Disusun Oleh :
Devin Alexander
406192040
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
1
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : 406192040
Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta.
Mengetahui,
2
KASUS #3
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. C
Umur : 42 tahun
Alamat : Jl. Letjen S Parman No. 1
Status : Sudah menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Lady Escort
Suku : Jawa
Agama : Kristen
II. ANAMNESIS
Tanggal : 16/06/2020 Pukul : 10.00 WIB
Keluhan Utama : Bengkak di kedua kaki sejak 1 bulan lalu
Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang dengan keluhan bengkak di kedua kaki
dan perutnya. Jika berjalan jauh, cepat lelah dan sesak. BAB tidak ada warna hitam
atau darah.
3
b) Pada saat kapan saja bengkak dirasakan ?
Untuk membedakan Etiologi bengkak
- Bengkak oleh karena efek gravitasi hanya menyebabkan bengkak di kaki
setelah duduk di kursi dengan posisi kaki yang menggantung dalam waktu
yang cukup lama
- Bengkak oleh karena penyakit ginjal dan Hepar bengkak dirasakan
sepanjang hari tanpa perubahan posisi
c) Bengkak dirasakan di daerah perut dan kaki, apakah dirasakan bengkak di tempat
lain ?
- Pada bengkak akibat gangguan hepar, bengkak umumnya dirasakan pada
daerah perut dan kaki oleh karena adanya hambatan masuknya darah dari
intestinal ke hepar serta kurangnya produksi albumin, yang mengakibatkan
menurunnya tekanan onkotik darah dan menyebabkan terjadinya perembesan
plasma ke ruang intersisial
- Bengkak akibat gangguan ginjal umumnya didapatkan bengkak diseluruh
tubuh (edema anasarka)
d) Apakah ada aktivitas yang memperburuk dan memperingan bengkak yang terjadi ?
Untuk menentukan etiologi bengkak
- Pada bengkak akibat pengaruh gravitasi, bengkak membaik bila kaki
dilakukan elevasi (diangkat) karena cairan akan kembali keatas mengikuti
gravitasi
- Pada nyeri dada yang disebabkan gangguan hepar atau ginjal, bengkak
dirasakan sama sepanjang hari dan tidak berubah dengan perubahan posisi
e) Apakah dengan bertambahnya waktu keluhan bengkak yang dirasakan semakin parah
dan semakin bengkak ?
Untuk melihat progresivitas penyakit
- Penyakit sirosis hepatis atau gagal ginjal akut bengkak yang dirasakan
semakin parah dan semakin bengkak.
a. Jika berjalan jauh, cepat lelah dan sesak, apakah membaik setelah istirahat ?
- Pada gagal jantung, sesak yang dirasakan terjadi setelah melakukan aktivitas
dan membaik setelah istirahat
4
- Sesak dapat dirasakan oleh karena adanya penekanan jantung akibat
akumulasi cairan (Edema) pada perut dan kaki yang menybabkan penekanan
pada jantung, sehingga jantung tidak berkontraksi dengan maksimal
- Sesak juga dapat dirasakan akibat adanya penambahan berat badan yang
mendadak akibat edema dan umumnya tidak membaik walaupun dalam
keadaan istirahat
b. Apakah ada keluhan mual dan muntah ?
Mual dan muntah merupakan salah satu manifestasi klinis gangguan hepar
c. Apakah ada penambahan berat badan yang signifikan dalam waktu yang singkat ini ?
d. Apakah ada keluhan seperti lemas, letih, lesu, lunglai, lemah (5L) ?
- Pada gangguan hepar atau ginjal, terjadi gangguan eritropoetin yang
menyebabkan tergganggunya pembentukan eritrosit sehingga gejala anemia
dapat terjadi
5
Riwayat penyakit keluarga :
Riwayat Sosial lingkungan : pasien bekerja sebagai lady escort 3 tahun yang lalu
Riwayat Kebiasaan :
Apakah sering mengkonsumsi alkohol dalam jumlah banyak dan sering ? sejak
kapan ?
Apakah sering mengkonsumsi obat tanpa resep dokter secara berlebihan ?
Apaah sering mengkonsumsi makanan berlemak ?
Apakah ada penggunaan obat – obatan terlarang ?
Apakah konsumsi air mineral cukup dan rutin per harinya ?
Untuk melihat faktor risko pada pasien ini untuk penyakitnya
6
Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Lakukan penilaian keadaan umum pasien apakah tampak sakit
ringan/sedang/berat. Penilaian keadaan umum penting dilakukan untuk melihat
seberapa berat kondisi umum pasien tersebut.
Kesadaran: Dilakukan penilaian kesadaran pasien dengan penilaian GCS dan
melihat apakah terjadi penurunan kesadaran pada pasien.
Tanda – tanda vital : lakukan pemeriksaan tanda – tanda vital untuk melihat
apakah adanya gangguan pada pembuluh darah dan adanya tanda – tanda infeksi
(takikardia dan takipneu)
Pemeriksaan Sistem
7
Distensi abdomen dapat terjadi jika terdapat adanya cairan/asites
akibat kebocoran plasma karena penurunan produksi albumin oleh
karena adanya sirosis hepatis.
Auskultasi : Periksa apakah bising usus meningkat? Apakah disertai
dengan adanya bruit?
Perkusi : terdapat adanya shifting dullnes ?
Adanya shifting dullnes menandakan adanya kebocoran plasma darah
ke dalam jaringan intersisial yang dapat terjadi pada sirosis hepatis
Periksa apakah terdengar timpani di seluruh kuadran abdomen?
Tentukan batas hepar, apakah ada penurunan liver span ?
Pengukuran liver span dapat dilakukan untuk melihat apakah ada
penurunan ukuran hepar yang dapat terjadi pada sirosis hepatis
Palpasi : periksa apakah ada kelainan pada palpasi hepar, bagaimana
tepi, konsistensi, dan permukaannya ?
Pada sirosis hepatis hepar umumnya tidak teraba dan jika teraba,
tepinya tajam, konsistensinya keras dan permukaannya kasar
- Ekstremitas : terdapat pitting oedema pada kedua kaki
Adanya pitting oedema menandakan adanya manifestasi kelebihan cairan
dalam jaringan intersisial. Temuan ini sering terdapat pada gagal ginjal akut.
Periksa pulsasi nadi dan perfusi perifer apakah baik dan sama kuat kanan-
kiri ?
8
- Interpretasi Pemeriksaan Lab :
Penurunan hemoglobin menjadi salah satu manifestasi terjadinya
gangguan pada sistem eritropoetin yang dapat mengakibatkan
terjadinya anemia
Penurunan trombosit menjadi salah satu manifestasi terjadinya
gangguan pada sistem eritropoetin akibat tergganggunya hepar
ataupun ginjal
Penurunan MCV menunjukkan terjadinya penurunan volume sel
darah merah yang beredar didalam tubuh, menciptakan kondisi
eritrosis yang mikrositik, MCV yang menurun juga dapat merupakan
manifestasi terjadinya gangguan eritropoetin
Penurunan MCH menandakan adanya penurunan hemoglobin yang
terikat pada eritrosit yang biasanya diakibatkan oleh adanya penurunan
volume eritrosit, bisa jadi merupakan salah satu manifestasi terjadinya
gangguan eritropoetin
Penurunan MCHC menandakan menurunnya kadar hemoglobin yang
pada eritrosit, sehingga eritrosit dalam keadaan hipokrom, MCHC
yang rendah menandakan adanya anemia
Adanya sedikit Peningkatan SGPT merupakan manifestasi
terjadinya sirosis hepatis pada fase awal, dimana pada awalnya
ditemukan peningkatan tetapi pada stadium lanjut dapat terjadi
penurunan SGPT dan SGOT
9
V. DIAGNOSIS
Diagnosis kerja : Sirosis Hepatis, anemia
Diagnosis Banding : Gagal ginjal Akut
VI. TERAPI
- Farmakologi
Furosemide 40 mg 1x/hari selama 2 minggu
Ferrous sulfate 200 mg 1x/hari selama 1 bulan sebelum makan
- Non – farmakologi
Transplantasi hepar
Tranfusi darah packed red cell
Rujuk ke dokter spesialis bedah digestif
VIII. EDUKASI
- Kurangi konsumsi alkohol
- Kurangi konsumsi makanan lemak
- Hati – hati efek samping ferrous sulfate (mual, muntah) jika tidak bisa diberikan
sebelum makan, berikan 2 jam setelah makan
10
IX. RESEP
dr. Y
Universitas Tarumanagara
SIP 406192040
Pro : Ny. C
Usia : 42 tahun
11
TINJAUAN PUSTAKA
Sirosis Hepatis
Definisi
Sirosis hepatis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan oleh terjadinya
pembentukan jaringan ikat (fibrosis) dan nodul pada hepatosit sehingga
mengakibatkan terjadinya gangguan fungsi pada hepatosit1. Sirosis ini merupakan
penyakit sekunder yang memiliki etiologi cedera yang kronik, bisa disebabkan oleh
karena adanya infeksi (hepatitis B dan C), toksin, atapun proses autoimun 1,2. Sirosis
dapat menyebabkan terjadinya beberapa komplikasi, seperti hipertensi portal, ascites,
ensefalopati hepatikum, dll.
Epidemiologi
Prevalensi terjadinya sirosis hepatis sendiri belum diketahui dengan jelas, tetapi pada
suatu studi di amerika serikat, perkiraan prevalensi sirosis hepatis mencapai 0,15 –
0,27 %1. Di Eropa, sirosis menjadi penyebab kematian terbanyak ke – 4 3. Tingkat
mortalitas dalam 1 tahun bervariasi dari 1% sampai dengan 57% tergantung dari
stadium yang diderita3. Penyebab yang mendasari terjadinya sirosis ini terbanyak di
asia adalah hepatitis B kronik (37,3%), alkohol (24,1%), hepatitis C kronik (22,3%),
sedangkan di eropa, penyebab terbanyak adalah alkohol kronik4.
Etiologi
Di Eropa, sirosis menjadi penyebab kematian terbanyak ke – 4 3. Tingkat mortalitas
dalam 1 tahun bervariasi dari 1% sampai dengan 57% tergantung dari stadium yang
diderita3. Penyebab yang mendasari terjadinya sirosis ini terbanyak di asia adalah
hepatitis B kronik (37,3%), alkohol (24,1%), hepatitis C kronik (22,3%), sedangkan di
eropa, penyebab terbanyak adalah alkohol kronik4. Pada negara berkembang, etiologi
terbanyak adalah hepatitis B dan C, sedangkan di negara maju, etiologi terbanyak
adalah hepatitis C, Penyakit liver alkoholik, dan fatty liver non – alkoholik (NASH)1.
12
Penyebab lain dapat meliputi hepatitis autoimun, kolangitis bilier, hemokromatosis,
penyakit wilson, dan defisiensi α1 – antitripsin.
Patofisiologi
Fibrosis merupakan respon dari sel hati untuk memperbaiki sel yang rusak akibat
inflamasi, yang merupakan pembentukan jaringan ikat yang terjadi secara abnormal
dan berlebih2. Kecepatan pembentukan sirosis tergantung dari penyebab yang
mendasari, lingkungan dan faktor host. Pada sirosis, juga terjadi adanya perubahan
arsitektural pembuluh darah hepatik, yang menyebabkan terjadinya shunting dari
suplai arteri dan vena porta menuju ke vena sentralis, menyebabkan terjadinya
gangguan pertukaran oksigen dan glukosa dari sinusoid hati ke hepatosit 2. Pemisah
antara sinusoid dengan hepatosit disebut sebagai spatium Disse dimana pada sirosis,
ruang ini terisi oleh jaringan ikat dan fenestrasi endotel hilang, menyebabkan
tergganggunya pertukaran oksigen dan glukosa ke hepatosit. Secara histologis, septa –
septa pemisah hepatosit mengalami fibrosis sehingga hepatosit yang sehat tidak
terhubung dengan vena sentralis dan menyebabkan terjadinya gangguan fungsi
hepatosit, peningkatan resistensi (hipertensi porta) dan dapat menjadi karsinoma
hepatocellular (HCC)2.
Pada intake alkohol yang berlebih, terjadi kerusakan oksidatif yang berlebih oleh
akibat adanya pembentukan ROS, asetaldehid yang berlebih sangat reaktif yang dapat
berikatan dengan protein membentuk kompleks protein – aldehid 5. Kompleks ini akan
mengganggu pembentukan mikrotubular dan protein hepatik. Dengan adanya
kerusakan pada hepatosit, terjadi pembentukan ROS oleh karena adanya aktivasi sel
kuffer5 sehingga menyebabkan terjadinya aktivasi sel stellata, dan pembentukan
matriks ekstraselular dan kolagen yang berlebih5.
13
Gambar 1. Perubahan histologis pada sirosis hepatis2
14
bakterial ataupun ensefalopati hepatik (penurunan kesadaran) berarti sirosis tersebut
sudah mencapai tahap dekompensasi dan butuh penanganan segera karena kondisi
tersebut merupakan kondisi yang mengancam nyawa1,2. Adapun gejala yang dapat
ditemukan adalah ikterik, splenomegali, eritem pada telapak tangan, atapun
hipogonadisme.
Gambar 3. Tanda dan gejala yang dapat terjadi pada sirosis hepatis2
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan adanya sklera yang ikterik pada
mata, pada pemeriksaan abdomen dapat ditemukan adanya Spider nevi, Caput
medusae, splenomegali, ascites, eritem pada telapak tangan, dan ginekomastia pada
laki – laki2.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang utama adalah pemeriksaan labolatorium terlebih dahulu,
dillihat pemeriksaan fungsi hepar (SGOT, SGPT) ALP, GGT, Bilirubin dan
hemostasis (PT, aPTT). Pemeriksaan eritrosit dan trombosit juga penting dilakukan
mengingat hepar merupakan salah satu organ eritropoetin dan trombopoetin, jika
15
didapatkan adanya penurunan (trombositopenia dan penurunan eritrosit), maka bisa
dicurigai kearah sirosis hepatis. Albumin juga harus diperiksa mengingat sintesis
albumin terbanyak ada di hepar, dan albumin memiliki fungsi penting yaitu untuk
menjaga tekanan onkotik pembuluh darah, jika albumin kurang, maka tekanan
onkotik pembuluh darah menurun sehingga rentan mengalami kebocoran yang dapat
bermanifestasi sebagai ascites ataupun oedema pada kaki2.
Selain pemeriksaan labolatorium, dilakukan juga pemeriksaan pencitraan 2,3.
Pemeriksaan pencitraan yang dapat dilakukan yaitu USG, CT scan, fibroscan, MR
Elastografi, dan pencitraan akustik (Acoustic radiation force impulse imaging). USG
dan CT scan dilakukan untuk melihat nodularitas dari hepar dan untuk melihat apakah
sudah ada tanda – tanda dari hipertensi porta3. Sedangkan fibroscan, MR elastografi
dan akustik digunakan untuk mengukur kekakuan dari liver
16
Gambar 3. Pemeriksaan penunjang pada sirosis hepatis2
Diagnosis
Klasifikasi
Sirosis hepatis memiliki beberapa stadium yang dapat menentukan prognosis penyakit
ini, yaitu3:
Grade 1 (kompensata tanpa adanya varises gastroesofagus) tingkat
mortalitas 1% dalam 1 tahun
Grade 2 (kompensata dan terdapat varises) tingkat mortalitas 3 – 4 %
dalam 1 tahun
17
Grade 3 (dekompensata + varises) tingkat mortalitas 20% dalam 1 tahun
Grade 4 (dekompensata + perdarahan GI) tingkat mortalitas 57% dalam 1
tahun
Grade 5 (gagal ginjal + infeksi) tingkat mortalitas 67% dalam 1 tahun
Tatalaksana
Penatalaksaan sirosis hepatis dibagi menjadi tatalaksana komplikasi dan tatalaksana
sirosis itu sendiri. Pada tatalaksana sirosis, tatalaksana yang paling efektif dan satu –
satunya adalah transplantasi hepar.
Pada tatalaksana komplikasi, ada algoritma yang dapat dipakai, yaitu sebagai
berikut7 :
Komplikasi
Terjadi beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada sirosis hepatis, yaitu7:
Hipertensi porta
Ascites dan peritonitis spontaneus bakteri
Ensefalopati hepatik
18
Varises esofagus
Dari beberapa komplikasi yang terjadi, hipertensi porta menjadi komplikasi tersering
yang dialami pasien sirosis hepatis, dimana terjadi peningkatan terkanan pada vena
porta hepatica dan menyebabkan stagnansi aliran darah dari vena yang berasal dari
sistem pencernaan, mengakibatkan terjadinya pembentukan spider nevi dan caput
medusae7. Varises esofagus juga menjadi komplikasi tersering yang dapat terjadi pada
pasien sirosis hepatis. Screening untuk varises esofageal menjadi suatu hal yang
penting pada pasien sirosis ini, jika sirosis yang terjadi merupakan sirosis yang
terkompensasi, endoskopi dilakukan dalam waktu 12 bulan untuk mendeteksi varises
yang asimptomatik dan diulang setiap 1 sampai 2 tahun 7. Jika sirosis yang terjadi
sudah berkomplikasi, endoskopi perlu dilakukan dalam waktu 3 bulan, jika varises
yang ditemukan kecil, endoskopi dapat diulang dalam waktu 1 tahun, jika ukuran
varises sedang atau besar, dapat dilakukan penatalaksanaan berupa pemberian β –
blocker ataupun litigasi varises dengan endoskopi.
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan pada pasien yang diketahui memiliki sirosis pada
stadium awal6. Pencegahan ini dapat melibatkan dokter spesialis penyakit dalam
subspesialis gastroenterologi dan hepatologi) karena pencegahan awal dapat
mengurangi kemungkinan terjadinya Hepatocellular carcinoma (HCC) pada pasien
dengan sirosis. Penanganan pada etiologi yang mendasari dapat memperlambat
progresivitas dari sirosis stadium awal, seperti pemberian antivirus (hepatitis B dan
C), imunoterapi pada hepatitis autoimun, pengurangan konsumsi alkohol pada sirosis
akibat alkohol6. Pasien dengan sirosis harus dilakukan screening untuk karsinoma sel
hepar (hepatocellular carcinoma) setiap 6 – 12 bulan dengan pemeriksaan pencitraan
(CT atau USG), dengan atau tanpa pemeriksaan α – feto protein (AFP)
19
DAFTAR PUSTAKA
20