Anda di halaman 1dari 36

Modul

VEKTOR
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur
Mata Kuliah : Kapita Selekta (Kapsel) 4
Dosen Pengampu : Hendri Handoko M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 8
Fitri Wulandari (1808105088)
Mutiara Sari (1808105090)
Mualifatunisa Is Suroya (1808105113)

Kelas 6C

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
2021

i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaah, puji syukur kehadirat Allah SWT, akhirnya kami dapat
menyelesaikan tugas kelompok ini. Berkat pertolongan serta nikmat Allah SWT,
kami mampu melalui rintangan dan cobaan saat mengerjakan tugas kelompok ini.
Shalawat berserta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada yang
tercinta baginda penyeru jalan kebenaran Rasulullah SAW, beserta keluarga dan
sahabatnya, karena berkat perjuangan beliaulah kita dapat merasakan indahnya
Iman dan Islam sampai sekarang ini.
Makalah ini disusun guna memberikan informasi mengenai “Vektor” dan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Kapita Selekta (Kapsel) 4.
Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang sumbernya
berupa buku, artikel dan tulisan telah kami jadikan referensi guna penyusunan
makalah ini. Kami berharap semoga informasi yang ada dalam makalah ini dapat
berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Dalam pembuatan tugas ini tidak menutup kemungkinan makalah ini masih
jauh dari sempurna dan banyak kekurangan, baik dari penulisan, ejaan dan
sebagainya. Oleh karenanya, kami sangat mengharapkan dengan lapang dada,
kritik dan saran yang bersifat membangun.

Cirebon,15 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I.................................................................................................................................1

1.1. Latar Belakang...................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................2

1.3. Manfaat dan Tujuan................................................................................................2

BAB II...............................................................................................................................2

2.1 Pengertian Vektor........................................................................................................3

2.2 Vektor pada Bangun Datar R 2(Dimensi Dua).............................................................4

2.2.1 Ruang Lingkup Vektor..........................................................................................4

2.2.2 Operasi Hitung Dimensi Dua................................................................................9

2.3 Vektor pada Bangun Ruang R 3(Dimensi Tiga)...................................................16

2.3.1 Ruang Lingkup Vektor (Dimensi Tiga)........................................................17

2.3.2 Operasi Vaktor Dimensi Tiga......................................................................22

BAB III............................................................................................................................29

3.1. Kesimpulan...........................................................................................................29

3.2. Saran.....................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................31

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Memasuki abad 20, perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
sangatlah pesat. Berbagai piranti sederhana maupun elektronik telah berhasil
dibuatuntukmemudahkan pekerjaan manusia. Keberhasilan demi keberhasilan
yang diraih manusia, tidak lepas atau bahkan sangat bergantung dari keberadaan
suatu ilmu, yakni ilmu Fisika.
Fisika memiliki kaitan erat dengan matematika. Hal ini karena matematika
mampu menyediakan kerangka logika di mana hukum-hukum fisika dapat
diformulasikan secara tepat. Definisi, teori, dan model fisika selalu dinyatakan
menggunakan hubungan matematis.
Sebagai ilmu dasar, fisika memiliki pengaruh pada banyak ilmu sains lainnya.
Salah satu contohnya pada ilmu kimia. Fisika banyak mempelajari partikel renik
semacam elektron. Bahasan tersebut ternyata juga dipelajari dan dimanfaatkan
pada ilmu kimia. Bahkan topik mekanika kuantum yang diterapkan pada
ilmukimia telah melahirkan bidang baru yang dinamakan kimia kuantum
(quantum chemistry).
Selain itu, ilmu fisika yang diterapkan pada bidang ilmu lain ikut berperan
dalam melahirkan bidang studi baru yang menarik. Di antaranya adalah biofisika
(fisika pada ilmu biologi), geofisika (fisika pada ilmu bumi), fisika medis (fisika
pada ilmu kedokteran), dan yang lebih baru adalah ekonofisika (fisika pada ilmu
ekonomi).
Fisika adalah ilmu yang mempelajari keteraturan alam semesta dan sebisa
mungkin memanfaatkan keteraturan ini untuk dua hal, yaitu
menemukan keteraturan lainnya di alam semesta yang belum ditemukan dan
memanfaatkan keteraturan yang telah ditemukan untuk menjadi bermanfaat bagi
kehidupan manusia.
Tanpa ada penemuan tentang keteraturan lensa, maka tidak mungkin di
temukan planet-planet, tanpa ditemukannya planet-planet, tidak mungkin

1
ditemukan Hukum-hukum Kepler, tanpa ditemukan Hukum Kepler, maka tidak
mungkin ditemukan hal-hal penting lainnya di tata surya, dan hal-hal ini masih
terus berlanjut, keteraturan yang telah ditemukan akan menjadi dasar untuk
menemukan keteraturan-keteraturan lainnya.
Dengan demikian, Vektor merupakan pengetahuan yang sangat penting. Hal
itulah yang melatar belakangi kami untuk menyusun makalah ini, agar nantinya
dapatmemahami dan mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud Vektor?
2. Apa itu Vektor pada Bangun Datar R2(Dimensi Dua)?
3. Apa itu Vektor pada Bangun Datar R3(Dimensi Tiga)?
1.3. Manfaat dan Tujuan
1. Dapat mengetahui apa yang di maksud Vektor.
2. Dapat mengetahui apa itu Vektor pada Bangun Datar R2(Dimensi Dua).
3. Dapat mengetahui apa itu Vektor pada Bangun Datar R3(Dimensi Tiga).

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Vektor
Kita telah mengenal arti perpindahan, misalnya titik A kita pindahkan ke
posisi yang lain menjadi titik B. Pada perpindahan itu terkandung beberapa
makna.
a. Berapa jauh perpindahannya (jarak)
b. Ke arah mana perpindahannya.
Perpindahan dari titik A ke titik B tersebut dapat digambarkan dengan suatu
AB
anak panah yang berpangkal di A dan berujung di B. Panjang ruas garis ⃗
menyatakan jauh perpindahannya, sedangkan mata panah menyatakan arah
perpindahan.
Anak panah yang menyatakan perpindahan itu disebut vektor. Vektor adalah
besaran yang selain mempunyai nilai kuantitatif (besar) juga mempunya arah,
misalnya besaran kecepatan, gaya dan momen. Secara grafis, vector
dilambangkan dengan arah panah.

Suatu vektor secara geometri disajikan dengan ruas garis berarah. Panjang
ruas garis berarah menyatakan panjang (besar vektor), sedangkan arah panah
menunjukkan arah vektor. Vektor diberi nama menurut pangkal dan ujungnya,
PQ .
misalnya ⃗
PQdapat dituliskan dengan menggunakan lambang huruf kecil yang dicetak

tebal atau dengan huruf kecil yang dibubuhi tanda panah di atas huruf itu,
misalnya a atau a atau diberi topi, misalnya

3
PQ dari gambar 5.2, titik P disebut titik pangkal (titik asal),
Untuk vektor ⃗
sedangkan titik disebut titik ujung (titik terminal).
2.2 Vektor pada Bangun Datar R2(Dimensi Dua)
Vektor dimensi dua adalah vektor yang mempunyai dua unsur yaitu unsur
vertikal (sumbu Y) dan horizontal (sumbu X). Vektor pada bidang datar (dimensi
dua) ditandai dengan sumbu X dan sumbu Y, yang saling berpotongan di titik
pusat O(0,0). Secara analitis vektor dimensi dua dapat disajikan menurut unsur-
unsurnya yaitu:

a⃗ = x atau ⃗a=( x , y )
()y
Dengan x adalah unsur mendatar. Apabila x >0 (positif) maka x memounyai
arah ke kanan dan apabila x <0(negatif) x mempunyai arah kekiri. Selanjutnya y
adalah unsur vertikal. Apabila y >0 (positif) maka arahnya ke atas dan jika y <0
(negatif) arahnya kebawah.
Perhatikan beberapa contoh berikut:

4
2.2.1 Ruang Lingkup Vektor
2.2.1.1 Kesamaan Dua Vektor
Dua buah vektor a⃗ dan b⃗ dikatakan sama apabila keduanya mempunyai
besar (panjang) dan arah yang sama. Perhatikan gambar dibawah. Terlihat
bahwa a⃗ sejajar dengan b⃗ dan besarnya sama . Diperoleh: a⃗ =⃗b.

2.2.1.2 Vektor Negatif


Vektor negatif dari a⃗ adalah vektor yang besarnya sama dengan vektor a⃗ .
Tetapi arahnya berlawanan dan ditulis -⃗a . Perhatikan gambar dibawah.
Vektor a⃗ sejajar dan sama panjang dengan vektor b⃗ . Karena arah vektor a⃗
dan b⃗ saling berlawanan maka a⃗ =−b⃗

2.2.1.3 Vektor Nol


Vektor nol adalah vektor yang besar/panjang nol dan arahnya tak tentu.
Pada sistem koordinat cartesius vektor nol digambarkan berupa titik. Di

ruang dimensi dua vektor nol dilambangkan dengan O= (00).


2.2.1.4 Vektor Posisi
Vektor posisi adalah vektor yang titik pangkalnya terletak pada pusat
koordinat O(0,0) dan titik ujungnya berada pada koordinat lain. Vektor
posisi pada R2 dari titik A(x , y) dinyatakan sebagai kombinasi linear vektor
satuan sebagai berikut :

A= x =x ⃗i + y ⃗j

()
y
Penulisan vektor i⃗ dan ⃗j menyatakan vektor satuan pada sistem koordinat.
Vektor satuan i⃗ adalah vektor yang searah dengan sumbu X positif dan

5
besarnya 1 satuan. Vektor satuan ⃗j adalah vektor yang searah dengan sumbu
Y positif dan besarnya 1 satuan.
 Contoh :

A= 3
Nyatakan vektor ⃗ ( ) dalam bentuk kombinasi linear vektor
5
satuan dan tentukan panjangnya!
Penyelesaian :

A=
Kombinasi linear vektor ⃗ (35 )adalah 3 i⃗+ 5 ⃗j.
| A|=√ 32 +52
¿ √ 9+25
¿ √ 34
Jadi, panjang vektor A adalah √ 34 satuan.

Vektor yang ditarik dari titik pangkal O ke titik P disebut juga vektor posisi
OP. Jika koordinat titik P adalah ( x , y ) maka vektor
titik P dan dituliskan ⃗

x
OP=
posisinya adalah ⃗
y ()

6
Jika koordinat titik A(x 1 , y1 ) dan titik B( x 2 , y 2 ) maka ⃗
AB dapat
dinyatakan sebagai vektor posisi sebagai berikut.

CONTOH
1. Diberikan koordinat P ( 2,−3 ) dan Q(7,1). Nyatakan kedua koordinat
PQ dan ⃗
titik tersebut sebagai vektor posisi ⃗ QP.!
Penyelesaian:
PQ=⃗
a. ⃗ OQ−⃗
OP QP=⃗
b. ⃗ OP−⃗
OQ

¿( 71)−(−32 ) (−32 )−( 71)


¿

7−2
¿( ¿ ( 2−7 )
1−(−3) ) −3−1

¿( 5)
−5
¿( )
4 −4
PQ dan ⃗
Perhatikan bahwa ⃗ QP memiliki besar yang sama dan
berlawanan arah.
ABpada koordinat cartesius. Posisi vektor ⃗
Vektor ⃗ AB dengan komposisi

x1 x2
A=
( )
y1
dan B=
y2 ()
dapat ditulis dengan koordinat kutub sebagai

berikut.

AB=(r ∠ θ) disebut juga resultan vektor ⃗


Bentuk ⃗ AB.

7
2. Diberikan dua buah vektor masing-masing besarnya 4 kN dan 3kN.
tentukan besarnya vektor resultan kedua vektor beserta arahnya!
Penyelesaian
r =√¿ ¿
3
tan α= =0,75
4
⇔ α=36° 52 '
Jadi, vektor resultan beserta arahnya adalah ( 5 ∠ 36 ° 52' ) .
2.2.1.5 Modulus atau Besar Vektor
Modulus menyatakan paanjang atau besar waktu. Karena panjang atau besar
vektor selalu bernilai positif maka cara menulis modulus menggunakan
tanda mutlak (|.|) jika diketahui koordinat titik P( x , y ) maka panjang vektor

OP=
posisi ⃗ ( xy) dirumuskan sebagai berrikut.

Diketahui titik A(x 1 , y1 ) dan B( x 2 , y 2 ) secara analitis, diperoleh komponen

x 2−x 1
AB=
vektor ⃗ ( y 2− y 1 )
AB dapat dirumuskan :
Panjang vektor ⃗

CONTOH
Diketahui titik A(3 ,−5) dan B(−2,7), tentukan hasil operasi vektor
tersebut!
AB
a. Komponen vektor ⃗
AB
b. Modulus / besar vektor ⃗
Penyelesaian
−2−3
AB=
a. Komponen vektor ⃗ ( 7−(−5))=(−512)

8
AB=√(−5)2 +122=√ 25+144=√ 169=13
b. Besar vektor ⃗
2.2.1.6 Vektor Satuan
Vertor satuan adalah vektor yang mempunyai panjang (besar) 1 satuan.
Vektor satuan dapat ditentukan dengan cara membagi vektor tersebut
dengan besar (panjang) vektor semula.
a⃗
Vektor satuan dari vektor a⃗ dirumuskan e⃗ =
|a⃗|
CONTOH
Diketahui a⃗ =(−3,2 ). Hitunglah vektor satuan dari vektor a⃗ !
Penyelesaian
Besar vektor a⃗ =|a⃗|=√ (−3)2 +22= √ 13
(−3,2) −3 2
Diperoleh vektor satuan dari a⃗ adalah e⃗ =
√ 13
= (
,
√ 13 √ 13 )
atau dapat

−3

dituliskan dalam bentuk vektor kolom e⃗ =


2
( )
√ 13 .

√ 13
Untuk membuktikan bahwa jawaban tersebut benar dapat kita cek kembali
menurut definisi panjang vektor

−3 2 2 2 9 4 13
e⃗ =
√( ) ( )
√ 13
+
√13 √
= + =
13 13 13 √
=√ 1=1

Karena modulus e⃗ adalah 1, terbukti bahwa e⃗ = ( √−313 , √213 ) adalah vektor


satuan dari e⃗ =(−3,2).
2.2.2 Operasi Hitung Dimensi Dua
1. Penjumlahan Dua Vektor
Secara geometris penjumlahan dua vektor ada 2 aturan, yaitu :
a. Aturan segitiga

9
b. Aturan jajaran genjang

Secara analitis penjumlahan dua vektor dirumuskan sebagai berikut,


a1 ⃗ b1 maka a⃗ + ⃗b= a 1+ b1
Jika vektor a⃗ = ()
a2
dan vektor b=
b2 () ( )
a 2 + b2
Pada penjumlahan vektor berlaku :
1. Sifat komutatif
a⃗ + b⃗ = b⃗ +⃗a
2. Sifat asosiatif
( a⃗ + ⃗b ) + c⃗ =⃗a +( b⃗ +⃗c )
Contoh :

Jika vektor c⃗ = ( 48 ) dan vektor d⃗=(93 ) maka c⃗ +d⃗=( 4+9


8+3 ) =( 13 )
11
2. Selisih Dua Vektor
Selisih dua vektor artinya menjumlahkan vektor pertama dengan lawan
(negatif) vektor kedua.
a⃗ −⃗b=⃗a +(−⃗b)
Secara geometris dapat digambarkan sebagai berikut.

a1 ⃗ b1 maka
Secara analitis jika diketahui vektor a⃗ = ()
a2
dan b=
b2()
10
a −b
(
a⃗ −⃗b= 1 1
a2−b 2 )
Contoh :

Jika vektor c⃗ = ( 48 ) dan vektor d⃗=(93 ) maka c⃗− ⃗d =( 4−9


8−3 )=(−5 )
5
3. Perkalian Vektor
Sifat-sifat perkalian vektor.
Jika a suatu vektor tak nol dan n , p∈ R maka berlaku:
1. n a⃗ =|n||⃗a|
2. n (−⃗a )=−n a⃗
3. n a⃗ =⃗a n
4. ( np ) a⃗ =n( p a⃗ )
5. ( n+ p ) a⃗ =n ⃗a + p a⃗
6. n ( a⃗ + ⃗b )=n ⃗a +n ⃗b

Apabila titik-titik dalam vektor dapat dinayatakan sebagai perkalian vektor


yang lain, titik-titik itu disebut titik-titik kolinear (segaris).
Macam-macam perkalian vektor :
a. Perkalian Vektor dengan Skalar
Skalar adalah besaran yang hanya mempunyai nilai dan tidak emmpunyai
arah. Contoh: panjang, lebar, arus listrik, volume, jarak, dan suhu.
Hasil kali vektor a⃗ dengan skalar k adalah vektor yang panjangnya k kali
panjang vektor a⃗ dan arahnya bergantung dengan nilai k.

11
a1 k ∙ a1
Jika vektor a⃗ = ()a2
maka k ∙ ⃗a = ( )
k ∙ a2
Ada 3 kemungkinan hasil kali suatu vektor dengan skalar k sebagai
berikut.
Contoh :

Diketahui vektor a⃗ = (−48). Tentukan hasil operasi vektor berikut!


a. 3 ∙ ⃗a
b. −2 ∙ ⃗a
1
c. ∙ ⃗a
2
Penyelesaian

a. 3 ∙ ⃗a=3 ∙(−48 )=(33∙−4


∙8 )=(
−12
24 )

b. −2 ∙ ⃗a=−2 ∙ (−4 )=(−2 ∙−4 )=( −8 )


8 −2 ∙ 8 −16

1
∙−4
c.
1
2
1 −4
∙ ⃗a= ∙
2 8
=
2
( )
1
2
∙8 ( )( )
=
−2
4

b. Vektor Segaris (Kolinear)


Perhatikan suatu vektor c⃗ dengan skalar k menghasilkan sebuah vektor
baru yang panjangnya k kali vektor c⃗ . Misalnya vektor c⃗ dapat

x1 x2
AB dengan A=
dinayatakan sebagai vektor ⃗ ( )
y1
dan B=()
y2
.

x −x
( )
AB=k 2 1 . Apabila diberikan ketentuan
Dengan demikian k ∙ ⃗c =k ∙ ⃗
y 2− y 1
bahwa titik pangkal vektor c⃗ dan vektor k ∙ ⃗c saling berimpit, diperoleh

x1
titik pangkal vektor k ∙ ⃗c adalah ( )y1
. Untuk jelasnya perhatikan gambar

berikut.

12
x4
Selanjutnya, diambil sembarang titik D= ( )
y4
yang terletak pada vektor

AC. Titik A, B, dan D dikatakan segaris apabila vektor yang dibangun



oleh dua titik diantaranya dapat dinyatakan sebagai perkalian vektor dua
titik yang lain.
Contoh :
−2 B= 2 6
1. Diberikan tiga buah titik A=
−2
,( ) ()
0
, dan C= . Tunjukkan
2 ()
bahwa titik A, B, dan C segaris!
Penyelesaian :
2 −2 2+2 4
AB= −

0 −2()( )( )()
=
0+2
=
2
...(1)

AC=2 ⃗
Dari bentuk (1) dan (2) dapat dilihat bahwa ⃗ AB. Dengan
demikian terbukti bahwa titik A, B, dan c segaris.

BC= 6 − 2 = 4

( ) ( ) ( ) ...(3)
2 0 2
6 −2 8
AC=( )−( )=( ) ...(4)

2 −2 4
AC=2 ⃗
Dari bentuk (3) dan (4) dapat dilihat bahwa ⃗ BC. Dengan
demikian terbukti bahwa titik A, B, dan C segaris.

AB= 2 − −2 = 4

( ) ( ) ( ) ...(5)
0 −2 2
6 2 8
CB=( )−( )=( ) ...(6)

2 0 2
CB=2 ⃗
Dari bentuk (5) dan (6) dapat dilihat bahwa ⃗ AB. Dengan
demikian terbukti bahwa A, B, dan C segaris.
Secara gambar dapat ditunjukkan bahwa titik A, B, dan c segaris.

13
c. Perkaian Vektor
Hasil perkalian dua buah vektor menghasilkan besaran skalar.
Operasi perkalian pada vektor dapat dikerjakan melalui dua cara sebagai
berikut.
1) Sudut Antara Kedua Vektor Tidak Diketahui
Diberikan vektor a⃗ =( a 1 , a2 ) dan b⃗ =( b 1 , b2 ). Hasil kedua vektor
dirumuskan sebagai berikut.
a⃗ ∙ b⃗ =a1 b1 +a2 b2
Contoh :
7 −2
1. Diberikan vektor ⃗p=
5 ()
dan q⃗ =
3 ( )
. Tentukan hasil kali vektor

⃗p dan q⃗ !
Penyelesaian :

Diketahui ⃗p= (75 ) → p =7 dan p =5


1 2

q⃗ = (−23 )→ q =−2 dan q =3


1 2

⃗p ∙ q⃗ = p1 q1 + p2 q2
¿ 7 (−2 ) +5 ∙3
¿ (−14 )+ 15
¿1
Jadi, hasil kali vektor ⃗p dan q⃗ adalah 1.

14
2. Dua buah gaya bekerja masing-masing 40 kN dan 60 kN. Kedua
gaya tersebiut membentuk sudut apit seperti pada gambar dibawah
ini. Tentukan hasil kali kedua gaya tersebut!

Penyelesaian :
F 1 ∙ F 2=( 40 ) ∙(60)∙ cos 30 °
1
¿ 2.400 ∙ √3
2
¿ 1.200 √ 3
Jadi, hasil kali kedua gaya adalah 1.200√ 3 kN
2) Sudut Antara Kedua Vektor Diketahui
Diberikan vektor a⃗ =( a 1 , a2 ), b⃗ =( b 1 , b2 ), dan sudut
yang dibentuk oleh vektor a⃗ dan b⃗ adalah a. Perkalian
antara vektor a⃗ dan b⃗ dirumuskan sebagai berikut.
a⃗ ∙ ⃗b =|⃗a||b⃗|cosa
Contoh :
Tentukan hasil kali kedua vektor pada gambar di
bawah ini!

15
\
Penyelesaian :
Diketahui dua buah vektor sebagai berikut.

a⃗ = 6 → a1=6 dan a 2=1


()
1

|a⃗|= √a 12 +a 22=√ 62+ 12


¿ √ 36+1= √ 37

b⃗ = 3 → b1=3 dan b 2=6


()
6

|b⃗|= √b 12 +b 22=√3 2+ 62
¿ √ 9+36=√ 45
a⃗ ∙ b⃗ =|⃗a||b⃗|cosa
¿ √ 37 ∙ √ 45 ∙ cos 60 °
1
¿ √ 37 ∙ √ 45 ∙
2
3
¿ √ 185
2
3
Jadi, hasil kali kedua vektor adalah √ 185.
2
Sementara itu, dari dua buah vektor pada sistem
koordinat certesius dapat kita cari besar sudut yang
dibentuk oleh kedua vektor yang dirumuskan sebagai
berikut.
a1 b1 +a2 b2
cosa=
|a⃗||⃗b|

16
Contoh :
Tentukan besar sudut yang dibentuk oleh vektor

u⃗ = (62) dan ⃗v=( 34) !


Penyelesaian :

u⃗ =(62) →u =6 dan u =2
1 2

⃗v =( 3 ) → v =3 dan v =4
1 2
4
u1 v 1+ u2 v 2 6 ∙3+2 ∙ 4
cosa= =
|⃗u||⃗v| ( √6 +2 2) (√ 32+ 4 2)
2

26 26
¿ = =0,822
10 √10 13,62
↔ a=arc cos ( 0,822 )=34,71 °
Jadi, sudut yang dibentuk oleh vektor u1 dan v 2 sebesar 34,71 °
2.3 Vektor pada Bangun Ruang R3(Dimensi Tiga)
Vektor pada ruang adalah vektor yag terletak
di dalam ruang dimensi 3. Ruang ini
dibentuk oleh 3 sumbu yaitu sumbub X,
sumbu Y, dan sumbu Z.
Ketiga sumbu ini berpotongan tegak lurus.
Hasil perpotongan ini adalah O. Selanjutnya
titik O disebut sebagai sumbu pusat.
Perhatikan gambar kaidah jari tangan di atas.
Kaidah tersebut menerangkan beberapa hal yaitu:
1. Jari telunjuk menunjukkan sumbu Y. Bilangan-bilangan yang terletak
setelah O dan searah telunjuk merupakana bilangan positif. Arah dan letak
sebaliknya berarti bilangan negatif.
2. Ibu jari menunjukkan sumbu X. Bilangan yang searah ibu jari dan terletak
setelah O merupakan bilangan positif. Arah dan letak sebaliknya
merupakan bilangan negatif.

17
3. Jari tengah menunjukkan sumbu Z. Bilangan yang searah jari tengah dan
terletak setelah O merupakan bilangan positif. Arah dan letak sebaliknya
merupakan bilangan negatif.
Perhatikan contoh gambar vektor gambardi
OB diatas merupakan vektor
atas. Vektor ⃗
ruang dengan pangkal O(0,0,0) dan ujung
OB
B(1,1,1). Vektor ⃗ ini dapat ditulis
menjadi:
OB=(1,1,1)

Vektor ruang dapat pula ditulis dalam satuan i⃗ , ⃗jdan ⃗k . Satuan i⃗ sesuai dengan
sumbu X, satuan ⃗j sesuai dengan sumbu Y, dan satuan k⃗ sesuai dengan sumbu Z.
OB=(1,1,1) dapat ditulis menjadi 1 ⃗i +1 ⃗j +1 ⃗k =⃗i + ⃗j+ ⃗k .

2.3.1 Ruang Lingkup Vektor (Dimensi Tiga)
2.3.1.1 Vektor Posisi
OP
Vektor posisi titik P adalah vektor ⃗
yaitu vektor yang berpangkal di titik
O(0,0) dan berujung di titik P( x , y , z).
Secara aljabar vektor O
⃗ P dapat ditulis
sebagai berikut.

OP=(x , y , z ) pada dimensi tiga dapat dinyatakan sebagai


Vektor ⃗
kombinasi linear dari vektor satuan i⃗ , ⃗j , ⃗k sebagai berikut

AB dengan koordinat titik pangkal A(x 1 , y1 , z1 ) dan


Sebuah vektor ⃗
koordinat titik ujung B( x 2 , y 2 , z 2 ) memiliki vektor posisi sebagai berikut.

18
Contoh
5
1 Gambarlah vektor ⃗
¿=
−3 ()
2 pada dimensi tiga!

2.3.1.2 Vektor Satuan


Vektor satuan adalah vektor yang mempunyai panjang satuan. Vektor
satuan dari vektor a⃗ didefinisikan vektor a⃗ dibagi dengan besar vektor a⃗
sendiri, yang dirumuskan dengan:

Contoh
2

()
Tentukan vektor satuan dari vektor a⃗ = 4 !
√5
Penyelesaian
Terlebih dahulu ditentukan panjang vektor a⃗
2
|a⃗|= √22 +4 2 +( √ 5) =√ 25=5 jadi, vektor satuan vektor a⃗ adalah

19
2

()
5
4
e⃗ =
5
√5
5

Selain vektor satuan terdapat vektor-vektor satuan yang sejajar dengan


sumbu-sumbu koordinat antara lain sebagai berikut.
1
 ⃗
()
Vektor satuan yang sejajar dengan sumbu X dinotasikan i = 0 .
0

0

()
Vektor satuan yang sejajar dengan sumbu Y dinotasikan ⃗j = 1 .
0

0
 Vektor satuan yang sejajar dengan sumbu Z dinotasikan ⃗
k =
()
0.
1
2.3.1.3 Modulus Vektor
Modulus vektor adalah besar atau panjang suatu vektor. Panjang vektor

x

z ()
OP= y dirumuskan sebagai berikut

AB dengan koordinat titik A(x 1 , y1 , z1 ) dan


Jika diketahui vektor ⃗
B(x 2 , y 2 , z 2 ) maka modulus/besar/panjang vektor ⃗
AB dapat dinyatakan
ebagai jarak antara titik A dan titik B yaitu:

Jika vektor a⃗ disajikan dalam bentuk linear a⃗ =a1 ⃗i + a2 ⃗j+a3 ⃗k maka

a⃗
modulus vektor adalah

20
Contoh
Tentukan modulus/besar vektor berikut!
AB, dengan titik A ( 1,4,6 ) dan B (3,7,9)
a. ⃗
b. a⃗ =2 ⃗i + ⃗j+ 3 ⃗k
Penyelesaian
1 3 3 1 3−1 2

6 ()
9 ()
a. Diketahui A= 4 dan B= 7 , maka AB= 7 − 4 = 7−4 = 3

9 6 9−6 3 () () ( ) ()
AB=√(3−1)2 +(7−4)2 +( 9−6)2= √ 22 +33 +32 =√22

AB adalah √ 22
Jadi, modulus vektor ⃗
b. |a⃗|= √22 +13 +32=√ 14
Jadi, modulus vektor a⃗ adalah √ 14
2.3.1.4 Kesamaan Vektor
Dua buah vektor a⃗ dan b⃗ dikatakan sama apabila
keduanya mempunyai besar dan arah yang sama.
perhatikan gambar disamping. Terlihat a⃗ sejajar b⃗
dan sama panjang . dengan demikian a⃗ =⃗b .
Misal
a1 b1

() ()
a⃗ = a2 atau ⃗a=a1 i⃗ +a 2 ⃗j+ a3 ⃗k dan ⃗b= b 2 atau b⃗ =b1 i⃗ + b2 ⃗j +b3 ⃗k
a3 b3

Contoh
m =⃗n!
Diberikan dua buah vektor ⃗
Penyelesaian
m =⃗n adalah m1=n1 , m2=n2 dan m3=n3 dari yang diketahui
Syarat vektor ⃗
diperoleh 3=b , a=−3 dan−1=−c . Jadi agar dipenuhi ⃗
m =⃗n maka nilai
a=−3 , b=3 , dan c=1
2.3.1.5 Vektor Negatif

21
Vektor negatif dari a⃗ adalah vektor yang
besarnya sama dengan vektor a⃗ tetapi arahnya
berlawanan dan tulis −⃗a . Perhatikan gambar
disamping.⃗a sejajar dengan b⃗ , artinya karena
antara a⃗ dan b⃗ berlawanan arah maka a⃗ =−b⃗ .

Contoh
a1

()
a⃗ = a2 atau a⃗ =a1 ⃗i + a2 ⃗j+a3 ⃗k
a3

b1

()
⃗b = b atau b⃗ =b ⃗i + b ⃗j+b ⃗k
2
b3
1 2 3

Contoh
2−a −1
Diberikan dua buah vektor r⃗ =
( ) ( )
4 dan ⃗s= c −2 tentukan nilai
−b+1 3
a , b dan c agar persamaan r + s=0.
Penyelesaian
Akan ditunjukkan r⃗ + ⃗s =0
2−a −1
( )( )
⇔ 4 + c−2 =0
−b+ 1 3
⇔ 2−a−1=0 → a=1
4 +c−2=0 → c=−2
−b+ 1+3=0 → b=4
Jadi, agar dipenuhi r + s=0 maka nilai a=1 ,b=4 dan c=−2
2.3.1.6 Vektor Nol
Vektor nol adalah vektor yang besar/panjangnya nol satuan dan arahnya
tak tentu (berupa titik).

22
0
Vektor nol pada dimensi 3 dilambangkan dengan O(0,0,0) atau O= 0 .
0 ()
2.3.2 Operasi Vaktor Dimensi Tiga
2.3.2.1 Penjumlaan Vektor dalam Ruang
a1 b1
a. Jika dua vektor a
⃗ =
a3 ()
a2 dan vektor b
⃗ =
()
b2 adalah vektor-vektor tidak
b3

nol di R3 maka operasi penjumlahannya didefinisikan sebagai berikut.


a 1 b1 a1 +b 1

( )( )( )
a⃗ + b= a 2 + b2 = a2 +b 2
a3 b3 a3 +b 3

b. Jika vektor a⃗ =a1 ⃗i + a2 ⃗j+a3 ⃗k dan vektor b⃗ =b1 ⃗i + b2 ⃗j+b3 ⃗k maka


operasi penjumlahannya didefinisikan sebagai berikut.
a⃗ + ⃗b=( a1 +b1 ) i⃗ + ( a2 +b 2) ⃗j+ ( a3 +b 3 ) ⃗k
Contoh :
Hitunglah jumlah dari dua buah vektor berikut!
2 −1

5 () ()

a. a⃗ = −3 dan b= 4
−2
b. a⃗ =2 ⃗i + ⃗j−4 ⃗k dan b⃗ =3 ⃗i +5 ⃗j+ ⃗k

Penyelesaian :
2 −1 2+(−1) 1
a.
( )( ) ( ) ()
a⃗ + ⃗b= −3 + 4 = −3+4 = 1
5 −2 5+(−2) 3

b. a⃗ + ⃗b=( 2+3 ) i⃗ + ( 1+5 ) ⃗j+ (−4 +1 ) ⃗k


¿ 5 ⃗i + 6 ⃗j−3 k⃗

2.3.2.2 Selisih Dua Vektor pada R3

23
a1 b1
a. Jika dua vektor a⃗ = a2
a3 () ⃗
()
dan vektor b = b2
b3
maka operasi

pengurangan kedua velktor didefinisikan sebagai berikut.


a1 b1 a1−b 1

()()( )
a⃗ −b = a2 − b2 = a2−b 2

a3 b3 a3−b 3

b. Jika vektor a⃗ =a1 ⃗i + a2 ⃗j+a3 ⃗k dan vektor b⃗ =b1 ⃗i + b2 ⃗j+b3 ⃗k maka


operasi pengurangan kedua vektor didefinisikan sebagai berikut.
a⃗ −⃗b =( a1 −b1 ) ⃗i + ( a2−b 2 ) ⃗j+ ( a3 −b3 ) k⃗
Contoh :
Hitunglah a⃗ −⃗b jika :
8 3
a.
() ()
7

a⃗ = 6 dan b= 1
4
b. a⃗ =8 i⃗ + 6 ⃗j+9 k⃗ dan b⃗ =3 ⃗i +5 ⃗j+ 2 ⃗k

Penyelesaian :
8−3 5
a.
( ) ()
a⃗ −⃗b= 6−1 = 5
7−4 3
b. a⃗ −⃗b =( 8−3 ) i⃗ + ( 6−5 ) ⃗j+ ( 9−2 ) ⃗k
¿ 5 ⃗i + ⃗j+7 ⃗k

2.3.2.3 Perkalian Skalar dengan Vektor


a1
a. Hasil kali vektor a⃗ = a2
a3 () dengan skalar c didefinisikan sebagai

berikut.
c ∙ a1

( )
c ∙ ⃗a= c ∙ a 2
c ∙ a3

24
b. Hasil kali vektor a⃗ =a1 ⃗i + a2 ⃗j+a3 ⃗k dengan skalar c didefinisikan
sebagai berikut.
c ∙ ⃗a=c ∙ a1 i⃗ +c ∙a 2 ⃗j+ c ∙ a3 ⃗k
Contoh :
5 3 ×5 15
⃗ ⃗
()
1. Diberikan vektor h= 2 maka 3 ∙ h= 3 × 2 = 6
4 3 ×4 12 ( )( )
2. Diberikan vektor u⃗ =2 i⃗ + ⃗j −3 ⃗k , maka
4 ∙ u⃗ =4 ×2 i⃗ + 4 × ⃗j−4 ×3 k⃗
¿ 8 i⃗ + 4 ⃗j−12 ⃗k

2.3.2.4 Perkalian Dua Vektor di R3


Perkalian vektor di R3 dibedakan menjadi dua macam sebagai berikut.
1. Perkalian Skalar Dua Vektor (Dot Product)
Yang dimaksudkan perkalian skalar dua vektor adalah perkalian
vektor dengan vektor yang menghasilkan skalar. Jika diberikan vektor
a⃗ =a1 ⃗i + a2 ⃗j+a3 ⃗k dan vektor b⃗ =b1 ⃗i + b2 ⃗j+b3 ⃗k maka perkalian skalar

dua vektor dapat ditulis dengan : a⃗ ∙ ⃗b (dibaca: a⃗ b⃗˙ ) dan dirumuskan


sebagai berikut.
 Jika sudut antara vektor a⃗ dan vektor b⃗ diketahui sama dengan
α ( 0 ° ≤ α ≤180 ° ), maka :
a⃗ ∙ ⃗b =|⃗a|∙|⃗b|∙ cosα, dengan α adalah sudut antara vektor a⃗ dan b⃗
 Jika sudut antara vektor a⃗ dan vektor b⃗ tidak diketahui maka :
a⃗ ∙ ⃗b =( a1 ∙b 1 ) + ( a2 ∙ b2 ) + ( a 3 ∙ b3 )
Hal ini dapat kita pahami dengan aturan cosinus dan
rumus jarak sebagai berikut.

AB 2=⃗
⃗ OA 2 +⃗
OB 2−2|⃗
OA||⃗
OB| cosα

25
¿ a⃗2 + b⃗ 2−2|⃗a||b⃗|cosα ...(1)
Dengan rumus jarak dua titik diperoleh :
AB 2=( b 1−a1 )2 + ( b 2−a2 )2 + ( b3−a 3 )2

¿ ( b 12−2 b1 a1+ a12 ) + ( b22−2 b2 a2 +a22 ) + ( b32−2 b 3 a 3+ a32 )

¿ a12 +a 22 +a 32+ b12+ b22+ b32−2 a1 b1−2a 2 b 2−2 a3 b3


¿ a2 +b 2−2 ( a1 b1 +a2 b2 +a 3 b 3 ) ...(2)
Dari (1) dan (2) diperoleh persamaan :
a⃗ 2+ b⃗ 2−2|⃗a||⃗b|cosα=a 2+ b2−2 ( a1 b1 +a 2 b 2+ a3 b3 )
↔|⃗a||b⃗|cosα=( a 1 b 1+ a2 b 2+ a3 b3 )
Menurut definisi a⃗ ∙ ⃗b =|⃗a|∙|⃗b|∙ cosα, dipeorleh:
a⃗ ∙ ⃗b =a1 b1 +a2 b2 +a3 b3
Sifat-sifat perkalian skalar :
Untuk setiap vektor a⃗ , b⃗ , dan c⃗ berlaku
1. a⃗ ∙ ⃗b =⃗b ∙ ⃗a
2. a⃗ ( b⃗ + ⃗c )=( ⃗a ∙ ⃗b ) + ( a⃗ ∙ ⃗c )
Contoh :
1. Diberikan vektor u⃗ =2i+ j−3 k dan ⃗v =3 i−4 j+7 k.
Diperoleh u⃗ ∙ ⃗v =2 ×3+1 × (−4 )+(−3) ×7
¿−19
2. Jika diketahui |a⃗|=6 dan |b⃗|=5 dan sudut antara vektor a⃗ dan
vektor b⃗ adalah 60 ° maka perkaliannya adalah ;
a⃗ ∙ ⃗b =|⃗a|∙|⃗b|∙ cos α
¿ 6 ∙ 5∙ cos 60 °
1
¿ 30 ∙ =15
2
2. Perkalian Vektor dari Dua Vektor
Yang dimaksud perkalian vektor dari dua vektor adalah perkalian
yang menghasilkan vektor. Perkalian vektor dua vektor ditulis dengan
a⃗ × ⃗b (dibaca a cross b⃗ ) dirumuskan dengan determinan matriks
sebagai berikut.

26
i j k

|
a⃗ × b= a1 a 2 a3
b 1 b 2 b3 |
Dengan aturan Sarrus akan diperoleh hasil perkalian sebagai berikut.

Contoh :
Diketahui vektor a⃗ =2 ⃗i −⃗j+3 ⃗k dan vektor b⃗ =3 ⃗i −2 ⃗j+ ⃗k . Tentukanlah
hasil operasi vektor berikut!
a. a⃗ × ⃗b
b. b⃗ × ⃗a
c. |a⃗ × ⃗b|

Penyelesaian :
i⃗ ⃗j ⃗k

|
a. a⃗ × b= 2 −1 3
3 −2 1 |
¿ −1 3 ∙ i⃗ − 2 3 ∙ ⃗j + 2 −1 ∙ ⃗k
| | | | | |
−2 1 3 1 3 −2
¿ (−1−(−6 ) ) ∙ i⃗ − ( 2−9 ) ∙ ⃗j+(−4−(−3))∙ k⃗
¿ 5 ⃗i +7 ⃗j−k⃗
i⃗ ⃗j ⃗k
|
b. b⃗ × ⃗a= 3 −2 1
2 −1 3 |
¿ −2 1 ∙ i⃗ − 3 1 ∙ ⃗j + 3 −2 ∙ ⃗k
| | | | | |
−1 3 2 3 2 −1
¿ (−6−(−1 ) ) ∙ i⃗ − ( 9−2 ) ∙ ⃗j+(−3−(−4))∙ k⃗
¿−5 ⃗i −7 ⃗j+ k⃗
c. |a⃗ × ⃗b|=√5 2+7 2+(−1)2
¿ √ 25+49+1=√ 75=5 √ 3

27
2.3.2.5 Sudut Antara Dua Vektor
Berdasarkan rumus perkalian skalar dua vektor a⃗ ∙ ⃗b =|⃗a|∙|⃗b|∙ cos α Maka
besar sudut antara vektor a⃗ dan vektor b⃗ dapat ditentkan, yaitu

Contoh
1 1
()
Jika vektor a⃗ = 0 dan vektor b=
0 0 ()
⃗ 1 , nyatakan vektor a⃗ dan b⃗ sebagai

kombinasi linear vektor satuan i⃗ , ⃗j, k⃗ kemudian carilah sudut antara


keduanya.!
Penyelesaian
a⃗ =i⃗
b⃗ =i⃗ + ⃗j
a⃗ ∙ b⃗ a1 ∙b 1+ a2 ∙ b2 + a3 ∙ b3
cos α= =
|⃗a|∙|⃗b| √ a1 + a22+ a32 ∙ √ b12 +b22 +b 32
2

1∙ 1+ 0 ∙1+0 ∙ 0 1 1 2 1
¿ = = × √ = √2
√1 +0 +0 ∙ √1 +1 +0 √ 2 √ 2 √ 2 √2
2 2 2 2 2 2

Diperoleh :
1
α =arc ∙ cos √ 2=45 °
√2

2.3.2.6 Vektor Tegak Lurus


Dua buah vektor pada R3 mempunyai posisi saling tegak lurus apabila
sudut yang dibentuk oleh kedua vektor besarnya 90 °. Dengan demikian
hasil dot product kedua vektor sebagai berikut.
á . b́ = |á||b́|cos α
¿|á||b́|cos 90 °
= |á||b́|0
¿0

28
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dua buah vektor tegak lurua
apabila hasil dot product kedua vektor bernilai nol.
á . b́ = a 1 b1 +a 2 b 2+ a3 b3
=0
Contoh:
3 2

1 2 () ( )
1. Tunjukan bahwa vektor ḱ = 4 dan ĺ = −2 saling tegak lurus!

Penyelesaian
ḱ . ĺ ¿ k 1 l 1+ k 2 l 2 +k 3 l 3
¿ 3.2+4 (−2 )+ 1.2
¿ 6+(−8)+2
¿0
Hasil dot product vektor ḱ dan ĺ adalah 0. Dengan demikian terbukti
bahwa vektor ḱ tegak lurus dengan vektor ĺ.
7 3
2. Diberikan dua buah vektor á= 2+ p dan
−3
b́=
( ) ()
3
2
Tentukan nilai p agar vektor á tegak lurus b́ !
Penyelesaian:
á . b́=0
⟺ ( a 1 b1 ) + ( a2 b2 ) + ( a 3 b 3 )=0
⇔ ( 7.3 )+ (2. p ) 3+ (−3 ) 2=0
⇔ 21+6 +3 p−6=0
⇔ 3 p+21=0
⇔ 3 p=−21
⇔ p=−7
Jadi, vektor á dan b́ saling tegak lurus apabila nilai p=−7

29
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
 Vektor adalah besaran yang mempunyai besar dan arah
 Modulus vektor adalah besar atau panjang vektor
a1
 Modulus/besar/panjang vektor a⃗ = ()
a2
adalah |a⃗|= √a 12 +a 22

OP= x
 Vektor posisi titik P(x,y) adalah ⃗ ()
y
 Dua buah vektor sama bila besar dan arahnya sama
 Vektor yang besarnya sama dengan vektor a⃗ tetapi arahnya berlawanan
disebut vektor negatif dari a dituliskan −⃗a
 Vektor nol adalah vektor yang besarnya nol dan arahnya tak tentu
a
 Vektor satuan dari vektor a⃗ dirumuskan a⃗ =
|a|
a1
 Pada bangun bidang datar , jika diketahui vektor a⃗ = () a2
dan vektor

⃗ b1 maka:
b=
()
b2

k ∙ a1
1. Perkalian vektor a⃗ dengan skalar k adalah k ∙ ⃗a = ( )
k ∙ a2

a1 + b1
2. Penjumlahan vektor a⃗ dengan skalar b⃗ adalh a⃗ + ⃗b=¿ ( ) a2 + b2

a1−b 1
( )
3. Selisih pengurangan vektor a⃗ dan vektor b⃗ adalah a⃗ −⃗b=
a2−b 2

 Modulus/besar/panjang vektor atau a=a1 i+ a2 j+a3 k adalah

|a⃗|= √a 12 +a 22+ a32


a
 Vektor satuan dari vektor a⃗ adalah e⃗ =
|a|

30
3.2. Saran
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita
tentang “Barisan dan Deret”. Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat
masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu pembaca yang ingin mendalami
atau memahami lebih dalam tentang materi bilangan dan himpunan bisa
membaca dari sumber yang lebih lengkap.

31
DAFTAR PUSTAKA

Sumadi, d. s. (2008). Matematika kelas XI. Jakarta: Pusat perbukuan.

32
Latihan Soal
Soal Pilihan Ganda

33

Anda mungkin juga menyukai