Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima
saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan.
Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.
Penyusun
A. MENGUBAH BENTUK PNGKAT KE BENTUK AKAR
Pengakaran (penarikan akar) suatu bilangan merupakan inversi dari
pemangkatan suatu bilangan. Akar dilambangkan dengan notasi ” √ ”.
Akar ke-n atau akar pangkat n dari suatu bilangan a dituliskan sebagai
√n a , dengan a adalah bilangan pokok/basis dan n adalah indeks/eksponen
akar. Bentuk akar dan pangkat memiliki kaitan erat. Bentuk akar dapat diubah
menjadi bentuk pangkat dan sebaliknya. Sebelum mempelajari bentuk akar,
kamu harus memahami konsep bilangan rasional dan irrasional terlebih
dahulu.
Bilangan rasional berbeda dengan bilangan irrasional. Bilangan
a
rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk , dengan a
b
dan b bilangan bulat dan b ≠ 0. Bilangan rasional terdiri atas bilangan bulat,
bilangan pecahan murni, dan bilangan pecahan desimal. Sedangkan, bilangan
irrasional adalah bilangan yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan.
Bilangan irrasional merupakan bilangan yang mengandung pecahan desimal
tak berhingga dan tak berpola. Contoh bilangan irrasional, misalnya √2 =
1,414213562373..., e = 2,718..., π = 3,141592653… dan sebagainya.
Bilangan irrasional yang menggunakan tanda akar ( √ ) dinamakan
bentuk akar. Tetapi ingat, tidak semua bilangan yang berada dalam tanda
akar merupakan bilangan irrasional. Contoh: √ 25 dan √ 64 bukan
bentuk akar, karena nilai 25 adalah 5 dan nilai 64 adalah 8, keduanya bukan
bilangan irrasional. Agar lebih jelas, perhatikan contoh berikut :
1. √ 20 adalah bentuk akar
2. √3 27 adalah bukan bentuk akar, karena √3 27=3
Adapun hubungan antara bentuk pangkat dan bentuk akar adalah
seperti pada penjelasan di bawah ini :
Perlu diketahui bahwa bilangan berpangkat memiliki hubungan
dengan bentuk akar. Perhatikan sifat di bawah ini :
p
Jika a adalah bilangan real dan a ≠ 0 dengan a > 0, dan ,
n
m m p
adalah bilangan pecahan n ≠ 0, maka ( a n ) ( an ) =
n
2
1 1 1+1
Perhatikan bahwa p 2 x p 2 = p 2 = p1 = p
m
pn = √n p m =
( √n p )m
n n n
p √r + q √ r=( p+q ) √ r
n n n
p √r −q √ r= ( p−q ) √ r
1. 3 √ 5+ 4 √ 5= ( 3+4 ) √ 5
¿ 7 √5
3
2. 2 √ 4−4 √ 3−4 ) √3 4
3
4= (
¿− √3 4
3. √ 5+ √ 3 = (tidak dapat disederhanakan karena akarnya tidak
senama)
4. 3 √ x−2 √ x=( 3−2 ) √3 x=√3 x
3 3
Adapun sifat dari perkalian dan pembagian bentuk akar dapat dicermati
pada beberapa contoh sebagai berikut :
3
3
1. 3 3
√ 8= √2 =2 =21=2
3 3
3 3 3 3
2. 4 √5 ×5 √ 7=( 4 × 5 ) √5 ×7=20 √ 35
6
6
12 35
)=8 √ 612
(¿ ¿
3. 35
1
1
(¿ ¿ ×6 7 )=8 ¿
5
5 7
2 √ 6 × 4 √ 6=( 2× 4 ) ¿
3
4.
3 √4 3 3 4
3
=
4 √5 4 5
4
√
5.
2√ 3 2 4 3
4
=
3 √5 3 5 √
Berdasarkan contoh-contoh di atas, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
√ ( a+b )+ 2 √ ab=( √ a+ √b )
2 2 2
b) ( √ a−√ b ) =( √a ) −2 ( √ a ) ( √ b ) + ( √ b )
¿ a−2 √ ab +b
¿ ( a+b )−2 √ ab
4
Untuk lebih jelas, perhatikan contoh berikut :
Contoh :
√ ( a ×b )=√ a × √ b
Dengan a atau b harus dapat dinyatakan dalam bentuk kuadrat murni.
Contoh
Sederhanakan bentuk-bentuk akar di bawah ini.
a) √ 108
b)
c)
√√ 1
8
4 a3 b
Jawab :
5
a) √ 108=√ ( 36 ×3 )=√ 36× √ 3=6 √ 3
b)
√ 1
8
= (√ 161 ×2)= √ 161 × √2= 14 √2
c) √ 4 a3 b=√ ( 4 a2 ×ab )=¿ √ 4 a2 × √ ab=2 a √ ab
a
a. Pecahan berbentuk
√b
12 12 √3
Mengubah pecahan menjadi × =4 √ 3
√3 √3 √3
dinamakan merasionalkan penyebut pecahan. Perhatikan bahwa dalam
a
Pecahan (a bilangan rasional dan √ b merupakan bentuk
√b
akar), bagian penyebutnya dapat dirasionalkan dengan cara
6
a)
√3
12
b)
√ 18
Jawab :
6 6 √3
a) √3 = √3 × √3
6 √3
= √3
= 2 √3
12
b) Bagian penyebut pecahan kita sederhanakan
√ 18
12 12 12
terlebih dahulu menjadi = =
√ 18 √ 9 × √ 2 3 √ 2
12 12 √2
= ×
√ 18 3 √ 2 √2
12 √ 2
¿
6
7
¿ 2 √2
a
b. Merasionalkan Bentuk
b ±√ c
a
Cara merasionalkan bentuk adalah dengan mengalikan
b ±√c
pembilang dan penyebut pecahan tersebut dengan bentuk sekawan dari
penyebut ± √c . Bentuk sekawan dari b+ √c adalah ¿√c ,
sedangkan bentuk sekawan dari b+ √c adalah b+ √ c . Berikut
a
penjelasanya masing-masing. Untuk merasionalkan bentuk ,
b+ √ c
yakni:
a
Untuk merasionalkan bentuk , yakni:
b− √ c
8
Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang cara merasionalkan bentuk
a
, silahkan simak contoh di bawah ini!
b ±√ c
Contoh
Rasionalkan penyebut pecahan berikut ini :
2
a) √2+1
√3
b) √3−2
Jawab :
×√
2 2 2−1
a) =
√2+1 √ 2+1 √2−1
2 ( √ 2−1 )
¿
2−1
¿ 2 ( √ 2−1 )
√ 3 = √ 3 × √ 3+2
b)
√3−2 √ 3−2 √ 3+2
¿
√3 ( √ 3+2 )
3−4
¿− ( 3+2 √ 3 )
a
c. Merasionalkan Bentuk
√b ± √ c
a
Cara merasionalkan bentuk adalah dengan
√b ± √ c
mengalikan pembilang dan penyebut pecahan tersebut dengan bentuk
sekawan dari penyebut √ b ± √ c . Bentuk sekawan dari √ b+ √ c
9
adalah √ b− √ c , sedangkan bentuk sekawan dari √ b− √ c adalah
√ b+ √ c . Berikut penjelasanya masing-masing. Untuk
a
merasionalkan bentuk , yakni:
√ b+ √ c
a
Untuk merasionalkan bentuk , yakni:
√b−√ c
10
= 3 ( √ 3−√ 2 )
√5 √ 5 × √ 5+ √ 3
b) =
√5−√ 3 √5−√ 3 √ 5+ √ 3
5 ( 5+ 3 )
= √ √5+3 √
1
= 2
( 5+ √ 15 )
D. DEFINISI LOGARITMA
Logaritma adalah invers dari perpangkatan, yaitu mencari pangkat
dari suatu bilangan pokok sehingga hasilnya sesuai dengan yang telah
diketahui.
Adapun definisi logaritma adalah sebagai berikut :
Keterangan :
11
Maksudnya pn = p x p x .....x p sebanyak n kali hasilnya = a. p disebut
bilangan pokok, n disebut pangkat dan a disebut hasil perpangkatan. Jika
bilangan pokok dan pangkatnya sudah diketahui, maka hasil perpangkatannya
dengan segera dapat ditentukan.
Contoh: 24 = ....
53 = ...
Dalam kasus tersebut, bilangan pokok dan pangkatnya sudah diketahui
sehingga kita dapat menentukan hasil perpangkatannya sebagai berikut:
24 = 16 → 2.2.2.2 sebanyak 4 kali hasilnya = 16
53 = 125 → 5.5.5 sebanyak 3 kali hasilnya = 125
Sekarang, bagaimana kita dapat menentukan pangkatnya jika bilangan
pokok dan hasil perpangkatannya diketahui?
Contoh: 2x = 16
5 x = 125
Masalah tersebut dapat diselesaikan dengan menggunakan notasi
logaritma (disingkat log), seperti berikut:
x
2 = 16 ditulis 2log 16 = x, dan diperoleh 2log 16 = 4 karena 24 = 16
5 x = 125 ditulis 5log 125 = x, dan diperoleh 5log 125 = 3 karena 53 =
125.
Dari contoh tersebut memperlihatkan hubungan antara
perpangkatan dan logaritma, yang dapat dituliskan sebagai berikut :
gx = a ↔ g
log a=x
12
Kali ini kita akan membahas tentang pembuktian sifat-sifat Logaritma.
Pembuktian sifat-sifat logaritma tidak bisa dilakukan secara acak artinya ada
sifat yang tidak bisa dibuktikan sebelum suatu sifat yang lain terbukti.
13
14
Untuk lebih mengetahui dari sifat-sifat logaritma, perhatikan contoh-contoh
berikut!
Contoh:
1. Sederhanakanlah !
a) 2log 4 + 2log 8
b) 7log 217 - 7log 31
2. Jika 2log 3 = a, nyatakan 8log 3 dalam a.
3. Hitunglah 2log 5 x 5log 64
4. Sederhanakan :
a) 22 log 5
b) 77 log 25
Jawab :
b) 77 log 25
= 25
15
G. PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LOGARITMA
1. Persamaan Logaritma
Persamaan logaritma adalah persamaan yang variabelnya sebagai
numerus atau sebagai bilangan pokok dari suatu logaritma. Perhatikan
contoh berikut ini :
log x + log (2 x +1) = 1 merupakan persamaan logaritma
yang numerusnya memuat variabel x.
5
log 4 m + 5 log m 2 = 0 merupakan persamaan logaritma
yang numerusnya memuat variabel y.
Ada beberapa bentuk persamaan logaritma ini, diantaranya :
a) a log f ( x) = a log m
Jika a log f (x) = a log m , f ( x) > 0, maka f (x)
= m.
Contoh soal :
Tentukan penyelesaian 2 log(x−2) = 4
Jawab :
2
log( x−2) =4
2
log( x−2) = 2 log 2 4
x – 2 =2 4
x = 18
Jadi, penyelesaian 2 log( x−2) = 4 adalah x = 18
b) a log f ( x) = a log g(x)
Jika a log f (x) = a log g(x) , a > 0, a ≠ 1, f ( x) > 0,
16
100 12 112
¿
+ =
6 6 6
10 10
g
6 ( ) ( )
=16
6
−8
160 128 42
¿ − =
16 16 16
10 x
Karena untuk x = , f (x) > 0, dan ) > 0,
6 g¿
10
maka x = merupakan penyelesaian. Jadi, penyelesaian 7
6
16 x−8 10
log (10 x +2) = 7 ¿ adalah x =
log ¿ 6
c) f(x)
log g ( x ) = f(x) log h ( x )
f(x) f(x) x
Jika log g( x) = log h( x ) , f (x) > 0, )
g¿
x x x
> 0, ) > 0, dan f ( x) ≠ 1, maka )= ).
h¿ g¿ h¿
Contoh soal :
x-3
log(x +1) = x-3 log(4 x +10)
Jawab :
x-3
log ( x+ 1 ) = x-3
log ( 4 x +10 )
x+1 = 4x + 10
x 4x = 10 1
-3x =9
x = -3
Sekarang selidiki apakah f ( x) > 0, f (x) ≠ 1, x )>0
¿
x
dan )>0
h¿
17
f(-3) = -3 3 = -6 < 0
g(x) = -3 + 1 = -2 < 0
2. Pertidaksamaan Logaritma
Pada pembahasan sebelumnya, kalian telah mengetahui sifat – sifat
fungsi logaritma, yaitu sebagai berikut :
untuk a > 1, fungsi f (x) = a
log x merupakan fungsi
naik. Artinya, untuk setiap setiap x1, x2 ∈ R berlaku
x1< x2 jika dan hanya jika f(x1) < f(x2).
Untuk 0 < a < 1, fungsi f (x) = a
log x merupakan
fungsi turun. Artinya, untuk setiap setiap x1, x2 ∈ R
berlaku x1< x2 jika dan hanya jika f(x1) > f(x2).
Contoh soal :
Jawab :
3
log(x +5) > 0
3
log(x +5) > 3 log 1
x > -4
18
Jadi himpunan penyelesaian 3 log( x +5) > 0 adalah HP = { x x > -5
atau x > -4 , x ∈ R }.
19