373 686 1 SM
373 686 1 SM
1. Pendahuluan
Penggunaan upaya administratif dalam sengketa tata usaha negara
bennula dengan sikap tidak puas terhadap suatu perbuatan tata usaha
negara, sckalipun prosedur upaya administratif tidak harus selalu berpaut
dengan aeara berperkara pada pengadilan dalam lingkungan peradilan tata
usaha negara . Terdapat pelbagai sengketa tata usaha riegara yang diperiksa,
diputus dan diselesaikan oleh hakim·hakim dalam lingkungan peradilan
tata usaha negara tanpa harus melalui prosedur upaya administratif.
Dalam pada itu, terdapat pelbagai sengketa tata usaha negara yang
diselesaikan melalui upaya administratif tanpa harus membawa pelbagai
sengketa tersebut ke pengadilan dalam lingkungan peradilan tata usaha
negara .
•) Disampaikan pada Seminar "Memantapkan Fungsi Peradilan Tara Usaba Negara Dalam Rangka
Lebih Mewujudkan Kedudukan Maasyarakat Menurut Hukum", di Auditorium AI-libra, Kampus II
U.M.lm Ujung Pandang, tagl19 Frbruari 1992.
April 1992
170 Hukum dan Pembangunan
organisasi tata usaha negara, tepatnya berada di luar badan atau lembaga
pemerintah dalam arti eksekutif, seperti halnya dengan pengawasan
keuangan yang dilakukan oleh Badan Pengawas Keuangan (Bepeka),
pengawasan sosial yang dilakukan oleh masyarakat melalui pers,
mass-media, pengawasan politik yang pada umumnya dilakukan oleh
lembaga-lembaga perwakilan rakyat dalam bentuk hearing ataupun
bertanya para anggotanya, termasuk pengawasan yang dilakukan oleh
badan-badan pradilan Uudicial control) dalam hal timbul persengketaan
atau perkara dengan bdan atau pejabat tata usaha negara (Paulus Effendi
Lotulung, loc. cit).
Kedua bentuk pengawasan yang dilakukan terhadap badan atau
pejabattata usaha negara dimaksud adalah terutama berfungsi pula sebagai
upaya perlindungan hukum (rechtsbescherming) bagi rakyat, para warga
(P.M. Hadjon, 1987: 1 sid 20), disamping bertujuan membenahi organisasi
dari badan atau pejabat tata usaha negara dimaksud agar dapat menjadi
lebih bersih ("clean"), lebih efektif dan lebih berdaya guna dalam hal
penyelenggaraan tugas-tugas publik.
Suatu upaya administratif tidak hanya- sebagaimana lazimnya-
ditujukan pada perbuatan tata usaha negara yang berkenaan dengan.
penerbitan keputusan!ketetapan "beschikkingsdaad van de administratie")
tetapi juga terhadap perbuatan-perbuatan tata usaha negara lainnya, seperti
halnya dengan perbuatan materiil tata uasha negara ("materieele daad van
de administratie") dan perbuatan tata usaha negara yang berkenaan dengan
pembuatan peraturan ("regelingsdaad van deadministratie"), yang
kesemuannya dipandang merugikan pihak lain.
Pengawasan intern dapat merupakan pengawasan represif (yang lazim
disebut konlrol a-posteriori). Pengawasan perventif berlujuan mencegah
terjadinya kesalahan dan pnyimpangan pada suatu perbuatan tata usaha
negara, sedangkan pengawasan represif ditujuakan gun a memulihkan ("to
cure) sesuatu perbuatan tata usaha negara yang dipandang salah,
menyimpang serta merugikan pihak lain.
Upaya administratif yang diajukan oleh suatu pihak berkenaan dengan
permasalahan yang timbul dari perbuatan tata usaha negara pada umumnya
merupakan bagian dari kegiatan pengawasan represif. Pada ketentuan
Undang-undang nomor 5 tahun 1974 ten tang Pokok- pokok Pemerintahan
di Daerah diatur secara tegas adanya pengawasan preventif (pasal 68,69)
April 1992
172 Hukum dan Pembangunan
April 1992
174 Hukum dan Pembangunan
serta dimuat dalam lembaran negara R.I. tabun 1986 No. 77. Penjelasan
dari padanya dimuat dalam Tambaban Lembaran Negara R.I. nomor 3344.
Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Tata usaha Negara memiliki
prosedur organisasi serta acara perkara tersendiri, seperti halnya dengan
peradilan dalam lingkungan peradilan umum, peradilan agama dan
peradilan militer.
Peradilan Tata Usaba Negara tidak sarna dengan Administratieve
Rechtsspraak Overbeidsbeschikkingen (disingkat AROB) di Belanda, yang
pada hakekatnya ada lab termasuk bijzondere administratieve rechtsspraak
(peradilan administrasi khusus),
sekalipun kompetensi absolut dari keduanya adalah sarna, yakni
memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa tata usaha negara
berkenaan dengan perbuatan keputusan/ketetapan tertulis yang dilakukan
oleh badan atau pejabat tata usaba negara (Iebih jaub, dapat ditelaah pula,
1.BJ.M ten Berge et aI, 1986, Willem Konijnenbelt, 1988: 34).
Pasal48 dari Undang-ndang nomor 5 tahun 1986 mensyaratkan bahwa
dalam hal suatu badan atau pejabat tata usaha negara diberi kewenangan
untuk menyelesaikan secara administratif suatu sengketa tata usaha negara
tertentu, maka sengketa tata usaha negara tersebut barus diselesaikan
melalui upaya administratif yang tersedia (ayat 1). Ditegaskan bahwa
pengadilan baru berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan
sengketa tata usaha negara dimaksud jika seluruh uapaya administratif
yang bersangkutan telah digunakan (ayat 2). Pada bagian Penjelasan dari
pasal 48 UU No.5 tahun 1986 dikekemukakan bahwa upaya administratif
dapat ditempuh dengan prosedur banding administratif dan keberatan.
Permasalahan sengketa yang diajukan secara prosedur banding
("administief beroep") dan keberatan ("bezwaar") diperiksa dan diputus
dengan penilaian yang lengkap, baik dari segi penerapan hukum
("rechtmatigheid") maupun dari segi kebijaksanaan ("doelmatigheid").
Pasal 51 ayat 3 dari UU No.5 tahun 1986 mengisyaratkan bahwa,
manakala sengketa tata usaha negara tertentu itu telah diperiksa dan
diputus menlalui upaya administratif, dan pihak yang bersangkutan tidak
temyata menerimanya, maka gugatan diajukan kepada Pengadilan inggi
Tata Usaha Negara. Pengadilan Tinggi Tata usaha Negara dalam kaitan ini
dalah bertugas dan berwenang memeriksa, memutuskan dan
menyelesaikan sengketa di tingkat pertama. Putusan Pengadilan Tinggi
April 1992
176 Hukum dan Pembangunan
Tata Usaha Negara dimaksud dapat diajukan permohonan kasasi (ayat 4).
Pengajuan gugatan yang langsung disampaikan kepada Pengadilan Tinggi
Tata Usaha Negara itu tidaklah herarti hahwa dengan demikian,
kewenangan mengadili dari hakim-hakim daministrasi ditingkat pertama
telah heralih ke tangan hadan atau pejahat atasan tata usaha negara yang
diserahi kewenangan memeriksa dan memutus sengketa di tabap
pemeriksaan upaya administratif.
Suatu sengketa tata usaha negara yang dihawakan kepada pengadilan
dalam lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara hanya dapat diperiksa
diputus dan diselesaikan oleh hakim-hakim di dalam lingkungan Peradilan
Tata Usaha Negara itu sendiri. Hakim ad hoc yang ditunjuk herdasarkan
Pasal 135 UU No.5. tahun 1986 adalah herstatus Hakim Pengadilan Tata
Usaha Negara.
Ketentuan aeara berperkara yang dimaksud dalam pasal 48 UU No.5
tahun 1986 heserta pasal 51 ayat 3dari UU tersehut adalah berpailt belaka
dengan hal teknis efisiensi dalam aeara berperkara, sesuai azaz peradilan
yang sederhana, cepat, murah (= hiaya ringan), menurut pasal4 ayat 2 dari
UU No. 14 tabun 1970 tentang Ketentu.an Ketentuan Pokok Kekuasaan
Kehakiman.
Tidak semua sengketa Tata Usaha Negara yang dihawa ke Pengadilan
dalam lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara disyaratkan untuk terlehib
dahulu menempuh upaya administratif, tetapi hanya dalam sengketa Tata
Usaha Negara tertentu dimana
"suatu hadan atau pejahat tata usaha negara diheri wewenang oleh atau
herdasarkan peraturan perundang-undanagn untuk menyelesaikan secara
administratif sengketa Tata Usaha Negara" tersebut (= pasal48 ayat 1
UU No.5 tahun 1986).
Pada hagian Penjelasan dari pasal tersehut dikemukakan hahwa dari
ketentuan dalam peraturan yang menjadi dasar dikeluarkannya keputusan
tata usaha negara yang bersangkuan dapat dilihat apakah terhadap suatu
keputusan tata usaha negara tersehut terhuka atau tidak terbuka
kemungkinan untuk ditempuh suatu upaya administratif. Pada prinsipnya,
hampir semua perbuatan keputusan!ketetapan ("beschikingdaad") dari Tata
Usaha Negara dapat terhuka kemungkinan untuk ditempuh suatu upaya
administratif, tetapi dengan demikian dikhawatirkan akan terjadi
kesenjangan prossesuel dalam herperkara, karena hal tersehut akan
Penggunaan 177
•••
Let us dare to read, think, speak, and write.
Hendaknya kita berani membaca, berbicara, dan menulis.
. (Joho Adam)
April 1992