Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS POLA ASUH KELUARGA DALAM MENDIDIK

SISWA KELAS IX IPS SMA NEGERI 1 SUNGAI AMBAWANG

Citra yunistia, Wanto rivaie, Gusti budjang

Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP Untan


Email: Citra_yunistia@yahoo.com

Abstrak: pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah


pendekatan kualitiatif, karena data yang didapat akan lebih lengkap, lebih
mendalam, dan lebih kredibel. Penelitian dilakukan pada anak kelas XI IPS SMA
Negeri 1 sungai ambawang dengan melihat pola asuh yang diterapkan keluarga di
rumah. Dari hasil penelitian berdasarkan wawancara penulis menyimpulkan pola
asuh yang diterapkan oleh keluarga siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 ambawang
adalah pola asuh demokratis karena orang tua lebih dominan untuk memeberikan
anak kebebasan dalam mernentukan yang terbaik untuknya dengan orang tua tetap
membimbing, mengawasi dan mengontrol anak. Dengan adanya pola asuh
demokratis diharapakan anak akan menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya.
Kata kunci : Pola asuh, Keluarga, Mendidik
Abstract : The metheology that was used in this research is qualitative method
because the data that was conducted more detail, deeper, and credible. The sample
of the research in the students of SMA 1 Ambawang class XI IPS which observed
the family’s principle f the students of SMA 1 Ambawang class XI IPS that are
applied at home. From the result of the interviewed which si done by the
researcher, concluded that the principle that was used is democratic principle
because the parents are asked to give the freedom to their children to make a
decision for their life by themselves. Here, the parents have roles as a controller,
advisor, and guide for their children. The existence of democratic method are
expected will make students became wiser and getting better everyday.
Keyword : Principle, family, studied

K eluarga sebagai kelompok masyarakat terkecil terbentuk oleh ikatan dua


orang dewasa yang berlainan jenis kelamin, wanita dan pria serta anak-anak.
Fungsi keluarga yang utama ialah mendidik anak-anaknya. Orang tua merupakan
pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak
mulai menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan
terdapat dalam kehidupan keluarga. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 Pasal 7 (FlavianusDarman, 2007:5),
yaitu “orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan
memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya dan orang tua
berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya”.

1
Masalah anak-anak dan pendidikan adalah suatu persoalan yang amat
menarik bagi seorang pendidik dan orang tua yang setiap saat menghadapi anak-
anak yang membutuhkan pendidikan. Mengasuh dan membesarkan anak berarti
memelihara kehidupan dan kesehatannya serta mendidiknya dengan penuh
ketulusan dan cinta kasih. Secara umum tanggung jawab mengasuh anak adalah
tugas kedua orang tuanya. Pengertian mengasuh anak menurut Umar Hasyim
(2008:86) adalah “mendidik, membimbing dan memeliharanya, mengurus
makanan, minuman, pakaian, kebersihannya, 1 atau pada segala perkara yang
seharusnya diperlukannya, sampai batas bilamana si anak telah mampu
melaksanakan keperluannya yang vital seperti makan, minum, mandi dan
berpakaian”.
Anak lahir dalam pemeliharaan orang tua dan dibesarkan dalam keluarga.
Orang tua bertugas sebagai pengasuh, pembimbing, pemelihara dan sebagai
pendidik terhadap anak-anaknya. Setiap orang tua pasti menginginkan anak-
anaknya menjadi manusia yang pandai, cerdas dan berakhlakulkarimah. Akan
tetapi banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa cara mereka mendidik
membuat anak merasa tidak diperhatikan, dibatasi kebebasannya, bahkan ada
yang merasa tidak disayang oleh orang tuanya. Perasaan-perasaan itulah yang
banyak mempengaruhi sikap, perasaan, cara berpikir bahkan kecerdasan mereka.
Keluarga adalah koloni terkecil di dalam masyarakat dan dari keluargalah
akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur dalam satu masyarakat.
Lingkungan keluarga acap kali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal
yang mempengaruhi berbagai aspek perkembangan anak. Adakalanya ini
berlangsung melalui ucapan-ucapan, perintah-perintah yang diberikan secara
langsung untuk menunjukkan apa yang seharusnya diperlihatkan atau dilakukan
anak. Adakalanya orang tua bersikap atau bertindak sebagai patokan, sebagai
contoh agar ditiru dan apa yang ditiru akan meresap dalam dirinya. Dan menjadi
bagian dari kebiasaan bersikap dan bertingkah laku atau bagian dari
kepribadiannya. Orang tua menjadi faktor terpenting dalam menanamkan dasar
kepribadian tersebut yang turut menentukan corak dan gambaran kepribadian
seseorang setelah dewasa.
Pola asuh orang tua terhadap anak berbeda-beda antara yang satu dengan
yang lain, tetapi pada dasarnya terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu demokratis,
permisif, dan otoriter. Wiwit Wahyuning (2010:128-131), mengemukakan
“bahwa secara umum pola asuh tergambar dalam 3 bentuk, yaitu otoriter
(autoritarian), permisif, dan demokratis (authoritatif). Pola asuh orang tua
terhadap anak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, termasuk
hasil belajar atau prestasi anak”. Maka dalam melakukan interaksi, diperlukan
kedekatan dan kearifan orang tua dengan anak sehingga terjadi hubungan yang
saling mempengaruhi secara dinamis antara anak dan orang tua.
Berdasarkan hasil wawancara awal peneliti terhadap wali kelas XI SMA
Negeri 1 Sungai Ambawang menerangkan bahwa siswanya ada yang prestasinya
rendah, nilai yang diperoleh siswa dari nilai ulangan harian hingga nilai akhir
semester masih di bawah rata-rata ketuntasan. Beliau lebih lanjut menerangkan
bahwa ada siswa yang jarang mengerjakan tugas rumah atau PR yang diberikan
guru. Kondisi siswa di sekolah juga beragam, terdapat siswa yang cepat dan

2
mudah menerima pelajaran. Ada siswa yang sedikit lambat dalam menerima
pelajaran ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung. Ada juga yang
sebenarnya pandai tetapi kurang memperhatikan, sering bermain sendiri ketika
pelajaran.
Berdasarkan juga hasil wawancara penulis terhadap beberapa siswa ketika
ditanya berkaitan mengenai pola asuh yang diterima siswa menjawab lebih diberi
kebebasan dalam hal tertentu dengan orang tuanya, tetapi orang tua tetap
mengawasi. Terdapat juga orang tua lebih disibukkan dengan pekerjaan di luar
rumah untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan terbatasnya waktu untuk berada
di lingkungan keluarga sehingga dalam mendidik anak. Mengacu pada paparan di
atas, maka peneliti tertarik membahas dan menelaah sikap dan perilaku orang tua
yang diterapkan dalam mengasuh dan mendidik anak. Oleh karena itu penulis
dalam penelitian ini menentukan kajian dalam judul “Analisis Pola Asuh Keluarga
Dalam Mendidik Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sungai Ambawang
Kabupaten Kubu Raya Tahun Ajaran 2012/2013”.

Pengertian Orang Tua / Keluarga


Abu Ahmadi (2009:87) berpendapat bahwa, “Keluarga adalah unit satuan
masyarakat yang terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam
masyarakat”. Sedangkan Khairuddin berpendapat, Keluarga merupakan suatu
kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah
atau adopsi yang merupakan susunan rumah tangga sendiri, berinteraksi dan
berkomunikasi satu sama lain yang menimbulkan peranan-peranan sosial bagi
suami istri, ayah dan ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan perempuan, serta
pemeliharaan kebudayaan bersama. (Khairuddin, 2008:7)
Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Abu Ahmadi bahwa, Keluarga adalah
kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan
merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak dan berkehendak
bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing
anggotanya”. (Abu Ahmadi, 2009:95).
Pengertian Remaja
Monks dan Knoers (2002 : 258-259) menerangkan bahwa “dalam
perkembangan kepribadian seseorang maka remaja mempunyai arti yang khusus,
namun begitu masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalam rangkaian
proses perkembangan seseorang”. Anak remaja termasuk golongan anak, tetapi ia
tidak pula termasuk golongan orang dewasa atau golongan tua. Renaja ada di
antara anak dan orang dewasa. Remaja masih belum mampu untuk menguasai
fungsi fisik maupun psikisnya.
Hadi Saputro (2010:25) menerangkan bahwa, “Masa remaja menunjukkan
dengan jelas sifat-sifat masa transisi atau peralihan karena remaja belum
memperoleh status orang dewasa tetapi tidak lagi memiliki status kanak-kanak”.
Pengertian Pola Asuh Keluarga (Orang Tua)
Pengasuhan menurut Porwadarminta (dalam Amal, 2008) adalah“orang
yang melaksanakan tugas membimbing, memimpin atau mengelola”. Pengasuhan
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mengasuh anak. Menurut Darajat
(dalam Amal, 2008) bahwa, “pola asuh merupakan cara mendidik dan memelihara

3
anak, mengurus makan, minumnya, pakaiannya dan keberhasilannya dalam
periode yang pertama sampai dewasa. Dari beberapa definisi di atas dalam
disimpulkan bahwa pola asuh adalah kepemimpinan, bimbingan yang dilakukan
terhadap anak oleh orang tua / keluarga yang berkaitan dengan kepentingan
hidupnya. Tentu saja pola asuh untuk setiap keluarga berbeda. Anak-anak yang
berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhatian daripada anak-anak
dari keluarga yang lebih besar. Dapat disimpulkan bahwa pola asuh keluarga atau
orang tua merupakan pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif
konsisten dari waktu ke waktu untuk mengarahkan anak. Pola asuh merupakan
bagian yang penting dan mendasar dalam menyiapkan anak untuk menjadi pribadi
yang baik. Terlihat bahwa pola asuh anak menunjukkan kepada pendidikan umum
yang diterapkan orang tua terhadap anak. Pola asuh berupa proses interaksi antara
orang tua dengan anak. Interaksi tersebut mencakup perawatan seperti mencukupi
kebutuhan makan, mendorong keberhasilan dan melindungi maupun
mensosialisasi yaitu mengajarkan tingkah laku umum yang diterima oleh
masyarakat.
Pendampingan orang tua diwujudkan melalui pendidikan cara-cara orang
tua dalam mendidik anaknya. Interaksi anak dengan orang tua anak cenderung
menggunakan cara tertentu yang dianggap paling baik bagi anak.
Tipe pola asuh keluarga
Pola Asuh Otoriter (Authoritarian)
Pola asuh ini ditandai dengan adanya aturan-aturan yang kaku dari orang
tua. Kebebasan anak sangat dibatasi dan orang tua memaksa untuk berperilaku
seperti yang diinginkan. Bila aturan-aturan ini dilanggar, orang tua akan
menghukum anak dengan hukuman yang biasanya bersifat fisik.
Pola Asuh demokratis
Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang
tua dengan anaknya. Mereka membuat aturan-aturan yang disetujui bersama.
Anak diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat, perasaan dan
keinginannya serta belajar untuk menanggapi pendapat orang lain. Orang tua
bersikap sebagai pemberi pendapatan dan pertimbangan terhadap aktivitas anak.
Pola Asuh Permisif
Pola asuh ini ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas pada anaknya
untuk berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri. Orang tua tidak pernah
memberi aturan dan pengarahan kepada anak. Semua keputusan diserahkan
kepada anak tanpa pertimbangan dari orang tua. Anak tidak tahu apakah
perilakunya benar atau salah karena orang tua tidak pernah membenarkan atau
menyalahkan anak.
Mendidik
Slameto (2008:88) bahwa, “Mendidik adalah mengajak (memotivasi,
mendukung, membantu, menginspirasi) orang lain untuk melakukan tindakan
positif yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain”. Berdasarkan paparan
tersebut dapat penulis mengambil kesimpulan bahwa mendidik merupakan upaya
yang dilakukan oleh orang tua untuk membentuk kepribadian anak, sikap mental
dan akhlak anak menuju ke arah kedewasaan baik secara jasmani maupun rohani
agar anak dapat berprestasi.

4
Keluarga merupakan bagian dari sebuah masyarakat. Keluarga khususnya
orang tua sangat mempengaruhi pemikiran dan tingkah laku anak. Peran keluarga
dalam mendidik anak sangat besar, keluargalah yang menyiapkan pertumbuhan
dan pembentukan kepribadian anak, orang tua memiliki peran yang sangat
penting.

METODE
Metode yang dianggap cocok dan relevan adalah metode deskriptif, yaitu
penulis ingin menggambarkan secara faktual serta obyektif berdasarkan fakta di
lapangan mengenai pola asuh keluarga dalam mendidik siswa kelas XI IPS SMA
Negeri 1 Sungai Ambawang Tahun Ajaran 2012/2013. Pendekatan kualitatif,
maka data yang didapatkan akan lebih lengkap, lebih mendalam, lebih kredibel
dan bermakna, sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. Penggunaan pendekatan
ini dilakukan mengingat yang diteliti mengenai pola asuh keluarga dalam
mendidik siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sungai Ambawang dengan setiap
orang tua menerapkan pola asuh yang berbeda-beda terhadap anak-anaknya.
Penelitian ini dilakukan kepada anak kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sungai
Ambawang dengan melihat pola asuh yang diterapkan keluarga di rumah dengan
waktu penelitian dimulai pada hari Jum’at, 10 Mei 2013 hingga Senin, 3 Juni
2013. Teknik pengumpulan data yang sesuai dengan penelitian ini penulis
menggunakan teknik pengumpul data komunikasi langsung. teknik pengumpulan
data ini dilakukan dengan cara mengadakan komunikasi langsung terhadap
informan.Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan, maka alat
pengumpulan data yang relevan dalam penelitian ini penulis menggunakan alat
pengumpul data pedoman wawancara Pada penelitian ini peneliti melakukan
wawancara secara lebih mendalam terhadap orang tua siswa XI IPS SMA Negeri
1 Sungai Ambawang. Dalam penelitian ini sumber data diperoleh dari Orang Tua
Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sungai Ambawang. Adapun jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. data primer merupakan data
yang secara langsung dikumpulkan oleh penulis dari narasumber yang menjadi
objek penelitian yaitu dari orang tua siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sungai
Ambawang dengan rincian orang tua siswa kelas XI IPS I sejumlah 3 orang, orang
tua siswa kelas XI IPS II sejumlah 3 orang dan orang tua siswa kelas XI IPS III
sejumlah 4 orang.
Sumber Data
Menurut Sugiyono (2011:172) bahwa “Yang dimaksud dengan sumber
data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh”. Dalam
penelitian ini sumber data diperoleh dari Orang Tua Siswa Kelas XI IPS SMA
Negeri 1 Sungai Ambawang. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data primer.MenurutUmiNarimawati bahwa, Data primer ialah data
yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini tidak tersedia dalam bentuk
terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui
narasumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang yang di jadikan
objek penelitian atau orang yang di jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi
atapun data. (UmiNarimawati, 2008:98)

5
Dengan demikian, data primer merupakan data yang secara langsung
dikumpulkan oleh penulis dari narasumber yang menjadi objek penelitian yaitu
dari orang tua siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sungai Ambawang dengan
rincian orang tua siswa kelas XI IPS I sejumlah 3 orang, orang tua siswa kelas XI
IPS II sejumlah 3 orangdan orang tua siswa kelas XI IPS III sejumlah 4 orang.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
teknik analisis data secara interaktif yang dikemukakan oleh Miles and Huberman.
Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2011:246) mengemukakan bahwa,
“Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Aktivitas dalam analisis data yaitu collecting data, data reduction, data display,
dan conclusion drawing/Verification”. Ditambahkan lagi oleh Miles and
Huberman (dalam Sugiyono, 2011:246) bahwa “Anticipatory data reductionis
occuring as the Research decides (often without full awareness) which
comceptual frame work, which sites, which Research question, which data
collection approaches to choose”.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Berdasarkan alat pengumpulan data, dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi langsung dan
komunikasi langsung. Teknik observasi langsung, peneliti melakukan pengamatan
yang terjadi di lapangan dan memberi catatan pada lembar observasi yang sudah
peneliti persiapkan, sedangkan teknik komunikasi langsung peneliti melakukan
wawancara secara langsung terhadap orang tua siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1
Sungai Ambawang. Dalam peneliti ini peneliti melakukan penelitian terhadap 10
keluarga siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sungai Ambawang yang
menunjukkan jenis pola asuh yang sama.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah peneliti sajikan, maka
pembahasan yang akan peneliti bahas sesuai dengan sub-sub permasalahan Dalam
penelitian ini peneliti melakukan komunikasi secara langsung dengan terhadap
orang tua siswa untuk mengetahui pola asuh keluarga yang tampak. Berdasarkan
hasil wawancara secara umum dapat peneliti tarik suatu kesimpulan bahwa pola
asuh yang diterapkan oleh siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sungai
Ambawangadalah jenis pola asuh demokratis. Pada bahasan sebelumnya diketahui
bahwa pola asuh demokratis bercirikan adanya kebebasan, orang tua memberikan
arahan atau masukan-masukan yang sifatnya tidak mengikat kepada anak. Dalam
hal ini orang tua bersifat objektif, perhatian dan memberikan kontrol terhadap
perilaku anak-anaknya sehingga orang tua dapat menyesuaikan dengan
kemampuan anak.
Peneliti tarik kesimpulan bahwa orang tua di kelas XI IPS SMA Negeri 1
Sungai Ambawang lebih menekankan pada memberikan kebebasan kepada
anaknya. Dengan orang tua memprioritaskan kepentingan anak, orang tua tetap
mengontrol, mengawasi dan menegur anak.

6
Selama peneliti melakukan observasi, orang tua sudah tampak
memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu
tindakan atau kegiatan, anak diberikan kesempatan luas untuk mendiskusikan
permasalahan yang dihadapinya dengan orang tua, orang tua mendengarkan,
memberi tanggapan, pandangan serta menghargai pendapat anak, keputusan orang
tua selalu dipertimbangkan dengan anak-anaknya namun orang tua tetap
menentukan dalam segala pengambilan keputusan.
Dalam pelaksanaan segala sesuatu, pasti terdapat hal-hal yang
menghambat dan yang mendukung, demikian juga dengan pola asuh siswa kelas
XI IPS SMA Negeri 1 Sungai Ambawang Kubu Raya.
Berdasarkan paparan yang diperoleh dari wawancara dengan orang tua
siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sungai Ambawang tersebut dapat peneliti
ambil kesimpulan bahwa yang menjadi faktor penghambat dalam penerapan pola
asuh keluarga dalam mendidik siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sungai
Ambawang adalah terbatasnya waktu anak, terbatasnya waktu orang tua, pola
pikir dan sikap anak, berdasarkan hasil wawancara dapat peneliti mengambil
kesimpulan bahwa faktor yang mendukung dalam penerapan pola asuh keluarga
siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sungai Ambawang adalah faktor ibu yang
merupakan pengganti dari ayah jika tidak berada di rumah.
Keluarga merupakan lembaga sosial yang paling awal dikenal dan dekat
dengan anak maka peranannya dalam pendidikan dan proses pembentukan pribadi
tampak dominan. Salah satu bagian dari keluarga adalah ibu. Kehidupan
seseorang tak akan lepas dari seorang ibu, menjadi ibu rumah tangga atau ibu
untuk anak-anak sering dianggap profesi yang dipandang sebelah mata oleh
kebanyakan orang. Peran ibu rumah tangga dalam keluarga tidak hanya terpaku
pada urusan dapur saja, tetapi melebihi dari itu. Salah satu peran ibu dalam
keluarga adalah mendidik anak-anaknya.
Berdasarkan keterangan para orang tua tersebut berdasarkan hasil
wawancara dapat peneliti mengambil kesimpulan bahwa faktor yang mendukung
dalam penerapan pola asuh keluarga siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sungai
Ambawang adalah faktor ibu yang merupakan pengganti dari ayah jika tidak
berada di rumah. Keluarga merupakan lembaga sosial yang paling awal dikenal
dan dekat dengan anak maka peranannya dalam pendidikan dan proses
pembentukan pribadi tampak dominan. Salah satu bagian dari keluarga adalah ibu.
Kehidupan seseorang tak akan lepas dari seorang ibu, menjadi ibu rumah tangga
atau ibu untuk anak-anak sering dianggap profesi yang dipandang sebelah mata
oleh kebanyakan orang. Peran ibu rumah tangga dalam keluarga tidak hanya
terpaku pada urusan dapur saja, tetapi melebihi dari itu. Salah satu peran ibu
dalam keluarga adalah mendidik anak-anaknya.
Utami Munandar (2007:31) mengungkapkan suatu pepatah, “Behind a
greatmean, theremust be a greadwoman”. Kata tersebut menggambarkan betapa
berperannya seorang ibu dalam mendidik anak dan peran ibu dalam membentuk
manusia yang berkualitas. Karena bukankah ada ungkapan bahwa di balik
kesuksesan seorang laki-laki adalah tergantung siapa wanita di belakangnya, yang
wanita itu bisa jadi ibu bagi seorang anak atau istri bagi seorang suami..

7
Seorang ibu bagi keluarga sangatlah penting karena peran seorang ibu
sangat menentukan tumbuh kembangnya pribadi keluarga terutama anak. Anak
mampu berdikari dan mandiri ketika kelak hidup di masyarakat adalah berkat
peran ibu dalam mendidik anak. Ayah tidak selamanya dapat mendidik anak
karena tugas pokok seorang ayah adalah mencari nafkah, untuk itu ibu punya
andil besar di rumah untuk membantu ayah dalam mendidik anak. Berdasarkan
pengamatan peneliti di keluarga siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sungai
Ambawang, sebagian besar ibu merupakan ibu rumah tangga. Hal tersebut dapat
menjadi pendukung dalam penerapan pola asuh keluarga, karena ibu merupakan
tangan kanan ayah yang selalu siap sedia untuk membimbing dan mendidik anak
dengan baik.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang peneliti sampaikan pada bab
sebelumnya, maka dapat diambil suatu kesimpulan yaitu Pola asuh berdasarkan
hasil wawancara yang dilakukan peneliti, dapat peneliti ungkapkan bahwa secara
umum pola asuh keluarga siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sungai Ambawang
menerapkan ketiga pola asuh yaitu demokratis, permisif dan otoriter.
Selanjutnya berdasarkan kesimpulan masalah umum tersebut dapat ditarik
kesimpulan dari sub masalah yaitu: yaitu demokratis.
Faktor yang menjadi penghambat dalam menerapkan pola asuh keluarga
siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sungai Ambawang adalah terbatasnya waktu
anak, terbatasnya waktu orang tua dan sikap serta perilaku anak sedangkan yang
menjadi faktor pendukung menerapkan pola asuh keluarga siswa kelas XI IPS
SMA Negeri 1 Sungai Ambawang adalah rata-rata dominan siswa kelas XI IPS
SMA Negeri 1 Sungai Ambawang ibunya hanya ibu rumah tangga yang memiliki
waktu terus di rumah sehingga dapat dengan mudah mengontrol dan mengawasi
anak.
Setelah orang tua menerapkan pola asuh demokratis pada siswa kelas
XI IPS SMA Negeri 1 Sungai Ambawang, orang tua mengharapkan anak
mereka dapat membentuk kepribadian yang lebih baik lagi daripada yang
sekarang. Orang tua berharap agar anaknya sukses ke depannya dan orang
berharap menjadi pribadi yang berguna, memiliki akhlak yang baik, dapat
membanggakan orang tua. Dengan pola asuh yang diterapkan orang tua
juga mengharapkan anaknya dapat lebih mandiri, dapat mengontrol diri,
mempunyai hubungan baik dengan teman, dan mempunyai minat terhadap hal
-hal baru

Saran
Saran yang dapat peneliti ajukan berdasarkan kesimpulan yang
disampaikan adalah berdasarkan hasil observasi peneliti terdapat keluarga yang
tampak menerapkan pola asuh otoriter kepada anak dengan mengatur semua
aktivitas anak dari bangun tidur hingga tidur kembali. Hal tersebut dirasa tidak
perlu menurut peneliti karena orang tua dapat menyebabkan anak merasa tertekan
sehingga dapat menyebabkan anak merasa terbebani oleh apa yang dimau oleh

8
orang tua. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap
orang tua yang selalu bekerja. Orang tua khususnya bapak/ayah diharapkan lebih
meluangkan waktu kepada anaknya sepulang kerja. Karena anak pada masa
remaja lebih membutuhkan pengawasan dan perhatian karena lingkungan
pergaulannya yang semakin luas. Dalam hasil wawancara orang tua
mengungkapkan anak terkadang susah untuk dinasehati. Orang tua diharapkan
untuk lebih mengerti mengenai pola sikap dan perilaku anaknya agar lebih mudah
dalam penerapan pola asuh agar tidak adanya perlawanan pada diri anak

DAFTAR RUJUKAN
Abu Ahmadi. (2009). Ilmu Sosial Dasar. Jakarta : Rineka Cipta.
Amal. (2008). Pendidikan Anak. Jakarta : Pustaka Zahra.
Baumrind. (2007). Disiplin Keluarga. Jakarta : Bumi Aksara.
FlavianusDarman. (2007). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen. Jakarta : Visimedia.
Garliah. (2007). Peranan Keluarga dalam Mendidik Anak. Jakarta :
RhinekaCipta.
Gunarsa. (2008). Psikologi Praktis : Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta : PT.
BPK Gunung Mulia.
Hadari Nawawi. (2012). Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada
University Pers.
Khairuddin. (2008). Sosiologi Keluarga. Yogyakarta : Liberty.
Purwanto. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar,
Sardiman. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja
Grafindo.
Slameto. (2008). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :
Rineka Cipta.
Soejanto Sandjaja. (2009). Pendekatan dalam Pendidikan Anak. Bandung :
Remadja Rosda Karya.
Soetjiningsih. (2008). Tumbuh Kembang Anak dan Permasalahannya. Jakrta :
PT. Saung Seto.
Sri Lestari. (2012). Psikologi Keluarga. Jakarta : Kencana.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung : Alfabeta.

9
Sugiyono. (2012). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
SuharsimiArikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta.
Suwanto. (2009). Keluarga Harmonis. Yogyakarta : Caps.
Tarmudji. (2007). Angretivitas Remaja. Jakarta : UI Press.
Thamrin Nasution dkk. (2009). Peranan Orang Tua dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Anak. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Umar Hasyim. (2008). Cara Mendidik Anak dalam Islam. Surabaya : PT. Bina
Ilmu.
Utami Munandar. (2007). Hubungan Istri, Suami dan Anak dalam Keluarga.
Jakarta : Pustaka Antara.
WiwitWahyuning (2010). Mengkomunikasikan Moral kepada Anak. Jakarta :
Elex Media Komputindo.
Yuniati. (2007). Orang Tua dan Anak. Jakarta : Rhineka Cipta.
Zahara Idris. (2008). Pengantar Bimbingan Anak. Jakarta : Gunung Agung.

10

Anda mungkin juga menyukai