Anda di halaman 1dari 22

NAMA : FITRI WULANDARI

NIM : 1808105088
KELAS : 5C
HIMPUNAN
A. HIMPUNAN
Karena himpunan merupakan kumpulan benda atau objek yang didefinisikan secara
jelas. Himpunan dapat dipandang sebagai kumpulan benda-benda yang berbeda
tetapi dalam satu segi dapat ditanggapi sebagai suatu kesatuan. Objek-objek ini
disebut anggota atau elemen himpunan.
Notasi :
Himpunan : A,B,C,......
Anggota himpunan : a,b,c,.....
Contoh:
Kita definisikan himpunan software under windows, maka kita menulis
A={MsWord , MsExcel , Ms PowerPoint , … }
atau
B={ x|x softwareunder windows }
Cara menuliskan himpunan A disebut menulis secara tabulasi.
Cara menuliskan himpunan B disebut menulis secara deskripsi.
Masing-masing bjek dalam himpunan A disebut anggota atau elemen
himpunan,dituliskan
xϵA artinya x anggota himpunan A
x∉ artinya x bukan anggota himpunan A
1. Kardinalitas
Jumlah elemen di dalam A disebut kardinal dari himpunan A.
Notasi : n ( A ) atau| A|.
2. Himpunan Berhingga dan Tak Berhingga
Himpunan berhingga adalah himpunan dimana jumlah anggota-nya berhingga
artinya bila kita artinya bila kita menghitung elemen-elemen yang berbeda dari
himpunan ini, maka proses berhitungnya dapat diselesaikan.
Bila tidak demikian maka himpunan tak berhingga.
A = himpunan software anti virus
A=¿
A = (Norton, McAfee, Panda, KaperSky, Norman)
Maka A berhingga
3. Kesamaan Dua Himpunan dan Subhimpunan
Dua himpunan A dan B dikatakan sama dengan jika dan hanya jika keduanya
bersama-sama memilki anggota yang sama.
Contoh :
A= {MsExcel, Lotus 123}
B= {Mouse, Keyboard}
Maka
A ∼B
Himpunan A dikatakan sub himpunan B jika dan hanya jika semua elemen-
elemen A adalah anggota himpunan B.
4. Macam-Macam Himpunan
4.1. Himpuan Kosong/Entry Set
Himpunan dengan Koordianl = 0 disebut dengan himpunan kosong.
Notasi : ⊘ {}
4.2. Singleton Set
Singleton set adalah himpunan yang hanya memiliki 1 anggota.
4.3. Himpunan semesta/Universal Set
Dalam setiap membicarakan himpunan, maka semua himpunan yang
ditinjau adalah subhimpunan dari sebuah himpunan tertentu yang disebut
himpunan semesta.
Dengan kata lain himpunan semesta adalah himpunan dari semua objek
yang berbeda.
Notasi : U
4.4. Himpunan Kuasa
Himpuan dari semua subhimpunan yang dapat dibuat dari sebuah
himpunan disebut himpunan kuasa.
Banyak himpunan bagian dari sebuah himpunan A adalah
2x,x adalah banyak elemen A
Notasi 2x
B. OPERASI HIMPUNAN
1. Union/Gabungan dari 2 himpunan
Gabungan 2 himpunan A dan B adalah himpunan yang anggotanya semua anggota A
atau B atau keduanya.
Notasi :
A ∪B
A∩B
2. Intersection/Irisan dari 2 Himpunan
Irisan dari 2 himpunan A dan B adalah himpunan yang anggotanya dimiliki bersama
oleh himpunan A dan B:
Notasi :
A∩B
3. Relative Complement/Selisih Antara 2 Himpunan
Selisih antara himpunan A dan B adalah himpunan yang anggotanya hanya menjadi
anggota himpunan A tetapi tidak termasuk anggota himpunan B.
Notasi :
A–B
4. Komplemen dari Himpunan
Komplemen dari sebuah himpunan A adalah himpunan yang anggotanya bukan
anggota A.
Dengan kata lain komplemen A adalah himpunan yang anggotanya merupakan hasil
dari U – A.
Notasi
A’,Ac
5. Symmetic Difference/Benda Setangkup
Beda setangkup 2 himpunan a dan B adalah himpunan yang anggotanya merupakan
anggota himpunan B tetapi bukan merupakan anggota kedua himpunan secara
bersamaan.
Notasi:
A ⊕B
C. DIAGRAM VENN
Diagram venn adalah suatu cara untuk menggambarkan hubungan antara himpunan-
himpunan.
Contoh :

D. HUKUM-HUKUM ALJABAR HIMPUNAN


Hukum-hukum aljabar yang berlaku pada proposisi berlaku juga bagi himpunan, yaitu:
1. Hukum Idempoten
A ∪ A= A
A ∩ A=A
2. Hukum Asosiatif
( A ∪ B ) ∪C= A ∪( B ∪C)
( A ∩ B ) ∩ C= A ∩( B∩ C)
3. Hukum Komutatif
A ∪ B=B ∪ A
A ∩ B=B ∩ A
4. ukum Distribusi
A ∪ ( B ∩C )=( A ∪ B) ∩( A ∪ C)
A ∩ ( B∪C )=(A ∩B)∪( A ∩C )
5. Hukum Identitas
A ∪ ⊘= A A ∩U =A
A ∪ U=U A ∩⊘=⊘
6. Hukum Involution
¿
7. Hukum Komplemen
A ∪ A c =U U c =⊘
A ∩ Ac =⊘ ⊘c =U
8. Hukum DeMorgan
¿
¿
9. Hukum Penyerapan (absorpsi)
A ∪ ( A ∩B )= A
A ∩ ( A ∪ B )= A
E. PERHITUNGAN HIMPUNAN GABUNGAN
1. Gabungan Dari 2 Himpunan
Jumlah anggota dari 2 himpunan yang digabungkan dapat dicari sebagi berikut:

2. Gabungan Dari 3 Himpunan


Jumlah anggota dari 3 himpunan yang digabungkan dapat dicari sebagai berikut:
( A ∪ B ∪C )= A ∪ ( B∪ C ) , asosiatif
Substitusikan rumus (3), maka
N A ∪ B ∪ C =N A + N B ∪ C −N A ∩(B ∪∪ C )
RELASI DAN FUNGSI
A. Pengertian Relasi
Relasi adalah hubungan anatara anggota suatu himpunan dengan anggota
himpunan yang lain. Relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah
menghubungkan anggota-anggota himpunan A dengan anggota-nggota himpunan
B.
Untuk menjelaskan pengertian relasi perhatikan contoh di bawah ini.
Contoh 1:
Diketahui :
A = Himpunan mahasiswa yang bernama indah,permata,dan alip
B = Himpunan jenis makanan bakso dan seblak
Dari himpunan A dan B kesukaan makanan anak-anak tersebut dinyatakan
sebagai berikut:
a. Indah suka makan bakso.
b. Permata suka makan seblak.
c. Alip suka makan bakso dan seblak
Dari contoh tersebut terdapat hubungan (relasi) antara himpunan A dan B, atau
sering dikatakan antara A dan B mempunyai relasi “suka makan”.
Contoh 2:
Diketahui:
A = {0, 1, 2} dan B = {3, 4, 5}. Dari kedua himpunan A dan B kita dapat
membuat relasi antara anggota-anggotanya, contohnya relasi “tiga kurang dari”.
Berarti terdapat sebagai berikut:
0 tiga kurangnya drai 3
1 tiga kurangnya dari 4
2 tiga kurangnya dari 5
Dari beberapa contoh diatas bisa kita simpulkan bahwa Relasi dari
himpunan A ke B didefinisikan sebagai pemasangan atau korespondensi anggota-
anggota himpunan A dengan anggota-anggota himpunan B.
B. Sifat-sifat Relasi
1. Relasi Refleksif
Secara harfiah, relasi refleksif adalah suatu relasi yang mengaitkan suatu
unsur pada sebuah himpunan dengan dirinya sendiri. relasi refleksif jika
dan hanya jika ∀ a ∈ A ∋ ( a , a ) ∈ A
Contoh :
Relasi refleksif diketahui A={ 2 , 4 , 6 }
R1 ( x , y )= {( 2 , 2 ) , ( 4,4 ) , ( 6,6 ) }
R2 ( x , y )= {( 1,1 ) , ( 2,2 ) , ( 4,4 ) (6 , 6) }
R3 ( x , y )= { ( 2, 2 ) , ( 2, 4 ) , ( 4 , 4 ) , … ( 6 ,6 ) }
Apakah R1, R2, dan R3 fungsi refleksif?
Jawab :
R1 ( x , y ) merupakan relasi refleksi di A, karena setiap anggota R1(x,y)
merupakan unsur-unsur dari anggota A yang direlasikan.
R
2 ( x , y ) bukan relasirefleksi di A , karena ada ( 1,1 ) anggota dari R 2 ( x , y ) . 1∉ A
R3 ( x , y )bukan merupakan relasi refleksi sebab ada (2, 4) anggota dari R
3 ( x , y ) tetapi 2≠ 4.
2. . Refleksi simetrik
Suatu relasi A dalam A X Bmerupakan relasi simetrik jika dan hanya jika
∀ ( a , b ) ∈ ( AXB ) ∋ ( a ,b ) ∈ A ⇒ ( b , a ) ∈ A Atau dalam bentuk lain dapat
ditulis menjadi jika ∀ ( a , b ) ∈ ( AXB ) ∋ a φ b ⇒b φ a
Contoh :
Diberikan himpunan P = {1,2,3}. Didefinisikan relasi R pada himpunan P
dengan R={(1,1),(1,2),(1,3),(2,2),(2,1),(3,1),(3,3)}. Relasi R bersifat
simetrik sebab untuk setiap (x,y) ∈ R , berlaku (y,x) ∈ R.
3. Refleksi Transitif
Suatu relasi Adalam AXB disebut relasi transitif jika dan hanya jika
∀ a , b , c ∈ ( A ∪ B ) ∋ ∀ ( a , b ) ,(b , c)∈ A ⇒ ( a , c ) ∈ A
Contoh :
Diberikan himpunan A={4 ,5 , 6 } didefinisikan relasi pada himpunan
P dengan hasil relasi adalah himpunan R= {(4,5), (5,6),(4,6)}.
Jawab:
Relasi R tersebut merupakan relasi transitif, sebab
∀( a ,b),(b ,c )∈ A ⇒ ( a , c ) ∈ A
4. Relasi Ekuivalen
Relasi ekuivalen adalah relasi yang memenuhi 3 sifat yaitu relasi refleksi,
relasi simetrik dan relasi transitif
Contoh:
MisalkanP= {1,2,3 } dan φ ⊂ ( PXP ). Jika diketahui
R1={ ( 1,1 ) }
R2= { ( 1,1 ) , ( 1,2 ) , ( 2,3 ) , ( 1,3 ) }
R3={ ( 1,1 ) , ( 1,2 ) , (1,3 ) , ( 2,1 ) , (2,2 ) , ( 2,3 ) , (3,1 ) , ( 3,2 ) , ( 3,3 ) }
Dari relasi-relasi diatas, hanyaR 3 yang merupakan relasi ekuivalen,
karenaR 1 dan R 2 sudah termuat semua di R3.
5. Relasi Anti Simetrik
Misalkan R sebuah relasi pada sebuah himpunan P. relasi R dikatakan
bersifat anti simetrik apabila untuk setiap (a,b) ∈ R dan (b,a)
∈ R berlaku a=b
Contoh:
Diberikan himpunan C = {2,4,5}. Didefinisikan relasi R pada himpunan C
dengan R = {(a,b) ∈ a kelipatan b, a, b ∈ C} sehingga diperoleh R =
{(2,2),(4,4),(5,5),(4,2)}. Relasi R tersebut bersifat anti simetrik.

C. Cara Menyatakan Relasi


Relasi dua himpunan dapat dinyatakan dengan tiga cara, sebagai berikut.
a. Diagram Panah
Diagram panah merupakan cara yang paling mudah untuk menyatakan suatu
relasi. Diagram ini membentuk pola dari suatu relasi kedalam bentuk gambar
arah panah yang menyatakan hubungan antara anggota himpunan A dengan
anggota himpuanan B.
b. Himpunan pasangan berurutan
Diagram panah merupakan cara yang paling mudah untuk menyatakan suatu
relasi. Diagram ini membentuk pola dari suatu relasi kedalam bentuk gambar
arah panah yang menyatakan hubungan antara anggota himpunan A dengan
anggota himpuanan B.

c. Diagram kartesius
Menyatakan relasi antara dua himpunan dari pasangan berurutan yang
kemudian dituliskan dalam bentuk dot (titik-titik).

Contoh:
Diketahui himpunan-himpunan bilangan A={1,2,3} dan B={2,4,6}. Jika relasi A
ke B adalah faktor dari maka nyatakan relasi A ke B dengan:
a. Diagram panah
A B

1 2
2 4
3 6

b. Himpunan pasangan berurutan


[(1,2), (1,4), (1,6), (2,2), (2,4), (2,6), (3,6)]
c. Diagram cartesius
Berdasarkan diagram panah tersebut:
Himpunan A : {1,2,3} disebut domain (asal)
Himpunan B : {2,4,6} disebut daerah kodomain (kawan)
Himpunan {2,4,6} disebut daerah range (hasil)
D. Pengertian Fungsi
Contoh 1:
Diketahui A = {1, 2, 3} dan B = {2, 4, 6}. Relasi dari A ke B adalah
“setengah dari”, dengan demikian terdapat pemasangan sebagai berikut:
1 ∊ A dipasangkan dengan 2 ∊ B
2 ∊ A dipasangkan dengan 4 ∊ B
3 ∊ A dipasangkan dengan 6 ∊ B
Tampak bahwa setiap anggota A dipasangkan dengan tepat satu pada
anggota B, relasi yang demikian ini dinamakan pemetaan atau fungsi dari A ke B.
Contoh 2:
Diketahui C + {2, 3} dan D = {4, 9} relasi dari C ke D adalah “faktor dari”
dengan demikian terdapat pemasangan sebagai berikut.
2 ∊ C dipasangkan dengan 4 ∊ D
3 ∊ C dipasangkan dengan 9 ∊ D
Dari bebrapa uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa pengertian dari
Fungsi f atau pemetaan f dari himpunan A ke himpunan B adalah suatu relasi
khusus yang memasangkan setiap anggota atau elemen pada himpunan A tepat
satu anggota himpunan B.
E. Pengertian Domain, Kodomain, Range
Perhatikan fungsi yang dinyatakan sebagai diagram panah pada gambar. Pada
fungsi tersebut, himpunan A disebut domain (daerah asal) dan himpunan B
disebut kodomain (daerah kawan). Dari gmbar tersebut juga memperoleh:
2 ∊ B merupakan peta dari 1 ∊ A
3 ∊ B merupakan peta dari 2 ∊ A
4 ∊ B merupakan peta dari 3 ∊ A
Himpunan peta tersebut dinamakn range (daerah hasil)

Jadi dari diagram panah pada gambar diatas diperoleh:


Domainnya (Df) adalah A = {1, 2, 3}
Kodomainnya adalah B = {1, 2, 3, 4}
Rangenya (Rf) adalah {2, 3, 4}

F. Jenis-jenis Fungsi
1. Fungsi surjektif
f : A → B dikatakan fungsi surjektif jika dan hanya jika range f sama dengan B.
Atau ditulis f ( A )=B
Dalam notasi matematika dapat ditulis menjadi
f : A → B disebut fungsi surjektif⟺ ∀ x ∈ A ∋ Rf =B
Contoh :
Diketahui :
A = {-2,-1,0,-1, 2}
B = {0, 1, 4}
Jika x anggota dari himpunan A dan y anggota dari himpunan B , dimana y=f(x)
Maka range dari fungsi f(x) = x^2 adalah
f(-2) = (-2)^2 f(1) = (1)^2
=4 =1
f(-1) = (-1)^2 f(2) = (2)^2
=1 =4
f(0) = (0)^2
=0
Rf = {(-2,4), (-1,1), (0,0), (1,1), (2,4)}
2. Fungsi Injektif
f : A → B dikatakan fungsi injektif jika dan hanya jika tidak ada anggota yang
berbeda di A mempunyai bayangan yang sama, atau setiap anggota A mempunyai
peta yang berbeda, atau tidak ada dua anggota di A yang mempunyai peta yang
sama.
Definisi tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
 f : A → B dikatakan fungsi injektif jika dan hanya jika
∀ a 1 , a2 ∈ A , f ( a1 ) =f ( a 2 ) ⇒a 1=a2.
 f : A→B dikatakan fungsi injektif jika dan hanya jika
∀ a 1 , a2 ∈ A , f ( a1 ) ≠ f ( a 2 ) ⇒ a 1≠ a 2.
Contoh :
Diketahui : A= {x|1≤x≤5,x adalah anggota dari bilangan asli }
B= {bilangan genap kurang dari 14}
Jika x anggota dari himpunan A dan y anggota dari himpunan B, dimana y=f(x)
Maka range dari fungsi f(x) adalah
f(1)= 2(1) f(4)=2(4)
=2 =8
f(2) =2(2) f(5)=2(5)
=4 =10
f(3) = 2(3)
=6
Rf = {(1,2),(2,4),(3,6),(4,8),(5,10)}
3. Fungsi Bijektif
Fungsif dikatakan fungsi bijektif jika dan hanya jika fungsi f merupakan fungsi
yang bersifat surjektif dan injektif.
Contoh :
Diketahui :
A = {x | 1 ≤ x ≤ 5, x adalah anggota dari bilangan Asli }
B = {1, ¼, 1/9, 1/16, 1/25}
Jika x anggota dari himpunan A dan y anggota dari himpunan B, dimana y = f(x)
Maka range dari fungsi f(x) = x-2 adalah
f(1) = (1)-2 f(4) = (4)-2
=1 = 1/16
f(2) = (2)-2 f(5) = (5)-2
=¼ = 1/25
f(3) = (3)-2
= 1/9
Rf = {(1,1), (2, ¼ ), (3, 1/9), (4, 1/16), (5, 1/25)}

G. Menentukan nilai fungsi


Notasi Fungsi
fungsi dinotasikan dengan huruf kecil, seperti f, g, atau h. Pada fungsi f dari
himpunan A ke himpunan B, jika x € B maka peta atau bayangan x oleh f
dinotasikan dengan f (x).
Perhatikan Gambar 2.7 . Gambar tersebut menunjukkan fungsi himpunan A ke
himpunan B menurut aturan f : x 2x+ 1. Pada gambar, dapat dilihat bahwa x
merupakan anggota domain f. Fungsi f : x 2x + 1 berarti fungsi f memetakan x
ke 2x + 1. Oleh karena itu, bayangan x oleh fungsi f adalah
2x + 1. Jadi, dapat dikatakan bahwa f (x) = 2x + 1 adalah rumus untuk fungsi f.
Jika fungsi f : x ĺ ax + b dengan x anggota domain f, rumus fungsi f adalah f (x) =
ax + b.
Contoh :
1. Diketahui suatu fungsi f: x ⟶ 5 – 2x jika daerah asal f adalah (-3, -2, -1, 0, 1,
2)
a. tentukan rumus fungsi tersebut
b. Daerah hasil fungsi tersebut
Jawab:
a. Notasi fungsi f: x 5-2x maka rumus fungsinya adalah f(x) = 5 – 2x
b. Daerah asal fungsi = (-3, -2, -1, 0, 1, 2). Rumus fungsinya f(x) = 5 – 2x
sehingga diperoleh
f(-3) = 5 – 2(-3) = 11
f(-2) = 5 – 2(-2) = 9
f(-1) = 5 – 2(-1) = 7
f( 0) = 5 – 2( 0) = 5
f( 1) = 5 – 2( 1) = 3
f( 2) = 5 – 2( 2) = 1
Jadi, daerah hasil dari fungsi f adalah (1, 3, 5, 7, 9, 11)
2. Diketahui fungsi f: x ĺ 2x – 2 pada himpunan bilanganbulat. Tentukan:
a. f (1),
b. b. f (2),
c. c. bayangan (–2) oleh f,
d. d. nilai f untuk x = –5,
e. e. nilai x untuk f (x) = 8,
f. f. nilai a jika f (a) = 14.
Jawab :
Diketahui f: x ĺ 2x – 2 pada himpunan bilangan bulat. Dengan demikian rumus
fungsinya f (x) = 2x –2.
a. f (1) = 2 (1) – 2 = 0
b. f (2) = 2 (2) – 2 = 2
c. Bayangan (–2) oleh f sama dengan f (–2). Jadi, f (–2) = 2 (–2) – 2 = –6
d. Nilai f untuk x = –5 adalah f (–5) = 2 (–5) – 2 = –12
e. Nilai x untuk f (x) = 8 adalah 2 x – 2 = 8 2x = 8 + 2 2 x = 10 x=5
f. Nilai a jika f (a) = 14 adalah 2a – 2 = 14
2a = 14 + 2
2a = 16
a=8
DERET
A. DERET BILANGAN
Deret bilangan adalah penjumlahan secara urut dari suku suatu bilangan.
Deret bilangan secara umum ditulis dengan.
U 1 +U 2 +U 3 +…+ U n
Contoh:
1 + 3 + 9 + 12 + 15 +....
Dari deret tersebut dapat diketahui bahwa pola suku bilangannya adalah 3 n-1
dengan n merupakan bilangan asli.
B. DERET ARITMATIKA
Deret aritmatika adalah jumlah dari beberapa suku berurutan dengan selisih yang
sama. Deret atau jumlah n suku pertama dari deret aritmatika dirumuskan dengan:
n
Sn= ( 2 a+ ( n−1 ) b )
2
Dimana:
Sn = jumlah n suku pertama
n = banyaknya suku
a=¿ suku pertama
b = beda
Apabila diketahui dua jumlah deret yang berurutan yaitu Sn dan Sn−1 ' maka dapat
dicari suku ke-n yaitu:
U n =S n−Sn−1
Contoh :
Diketahui:
5 + 8 + 11 + .....
Berapakah jumlah 8 suku pertamanya?
Jawab:
n
Sn= ( 2 a+ ( n−1 ) b )
2
8
S8= (2 ( 5 ) + ( 8−1 ) 3)
2
¿ 4 (10+ ( 7 ) 3)
¿ 4 (10+21)
¿ 4 (31)
¿ 124
C. DERET GEOMETRI
Jumlah n suku pertama deret geometri dirumuskan:
a (1−r n )
Sn = , r <1
(1−r)
a (r n−1)
Sn= , r >1
(r −1)
Dimana:
Sn = jumlah deret geometri
a = suku awal
r = rasio
Sedangkan jumlah deret tak hingganya dirumuskan:
a
S∞ =
1−r
Contoh :
Diketahui :
5 + 10 + 20 + ....
Berapakah jumlah enam suku pertamanya?
Jawab
a (r n−1)
Sn=
(r −1)
5( 26−1)
S6 =
(2−1)
5(64−1)
¿
1
5(63)
¿
1
¿ 315
MATRIKS
A. PENGERTIAN MATRIKS
Matriks adalah suatu susunan bilangan berbentuk segiempat yang diatur dalam baris dan
kolom Bilangan- bllangan dalam susunan itu disebut anggota/elemen/unsure dari matriks
tersebut.
B. MACAM-MACAM MATRIKS
1. Matriks persegipanjang: matriks yang memiliki banyak baris tidak

sama dengan banyaknya kolom. Contoh : A = |12 6 8


−7 −9|
2. Matriks persegi: matriks yang memiliki banyaknya baris sama dengan banyaknya
kolom.
5 6
Contoh : P= | |
1 9
3. Matriks nol: matriks yang semua unsurnya nol.
0 0 0
| |
Contoh : N= 0 0 0
0 0 0
4. Matriks baris: matriks yang hanya terdiri dari satu baris.
Contoh : B=|7 8 6|
5. Matriks diagonal: matriks persegi yang unsur-unsur selain unsur diagonal utamanya
adalah nol.
0 0 0
| |
Contoh : D= 0 1 0 =Diag( 0 ,−1,3)
0 0 3
6. Matriks kolom/ vektor klom: matriks yang hanya terdiri dari satu kolom.
4
Contoh : K= 7
||
9
7. Matriks skalar: matriks diagonal yang semua unsur diagonal utamanya adalah skalar
k yang sama.
5 0 0
Contoh : S=
| |
0 5 0
0 0 5
8. Matriks satuan/Matriks Identitas: matriks skalar yang semua unsur diagonal
utamanya 1.
1 0 0
| |
Contoh : I = 0 1 0
0 0 1
9. Matriks segitiga atas: matriks persegi yang semua unsur di bawah diagonal
utamanya nol. Atau dapat dikatakana suatu matriks persegi A = [aij] adalah
segitiga atas jika dan hanya jika aij = 0 untuk i > j.
6 3 9
| |
Contoh : A= 0 8 2
0 0 1
10. Matriks segitiga bawah: matriks persegi yang semua unsur di atas diagonal
utamanya nol. Atau dapat dikatakana suatu matriks persegi A = [aij] adalah segitiga
bawah jika dan hanya jika aij = 0 untuk i < j.
1 0 0
Contoh :
| |
D= 2 5 0
5 −4 8
11. Matriks simetri: matriks persegi yang semua unsur aij = unsur aji untuk setiap i dan j.
0 1 2
Contoh :
| |
S= 1 4 5
2 5 3
12. Matrix anti symmetry/simetri miring (skew symetry): matriks persegi yang semua
aij = - aji untuk setiap i dan j.
0 5 2
| |
Contoh : S= 5 0 3

C. KESAMAAN DUA MATRIKS


2 3 0

Matriks A dan matriks B dikatakan sama (A = B) jika dan hanya jika:


i. Ordo matriks A sama dengan ordo matriks B.
ii. Setiap entry yang seletak pada matriks A dan matriks B mempunyai nilai yang
sama ay = by (untuk semua nilai i dan j).
D. OPERASI PADA MATRIKS
i. Penjumlahan
Penjumlahan matriks hanya dapat dilakukan terhadap matriks-matriks mempunyai
ukuran (orde) yang sama.
ii. Pengurangan
Pengurangan matriks hanya dapat dilakukan terhadap matriks-matriks yang
mempunya ukuran (orde) yang sama.
iii. Perkalian
a) Perkalian skalar
Perkalian bilanga skalar dengan sebuah matriks dengan dikatakan sebagai
perkalian skalar. Dalam perkalian skalar aturan yang digunakan adalah
mengalikan setiap entry matriks dengan bilangan skalar yang akan dikalikan.
b) Perkalian matriks dengan matriks
perkalian dua matriks memiliki sifat
 Tidak komukatif
 Banyaknya kolom pertama matriks sama dengan banyaknya baris matriks
kedua.
 Jika matriks A berukuran m× p dan matriks B berukuran p× n maka hasil
dari perkalian A × B adalah suatu matriks C yang sama berukuran m× n.
 Distributif.
 Asosiatif.
c) Transpose matriks
Misalkan ada matriks A berukuran m× n maka transpose dari A adalah AT
Yang memiliki ukuran n× m dengan entri yang dihasilkan dari membalikkan
kolom menjadi baris dan baris menjadi kolom yang bersesuaian.
E. DETERMINAN DAN INVERS MATRIKS
a) Determian Matriks
Aturan ini khusu untuk menghitung determinan mariks bujur sangkar berukuran 2 ×2
dan 3 ×3.
b) Invers Matriks
Invers dari suatu matriks menentukan apakah suatu matriks singular dan non singular.
Jika determinan matriks bernilai nol maka matriks tidak mempunyai invers disebut
matriks singular. Jika determinan matriks tidak bernilai nol maka matriks mempuyai
invers disebut non singular.
F. MINOR, KOFAKTOR, MATRIKS KOFAKTOR DAN ADJOINT
1) Minor
Jika A adalah sebuah matriks bujur sangkar berode n × n, maka minor elemen aij yang
dinotasikan dengan Mij’ didenifisikan sebagai determinan dari sub matriks A berode
(n – 1)× (n -1) setelah baris ke-i dan kolom ke-j dihilangkan.
2) Kofaktor
Jika A adalah sebuah matriks bujur sangkar berode n × n, maka kofaktor elemennya
dirumuskan sebagai :
Cij = (-1)1+2× Mij
3) Matriks Kofaktor dan Adjoint
Jika A adalah matriks barukuran n × n dan Cij adalah kofaktordari elemn aij’ maka
kofaktor dari matriks A adalah:
C 11 C 12 … … C1 n

[ C 21 C 22
… …
… …
Cn 1 C n 2
G. CONTOH SOAL




… C2 n
… …
… …
… C nn
]
1. Suatu kelompok terdiri dari 4 anak yaitu Zahira, Alma, Mumtaza dan Aqila. Keempat
anak ini melakukan ujian matematika, fisika, dan biologi. Nilai fisika untuk keempat
anak masing-masing 8, 8, 7, dan 6. Sedangkan nilai matematika masing-masing anak
9, 9, 8, dan 9. Serta nilai biologinya masing-masing anak 6, 7, 9, dan 8. Untuk melihat
informasi nilai masing-masing anak dengan cara di atas tidaklah mudah.
1) Apakah ada cara lain untuk menyajikan informasi di atas agar lebih mudah
dimengerti oleh pembaca?
2) Bagaimana penyajiannya?
3) Bagaimana sifat yang dapat dioperasikan dari penyajian tersebut?
Jawab
 Masalah di atas disajikan dalam bentuk tabel atau matriks agar mudah
dimengerti oleh pembaca.
 Penyajian informasi di atas dalam bentuk tabel.
Mapel / Fisika MTK Biologi
Nama Anak
Zahira 9 9 6
Alma 8 9 7
Mumtaza 7 8 9
Aqila 6 9 8
 Jika disajikan dalam bentuk matriks, maka akan menjadi:
9 9 6

[ ]
8
7
6
9
8
9
7
9
8
Sifat operasi yang dapat dihasilkan jika disajikan dalam bentuk matriks
adalah penjumlahan, pengurangan, perkalian skalar, perkalian antar matriks,
tranpose, adjoin, dan invers matriks
2. Apa yang dimaksud Matriks nol?
Jawab :
Matriks nol adalah matriks yang unsur-unsurnya sama dengan nol. Matriks nol
disimbolkan dengan O.
Contoh :
0 0 0

[ ]
0 0 0
0 0 0

3. Jika A= [ ab 12],B=[ a1 10] dan AB=[1410 ab ] maka nilai ab adalah.....


Jawab :
A × B= AB
a 1 a 1 10 a
[ ][ ] [ ]
b 2 0 0
=
14 b
2
a +1 a 10 a
[ ab+2 b ] [ 14 b ]
=

ab+ 2=14
ab=14−2
ab=12

Anda mungkin juga menyukai