Anda di halaman 1dari 6

Nama : Chairul Anam

NIM : 3335190006
Kelas : A
Lokasi : Cilegon
Tugas Individu 04 K3

1. Buatlah aplikasi pembuatan Hazid dan Hazop di Industri Kimia bukan dari Pupuk Kujang.
2. Batasan nilai yg dianggap aman utk Faktor lingkungan Fisik, Kimia dan Biologi. Termasuk faktor yg
mana Covid 19, usaha apa yg hrs dilakukan spy kita tidak terkena virus tsb.

Jawaban
1. LNG atau yang biasa dikenal dengan Liquified Natural Gas, adalah gas alam dengan bentuk cair
dan menyerupai bahan bakar minyak karena kepadatan energinya. Secara keamanan, LNG lebih aman
dibanding LPG, hal ini dikarenakan LNG memiliki massa yang lebih kecil, sehingga tidak akan terjadi
peristiwa akumulasi permukaan tanah jika terjadi kebocoran. Namun disetiap proses pasti memiliki
kekurangan. Kekurangan dari produksi LNG adalah biaya penyimpanan gas alam bentuk cair dengan suhu
rendah serta investasi yang dibutuhkan untuk infrastruktur fasilitas pengisian gas LNG.

Proses pada pabrik dapat menimbulkan proses berbahaya seperti kenaikan temperature maupun
tekanan yang beresiko menyebabkan ledakan dan kebakaran. Berikut adalah keadaan berbahaya yang dapat
terjadi pada seluruh pabrik yang mengolah bahan mudah, yaitu Offshored LNG Plant :

a. Kebakaran

b. Ledakan

c. Jaringan perpipaan

d. Kebisingan

Aspek keselamatan kerja adalah factor penting dalam suatu pabrik tidak hanya pada pabrik LNG.
Analisis terhadap factor bahaya dilakukan agar sebelum terjadi kecelakaan dapat diperoleh data dan
pertimbangan yang diperlukan untuk penanganannya. Hazard Analysis adalah metode untuk menganalisis
bahaya dengan cara mengidentifikasi kejadian yang tidak diinginkan yang mengarahkan pada bahaya
material, menjelaskan mekanisme analisis terhadap peluang kemungkinan terjadinya kejadian yang tidak
diharapkan, serta mengestimasi besarnya bahaya yang mungkin timbul. Analisis bahaya dapat dibagi
menjadi tiga yaitu HIRA (Hazard Identification and Risk Assesment), HAZID (Hazard Identification) dan
HAZOP (Hazard and Operability Study).
2. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah hal penting yang harus diterapkan dalam bekerja.
Apa pun bidang pekerjaannya, K3 adalah yang utama. Perusahaan-perusahaan di Indonesia berskala besar
maupun kecil harus mengutamakan aspek perlindungan pekerja dengan menerapkan standar K3 di
lingkungan kerja. Peraturan terbaru mengenai K3 di lingkungan kerja ini terdapat pada Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan (Permenaker) RI No. 5 Tahun 2018 tentang K3 Lingkungan Kerja (terbit pada tanggal 27
April 2018). Penerbitan Permenaker ini untuk mewujudkan lingkungan kerja yang aman, sehat, dan nyaman
serta mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK). Permenaker tersebut sekaligus
mencabut tiga peraturan sebelumnya, yakni Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 tahun 1964 tentang Syarat
Kesehatan, Kebersihan, serta Penerangan di Tempat Kerja, Peraturan Menteri Pekerja Dan Transmigrasi
No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan Kimia di Tempat Kerja, serta Surat
Edaran Menteri Pekerja dan Transmigrasi Nomor SE.01/MEN/1978 tentang Nilai Ambang Batas untuk
Iklim Kerja dan Nilai Ambang Batas untuk Kebisingan di Tempat Kerja.

Permenaker No. 5 Tahun 2018 memberikan pedoman baru mengenai nilai ambang batas (NAB)
faktor fisika dan kimia, standar faktor biologi, ergonomi, dan psikologi serta persyaratan kebersihan dan
sanitasi, termasuk kualitas udara dalam ruangan (indoor air quality) untuk terwujudnya tempat kerja yang
aman, sehat, dan nyaman.

Dalam Pasal 2 dan 3 dijelaskan secara gamblang bahwa setiap pengusaha dan/atau pengurus wajib
melaksanakan syarat-syarat K3 lingkungan kerja. Syarat-syarat K3 lingkungan kerja tersebut meliputi:

• Pengendalian faktor fisika dan kimia agar berada di bawah NAB


• Pengendalian faktor biologi, faktor ergonomi, dan faktor psikologi kerja agar memenuhi standar
• Penyediaan fasilitas kebersihan dan sarana higiene di tempat kerja yang bersih dan sehat
• Penyediaan personil K3 yang memiliki kompetensi dan kewenangan K3 di bidang lingkungan
kerja.

Sementara pengendalian lingkungan kerja yang dibahas dalam Pasal 7 dilakukan agar tingkat pajanan
faktor fisika dan kimia berada di bawah NAB dan agar penerapan faktor biologi, ergonomi, dan psikologi
memenuhi standar. Pengusaha/pengurus perusahaan harus melakukan pengendalian lingkungan kerja
sesuai hierarki pengendalian meliputi upaya eliminasi, substitusi, rekayasa teknologi, administratif,
dan/atau penggunaan alat pelindung diri.

Pengukuran dan pengendalian faktor fisika, kimia, biologi, ergonomi, dan psikologi meliputi:

• Faktor fisika
Faktor fisika adalah faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas pekerja yang bersifat fisika,
diakibatkan oleh penggunaan mesin, peralatan, bahan, dan kondisi lingkungan di sekitar tempat
kerja yang dapat mengakibatkan gangguan dan PAK.
• Faktor Kimia
Faktor kimia adalah faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas pekerja yang bersifat
kimiawi, diakibatkan oleh penggunaan bahan kimia dan turunannya di tempat kerja yang dapat
mengakibatkan penyakit pada pekerja, meliputi kontaminan kimia di udara berupa gas, uap,
dan partikulat.

Hasil pengukuran faktor kimia terhadap pajanan harus dibandingkan dengan:

o Nilai Ambang Batas (NAB) yang harus dilakukan paling singkat selama 6 jam.
o Pajanan Singkat Diperkenankan (PSD) yang harus dilakukan paling singkat selama
15 menit sebanyak 4 kali dalam durasi 8 jam kerja.
o Kadar Tertinggi Diperkenankan (KTD) yang harus dilakukan menggunakan alat
pembacaan langsung untuk memastikan tidak terlampaui.

• Faktor Biologi
Faktor biologi adalah faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas pekerja yang bersifat
biologi, diakibatkan oleh makhluk hidup meliputi hewan, tumbuhan dan produknya serta
mikroorganisme yang dapat mengakibatkan PAK. Pengukuran, pemantauan, dan pengendalian
faktor biologi harus dilakukan pada tempat kerja yang memiliki potensi bahaya faktor biologi.

Usaha yang dilakukan supaya tidak terpapar virus Covid-19 adalah :

A) Kebijakan Manajemen dalam Pencegahan Penularan Covid-19

• Pihak manajemen agar senantiasa memantau dan memperbaharui perkembangan informasi tentang
COVID19 di wilayahnya.
• Pembentukan Tim Penanganan Covid-19 di tempat kerja yang terdiri dari Pimpinan, bagian
kepegawaian, bagian K3 dan petugas Kesehatan yang diperkuat dengan Surat Keputusan dari
Pimpinan Tempat Kerja.
• Pimpinan atau pemberi kerja memberikan kebijakan dan prosedur untuk pekerja melaporkan setiap
ada kasus dicurigai Covid-19 (gejala demam atau batuk/pilek/nyeri tenggorokan/sesak nafas) untuk
dilakukan pemantauan oleh petugas kesehatan.
• Tidak memperlakukan kasus positif sebagai suatu stigma.
• Pengaturan bekerja dari rumah (work from home). Menentukan pekerja esensial yang perlu tetap
bekerja/datang ke tempat kerja dan pekerja yang dapat melakukan pekerjaan dari rumah.

Jika ada pekerja esensial yang harus tetap bekerja selama PSBB berlangsung :

• Di pintu masuk tempat kerja lakukan pengukuran suhu dengan menggunakan thermogun, dan
sebelum masuk kerja terapkan Self Assessment Risiko Covid-19 untuk memastikan pekerja yang
akan masuk kerja dalam kondisi tidak terjangkit Covid-19.
• Pengaturan waktu kerja tidak terlalu panjang (lembur) yang akan mengakibatkan pekerja
kekurangan waktu untuk beristirahat yang dapat menyebabkan penurunan sistem
kekebalan/imunitas tubuh.
• Untuk pekerja shift :
a) Jika memungkinkan tiadakan shift 3 (waktu kerja yang dimulai pada malam hingga pagi hari)
b) Bagi pekerja shift 3 atur agar yang bekerja terutama pekerja berusia kurang dari 50 tahun.
• Mewajibkan pekerja menggunakan masker sejak perjalanan dari/ke rumah, dan selama di tempat
kerja.
• Mengatur asupan nutrisi makanan yang diberikan oleh tempat kerja, pilih buah-buahan yang
banyak mengandung vitamin C seperti jeruk, jambu, dan sebagainya untuk membantu
mempertahankan daya tahan tubuh. Jika memungkinkan pekerja dapat diberikan suplemen vitamin
C.
• Memfasilitasi tempat kerja yang aman dan sehat,

a) Higiene dan sanitasi lingkungan kerja , Memastikan seluruh area kerja bersih dan higienis
dengan melakukan pembersihan secara berkala menggunakan pembersih dan desinfektan yang sesuai
(setiap 4 jam sekali). Terutama pegangan pintu dan tangga, tombol lift, peralatan kantor yang
digunakan bersama, area dan fasilitas umum lainya. Menjaga kualitas udara tempat kerja dengan
mengoptimalkan sirkulasi udara dan sinar matahari masuk ruangan kerja, pembersihan filter AC.

B) Sarana cuci tangan

• Menyediakan lebih banyak sarana cuci tangan (sabun dan air mengalir)
• Memberikan petunjuk lokasi sarana cuci tangan
• Memasang poster edukasi cara mencuci tangan yang benar.
• Menyediakan handsanitizer dengan konsentrasi alkohol minimal 70% di tempat-tempat yang
diperlukan (seperti pintu masuk, ruang meeting, pintu lift, dll)

C) Sosialisasi dan Edukasi pekerja mengenai Covid-19

Anda mungkin juga menyukai