alat Chromameter Minolta CR 300. Hasil nis hard flour, dengan kandungan protein 12-
analisis warna mi instan RPO menunjukkan 13%. Menurut BSN (2000) kandungan protein mi
nilai Hueo sebesar 88.5 – 88.6, yang menunjuk- instan terigu minimal 8%. Pada penelitian ini
kan kisaran warna kuning-merah (yellow-red). kandungan protein mi instan RPO adalah
Hal ini karena adanya penambahan RPO pada 13.66% (bk). Nilai ini cukup tinggi bahkan me-
mi instan tersebut. RPO mengandung karoten- lebihi standar SNI.
oid yang berwarna kuning kemerahan, sehing- Kadar lemak. Kadar lemak yang dianali-
ga penambahannya pada mi instan akan sis adalah kadar lemak kasar menggunakan
mempengaruhi penampakan fisik mi instan. metode ekstraksi soxhlet. Total penambahan
Elongasi. Elongasi memenggambarkan minyak pada mi RPO adalah sebesar 10 g per
kemampuan mi untuk merenggang (meman- 100 g tepung. Kandungan lemak minyak kelapa
jang) dari ukuran awal pada saat menerima sawit adalah sebesar 98% (Depkes 2004), se-
tekanan dari luar. Mi instan RPO memiliki elo- hingga secara teoritis kadar lemak pada adon-
ngasi antara 261.94%-455.65%, sedangkan mi an mi instan RPO adalah sebesar 9.8% (bb).
komersial 381.96%-533.20%. Berdasarkan nilai Berdasarkan hasil analisis, kadar lemak mi
rataan diketahui elongasi mi instan RPO adalah instan RPO adalah sebesar 9.12% (bb). Nilai ini
76% dari elongasi mi instan komersial, artinya tidak jauh berbeda dengan hasil perhitungan
terdapat perbedaan sebesar 24%. Perbedaan teoritis. Nilai yang lebih rendah tersebut di-
ini diduga merupakan pengaruh penambahan duga karena adanya kehilangan selama proses
RPO terhadap mi instan formula uji. Menurut pembuatan mi.
Niihara (1996), minyak yang ditambahkan pada Kadar karbohidrat. Perhitungan kadar
adonan akan menghambat penyerapan air saat karbohidrat dilakukan dengan metode by
pemasakan (rehidrasi), sehingga menghambat difference yaitu dengan cara mengurangi 100%
proses gelatinisasi granula pati. Hal inilah yang dengan total komponen gizi lainnya (kadar air,
menyebabkan turunnya kualitas elastisitas mi. abu, protein, dan lemak). Berdasarkan hasil
Daya Serap Air (DSA). DSA menunjukkan perhitungan tersebut diperoleh kadar karbo-
kemampuan mi untuk menyerap air secara hidrat mi instan RPO sebesar 74.49% (bk). Sum-
maksimal selama proses pemasakan. Mi instan ber karbohidrat pada mi ini berasal dari te-
RPO memiliki DSA sebesar 137.98%. Nilai ini ung terigu yang digunakan dan berhubungan
tidak jauh berbeda dengan mi instan terigu erat dengan kandungan pati di dalamnya.
biasa yaitu sebesar 138.60% (Indriani 2005). Berikut adalah tabel hasil analisis kan-
Semakin tinggi nilai DSA, semakin banyak air dungan gizi mi instan RPO dan mi instan
yang mampu diserap oleh mi dan mi semakin komersial (Tabel 5).
mengembang.

36
Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2010 5(1): 31– 38

Tabel 5. Data Kandungan Gizi Mi Instan RPO dan Mi Komersial


Mi RPO Mi Komersial *
Zat Gizi
% bb % bk (% bk)
Kadar air 7.40 - 9.60
Kadar abu 1.86 2.01 2.51
Protein 12.65 13.66 12.78
Lemak 9.12 9.84 18.02
Karbohidrat 68.97 74.49
Karoten (ppm) 136.41
* Sumber: Indriani (2005)

Total karoten. Analisis karoten pada Tidak terdapat perbedaan penerimaan yang
produk mi instan dilakukan dengan metode nyata antara mi instan RPO dengan mi instan
spektrofotometri dengan panjang gelombang komersial (α>0.05).
α=450 nm. Berdasarkan hasil analisis, kandung-
Kandungan gizi mi instan RPO antara lain
an karoten mi instan RPO adalah sebesar
kadar air 7.4% (bb), kadar abu 2.01% (bk), pro-
136.41 ppm (≈ β-karoten = 76.42 ppm). Kehi-
tein 13.66% (bk), lemak 9.84% (bk) dan karbo-
langan β-karoten selama proses pembuatan mi
hidrat sebesar 74.49% (bk). Formula F75 memi-
instan adalah sebesar 17.9%. Kondisi pengolah-
liki kandungan karotenoid sebesar 136.41 ppm
an yang dapat menurunkan kandungan β-
(76.42 ppm β-karoten), yang setara dengan
karoten mi instan RPO adalah proses penge-
vitamin A sebesar 636.8 RE per kemasan (50
ringan pada suhu 60-70°C selama ±1.5 jam.
g). Nilai ini dapat memenuhi 100% kebutuhan
vitamin A balita per hari. Kehilangan β-karoten
Kontribusi Mi Terhadap Kebutuhan Vitamin A
selama proses pembuatan mi adalah sebesar
Kandungan karoten pada mi instan RPO 17.9%. Hasil analisis sifat fisik mi yaitu cooking
yang diperoleh dari hasil analisis digunakan time 3 menit, warna mi kuning-merah, elo-
untuk menghitung tingkat kecukupan vitamin A ngasi 261.94%-455.65% dan DSA 137.98%.
anak balita (450 RE/hari). Kandungan β-
Pemanfaatan RPO baik untuk dikonsum-
karoten mi adalah sebesar 76.42 ppm atau
si langsung maupun ditambahkan pada makan-
setara dengan vitamin A 12.74 RE. Kandungan
an dapat digunakan untuk mencegah terjadi-
vitamin A mi instan per takaran saji (50 g)
nya KVA, memenuhi kebutuhan vitamin A dan
adalah sebesar 636.8 RE, nilai ini dapat
juga dapat digunakan sebagai pangan darurat
memenuhi 100% kebutuhan vitamin A anak
yang bergizi di daerah bencana. Perlu diteliti
balita sehari. Produk mi instan RPO ini dapat
lebih lanjut mengenai kehilangan vitamin A
dikatakan sebagai pangan sumber provitamin A
pada produk mi instan RPO setelah rehidrasi
karena kandungan vitamin A di dalamnya
dan uji daya cerna vitamin A pada tubuh.
memenuhi lebih dari 15% AKG yang dianjurkan.
Selain itu perlu pula dilakukan penelitian lan-
jutan mengenai pengaruh lama penyimpanan
terhadap nilai gizi, sifat fisik dan sifat organo-
KESIMPULAN
leptik mi instan RPO.
Hasil anaisis fisik dan kimia RPO yang
dibuat yaitu berwarna merah dengan kadar
DAFTAR PUSTAKA
ALB sebesar 0.73%, kadar air 0.06%, bilangan
peroksida 2.81 mekv/kg dan kandungan karo-
Ball G. 1988. Fat Soluble Vitamin Assays in
tenoid sebesar 2511.13 ppm. Berdasarkan hasil
Food Analysis. Elsevier Science, USA.
analisis ini RPO yang dihasilkan tergolong baik
karena memiliki nilai ALB, kadar air dan bi-
Basiron Y. 2005. Palm Oil. In Shahidi F (Ed.),
langan peroksida yang rendah. Hal ini menun-
Bailey’s Industrial Oil and Fat Products.
jukkan belum terjadi kerusakan pada RPO
A John Wiley & Sons, Inc. Vol. 6(2),333-
tersebut.
420.
Berdasarkan uji organoleptik terpilihlah
formula F75 sebagai formula yang paling di- [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2000. Mi
sukai karena memiliki nilai penerimaan ter- Instan. SNI 01-3551-2000. Badan Stan-
tinggi. Persentase penerimaan mi instan RPO dardisasi Nasional, Jakarta.
pada panelis anak balita adalah sebesar 80%.

37
Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2010 5(1): 31– 38

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2006. Mas’ud F. 2007. Optimasi Proses Deasidifikasi
Crude Palm Oil. SNI 01-2901-2006. Badan untuk Meminimalkan Kerusakan Karoten-
Standardisasi Nasional, Jakarta. oid dalam Pemurnian Minyak Sawit.
Disertasi Sekolah Pascasarjana, IPB,
[Depkes] Departemen Kesehatan. 2004. Daftar Bogor.
Komposisi Bahan Makanan. Depkes,
Jakarta. Muchtadi D. 1989. Evaluasi Nilai Gizi Pangan.
Direktorat Pendidikan Tinggi, Departe-
Hasrini RF. 2008. Inesterifikasi Enzimatik men Pendidikan dan Kebudayaan, Pusat
dengan Lipase pada Campuran Minyak Antar Universitas Pangan dan Gizi, IPB,
Sawit Merah dan Minyak Kelapa untuk Bogor.
Menghasilkan Bahan Baku Spreads Kaya
β-karoten . Tesis Sekolah Pascasarjana, Niihara R, Yonezawa D dan Matsuo RR. 1996.
IPB, Bogor. Role of Lipids on Pasta and Noodle
Quality. In Kruger JE, Matsuo RB dan
Indriani S. 2005. Desain Proses Pembuatan dan Dick JW (Eds.), Pasta and Noodle
Formulasi Mie Instan dari Campuran Technology. American Association of
Tepung Sorghum (Sorghum Bicolor L.), Cereal Chemists, Inc., USA.
Pati Jagung dan Gluten Terigu. Skripsi
Sarjana Fakultas Teknologi Pertanian, Van Stuijvenberg ME et al. 2001. The effect of
IPB, Bogor. a biscuit with red palm oil as a source of
β-carotene on the vitamin A status of
Ketaren S. 2008. Minyak dan Lemak Pangan. primary school children: a comparison
Universitas Indonesia Pr, Jakarta. with β-carotene from a synthetic source
in a randomized controlled trial. Eur J
Kim SK. 1996. Instant Noodles. In Kruger JE, Clin Nutr, 55, 657-662.
Matsuo RB dan Dick JW (Eds.), Pasta and
Noodle Technology. American Associat- Widarta IWR. 2008. Kendali Proses Deasidi-
ion of Cereal Chemists, Inc., USA. fikasi dalam Pemurnian Minyak Sawit
Merah Skala Pilot Plant. Disertasi
Program Pascasarjana, IPB, Bogor.

38

Anda mungkin juga menyukai