PAPER
KONJUNGTIVITIS BAKTERI
Disusun oleh :
KEVIN BAREZI GIRSANG
110100309
Supervisor :
Prof. Dr. dr. Rodiah R Lubis, M.Ked(Oph), Sp.M(K)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih,
berkat, dan penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Konjungtivitis Bakteri”. Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat
untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi
Dokter di Departemen Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Prof.,
Dr., dr. Rodiah R Lubis, M.Ked(Oph), SpM(K) selaku pembimbing yang telah
memberikan arahan dalam penyelesaian makalah ini. Dengan demikian
diharapkan makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam sistem
pelayanan kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk perbaikan dalam penulisan makalah selanjutnya.
1
PAPER NAMA : KEVIN GIRSANG
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100309
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................2
KESIMPULAN ..................................................................................................................15
2
PAPER NAMA : KEVIN GIRSANG
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100309
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
3
PAPER NAMA : KEVIN GIRSANG
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100309
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
BAB 1
PENDAHULUAN
konjungtivitis ini berada pada peringkat ketiga terbesar di dunia setelah penyakit
ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai berat dengan
sekret purulen kental. Konjungtivitis atau radang konjungtiva adalah radang selaput
lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata yang dibedakan kedalam
bentuk akut dan kronis. Konjungtivitis (pink eye) merupakan peradangan pada
konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan
oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi dari bahan-
bahan kimia seperti terkena serpihan kaca yang debunya beterbangan sehingga
mengalami beberapa gejala umum seperti mata terasa perih, berair, terasa ada
yang mengganjal disertai dengan adanya sekret atau kotoran pada mata. Penyebab
umumnya eksogen tetapi bisa juga penyebab endogen. Penyebab paling umum
4
PAPER NAMA : KEVIN GIRSANG
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100309
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
penyakit ini ditandai dengan timbulnya hiperemi konjungtiva secara akut, dan
tahun 2008, menunjukkan peningkatan penderita yang lebih besar yaitu sekitar 135
per 10.000 penderita baik pada anak-anak maupun pada orang dewasa dan juga
jumlah pasien rawat inap konjungtivitis di seluruh rumah sakit pemerintah tercatat
sebesar 12,6% dan pasien rawat jalan konjungtivitis sebesar 28,3%. Di Indonesia
pada tahun 2014 diketahui dari 185.863 kunjungan ke poli mata. Konjungtivitis juga
termasuk dalam 10 besar penyakit rawat jalan terbanyak pada tahun 2016.5
5
PAPER NAMA : KEVIN GIRSANG
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100309
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konjungtiva
a. Anatomi
permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus (konjungtiva palpebralis)
dan permukaan anterior sklera yang melekat loggar ke septum orbitale di fornices dan
lunak, dan mudah bergerak adalah plica semilunaris yang terletak di kantus internus.3,12
6
PAPER NAMA : KEVIN GIRSANG
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100309
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
b. Histologi
Lapisan epitel konjungtiva tediri atas dua hingga lima lapisan sel epitel silindris
bertingkat, superfisial dan basal. Sel-sel epitel superfisial mengandung sel sel goblet bulat
atau oval yang mensekresi mukus. Mukus yang terbentuk mendorong inti sel goblet ke
tepi untuk dispersi lapisan air mata secara merata. Sel-sel epitel basal berwarna lebih
pekat dibandingkan sel-sel superficial, sel-sel yang berada di dekat limbus dapat
mengandung pigmen.3
Epitel terdiri atas 10% sel goblet yang memproduksi musin serta kaya karbohidrat. Sel
goblet terbanyak pada daerah inferonasal konjungtiva bulbi dan tarsus konjungtiva.
Substansia propria yaitu jaringan fibrovaskuler terikat longgar di bawah epitel dan
membran dasar pada konjungtiva. Kelenjar lakrimal aksesorius krause terletak di stroma
berjumlah 40-45 buah pada forniks superior dan 6–8 buah pada forniks inferior.6
Stroma konjungtiva di bagi menjadi satu lapisan edenoid (superficial) dan satu lapisan
sedangkan lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada
lempeng tarsus.1
Konjungtiva mendapat suplai aliran darah baik mealui arteri maupun vena.
Pembuluh darah arteri yang menyuplai konjungtiva berasal dari cabang arteri
ophtalmikus, yaitu arteri ciliaris anterior dan arteri palpebralis. Pembuluh darah vena
umumnya mengikuti pola arteri, dimana vena konjungtiva posterior mengaliri vena pada
kelopak mata dan vena konjungtiva anterior mengaliri ciliari anterior menuju vena
ophthalmikus.7,12
7
PAPER NAMA : KEVIN GIRSANG
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100309
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
Pembuluh limfe konjungtiva tersusun di dalam lapisan superfisial dan profundus dan
konjungtiva dari percabangan (oftalmik) pertama nervus 5 dengan relatif sedikit serabut
nyeri.8,12
2.2 Konjungtivitis
a. Definisi
putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan berbagai
macam gejala, salah satunya yaitu mata merah. Setiap peradangan pada konjungtiva dapat
Konjungtiva dapat menyerang siapa saja dari segala usia. Gejala yang paling ditemui
adalah adanya kemerahan pada mata dan rasa mengganjal saat menutup mata, selain itu
gejala lain yang dapat timbul bergantung pada penyebabnya. Konjungtivitis dapat
disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, clamidia, atau kontak dengan benda asing,
misalnya kontak lensa. Pada dasarnya konjungtivitis adalah penyakit ringan dan self
limited desease, namun pada beberapa kasus dapat berlanjut menjadi penyakit mata yang
serius.8,12
b. Epidemiologi
Konjungtivitis dapat terjadi pada berbagai usia tetapi cenderung paling sering
terjadi pada umur 1 -25 tahun. Anak anak prasekolah dan anak usia sekolah insidennya
paling sering karena kurangnya higiene. Usia 5 -25 lebih sering terjadi pada konjugtivitis
20% dari penduduk setiap tahun dan sekitar satu setengah dari orang-orang ini memiliki
riwayat pribadi atau keluarga atopi. Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, insidensi
8
PAPER NAMA : KEVIN GIRSANG
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100309
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
konjungtivitis alergi relatif kecil, sekitar 0,5% dari penderita penyakit mata yang berobat.
c. Etiologi
1) Konjungtivitis bakteri
mudah menular melalui tangan ataupun benda yang dapat menyebarkan kuman.
2) Konjungtivitis viral
Konjungtivitis ini disebabkan berbagai virus yaitu, adenovirus tipe 3 dan 7 pada
3) Konjungtivitis jamur
Coiccidioides immitis.
4) Parasit seperti cacing kandung kemih, larva lalat, dan kutu kemaluan.
5) Alergi pada serbuk sari, rumput, bulu hewan, dan musim semi.
6) Kimiawi seperti asam, obat topikal dan larutan lensa kontak atau ritasi yang di
9
PAPER NAMA : KEVIN GIRSANG
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100309
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
d. Patofisiologi
kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan membuka
dengan konjungtiva dan sklera yang merah, edema, rasa nyeri dan adanya sekret
mukopurulen.11
Konjungtiva, karena posisinya terpapar pada banyak organisme dan faktor lingkungan
lain yang mengganggu. Ada beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari
substansi luar, seperti air mata. Pada film air mata, unsur berairnya mengencerkan infeksi
bakteri, mucus menangkap debris dan mekanisme memompa dari palpebra secara tetap
akan mengalirkan air mata ke ductus air mata. Air mata mengandung substansi anti
mikroba termasuk lisozim. Adanya agen perusak, menyebabkan cedera pada epitel
konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertropi epitel atau
granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva (kemosis) dan
hipertropi lapis limfoid stroma atau pembentukan folikel. Sel-sel radang bermigrasi
melalui epitel ke permukaan. Sel-sel ini kemudian bergabung dengan fibrin dan pus dari
mata konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada
formiks dan mengurang kearah limbus. Pada hiperemi konjungtiva ini biasanya
didapatkan pembengkakandan hipertropi papilla yang sering disertai sensasi benda asing
dan sensasi tergores, panas atau gatal. Sensasi ini merangsang sekresi air mata.
Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hiperemi dan menambah jumlah
10
PAPER NAMA : KEVIN GIRSANG
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100309
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
air mata.15
e. Gejala
Gejala pada konjungtivitis dapat disertai dengan keluhan dan tanda-tanda sebagai
berikut:16
1) Mata merah dan kotor atau adanya belek (sekret) di pagi hari
5) Folikel, terlihat sebagai benjolan yang besarnya kira-kira 1 mm. Banyak terlihat di
6) Membran, sel radang di depan mukosa konjungtiva yang bila di angkat akan
konjungtiva bulbi
A. Definisi
bakteri. Konjungtivitis bakteri umum di jumpai pada anak-anak dan dewasa dengan
mata merah. Meskipun penyakit ini dapat sembuh sendiri (self-limiting disease),
resiko komplikasi.17
B. Etiologi
dan terkadang oleh Escherichia coli dan spesies proteus. Konjungtivitis bakteri
kronik terjadi pada pasien dengan obstruksi ductus nasolacrimalis dan dakriosistitis
C. Faktor Resiko
individu yang terinfeksi. Kelainan atau gangguan pada mata, seperti obstruksi
saluran nasolakrimal, kelainan posisi kelopak mata dan defisiensi air mata dapat pula
mekanisme pertahanan mata normal. Penyakit dengan supresi imun dan trauma juga
dapat melemahkan sistem imun sehingga infeksi dapat mudah terjadi. Transmisi
konjungtivitis bakteri akut dapat diturunkan dengan higienitas yang baik, seperti
sering mencuci tangan dan membatasi kontak langsung dengan individu yang telah
terinfeksi.19
dengan palpebra saling melengket saat bangun tidur, dan kadang-kadang edema
palpebra. Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan melalui tangan menular ke sisi
lainnya.11,20
12
PAPER NAMA : KEVIN GIRSANG
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100309
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
E. Diagnosis
F. Penatalaksanaan
Pada setiap konjungtivitis purulen dengan diploccus gram negatif (sugestif neisseria),
harus segera diberikan terapi topikal dan sistemik. Jika kornea tidak terkena, maka
merupakan terapi sistemik yang adekuat. Jika kornea terkena, maka dibutuhkan
ceftriaxone parenteral, 1-2 g per hari selama 5 hari. Pada konjungtivitis akut dan
menghilangkan sekret. Beberapa antibiotik topikal lain yang biasa digunakan adalah
moxifloxacin, neomycin dan lainnya. Selain itu, lensa kontak juga tidak disarankan
G. Komplikasi
13
PAPER NAMA : KEVIN GIRSANG
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100309
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
gonorrhoeae berdifusi melalui kornea masuk ke bilik mata depan, dapat timbul iritis
toksik.11,20
14
PAPER NAMA : KEVIN GIRSANG
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100309
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
BAB III
KESIMPULAN
menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus
oksipital, ditujukan khusus untuk menterjemahkan citra visual. Selain itu, ada
tujuh saraf kranial yang memilki hubungan dengan mata dan hubungan batang
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada
bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata.
Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan
menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis
konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang memerlukan
pengobatan
15
PAPER NAMA : KEVIN GIRSANG
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100309
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA
Widya Medika.
12. Willoughby CE, Ponzin D, Ferrari S, Lobo A, Landau K, Omidi Y.
Anatomy and physiology of the human eye: effects of
mucopolysaccharidoses disease on structure and function. WOL. 2010
Aug 5;38(1):2-11.
13. Bielory, Perez. (2010). Treatment of Seasonal Allergic Conjunctivitis
with Ophthaimic Cortico Steroids in the Treatment of Allergic
Conjunctivities. Lippincott Williams & Wilkins. Diakses 03 Juni 2021,
dari: http://www.medscape.com/viewarticle/730656.
14. Majmudar. Conjunctivitis Alergic, Departement of Ophthalmology: Rush.
Presbytarian-St. Luke’s Medical Center. 2010. Diakses 03 Juni 2021, dari:
hhtp://emedicine.medscape.com/article/1191467-overview.
15. More. J., Eye Allergies, Symtomps and Treatment of Eye Allergies. 2009.
Diakses 03 Juni 2021, dari http://allergies.about.com /od/eyeallergies/a/?
oncetrue&
16. Ilyas, S. (2009). Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
17. Hurwitz, S.A., (2010). Antibiotics Versus Placebo for Acute Bacterial at:
Conjunctivitis. The Cochrane Collaboration.
Available
http://www.thecochranelibrary.com/userfiles/ccoch/file//CD00121.pdf.
19. Loon SC, Tay WT, Saw SM, Wang JJ, Wong TY. Prevalence and risk
factors of ocular trauma in an urban Southeast Asian population: the
Singapore Malay eye study. Wiley Online Libr. 2009 Mar 18;37(4):362-367.
20. Marlin, D.S., 2009. Bacterial Conjunctivitis. Penn State College of
Medicine. Aviable from: http://emedicine.medscape.com/article/1191370-
overview
17