Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS #1

Disusun Oleh :
Devin Alexander (406192040)

Pembimbing :
dr. Herwanto, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


PERIODE 11 MEI – 23 MEI 2020

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
Lembar Pengesahan

Laporan Kasus #1

Disusun oleh:
Devin Alexander (406192040)

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara


Telah diperiksa dan disahkan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti dan menyelesaikan
kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Jakarta, 11 Mei 2020

dr. Herwanto, Sp.A


Laporan Kasus #1 Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Nama Mahasiswa (NIM) : Devin Alexander (406192040)

Tanggal : 10 Mei 2020

Dokter Pembimbing : dr. Herwanto, Sp.A

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. X Jenis kelamin : Laki – laki
TTL : Jakarta, 10 Desember 2016 Umur : 3 Tahun 6 Bulan
Alamat : Jl. Tanjung Duren utara no 1 Status : Belum Menikah
Pendidikan : belum sekolah Anak ke : pertama
Suku : Jawa Agama : Islam

Identitas orangtua
Ayah Ibu
Nama : Tn. A Nama : Ny. Y
Umur : 36 tahun Umur : 34 tahun
Alamat : Jl. Tanjung Duren Utara no 1 Alamat : tanjung Duren
Status : Sudah menikah Status : sudah menikah
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Polisi Pekerjaan : Guru
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agaama : Islam
II. ANAMNESIS
Tanggal pemeriksaan 10 Mei 2020 Pukul : 10.00 WIB
Keluhan Utama :
Kejang

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien dibawa ke unit gawat darurat karena dalam 30 menit terakhir mengalami
kejang 2x selama kurang lebih 1-2 menit. Saat kejang kedua tangan dan kaki
terhentak-hentak simetris, bola mata melirik ke atas, tidak merespon waktu dipanggil
namanya, lidah tidak terjulur, dan dari mulut tidak keluar buih. Setelah kejang pasien
merengek sebentar, minta dipeluk. Pasien sudah 2 hari demam naik turun, suhu tubuh
tidak diukur tetapi ibu sudah memberikan sirup ibuprofen di rumah. Sejak sakit pasien
menolak makan dan mengeluh nyeri tenggorokan, disertai suara yang serak dan lebih
rewel dari biasanya. Keluhan tidak disertai dengan batuk, pilek, dan demam. Mual,
muntah, sesak nafas, keluar cairan dan nyeri telinga, ruam di kulit, kelemahan pada
ekstremitas, penurunan kesadaran, penurunan berat badan, dan riwayat trauma kepala
disangkal. BAB tidak terdapat keluhan. BAK akhir-akhir ini sering mengompol lagi
dan pasien merasa agak nyeri saat buang air.
Riwayat Pengobatan
Pasien belum diberikan obat antikejang apapun

Riwayat Penyakit dahulu


Pasien pernah mengalami 4 episode kejang disertai demam, pada usia <2 tahun 3 kali
bersamaan dengan ISPA dan 2 bulan yang lalu karena demam dengue. Pola kejang
keempatnya sama diawali demam tinggi, kejang selama 1-3 menit, saat kejang kedua tangan
dan kaki terhentak-hentak simetris, bola mata melirik ke atas, tidak merespon stimulus dari
lingkungan sekitar. Riwayat kejang tanpa demam disangkal ibu pasien. Pasien sebelumnya
pernah dirawat di RS karena kejang demam

Riwayat Penyakit Keluarga


Pada keluarga terdapat riwayat kejang disertai demam pada ayah dan kakak pasien sewaktu
masih kecil

Riwayat Imunisasi
imunisasi dasar lengkap didapatkan dari Puskesmas dan tercatat di Buku KIA

Riwayat Alergi
Riwayat alergi disangkal

Riwayat Lingkungan Sosial


Dirumah tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa dengan pasien.
Tetangga sekitar tidak ada yang sakit seperti pasien.
Pasien tinggal 1 rumah dengan kedua orang tua dan kakaknya, di kompleks perumahan dinas.
Ayahnya seorang polisi dan ibunya guru di SLB. Tetangga sekitar tidak ada yang sakit seperti
pasien.

Riwayat Kebiasaan
Sejak lahir pasien mendapat ASI eksklusif sampai usia 6 bulan ditambah MPASI rumahan.
Sejak usia 1 tahun pasien makan menu keluarga 3-4 kali sehari dan minum susu UHT 1 kotak
kecil.

Riwayat Perinatal
Pasien adalah anak pertama, riwayat ANC rutin di BPM dan dilahirkan di Puskesmas dengan
pendampingan bidan. Riwayat kehamilan sehat dan persalinan normal, bayi langsung
menangis, berat badan lahir 2800 gram dan panjang badan 50 cm.

Riwayat Perkembangan
Pasien sudah bisa tengkurap saat usia 4 bulan, pasien sudah bisa duduk pada usia 7 bulan,
dapat berdiri tanpa dipegangi pada usia 10 bulan, bisa berjalan sendiri saat usia 15 bulan,
kemampuan berbicara sesuai usia

III. PEMERIKSAAN FISIK


Tanggal pemeriksaan : 10 Mei 2020 Waktu : 10.05 WIB
PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan Umum : Tampak lemas
Kesadaran : Somnolen
Tanda vital :
Tekanan darah : tidak dilakukan pengukuran
Suhu : 39,50C aksiler
Pernafasan : 26x/menit, regular
Nadi : 120x/menit, regular, isi cukup

Pemeriksaan Antropometri :

Berat Badan : 16 Kg IMT : 17,72 kg/m2

Tinggi Badan : 95 cm
BB/U : -2 s/d +2 SD (normal)
TB/U : -2 s/d +3 SD (Normal)

BB/TB : 0 s/d +1 SD (risiko gizi berlebih)


IMT/U +1 s/d +2 SD (risiko gemuk)

PEMERIKSAAN SISTEM

 KEPALA
Bentuk dan ukuran normal, benjolan (-), rambut hitam terdistribusi merata, dan tidak mudah
dicabut, kulit kepala (-) kelainan

 MATA
Palpebra superior et inferior, dextra et sinistra (-)edema atau cekung; konjungtiva tidak pucat,
sklera ikterik (-)/(-), kornea jernih, pupil bulat isokor diameter 3mm, refleks cahaya +/+

 TELINGA
Bentuk normal, nyeri tekan tragus (-), nyeri tekan aurikula (-), KGB pre dan retro aurikula (-)
membesar, telinga lapang (-) serumen, (-) sekret. Membran timpani (-) kelainan

 HIDUNG
Bentuk normal, septum deviasi (-), sekret (-)/(-), dan mukosa hidung (-) hiperemis
 MULUT
(-) perioral sianosis, gigi geligi lengkap dan (-) karies, mukosa mulut (-) hiperemis, papil lidah
(-) atrofi, (-) lesi dalam rongga mulut, tonsil T1-T1 tidak hiperemis, (-) eksudat atau detritus,
kripta tonsil (-) melebar, mukosa dinding faring (-) hiperemis, (-) selaput putih pada dinding
faring

 LEHER
Trakea di tengah, kelenjar tiroid (-) teraba membesar, KGB submandibula, cervical, supra-
infra clavicula dextra et sinistra (-) teraba membesar

 PARU
o Inspeksi : pergerakan dada simetris saat statis maupun dinamis, spontan, tidak tampak
pernapasan cuping hidung maupun penggunaan otot bantu napas, tidak ada sumbatan
jalan nafas
o Palpasi : tidak teraba benjolan atau nyeri, stem fremitus normal dan sama kuat
o Perkusi : keempat lapang paru sonor, batas paru hepar di ICS V/VI MCL dextra
o Auskultasi : suara napas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-

 JANTUNG
o Inspeksi : tidak tampak pulsasi ictus cordis
o Palpasi : pulsasi ictus cordis teraba di ICS V MCL kiri, thrill -, wave -
o Perkusi : batas jantung normal
o Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal, murmur -, gallop –

 ABDOMEN
o Inspeksi : tampak datar/flat, tidak ada dilatasi vena, tidak ada tanda
peradangan
o Auskultasi : bising usus normal di keempat kuadran
o Perkusi : timpani di keempat kuadran
o Palpasi : teraba supel, hepar lien tidak teraba membesar, (-) nyeri
tekan & nyeri angkat abdomen
 ANUS DAN GENITALIA
o Inspeksi : ekskoriasi dan hiperemis pada kulit di ujung preputium, (-) edema dan
eksudat
o Palpasi : tidak ada nyeri tekan, (-) teraba pembesaran kelenjar getah bening inguinal

 EKSTREMITAS
Ekstremitas kanan dan kiri atas dan bawah tidak tampak deformitas dan
edema, akral hangat, tidak tampak sianosis, CRT < 3 detik, pulsasi dan
perfusi arteri perifer baik

 TULANG BELAKANG
Tidak nampak deformitas (gibbus, skoliosis, kifosis, lordosis)

 KULIT
tidak nampak kelainan dan turgor kulit baik

 KGB
tidak nampak pembesaran KGB (sublingual, submandibular, supraclavicula, infraclavicula,
axilla, inguinal dextra et sinistra)

 PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
o Rangsang meningeal : kaku kuduk (-), brudzinski 1-4 (-)
o N. Cranialis : normal, simetris, tidak ada kelainan
o Motorik : eutrofi dan normotoni

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


DARAH LENGKAP
Hb : 12,5 g/dL
Ht : 35,4%
Leukosit : 10.500/µl
Hitung Jenis :

 Basofil : 0%
 Eosinofil : 0%
 Neutrofil : 90%
 Limfosit : 6%
 Monosit : 4%

Urinalisis :
Makroskopik : Warna kuning agak keruh

Kimia : pH 4,5, BJ 1,005, glukosa (-), keton (-), nitrit (-), leukosit esterase (+), bilirubin (-),
urobilin (-), protein (-)

Mikroskopik : eritrosit 5 sel/lpb, leoksit 20 sel/lpb, epitel 25 sel/lpb, kristal (+), bakteri (++), jamur
(-).

V. RESUME
Telah diperiksa seorang anak laki – laki berusia 3 tahun 6 bulan dengan keluhan kejang. Dari
anamnesis didapatkan :

 kejang 2 kali dalam 30 menit, berlangsung selama 1 – 2 menit. Saat kejang kedua tangan dan
kaki terhentak-hentak simetris, bola mata melirik ke atas, tidak merespon waktu dipanggil
namanya, lidah tidak terjulur, dan dari mulut tidak keluar buih. Setelah kejang pasien
merengek sebentar, minta dipeluk. Saat di UGD sudah tidak kejang
 2 hari demam naik turun, suhu tubuh tidak diukur tetapi ibu sudah memberikan sirup
ibuprofen di rumah. Sejak sakit pasien menolak makan dan mengeluh nyeri tenggorokan,
disertai suara yang serak dan lebih rewel dari biasanya
 BAK akhir-akhir ini sering mengompol lagi dan pasien merasa agak nyeri saat buang air
Dari pemeriksaan fisik didapatkan :

 Kesadaran somnolen

 Suhu 39,50C aksiler

 ekskoriasi dan hiperemis pada kulit di ujung preputium, (-) edema dan eksudat

Dari pemeriksaan Penunjang didapatkan :

 Peningkatan neutrofil

 Penurunan limfosit

 Urinalisis  leukosit esterase (+), bakteri (++), eritrosit 5/lpb Leukosit 20/lpb, epitel 25/lpb

VI. DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING

DIAGNOSIS KERJA
 Kejang demam kompleks
 Sistitis
DIAGNOSIS BANDING
 Kejang demam simpleks
 Status epileptikus

RENCANA DIAGNOSIS
• Kultur urin
• LED
• CRP
• Prokalsitonin

VII. TATALAKSANA

Farmakologis
 Diazepam 10 mg suppositoria jika kejang
 Paracetamol 120mg/5ml 3 kali sehari 1 ½ sendok takar
 ampisilin 100 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam

Non – famakologis
 Rawat inap  mencegah komplikasi dehidrasi dan kejang rekuren
 Infus NS 0,9% 20 mL/kg
 Waspada tanda – tanda dehidrasi

VIII. EDUKASI
 Edukasi orangtua pasien mengenai kejang demam
 Edukasi orangtua pasien mengenai Infeksi saluran kemih
 Edukasi orangtua tentang komplikasi dari ISK (pielonefritis)
 Edukasi orangtua pasien penggunaan diazepam suppositoria
 Edukasi orangtua  jika kejang berlanjut walaupun sudah diberikan diazepam
suppositoria  bawa ke RS
 Waspada tanda – tanda dehidrasi

IX. PROGNOSIS
 Ad vitam : bonam
 Ad functionam : bonam
 Ad sanationam : dubia ad malam
TINJAUAN PUSTAKA
KEJANG DEMAM

Definisi

Merupakan kejang yang terjadi pada temperatur tubuh >38 0C. Penyebab suhu tinggi ini bukan
dari infeksi SSP atau ketidakseimbangan metabolik2.

Epidemiologi

Prevalensi kejang demam di Indonesia mencapai 2 – 5% pada anak balita dimana kejang
demam umum terjadi pada anak usia 6 bulan – 60 bulan (5 tahun) 3. Anak usia <2 tahun paling rentan
mengalami kejang demam berulang (risiko 50%). Jika ada riwayat kejang demam dalam keluarga,
risiko untuk terjadinya kejang demam meningkat

Etiologi
Penyebab Kejang demam bersifat multifaktorial. Diduga kuat kejang demam terjadi karena
kerentanan Sistem Saraf Pusat (SSP) yang sedang berkembang terhadap efek dari demam yang
dikombinasikan dengan faktor genetik dan lingkungan4. Kejang demam sering terjadi pada anak usia
dibawah 3 (tiga) tahun dimana pada usia tersebut, ambang batas terjadinya kejang cukup rendah 3.

Klafisikasi

Kejang demam dapat dibagi menjadi 2 tipe2,4 :

 Kejang demam simpleks


 Kejang demam kompleks

Kejang demam simpleks Kejang demam kompleks


Pola kejang umumnya Pola kejang umumnya
generalized (tonik – fokal
klonik)

Serangan terjadi <15 Serangan terjadi >15


menit menit
Tidak ada rekurensi Mengalami rekurensi
dalam 24 jam dalam 24 jam

Faktor risiko

Faktor risiko pada kejang demam meliputi2,4 :

 Genetik
 Defisiensi Zink
 Defisiensi Vit B12, asam folat, selenium
 Tinggi derajat suhu saat demam

Genetik memainkan peran penting dalam terjadinya kejang demam. Seseorang yang anggota
keluarganya memiliki riwayat kejang demam (ayah atau ibu) berisiko 33% untuk mengalami
kejang demam4. Dari keluarga genetik diturunkan secara autosomal dominan 2. Gen yang
berhubungan yaitu gen SCN1B, SCN9A, CPA62.

Patogenesis
Patogenesis dari kejang demam ini masih belum diketahui dengan jelas 5. Diduga adanya
ketidakseimbangan dari sitokin – sitokin pro inflamasi ini mempengaruhi terjadinya kejang demam 2.
Disregulasi antara IL - 1β, IL – 6, dan IL – 8 dengan sitokin anti inflamasi ILR – 1A berhubungan
dengan status epileptikus demam2. Rasio ILR – 1A/ IL – 8 yang menurun bisa menjadi petanda
gangguan hipokampus pada MRI setelah status epileptikus demam 2.

Tanda dan Gejala

• Kejang  terjadi pada hari pertama demam terjadi

• Suhu didapatkan >390C

• Jika kejang demam simpleks

1. generalized tonik – klonik  mata mendelik ke atas, sianosis, mulut berbusa

2. Berlangsung beberapa detik - <15 menit

3. Postiktal  drowsiness

4. Tidak terjadi rekurensi dalam 24 jam

• Jika kejang demam kompleks

1. Kejang yang terjadi  fokal

2. Berlangsung >15 menit

3. Terjadi rekurensi dalam 24 jam

Diagnosis

Anamnesis

1. Lama kejang, pola kejang


2. Lama demam yang diderita
3. Apakah ada kejang berulang dengan pola yang sama bersis dengan kejang yang pertama
4. apakah dahulu pernah terdapat kejang yang seperti ini
5. Riwayat keluarga ada yang seperti ini atau tidak
6. Apakah pasien menerima vaksinasi dalam waktu dekat
7. Apakah ada pusing, muntah, riwayat terbentur di kepala

Pemeriksaan Fisik

1. Tanda – tanda vital harus dipantau


2. Periksa tanda – tanda infeksi dan inflamasi di telinga, mulut, genital
3. Daun telinga yang bengkak
4. Hiperemis faring
5. Tonsil yang membesar dan hiperemis
6. Edema pada penis, pembesaran kelenjar getah bening daerah inguinal
7. Periksa tanda – tanda iritasi meningeal (kaku kuduk, Brudzinski (+), iritabel, kernig’s sign
(+))

Pemeriksaan Penunjang

• Darah lengkap (CBC, Ht, Hb, leuko, trombo)

• Elektrolit

• Urea nitrogen, kreatinin

• Lumbal pungsi  sangat disarankan pada anak berusia <12 bulan, karena meningitis pada
usia ini sering tidak terdeteksi pada anamnesis saja

• Urinalisis

• Kultur urin

• Kultur dari swab tenggorok

• EEG  jarang dipakai

• Neuroimaging

EEG jarang dipakai pada kasus kejang demam karena tidak ada temuan spesifik terhadap
kejang demam pada EEG, serta EEG memiliki nilai yang terbatas untuk memprediksi
rekurensi kejang demam4. EEG kurang direkomendasikan pada anak yang mengalami kejang
demam simpleks4.

Lumbal pungsi sangat direkomendasikan pada anak usia <12 bulan, terutama bila imunisasi
haemophilus influenza tipe B dan Streptococcus pneumonia tidak diketahui dengan jelas2,4.
Evaluasi
Gambar 1. Algoritma tatalaksana penanganan kejang demam 2

Tatalaksana

Pada saat dirumah dapat diberikan Diazepam Suppositoria 0,5 – 0,75 mg/kg, Pada saat dirumah
sakit dapat diberikan Diazepam IV 0,3 – 0,5 mg/kg perlahan. Bila kejang belum berhenti diazepam
dapat diulang dalam waktu 5 menit dosis sama. Bila kejang masih berlangsung diberikan fenitoin 10 –
20 mg/kg/kali. Antipiretik diperlukan untuk menurunkan demam 6 dengan Paracetamol 10 – 15
mg/kg/kali atau Ibuprofen 5 – 10 mg/kg/kali 3 – 4 kali sehari. Antikonvulsan rumatan diberikan jika:

1. Kejang lama >15 menit


2. Adanya kelainan neurologis yang nyata
3. Kejang fokal

Obat rumatan yang dapat dipakai adalah asam Valproat 15 – 40 mg/kg/hari 2 – 3 kali sehari selama 1
tahun dan dihentikan secara bertahap selama 1 – 2 bulan 6.

Edukasi6

• Yakinkan orangtua bahwa kejang demam mempunyai prognosis yang baik


• Beritahu cara penanganan kejang

1. Kendoran pakaian yang ketat

2. Jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut

3. Ukur suhu

4. Berikan diazepam rektal

• Beri informasi bahwa kejang bisa kambuh kembali

Komplikasi

1. Kejang Epileptik4
2. Ensefalopati4
3. Gangguan perkembangan otak4

Prognosis

Prognosis kejang demam umumnya baik, tetapi sering terjadi rekurensi 1 – 2 tahun setelah kejang
demam pertama terjadi4. Kejang demam merupakan faktor risiko untuk terjadinya kejang epileptik
pada masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

1. IDAI. Kurva Pertumbuhan WHO. [Diakses 10 Mei 2020]. Diakses dari:


http://www.idai.or.id/professional-resources/growth-chart/kurva-pertumbuhan-who
2. Mikati, MA, Tchapyjnikov. Febrile Seizure. In: Nelson Textbook of Pediatric. 21 st edition.
Elsevier Saunders. Philadelpia: 2020.
3. Arifuddin, A. Analisis Faktor Risiko Kejadian Kejang Demam di Ruang Perawatan Anak
RSU Anutapura Palu. Healthy Tadulako Journal. 2016;2(2): 60-72.
4. Leung, A, Hon, KL, Leung, T. Febrile seizures: an overview. Drugs in Context. 2018;7: 1-12.
5. Xixis, KL, Samanta, D, Keenaghan, K. Febrile Seizure. NCBI: StatPearls.
6. IDAI. Konsensus Penatalaksaan Kejang Demam. 1 st edition. Badan Penerbit IDAI. Jakarta:
2006.

Anda mungkin juga menyukai