Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH SHOPPING LIFE STYLE DAN FASHION

INVOLVEMENT TERHADAP IMPULSE BUYING BEHAVIOR


MASYARAKAT HIGH INCOME SURABAYA

Edwin Japarianto dan Sugiono


Sugiharto Fakultas Ekonomi,
Universitas Kristen Petra Jl.
Siwalankerto 121-131, Surabaya
60236
Email: edwinj@petra.ac.id; sugiono@petra.ac.id

Abstrak: Dinamika perekonomian bisnis ritel di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang


signifikan, sehingga akan memicu perkembangan gaya hidup dan pola belanja masyarakat
(konsumen) yang memiliki ekspektasi makin tinggi, meminta lebih banyak, menginginkan kualitas
yang lebih baik dan konsisten. Permasalahan yang dihadapi, komsumen high income menunjukkan
pola pengeluaran belanja yang fluktuatif, sering kali melesat dari perencanaan keuangan yang telah
dibuat. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh shopping life style dan fashion
involvement terhadap perilaku impulse buying pada masyarakat high income Surabaya. Penelitian
ini menggunakan sampel yang tinggal di Surabaya, memiliki pendapatan sendiri, memiliki
pengeluaran ≥ Rp 1,250,000.00, pernah berbelanja di Galaxy Mall , Lendmarc dan Grand City.
Teknik analisis yang digunakan adalah Regresi Linier berganda, yang akan mempermudah untuk
melihat peranan Shopping lifestyle dan fashion involvement terhadap perilaku impulse buying
yang akan diuji. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Hedonic Shopping Value dan Fashion
Involvement berpengaruh terhadap perilaku Impulse Buying pada Masyarakat High Income
Surabaya.
Kata kunci: shopping life style, fashion involvement, impulse buying.

Abstract: Dynamics of the retailing business economy in Indonesia develop rapidly, so that it
triggers the customers’ shopping lifestyle and their fashion involvement as well. They have
higher expectation, demand more and desire better quality product consistently. But in the other
side there are some problems. For instance the prosperity consumers spend their money
fluctuatively and oftenly out their financial plan. The purpose of this research is proving, whether
shopping lifestyle and fashion involvement will influence the impulse buying behavior of
Surabaya’s high income community. As sampling, this study used the population of Surabaya
that usually spend their money more or equal to Rp.1.250.000 per month, and ever go shopping
at Galaxy mall, Lendmarc and Grand City. The technical analysis to examining the role of
shopping lifestyle and fashion involvement toward the impulse buying behavior is Multi linear
Regression. The examination result showed that Hedonic Shopping Value and Fashion
Involvement influenced the Impulse Buying Behavior of Surabaya’s High Income Society.
Kaywords: shopping life style, fashion involvement, impulse buying.

wisata. Kini Surabaya telah memiliki setidaknya


PENDAHULUAN 32 shopping mall dan diperkirakan akan terus
bertambah tiap tahunnya. Kelahiran shopping
Seiring dengan perkembangan jaman mall di Surabaya diawali dengan adanya
yang semakin modern menyebabkan Tunjungan Plaza, yang disusul Delta Plaza dan
banyaknya pem- bangunan mall atau Surabaya Mall pada tahun 1986. Kehadiran tiga
shopping centre. Indonesia Tourism News shopping mall tersebut secara perlahan diikuti
melansir bahwa kehadiran mall di Surabaya pusat- pusat perbelanjaan modern lainnya
telah mengukuhkan jati diri sebagai kota hingga mencapai booming pada periode tahun
perdagangan. Selain itu, dengan kehadiran 2005-2008 (Indonesia Tourism News, 2008).
mall diharapkan dapat menjadi daya tarik Bertambahnya shopping centre di Surabaya dari
tahun ke tahun menjadikan peluang bisnis bagi high class dibandingkan dengan mall lainnya.
para pelaku bisnis terutama dibidang fashion Hal ini didukung dengan pernyataan Leon Tan
karena banyak pengunjung yang berkunjung ke yang mengatakan bahwa “bayang-bayang
shopping centre, dimana sebagian besar resesi global, baik secara langsung atau tidak
pengun- jung yang berkunjung karena ingin langsung, ikut mempengaruhi pola berpikir dan
berbelanja pakaian. Fenomena tersebut lifestyle kita, termasuk dalam cara berbelanja.
menyebabkan kebanyak- an mall yang ada Bagaimanapun, krisis tak berarti harus
menjual berbagai jenis fashion baik untuk pria menghentikan aktivitas shopping lifestyle kita”.
maupun wanita yang berada di boutique, (Tan, 2009, p. iii)
factory outlet ataupun di department store Masyarakat high income akan membeli
yang mempunyai fasilitas pelayanan dan mutu pakaian yang sedang dicari dengan harga,
yang sesuai dengan standart yang diterapkan kualitas, serta mode yang diinginkan. Pernyataan
tiap toko. Fashion adalah jenis tenant utama tersebut didukung oleh hasil pra penelitian
dari sebuah shopping centre atau mall, berupa yang dilakukan oleh penulis dengan
toko baju anak, pria dan wanita yang menemukan bahwa masyarakat high income
berbentuk butik atau ready–to–wear, termasuk yang berkunjung cenderung berbelanja
toko aksesoris dan kosmetika (Indonesia pakaian (94%), sepatu (71%), tas (55%),
Shopping Centers, 30 Januari 2009), ketika elektronik (33%), acceccoris (10%).
melihat pakaian yang dipajang di etalase toko Kecenderungan perilaku seperti ini merupakan
yang menarik menurut pengunjung tersebut peluang yang ditangkap para pemilik tenant
maka pengunjung tadi akan membeli pakaian untuk menjual pakaian yang di senangi oleh
yang di inginkan meskipun harus para pengunjung yang berasal dari masyarakat
mengeluarkan uang lebih demi mendapatkan high income yang lebih mementingkan
pakaian kualitas, model, merk daripada harga yang
yang diinginkan. Pernyataan tersebut di dasari tercantum adalah fashion involvement yang
oleh persentase masyarakat Surabaya yang terjadi
datang ber- kunjung di mall untuk berbelanja Ketika masyarakat dari kelas high income
sebesar 51% di- bandingkan aktivitas lainnya me- lihat produk yang sulit dicari ditemukan
(“29 Proyek Manantang Krisis Global”, Maret maka ia akan membeli produk tersebut
2009). meskipun ia tidak meren- canakan pembelian
Bagi masyarakat high income berbelanja tersebut yang menyebabkan terjadinya impulse
hal yang sudah menjadi lifestyle mereka buying,
adalah mereka akan rela mengorbankan Dari latar belakang tersebut rumusan
sesuatu demi mendapatkan produk yang masalah yang diambil adalah: Apakah
mereka senangi. Hal tersebut didukung dengan shopping lifestyle dan fashion involvement
survey yang dilakukan penulis dengan di- berpengaruh terhadap impulse buying
temukannya 94% masyarakat Surabaya yang behaviour pada masyarakat high income di
high income lebih sering berbelanja di mall Surabaya?
Japarianto: Pengaruh Shopping Life Style dan Fashion 33
Involvement

TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan beberapa definisi di atas,
Shopping Lifestyle dapat disimpulkan bahwa shopping lifestyle
adalah cara seseorang untuk mengalokasikan
Shopping lifestyle mengacu pada pola waktu dan uang untuk berbagai produk,
konsumsi yang mencerminkan pilihan layanan, teknologi, fashion, hiburan dan
seseorang tentang bagai- mana cara pendidikan. Shopping lifestyle ini juga
menghabiskan waktu dan uang. Dalam arti ditentukan oleh beberapa faktor antara lain
ekonomi, shopping lifestyle menunjukkan cara sikap terhadap merek, pengaruh iklan dan
yang dipilih oleh seseorang untuk kepribadian.
mengalokasikan pendapatan, baik dari segi
alokasi dana untuk berbagai produk dan
layanan, serta alternatif-alternatif tertentu dalam Fashion Involvement
pembedaan kategori serupa (Zablocki dan
Kanter, 1976, p. 269-297). Menurut O’Cass, involvement adalah minat
Cathy J. Cobb dan Wayne D. Hoyer atau bagian motivasional yang ditimbulkan
(1986) mengungkapkan bahwa konsumen oleh stimulus atau situasi tertentu, dan
diminta untuk menunjukkan sejauh mana ditujukan melalui ciri pe- nampilan (O’Cass,
mereka sepakat atau tidak setuju dengan 2004 dalam Park 2005). Sedang- kan menurut
pernyataan yang berkaitan dengan shopping Zaichkowsky, involvement didefinisikan sebagai
lifestyle (misalnya, sikap terhadap merk hubungan seseorang terhadap sebuah objek
nasional, dirasakan pengaruh iklan, harga berdasarkan kebutuhan, nilai, dan
kesadaran). ketertarikan (Zaichkowsky, 1985, pp. 341-
Betty Jackson (2004) mengatakan 352).
shopping lifestyle merupakan ekspresi tentang Involvement dapat dipandang sebagai
lifestyle dalam berbelanja yang motivasi untuk memproses informasi (Mitchell,
mencerminkan perbedaan status sosial. 1979, pp. 191- 196). Selama involvement
Cobb dan Hoyer (1986) mengemukakan meningkatkan produk, konsumen akan
bahwa untuk mengetahui hubungan memperhatikan iklan yang ber- hubungan
shopping lifestyle terhadap impulse buying dengan produk tersebut, memberikan lebih
behavior adalah dengan menggunakan banyak upaya untuk memahami iklan tersebut
indikator: dan
 Menanggapi untuk membeli setiap memfokuskan menemukan bahwa
tawaran iklan mengenai produk fashion perhatian pada berbelanja pakaian
 Membeli pakaian model terbaru ketika informasi produk adalah sebuah tugas.
melihatnya di Galaxy Mall yang terkait di Dalam pemasaran
 Berbelanja merk yang paling terkenal dalamnya, di sisi lain, fashion, fashion
 Yakin bahwa merk (produk kategori) seseorang mungkin involvement mengacu
terkenal yang di beli terbaik dalam hal tidak akan mau repot pada ketertarikan
kualitas untuk memperhatikan perhatian dengan
 Sering membeli berbagai merk (produk informasi yang kategori produk
kategori) daripada merk yang biasa di beli diberikan (Celsi dan fashion (seperti
 Yakin ada dari merk lain (kategori Olson, 1988, pp. 210- pakaian). Fashion
produk) yang sama seperti yang di beli 224). Begitu pula involve- ment
dengan fashion, digunakan terutama
banyak orang terlibat untuk meramalkan
dengan fashion, variabel tingkah laku
menghabiskan waktu yang berhubungan
dan uang untuk gaya dengan produk
terbaru, sedangkan pakaian seperti
yang lain (sering kali keterlibatan produk,
pria memenuhi syarat perilaku pem- belian,
di kategori ini) dan karakteristik
34 JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, VOL. 6, NO. 1, April 2011: 32-
41
konsumen (Browne mengetahui pembelian tidak dengan unplanned
and Kaldenberg, banyak tentang direncanakan ketika para psikolog
1997; Fairhurst,1989; seseorang dengan (unplanned buying) dan ekonom
Flynnand Golds- pakaian yang oleh beberapa memfokuskan pada
mith, 1993 dalam digunakan peneliti tidak aspek irasional atau
Park 2006). Sebagai  Ketika memakai dibedakan. Philipps pembeli impulsif
contoh, O’Cass pakaian favorit, dan Bradshow murni (Bayley dan
(2004) dalam Park membuat orang (1993), dalam Nancarrow, 1998).
(2006) menemukan lain tertarik Bayley dan Keputusan
bahwa fashion melihatnya Nancarrow (1998) pembelian yang
involvement pada  Mencoba produk
tidak membedakan dilakukan belum
pakaian ber- fashion terlebih antara unplanned tentu direncanakan,
hubungan sangat erat dahulu sebelum buying dengan terdapat pembelian
dengan karakteristik membelinya
pribadi (yaitu wanita  Mengetahui impulsive buying, yang tidak
dan kaum muda) tetapi memberikan direncanakan
adanya fashion
dan pengetahuan perhatian penting (impulsive buying)
terbaru
fashion, yang mana kepada periset akibat adanya rang-
dibandingkan
pada gilirannya dengan orang lain pelanggan harus sangan lingkungan
mempengaruhi memfokuskan pada belanja. Implikasi dari
kepercayaan interaksi antara lingkungan belanja
konsumen di dalam point-of-sale dengan terhadap perilaku
membuat keputusan pembeli yang sering pembelian
pembelian. Dalam Berdasarkan diabaikan. Engel dan mendukung asumsi
Kim (2005) beberapa definisi di Blacwell (1982), bahwa jasa layanan
mengemukakan atas dapat mendefinisikan fisik menyediakan
bahwa untuk disimpulkan bahwa unplan- ned buying ling- kungan yang
mengetahui fashion involvement adalah suatu mempengaruhi
hubungan fashion adalah keterlibatan tindakan pembelian perilaku konsumen,
involvement seseorang dengan yang dibuat tanpa dihubungkan dengan
terhadap impulse suatu produk pakaian direncanakan karakteristik
buying behavior karena kebutuhan, sebelumnya atau lingkungan kon-
adalah dengan kepentingan,
ke- putusan sumsi fisik (Bitner,
menggunakan ketertarikan dan nilai pembelian Booms, dan
indicator: terhadap produk dilakukan pada saat Tetreault, 1990).
 Mempunyai satu tersebut. Dalam berada di dalam Menurut
atau lebih pakaian membuat keputusan
dengan model toko. Coob dan penelitian Engel
pembelian pada Hayer (1986), (1995), pembelian
yang terbaru fashion involvement
(trend) mengkla- berdasar impulse
ditentukan oleh
 Fashion adalah sifikasikan suatu mungkin memiliki
beberapa faktor yaitu
satu hal penting pembelian impulsif satu atau lebih
karakteristik
yang mendukung konsumen, terjadi apabila tidak karakteristik ini (p.
aktifitas pengetahuan tentang terhadap tujuan 156):
 Lebih suka fashion, dan perilaku pembelian merek a. Spontanitas.
apabila model pembelian. tertentu atau Pembelian ini
pakaian yang kategori produk tidak diharapkan
diguna- kan tertentu pada saat dan memotivasi
Impulse Buying
berbeda dengan masuk ke dalam konsumen untuk
yang lain toko. Beberapa membeli
Pemahaman
 Pakaian peneliti pemasaran sekarang, sering
menunjukkan tentang konsep
beranggapan bahwa sebagai respons
karakteristik pembelian impulsif
impulse sinonim terhadap stimulasi
 Dapat (impulse buying) dan
Japarianto: Pengaruh Shopping Life Style dan Fashion 35
Involvement

visual yang membeli sering spesial dan sembilan karakteristik


langsung di disertai dengan produk-produk ter- produk yang mungkin
tempat penjualan. emosi yang tentu. Dengan dapat mempengaruhi
b. Kekuatan, dicirikan sebagai demikian planned pembelian impulsif,
kompulsi, dan “menggairahkan”, impulse buying yaitu harga rendah,
intensitas. “menggetar- kan,” merupakan kebutuhan tambahan
Mungkin ada atau “ liar.” pembelian yang produk atau merk,
motivasi untuk d. Ketidakpedulian dilakukan tanpa distribusi massa, self
mengesampingk akan akibat. direncanakan dan service, iklan massa,
an semua yang Desakan untuk tidak tengah display produk yang
memerlukannya menonjol, umur
lain dan membeli dapat
dengan segera. produk yang pendek,
bertindak dengan menjadi begitu
ukuran kecil, dan
seketika. sulit ditolak
Hubungan Antar mudah disimpan.
c. Kegairahan dan sehingga akibat Konsep Pakaian sangat
stimulasi. yang mungkin terkait dengan
Desakan negatif diabaikan. Pakaian keterlibatan ke
mendadak untuk merupakan kulit luar karakteristik pribadi
Tipe-tipe Impulse Buying merupakan yang menegaskan (yakni perempuan
Buying pembelian yang identitas kita kepada dan muda) dan
terjadi karen lingkungan sosial, pengetahuan tentang
Berdasarkan konsumen tiba- pakaian menjadi fashion, yang pada
penelitian yang tiba teringat untuk media efektif untuk giliran- nya
dilakukan sebelum- melakukan menunjukan status, dipengaruhi oleh
nya, pembelian yang pembelian produk kedudukan, keyakinan konsumen
tidak terencana tersebut. Dengan kekuasaan, lifestyle dalam membuat
(impulse buying) demikian dari masa ke masa keputusan pembelian.
dapat diklasifasikan konsumen telah dan shopping menjadi Selain itu, hubungan
dalam empat tipe: pernah melaku- salah satu lifestyle yang positif antara
planned impulse kan pembelian yang paling digemari, tingkat keterlibatan
buying, reminded sebelumnya atau untuk memenuhi dan mode pembelian
impulse buying, telah pernah lifestyle ini pakaian adalah
suggestion impulse melihat produk masyarakat rela konsumen dengan
buying, dan pure tersebut dalam mengorbankan high fahion
impulse buying iklan. sesuatu demi involvement lebih
(Miller, 2002; Stern, c. Suggestion Impulse mencapainya dan hal menyukai kepada
1962; yang dikutip Buying merupakan tersebut cenderung pembelian
dalam Hodge, 2004). pembelian yang mengakibatkan pakaian.Oleh karena
a. Pure Impulse terjadi pada saat impulse buying. itu, diasumsikan
Buying konsumen melihat Ketika terjadi bahwa konsu- men
merupakan produk, melihat pembelian impulsif dengan higher
pembelian se- tata cara akan memberikan fashion involvement
cara impulse pemakaian atau pengalaman lebih me- nyukai
yang dilakukan kegunaannya, dan emosional lebih dari menggunakan
karena adanya memutuskan untuk pada rasional, fashion oriented
luapan emosi dari melakukan sehingga tidak dilihat impulse buying.
konsumen pembelian.. sebagai suatu sugesti,
sehinga d. Planned Impulse dengan dasar ini
melakukan Buying merupakan maka pembelian
pembelian pembelian yang impulsif lebih
terhadap produk terjadi ketika dipandang sebagai
di luar kebiasaan konsumen keputusan rasional
pembeliannya. membeli produk dibanding irasional
b. Reminder Impulse berdasarkan harga dan hubungan
36 JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, VOL. 6, NO. 1, April 2011: 32-
41
melihatnya di  Pakaian yang waktu yang relatif
Surabaya saya miliki cepat; dan adanya
Model Pemikiran  Saya menunjukkan keinginan untuk
cenderung
berbelanja Shopping Lifestyle
Hipotesis Penelitian fashion merek
terkenal
a. Terdapat  Saya yakin
Impulse Buying Behavior

pengaruh antara bahwa merk


shopping produk Fashion Involvement
lifestyle dan fashion ter-
fashion kenal yang karak- teristik memiliki secara
involvement saya beli saya cepat. Variabel ini
terhadap impulse terbaik dalam  Saya dapat diukur dengan
buying behavior. hal kualitas mengetahui indikator:
 Saya sering banyak tentang  Bila ada
METODE membeli sese- orang dari tawaran khusus,
PENELITIAN berbagai merk pakaian yang saya cenderung
fashion yang digunakan ber- belanja
Definisi Operasional berbeda  Ketika saya banyak
Variabel Penelitian daripada merk memakai  Saya cenderung
yang biasa pakaian favorit membeli
a. Shopping saya beli saya, orang lain pakaian model
Lifestyle (X1)  Saya yakin melihat akan ter- baru
merupakan gaya ada fashion melihat ke arah walaupun
hidup customer merk lain saya mungkin tidak
pada kategori yang sama  Saya sesuai dengan
fashion (seperti kualitasnya cenderung saya
pakaian) yang seperti yang untuk  Saat berbelanja
diukur melalui saya beli mencoba produk fashion,
indikator: b. Fashion produk saya cen-
 Setiap tawaran Involvement (X2) fashion terlebih derung
iklan merupakan dahulu sebelum berbelanja tanpa
mengenai ketertarikan membelinya berpikir panjang
produk perhatian  Saya dulu
fashion, saya pelanggan pada cenderung sebelumnya
cenderung kategori fashion lebih  Setelah
menanggapi yang diukur mengetahui memasuki
untuk melalui adanya fashion shopping
membeli- nya pernyataan: terbaru center, saya se-
 Saya  Saya dibandingkan gera memasuki
cenderung mempunyai dengan orang sebuah toko
membeli satu atau lebih lain fashion untuk
pakaian pakaian c. Impulse Buying membeli sesuatu
model ter- dengan model (Y) adalah  Saya cenderung
baru ketika yang terbaru pembelian yang terobsesi untuk
saya (trend) tidak membelanja-
direncanakan, kan uang yang
 Fashion suka apabila dimana
model pakaian saya bawa
adalah satu hal karakteristiknya
yang saya sebagian atau
penting yang adalah
gunakan seluruhnya
men- dukung pengambilan
berbeda dengan untuk produk
aktifitas saya keputusannya
yang lain fashion
 Saya lebih dilakukan dalam  Saya cenderung
Japarianto: Pengaruh Shopping Life Style dan Fashion 37
Involvement

membeli penelitian tersebut. seluruh masyarakat  Responden memiliki


produk high income pengeluaran ≥ Rp
Skala Likert ini
fashion Surabaya. 1,250,000
biasa digunakan
meskipun saya  Responden
untuk mengukur
tidak begitu Teknik Penarikan pernah
sikap, pendapat, dan
membutuhkann Sampel berbelanja di
persepsi sese- orang
ya Galaxy Mall,
atau kelompok
Sebuah sampel Lend mark dan
tentang kejadian
Metode dan adalah bagian dari Grand City
atau gejala social.
Instrumen populasi. Teknik
Dengan
Pengumpulan Data penentuan sampel Jumlah
menggunakan skala
adalah dengan responden
Likert, maka didapatkan dengan
Metode metode non
variabel yang diukur meng- gunakan
pengumpulan data probability
dan dijabarkan rumus Yamane yang
ialah teknik atau sampling (Nasir,
menjadi sub- 1999, p. 325) Jenis melakukan penentuan
cara-cara yang dapat variabel, kemudian
digunakan oleh metode non ukuran sampel
sub-variabel probability didasarkan atas
peneliti untuk dijabarkan lagi
mengumpulkan data. sampling yang kesalahan 10%
menjadi indicator- digunakan adalah dengan kepercayaan
Metode menunjuk indikator yang dapat
suatu kata yang judgemental 95% terhadap
diukur. Akhir- nya sampling yaitu populasi. Penen- tuan
abstrak dan tidak indicator-indikator memberikan jumlah sampel
diwujudkan dalam yang dapat terukur batasan-batasan dengan
benda, tetapi hanya ini dapat dijadikan tentang responden menggunakan rumus
dapat dilihatkan titik tolak untuk yang memenuhi Yamane dipilih
penggunaannya membuat item kriteria sebagai karena praktis dan
melalui instrument yang berikut: telah terbukti
berupa pertanyaan  Responden tinggal keakuratannya.
ataun pertanyaan di Surabaya Rumus Yamane
yang perlu dijawab  Responden adalah sebagai
oleh responden memiliki berikut:
(Riduwan, 2004, p. pendapatan sendiri
86). Penyebaran angket, wawancara, n (
kuisioner dilakukan pengamatan, uji tes,
pada bulan Mei dokumen- tasi, dan 
2011-Juli 2011. lainnya. Dalam
penelitian ini, N
Populasi Penelitian metode N(
d2 )
Menurut
1
Kuncoro (2003)
pengumpulan data variabel yang akan
populasi adalah ke-
dilakukan dengan diukur dalam
lompok yang
menggunakan angket.
lengkap, yang
biasanya dapat Instrumen yang
berupa orang, digunakan adalah
obyek, transaksi, question- naire.
ataupun kejadian Kuisioner dari
dimana peneliti penelitian ini
tertarik dan ingin merupakan kuisio-
untuk menjadikannya ner yang
obyek penelitian menggunakan skala
(p.103). Populasi dari Likert, untuk meng-
penelitian ini adalah klasifikasi variable-
38 JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, VOL. 6, NO. 1, April 2011: 32-
41
Keterangan: yang bekerja = gunakan uji F dan uji 2. Uji
n : jumlah sampel 1,250,690) t Heteroskedastisitas
yang dicari (Sumber: BPS  Uji F  Uji
N : Ukuran Propinsi Jawa Pengujian ini
Populasi heteroskedastisi
Timur, bertujuan untuk tas bertujuan
(Jumlah Sakernas dan mengetahui sejauh
penduduk menguji apa-
Susenas Tahun mana variasi kah dalam
Surabaya Usia 2004-2009). variabel bebas
15 tahun ke atas model regresi
yang digunakan terjadi
d : nilai presisi 2X2 (Ghazali, 2004, mampu ketidaksamaan
(dalam p.80) menjelaskan
variance dari
penelitian ini, Y = Impulse variabel
residual satu
peneliti me- buying behavior tergantungnya.
pengamatan ke
milih taraf 0 = Dapat juga
pengamatan
signifikansi Konstanta. diartikan apakah
yang lain. Jika
10%).  model regresi
linier berganda variance dari
1
yang digunakan residual satu
Berdasarkan da
sesuai atau tidak pengamatan ke
rumus tersebut dan n
 Uji t (Pengujian pengamatan
dengan meng-  lain tetap, maka
gunakan beberapa 2 Parsial)
Uji t bertujuan disebut
asumsi tertentu, = homoskedastisi
Yamane dapat K untuk melihat
pengaruh variabel tas dan jika
membuat tabel oe
bebas secara berbeda disebut
dengan perhitungan fis
parsial (sendiri- heteroskedastisi
sebagai berikut: ie
N sendiri) terhadap tas.
n n 3. Uji Normalitas
N( d )2 1 variabel terikat.
re  Uji normalitas
Untuk mengetahui
1,250,690 gr bertujuan
n 1,250,690( 0.1)2 apakah ada
es untuk menguji
pengaruh secara
1 i
parsial variabel apa- kah dalam
1,250,690 X model regresi,
bebas terhadap
n  12,507.9 1 = variabel terikat variabel
n = 99.9920 yang pengganggu
dibulatkan menjadi S
Uji Asumsi Klasik atau residual
100 responden h
memiliki
o
1. Uji distribusi
Metode Analisa p Multikolonieritas normal.
Data pi  Uji Seperti
n Multikolonierita diketahui
a. Analisis Regresi g s bertujuan bahwa uji t
Linier Berganda lif untuk menguji dan F meng-
es apakah model asumsikan
Analisis Regresi ty regresi bahwa nilai
Linier Berganda le ditemukan residual
X2 = Fashion adanya kore-
digunakan untuk mengikuti
involvement lasi antar
mengetahui distribusi
pengaruh yang variabel bebas normal.
b. Pengujian (independen).
diberikan oleh
Hipotesis
variabel bebas ANALISA DATA
terhadap variabel
terikat. Formula yang Pengujian
hipotesis dilakukan Deskripsi Tanggapan
digunakan adalah: Responden Terhadap
dengan meng-
Y = o + 1X1 + Vari- abel Bebas dan
Japarianto: Pengaruh Shopping Life Style dan Fashion 39
Involvement

Variabel Terikat terbaru ketika saya membelinya, dan meskipun saya tidak
melihat- nya di cenderung lebih begitu
a. Shopping Lifestyle shopping center mengetahui adanya membutuhkannya
(X1) Surabaya, fashion terbaru tidak semuanya
cenderung ber- dibandingkan dengan disetujui oleh
Tabel 1. Tanggapan belanja fashion orang lain dapat responden.
Responden merk terkenal, yakin mempengaruhi
Mengenai bahwa merk produk responden untuk Analis
Shopping fashion terkenal yang melakukan impulse
lifestyle saya beli terbaik buying. a
dalam hal kualitas,
Indikator sering membeli Tabel 2. Tanggapan Regres
berbagai merk Responden
Tawaran
Indikator iklan BTB (%) yangTTB (%) Mengenai
Model fashion berbeda i
Trend terbaru 7,3
daripada merk92,7 yang Fashion
Merk
Fashionterkenal
hal penting 7,3 94,5
biasa saya Involvement
Kualitas terbaik
Berbeda dari yang lain 7,3 92,7 dan
beli Linier
Beli merk berbeda
Karakteristik saya yakin ada94,5
5,5 fashion
Merk lain orang
Mengetahui sama 16,4 83,6 sama
merk lain yang Berga
Orang melihat saya 10,0
kualitasnya90,0seperti
Mencoba
Tabel terlebih dulu1 7,3 92,7
Tahu fashion terbaru yang saya beli
12,7 87,3 dapat nda
menunjukkan mempengaruhi
bahwa sebagian responden untuk Uji
besar responden melakukan impulse
memberikan buying. Asums
penilaian yang baik
terhadap atribut- b. Fashion i
atribut shoping Involvement (X2)
lifestyle. Hal ini Klasik
mencerminkan Tabel 2
bahwa shopping menunjukkan Multik
lifestyle yang terdiri bahwa sebagian
dari setiap tawaran besar responden olinier
iklan mengenai memberikan
produk fashion, penilaian yang baik itas
saya cen- derung terhadap atribut-
menanggapi untuk atribut fashion Tabel 4. Hasil Uji
membelinya, involvement. Hal ini Multikolinieritas
cenderung membeli mencermin-
pakaian model Variabel Bebas VIF
Shopping Lifestyle 1.163
kan bahwa fashion yang saya miliki Fashion Involvement 1.163
involvement yang menunjukkan karak-
terdiri dari teristik, mengetahui Berdasarkan
mempunyai satu banyak tentang Tabel 4 dapat dilihat
atau lebih pakaian seseorang dari bahwa nilai VIF
dengan model yang pakaian yang untuk variabel
terbaru (trend), digunakan, memakai shopping lifestyle
Fashion adalah satu pakaian favorit saya, dan fashion
hal penting yang orang lain melihat involvement
mendukung aktifitas, akan melihat ke arah semuanya kurang
lebih suka apabila saya, cenderung dari 10, hal ini meng-
model pakaian yang untuk mencoba indikasikan tidak
saya gunakan produk fashion terjadi
berbeda dengan terlebih dahulu multikolinieritas
yang lain, Pakaian sebelum
40 JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, VOL. 6, NO. 1, April 2011: 32-
41
sehingga asumsi non a yang saya bawa Regression
multikolinieritas t sebagian atau Studentized
terpenuhi. t seluruhnya untuk Residual
e produk fashion dan
cenderung membeli Gambar 1. Grafik
r
produk fashion Plot Antara ZPRED
p
dengan SRESID
Heteroskedastisitas l
S o
Grafik plot pada
c t
Gambar 1
menunjukkan tidak
ada pola yang jelas,
Sumber: Lampiran Dependen serta titik-titik
t Variable: menyebar di atas dan
c. Impulse Buying (Y)

Regression Standardized Predicted


Impulse di bawah angka 0
1
Buying pada sumbu Y.
Berdasarkan hasil
Tabel 3. Tanggapan
tersebut maka dapat
Responden Mengenai
disimpulkan bahwa
Impulse Buying
tidak terjadi
Value

Indikator BTB (%) TTB (%) heteroskedastisitas,


0-1Tawaran khusus 20,9% 79,1%
Model terbaru 62,7% 37,3% sehingga asumsi non
-2 Tanpa berpikir 50,0% 50,0% heteroskedastisitas
Langsung memasuki 50,0% 50,0% terpenuhi.
Terobsesi berbelanja 50,0% 50,0%
Tidak butuh 42,7% 57,3% - Normalitas
3
-4 Pada Gambar 2
dapat dilihat bahwa
-2 residual menyebar di
sekitar garis diagonal
0 dan mengikuti arah
garis diagonal, dan
2 diambil kesimpulan
bahwa model regresi
4 memenuhi asumsi
normalitas.
Sumber: Lampiran pakaian model Normal P-P
terbaru walaupun Plot of
Tabel 3 mungkin tidak sesuai
Regression
menunjukkan bahwa dengan saya, saat
sebagian besar Standardized 0.6
berbelanja produk
responden fashion, saya Residual
memberikan cenderung berbelanja 0.4
penilaian yang cukup tanpa berpikir
baik terhadap atribut- panjang dulu 0.2
Dependent
atribut impulse sebelumnya, setelah Variable:
buying. Hal ini men- memasuki Shopping Impulse
cerminkan bahwa center, saya langsung Buying
impulse buying yang memasuki sebuah
terdiri dari bila ada toko fashion untuk 1.0
tawaran khusus, saya membeli sesuatu,
Expected Cum Prob

cenderung cen- derung terobsesi


berbelanja banyak, untuk
cenderung membeli membelanjakan uang 0.8
Japarianto: Pengaruh Shopping Life Style dan Fashion 41
Involvement

untuk korelasi (R) sebesar


menjelaskan 0.666 menunjuk- U
variabel terikat Y kan bahwa Ringkasan hasil j
adalah sebesar hubungan variabel analisis regresi linier Pada Tabel 5
i diketahui untuk
44.3% dan bebas X1 dan X2 berganda pada Tabel t variabel shopping
sisanya 55.7% dengan variabel 5 diuraikan sebagai
dijelaskan oleh terikat Y adalah berikut:
variabel lain di kuat. Nilai koefisien a. Koefisien regresi Koefisien
luar variabel (βi) Determinasi (R2)
R yang positif 1. Tanda positif
bebas yang menunjukkan sebesar 0.443 yang
digunakan dalam pada nilai memiliki arti bahwa
pengaruh hubungan koefisien
penelitian ini. peran variabel bebas
yang searah atau regresi X1 dan X2
jika nilai variabel melambangkan
Koefisien Korelasi
bebas naik maka hubungan yang
Koefisien nilai variabel terikat searah antara
juga naik. X1 dan Y,
artinya apabila
0.0 Pembuktian shopping
Hipotesis lifestyle
0 0. 0. 0. 0. 1. responden
2 4 6 8 0 semakin tinggi,
maka impulse
Observed Cum
Uji F buying
Prob
responden juga
Berdasarkan akan
Gambar 2.
nilai statistik pada mengalami
Grafik
Tabel 5 dapat dilihat peningkatan
Normal
bahwa nilai F hitung dengan variabel
Probability
= 42.612. Nilai F lainnya tetap.
Plot
table (df1=2; 2. Tanda positif
df2=107) adalah pada nilai
Analisis Model
3.081. Nilai F koefisien
hitung > F table, regresi
Berikut ini
maka H0 ditolak dan melambangkan
adalah hasil analisis
hubungan yang
regresi linier H1 diterima dan
searah antara
berganda seperti pada dapat disimpulkan
X2 dan Y,
Tabel 5. bahwa variabel
artinya apabila
bebas X1 dan X2
Tabel 5. Hasil fashion
Analisis Regresi secara simultan involvement
Linier Berganda
(bersama-sama) responden
berpengaruh semakin tinggi,
signifikan maka impulse
Model Koefisien t Sig. t buying
Dari hasil uji F di atas maka disimpulkan responden juga
Konstanta -1.456
untuk menolak hipotesis nol.
Shopping Lifestyle (X1) 0.636
Dengan demikian
6.243 0.000 akan
hipotesis penelitian(X2)
Fashion Involvement diterima,
0.518 dengan kata0.000
3.971 lain mengalami
shopping
R lifestyle dan =fashion
0.666 involvement peningkatan
R Square
secara simultan (bersama- = 0.443
sama) mempunyai
F = 42.612 variabel lainnya
pengaruh besar terhadap impulse buying tetap.
Sig. F = 0.000
responden.
Koefisien
Determinasi
42 JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, VOL. 6, NO. 1, April 2011: 32-
41
lifestyle nilai t diketahui untuk impulse buying diperhati- kan
hitung adalah variabel fashion behavior pada dengan
6.243, nilai t tabel involvement nilai t masyarakat high memberikan
(df=107; α = hitung adalah 3.971, income di Galaxy masukan tentang
0.05/2) = 1.982. nilai t tabel (df=107; Mall Surabaya produk fashion
Nilai t hitung > α = 0.05/2) = 1.982. b. Fashion yang sesuai
nilai t tabel, maka Nilai t hitung > nilai involvement karakteristik
disimpulkan bahwa t tabel, maka berpengaruh pengunjung
shopping lifestyle disimpulkan bahwa signifikan karena dapat
secara parsial fashion involvement terhadap impulse mempengaruhi
(sendiri-sendiri) secara parsial buying behavior impulse buying
mempunyai (sendiri-sendiri) pada masyarakat behavior pada
pengaruh signifikan mempunyai high income di masyarakat high
terhadap impulse pengaruh signifikan Galaxy Mall income di Galaxy
buying responden. terhadap impulse Surabaya Mall Surabaya.
c. Shopping lifestyle b. Shopping lifestyle
Hal ini berarti buying. Hal ini
memiliki pengaruh hendaknya terus
peningkatan atau berarti peningkatan
yang paling dipertahankan
penurunan variabel atau penurunan
dominan diantara oleh pihak
shopping lifestyle variabel fashion
variabel lain yang Galaxy Mall
yang dilakukan invol- vement yang
ada terhadap Surabaya dengan
responden dilakukan impulse buying
memberikan responden tetap menjaga
behavior pada kualitas terbaik
pengaruh besar memberikan masyarakat high
terhadap impulse pengaruh besar dari merk produk
income di Galaxy fashion karena
buying. terhadap impulse Mall Surabaya
Pada Tabel 5 buying. variabel tersebut
merupakan
Koefisien bahwa variabel variabel dominan
Determinasi Parsial shopping lifestyle dalam
mempengaruhi mempengaruhi
Tabel 6. Kuadrat impulse buying impulse buying
Koefisien Korelasi paling besar behavior pada
Parsial dibanding variabel masyarakat high
yang lain, yaitu income di Galaxy
Variabel sebesar 26.7% Mall Surabaya.
Shopping Lifestyle
Fashion Involvement c. Bagi peneliti lain
KESIMPULAN
Sumber: Lampiran dapat melakukan
DAN SARAN
penelitian dengan
Variabel yang topik sama,
Kesimpulan
mempunyai namun perlu
Saran
pengaruh paling menambahkan
Berdasarkan
dominan terhadap faktor lain seperti
pada hasil Berdasarkan
impulse buying pre-decision
pembahasan kesimpulan yang
adalah yang nilai stage dan post-
mengenai shopping diperoleh, maka
kuadrat korelasi decision stage
lifestyle, fashion penulis memberikan
parsialnya terbesar. karena dari hasil
involvement terhadap saran-saran bagi
Dari 2 variabel bebas penelitian ini
impulse buying pihak-pihak yang
diketahui bahwa masih dipengaruhi
behavior, dapat berkepentingan dalam
variabel shopping oleh faktor-faktor
disimpulkan beberapa penelitian ini, antara
lifestyle mempunyai lain.
hal yaitu: lain:
nilai kuadrat korelasi
a. Shopping lifestyle a. Hendaknya
parsial terbesar yaitu
berpengaruh fashion
0.267, yang artinya
signifikan terhadap involvement selalu
Japarianto: Pengaruh Shopping Life Style dan Fashion 43
Involvement

Inter- natinal Binarupa 152-170.


Journal, 1(2), Aksara. Hausman, A., 2000,
pp. 99-114. Fairhurst, A.E., A multi-
Benjamin D.Z. & Good, L.K. & method
Kanter, M.R., Gentry, J.W., investigation of
1976, The 1989, Fashion consumer
differen- involvement: motivations in
tiation of life- an instrument impulse
styles. Annual validation buying
Reviews of procedure. behavior,
Socio- logy, Clothing and Journal of
pp. 269-297. Textiles Consumer
Browne, B.A. & Research Marketing,
Kaldenberg, journal, 7(3), 17(15), pp.
D.O., 1997, pp. 10-14. 403-419.
Concep- Flynn, L. & Kacen, J.J., & Lee,
tualizing self- Goldsmith, R., J.A., 2002, The
monitoring: 1993, A influence of
links to causal model culture on
meterialism of consumer consumer
and product involvement: impulsive
involvement, replication and buying
Journal of critique, behavior,
DAFTAR PUSTAKA Con- sumer Journal of Journal of
Marketing, Social Consumer
Andrew, M., 1979, 14(1), pp. 31- Behavior and Psychology,12
Involvement: 44. Personality, (2), pp. 163-
A potentially Cobb J.C. & Hoyer 8(6), pp. 129- 76.
impor- tant W.D., 1986, 42.
mediator of Kapferer, J.N. &
Planned Goldsmith, R.E. & Laurent, G.,
consumer versus impulse Emmert, J.,
behavior. In 1985,
purchase 1991,
advances in Measuring con-
behaviour. Measuring
consumer sumer
Journal of product
research, ed. involvement
Retailing, category
William L. profile, Journal
62(4), pp. 384- involvement: a
Wilkie, of Market- ing.
409. multitrait-
6 (Provo, Douglas, M.T. & 22(1), pp. 41-
multimethod
Utah: Baron, C., study, Journal 53.
Association Isherwood, of Business Kim, H., 2005,
for Consumer 1979, The Research, Consumer
Research), pp. world of 23(4), pp. 363- profiles of
191-196. goods, (New 71. apparel product
Bayley, G. & York: Basic Hatane, S., 2005, involvement
Nancarrow, Books). Respons and values.
C., 1998, Engel, James F., lingkungan Journal of
Impulse Blackwell, berbelanja Fashion
purchas- ing: R.D. & sebagai Marketing and
a qualitative Miniard, P.W., stimulus Management,
exploration of 1995, pembelian, 9(2), pp. 207-
the phenol- Perilaku Journal 220.
menon. konsumen, Mana- jemen Kollat, D.T. &
Qualitative Jilid 1 (Edisi dan Willett,
market ke- enam), Kewirausahaa Ronald, P.,
research: An Jakarta: n, 7(2), pp. Februari 1967,
44 JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, VOL. 6, NO. 1, April 2011: 32-
41
Customer tience Hall, Inc. Universitas 341-352.
Impulse O’Cass, A., 2004, Kristen Petra, Zumar, D., March
Purchasing Fashion Surabaya. 2009, 82
Behavior, clothing Rook, D.W. and Persen,
Jour- nal of consumption: Fisher, R.J., Konsumen
Marketing antecedents 1995, Doyan
Research, 4(2), and Normative Sambangi
pp. 21-31. consequences influence on Mal. Retrieved
Kotler, Philip, & of fashion impulse buying April 01, 2009,
behavior, from
Amstrong, G., clothing
Journal of http://www.pe
2004, Dasar- involvement,
Consumer warta-
dasar European Research, 22, kabarindone-
Pemasaran, Journal of pp. 305-313. sia.blogspot.co
Bagian 1, Marketing, Seo, J., Hathcote, m.
Jakarta: 38(7), pp. 869- J.M. and
Prenhallindo. 82. Sweaney,
Martin, C., 1998, Park, Joo, Kim & A.L., 2001,
Relationship Forney, 2005, Casualwear
marketing: a A structural shopping
high- model of behavior of
involvement fashion college men in
product oriented Georgia, USA,
attribute impulse buying Journal of
approach. behavior, Fashion
Jour- nal of Journal of Market- ing
Product and Fashion and
Brand Marketing and Management,
Management, Mana- gement, 5(3), pp. 208-
7(1), 6-26. 10(4), 433-446. 222.
Mowen, J.C. & Prayoga, L., 2008 Stern, H., April
Minor, M., March 12, 1962, The
2002, Mall untuk significance
of impulse
Consumer wisata,
buying today,
beha- viour Kenapa Tidak?,
th Journal of
(5 Edition) Indonesia Marketing,
Upper saddle Tourism News, Vol. 26(4), pp.
river: Pre- 11. 59-62.
Prima, G.A., 2009, Rese- arch, Tan, L., April 2009,
January 30). Anchor 15(9), pp. 210- The new way
tenant, from 224. of lifestyle,
http://www.griya.asr Ronald, W.S., 1995, Grand
i.prima.mht. Studi Indonesia
Richard, L.C. & kelayakan Magazine, 4.
Jerry, C.O., galaxy mall Zaichkowsky, J.L.,
September ditinjau dari Desember
1988, The aspek pasar 1985,
role of dan keuangan, Measuring the
involvement (TA No. Involvement
in attention 419/EM/1995 Construct in
and compre- ). Marketing.
hension Unpublished Journal of
processes, under- Consumer
Journal of graduate Research,
Consumer thesis, 12(12), pp.

Anda mungkin juga menyukai