Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Seperti telah kita ketahui bahwa matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari. Salah satunya konsep dasar himpunan yang hampir mendasari seluruh cabang
matematika. Himpunan sendiri berhubungan erat dengan keseharian kita, dengan belajar himpunan kita
di harapkan mampu memahami dari materi himpunan itu sendiri yang mungkin bermanfaat dalam
kehidupan kita.
Konsep himpunan mendasari hampir semua cabang matematika. Gerorg cantor di anggap sebagai bapak
teori himpunan. Himpunan merupakan kumpulan benda benda atau objek objek yang di definisikan
dengan jelas dimaksudkan agar apakah suatu benda merupakan anggota himpunan yang di maksudkan
tadi atau tidak
Contohnya kumpulan yang merupakan himpunan adalah kumpulan mahasiswa yang berusia 20 tahun,
kumpulan bilangan ganjil, kumpulan hewan berkaki empat. Sedangkan kumpulan yang bukan
merupakan himpunan adalah kumpulan makanan enak, kumpulan orang cantik, kumpulan bunga indah.
Ada 3 cara menyatakan himpunan yaitu dengan menyebutkan semua anggotanya, menyebutkan syarat
anggota-anggotanya dan dinyatakan dalam notasi pembentukan himpunan
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja operasi pada himpunan ?
2. Apa saja sifat sifat himpunan?
3. Bagaimana pembuktian himpunan?
C. TUJUAN
1. Memahami apa operasi himpunan
2. Memahami apa sifat sifat himpunan
3. Memahami pembuktian himpunan

HIMPUNAN 1
BAB 2

PEMBAHASAAN

A. OPERASI HIMPUNAN
1. GABUNGAN DUA HIMPUNAN
Operasi gabungan pada himpunan menyatakan operasi untuk menggabungkan anggota anggota
menjadi satu dalam himpunan baru, sehingga anggota anggota himpunan gabungan berasal dari
anggota anggota himpunan yang di operasikan. Jika terdapat anggota himpunan yang sama cukup di
tuliskan satu kali.
A gabungan B di tulis A ∪B= { x|x ϵ A atau xϵ B }

Contoh :
A={1,2,3,4,5}
B={2,4,6,8,10}
A ∪ B = {1,2,3,4,5,6,8,10}

2. IRISAN DUA HIMPUNAN


Irisan dari dua himpunan A dan B adalah himpunan dengan anggota yang berada pada dua
himpunan tersebut. Dalam kata lain, anggota angoota himpunan irisan merupakan anggota yang
sama pada dua himpunan.

HIMPUNAN 2
Contoh
A= {a,b,c,d,e}
B= {a,c,e,g,i}
Pada kedua himpunan tersebut ada tiga anggota yang sama, yaitu a,c, dan e. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa irisan himpuan A dan B adalah a,c, dan e atau di tulis dengan :
A∩B ={a,c,e}

3. SELISIH DUA HIMPUNAN


Selisih dua himpunan A dan B adalah himpunan dari semua anggota himpunan A dan B adalah
himpunan dari semua anggota himpunan A tetapi tidak memiliki himpunan B
A selisih B di tulis A-b = { x|x ϵ A atau xϵ B }

Contonya
A={a,b,c,d,e}
B={a,c,e,g,i}
A-B={b,d}
4. KOMPLEMEN
Komplemen dari sebuah himpunan A adalah himpunan semua anggota himpunan sementara (S)
yang tidak ada di himpunan A. himpunan semesta memuat semua anggota dari himpunan yang di
bicarakan. Pada pembicaraan bilangan ganjil, maka himpunan bilangan ganjil yang tak terhingga,
pada bahasan lima bilangan ganjil pertama maka himpunan semesta memiliki anggota anggota
1,3,5,7,dan 9
Notasi komplemen suatu himpunan dinyatakan dalam pangkat c yang melekat pada himpunan
terkait. Misalkan di ketahui himpunan A, Komplemen dari himpunan A dinyatakan dalam notasi A c

HIMPUNAN 3
(dibaca A komlemen). Notasi pembangkit untuk menyatakn pernyataaan suatu himpunan
komplemen adalah Ac ={ x|x ϵ S tetapi xϵ A }

Contoh soal
S={1,2,3,4,5,6,7,8,9,10}
A={1,3,5,7,9}
Ac={2,4,6,8,10}
5. BEDA SETANGKUP
Operasi himpunan beda setangkup mengahasilkan anggota anggota himpunan yang di operasikan
tetapi tidak termasuk anggota irisinnya. Misalnya pada operasi beda setangkup untuk himpunan A
dan B akan menghasilkan suatu himpunan yang anggotanya ada pada himpunan A dan B tetapi tidak
pada keduanya.
Sebagai contoh di ketahui dua buah himpunan A={a,b,c,d,e} dan B={a,I,u,e,o}. anggota anggota
himpunan A dan B yang sama meliputi a dan e (irisan kedua himpunan). Hasil operasi beda
setangkup merupakan anggota himpunan A dan B tetapi tidak keduanya. Jadi, himpunan dari hasil
operasi himpunan beda setangkup untuk himpunan A dan B adalah b,c,d,i,u dan o
Notasi operator beda setangkup dinyatakan dalam sebuah tanda plus dalam sebuah lingkaran ⊕.
Notasi pembangkit untuk beda setangkup adalah A⊕B= { x|x ϵ A tetapi xϵ B dan x ϵB tetapi x ϵ A } .
pernyataan tersebut sama dengan A ⊕ B =(A∪ B) – ( A∩B) atau sama dengan A⊕B = (A-B)∪(B-
A)

HIMPUNAN 4
Contoh
A={a,b,c,d,e}
B={a,I,u,e,o}
A⊕B = {b,c,d,i,u,o}

Operasi himpunan beda setangkup memenuhi hukum komutatif (A+B=B+A) dan Asosiatif (A+B)
+C = A + (B+C)

6. PERKALIAN KARTESIAN
Operasi himpunan untuk perkalian kartesian berupa pasangan berurutan. Misalnya pada perkalian
kartesian dari himpunan A dan B, hasil himpunan barunya adalah semua pasangan berurut yang dari
anggota anggota himpunan A dan B. symbol notasi perkalian kartesian adalah A x B
Sebagai contoh di ketahui dua buah himpunan A={1,3,5} dan B {r,s}. himpunan hasil operasi
kartesian adalah A x B = {(1,r),(1,s),(3,r),(3,s),(5,r),(5,s)
Notasi pembangkit untuk himpunan hasil operasi perkalian kartesian untuk himpunan A dan B
adalah A x B= { (a , b)|a ϵ A dan b ϵ B }
Contoh
A={1,2,3}
B={7,9}
A x B = {(1,7), (1,9), (2,7), (2,9), (3,7), (3,9)

B. SIFAT SIFAT HIMPUNAN


1. Ketertutupan
Sifat ketertutupan pada operasi himpunan mempunyai makna bahwa hasil dari pengoperasian dua
atau lebih himpunan menghasilkan satu penyelesainan berupa himpunan.

2. SIFAT KOMUTATIF
Sifat komutatif pada operasi himpunan hanya berlaku pada operasi irisan dan gabungan , yaitu A ∩
B=B ∩A dan A ∪B=B ∪A
Contoh
Diketahui dua himpunan
A={3,4,5,6} dan B={2,3,4}
Tunjukan bahwa A∩B=B ∩A dan A ∪B=B ∪A

HIMPUNAN 5
Penyelesaian :
Perhatian anggota anggota pada himpunan A dan B. Anggota A ∩ B merupakan persekutuan dari
anggota pada himpunan A dan himpunan B. Anggota himpunan A yang terdapat di himpunan B
adalah 3,4. Dengan demikian, A∩ B={3,4}. Selanjutnya, kita tentukan B∩ A. anggota di himpunan
B yang terdapat di himpunan A adalah 3,4. Dengan demikian , B ∩ A = {3,4}. Dari hasil tersebut
dapat di simpulkan bahwa A∩ B= B ∩ A
Untuk menentukan A ∪B, kamu dapat menuliskan kembali semua anggota A dan B, yaitu
3,4,5,6,2,3,4. Oleh karena itu, ada dua nilai yang sama untuk 3 dan 4, maka di tulis satu kali saja,
sehingga A ∪B ={2,3,4,5,6}. Begitu pula untuk menentukan B ∪A. dengan menuliskan kembali
semua anggota B dan A dengan anggota yang sama di tulis satu kali, yaitu 2,3,4,5,6 sehingga di
peroleh B ∪A = {2,3,4,5,6}. Dari hasil tersebut dapat di simpulkan A ∪B = B ∪A

3. SIFAT ASOSIATIF
Sifat asosiatif pada operasi himpunan hanya berlaku pada operasi irisan dan gabungan, yaitu (A ∩
B)∩ C = A ∩ (B∩C) dan( A ∪B)∪ C = A ∪ (B∪ C)
Contoh
Diketahui
A={p,q,r,s}
B= {r,s,t}
C={q,r,s}
Tunjukan bahwa (A ∩ B)∩ C = A ∩ (B∩C) dan( A ∪B)∪ C = A ∪ (B∪ C)
Penyelesaian
(A ∩ B)∩ C = A ∩ (B∩C) dan( A ∪B)∪ C = A ∪ (B∪ C)
Anggota himpunan A yang juga terdapat di himpunan B adalah r,s, sehingga di peroleh A ∩ B =
{r,s}. selanjutnya, perhatikan anggota himpunan B yang terdapat di himpunan C yaitu r,s, sehingga
B ∩C = {r,s}. amati anggota himpunan B yang terdapat di himpunan B ∩C yaitu r,s, sehingga B ∩C
= {r,s}. dengan demikian (A ∩B)∩ C= A ∩ (B ∩ C)

Kita tentukan dahulu (A ∪ B) ∪ C.

(A ∪ B) ∪ C = ({p, q, r, s} ∪ {r, s, t}) ∪ {q, r, s}

(A ∪ B) ∪ C = {p, q, r, s, t} ∪ {q, r, s}

(A ∪ B) ∪ C = {p, q, r, s, t}

HIMPUNAN 6
Kemudian, kita tentukan A ∪ (B ∪ C).

A ∪ (B ∪ C) = {p, q, r, s} ∪ ({r, s, t} ∪ {q, r, s})

A ∪ (B ∪ C) = {p, q, r, s} ∪ {q, r, s, t}

A ∪ (B ∪ C) = {p, q, r, s, t}

Dengan demikian, dapat ditunjukkan bahwa (A ∪ B) ∪ C = A ∪ (B ∪ C).

4. SIFAT DISTRIBUTIF
Sifat distributive pada operasi himpunan hanya berlaku pada operasi irisan dan gabungan , yaitu A ∩
(B ∪ C) = (A ∩ B) ∪ (A ∩ C) dan A ∪ (B ∩ C) = (A ∪ B) ∩ (A ∪ C).
Contoh
Di ketahui
Himpunan A= {1,2,3,4,5,6,7,8,9,10}, B={2,4,6,8,10} dan C={1,3,5,7,9}. Tentukan bahwa A ∩ (B ∪
C) = (A ∩ B) ∪ (A ∩ C) 
Penyelesaian
Langkah pertama, tentukan hasil dari A ∩ (B ∪ C)
A ∩ (B ∪ C)= {1,2,3,4,5,6,7,8,9,10}∩({2,4,6,8,10}∪{1,3,5,7,9})
A ∩ (B ∪ C)={1,2,3,4,5,6,7,8,9,10}∩{1,2,3,4,5,6,7,8,9,10}
A ∩ (B ∪ C)= {1,2,3,4,5,6,7,8,9,10}
Langkah kedua tentukan hasil dari (A ∩ B) ∪ (A ∩ C) 
(A ∩ B)={1,2,3,4,5,6,7,8,9,10}∩{2,4,6,8,10}
(A ∩ B)= {2,4,6,8,10}
(A ∩ C) )={1,2,3,4,5,6,7,8,9,10}∩{1,3,5,7,9}
(A ∩ C) ={1,3,5,7,9}
(A ∩ B) ∪ (A ∩ C) = {2,4,6,8,10}∪{1,3,5,7,9}
(A ∩ B) ∪ (A ∩ C) ={1,2,3,4,5,6,7,8,9,10}

5. SIFAT IDEALIS
Sifat idealis yang berlaku pada operasi irisan dan gabungan adalah
 A∩ ∅= ∅
 A∩S=A
 A∪∅ =A
 A∪S=S

HIMPUNAN 7
Contoh

Di ketahui S= himpunan bilangan asli kurang dari 10 dan A = {2,3,5,7}. Tentukan

a. A∩ ∅= ∅
b. A ∩ S = A
c. A ∪ ∅ = A
d. A ∪ S = S

Penyelesaian

S= himpunan bilangan asli kurang dari 10 maka S={1,2,3,4,5,6,7,8,9}

a. A∩ ∅= {2,3,5,7}∩{}=∅
b. A ∩ S = {2,3,5,7}∩{1,2,3,4,5,6,7,8,9}={2,3,5,7}=A

c. A ∪ ∅ = {2,3,5,7}∪{}={2,3,5,7}=A

d. A ∪ S = {2,3,5,7}∪ {1,2,3,4,5,6,7,8,9}= {1,2,3,4,5,6,7,8,9}=S


6. SIFAT IDEMPOTEN
Sifat idompoten yang berlaku pada operasi irisan dan gabungan antara lain:

1. A ∩ A
2. A ∪ A

Contoh:

Diketahui K = {4, 5, 6}. Tentukan:

a. K ∩ K

b. K ∪ K

Penyelesaian:

a. K ∩ K = {4, 5, 6} ∩ {4, 5, 6} = {4, 5, 6}

K∩K=K

b. K ∪ K = {4, 5, 6} ∪ {4, 5, 6} = {4, 5, 6}

K∪K=K
HIMPUNAN 8
7. SIFAT KOMPLEMEN
Sifat komplemen pada operasi himpunan hanya berlaku untuk irisan dan gabungan.
1. A ∩ Ac = ∅
2. A ∪ Ac = S
3. (Ac )c = A
4. ∅c = S
5. Sc = ∅

Contoh:

Diketahui S = {2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11} dan L = {6, 8, 9, 10, 11}. Tentukan L ∩ L c .

Penyelesaian:

Lc adalah semua anggota himpunan S yang bukan anggota himpunan bagian dari himpunan L,
sehingga Lc = {2, 3, 4, 7}. Dengan demikian, diperoleh:
L ∩ Lc = {6, 8, 9, 10, 11} ∩ {2, 3, 4, 7}
L ∩ Lc = { }
L ∩ Lc = ∅
Jadi, L ∩ Lc = ∅

8. SIFAT PENGURANGAN
Operasi pengurangan pada himpunan tidak bersifat komutatif. Oleh karena ituoperasi pengurangan
tidak bersifat komutatif , maka tidak bersifat asosiatif maupun identitas yaitu
1. A-B ≠B-A
2. A-(B-C)≠(A-B)-C
3. A-∅ = ∅-A

Contoh

Diketahui M={a,b,c,d,e,f} dan N={1,a,2,b,3,c}. buktikan bahwa M-N≠N-M

Penyelesaian

M-N adalah himpunan yang anggotanya merupakan anggota dari himpunan M dan bukan anggota
himpunan N.

HIMPUNAN 9
M-N = {a,b,c,d,e,f} - {1,a,2,b,3,c}.

M-N = {d,e,f}

N-M adalah himpunan yang anggotanya merupakan anggota dari himpunan N dan bukan anggota
himpunan M.

N-M = {1,a,2,b,3,c}- {a,b,c,d,e,f}

N-M = {1,2,3}

Dengan demikian M-N≠N-M

9. SUBSET
Subset atau himpunan bagian adalah suatu himpunan yang merupakan bagian dari himpunan utama.
Subset dinyatakan dengan lambang “⊂” tetapi jika bukan himpunan bagian dilambangkan dengan
“⊄”. Banyaknya anggota himpunan bagian dari K dirumuskan: 2n(K)dengan n(K) merupakan
banyaknya anggota himpunan K.

Contoh:

Jika diketahui O = {1, 4, 7}, maka tentukan banyaknya himpunan bagian O.

Penyelesaian:

Diketahui O = {1, 4, 7}, maka n(O) = 3

Banyaknya himpunan bagian O = 2 n(O)


Banyaknya himpunan bagian O = 23
Banyaknya himpunan bagian O = 8

Jadi, banyaknya anggota himpunan bagian dari O ada 8 yaitu { }, {1}, {4}, {7}, {1, 4}, {1, 7}, {4,
7}, {1, 4, 7}.

10. ABSORPTION

Absorption adalah himpunan-himpunan yang bila dioperasikan akan terserap menjadi suatu
himpunan tertentu. Absorption dirumuskan sebagai berikut:

HIMPUNAN 10
A ∪ (A ∩ B) = A ∩ (A ∪ B) = A

Contoh:

Diketahui A = {1, 2, 3} dan B = {0, 3, 4, 5}. Buktikan bahwa A ∪ (A ∩ B) = A ∩ (A ∪ B) = A.

Penyelesaian:

Langkah pertama, kita buktikan dahulu bahwa A ∪ (A ∩ B) = A.

A ∩ B merupakan himpunan yang anggotanya terdapat di A dan B yaitu A ∩ B = {3}.

A ∪ (A ∩ B) = {1, 2, 3} ∪ {3}

A ∪ (A ∩ B) = {1, 2, 3}

A ∪ (A ∩ B) = A

Jadi, terbukti bahwa A ∪ (A ∩ B) = A.

Langkah berikutnya, kita buktikan bahwa A ∩ (A ∪ B) = A.

A ∪ B merupakan himpunan yang anggotanya merupakan gabungan semua anggota A dan B yaitu
A ∪ B = {0, 1, 2, 3, 4, 5}.

A ∩ (A ∪ B) = {1, 2, 3} ∩ {0, 1, 2, 3, 4, 5}

A ∩ (A ∪ B) = {1, 2, 3}

A ∩ (A ∪ B) = A

Jadi, terbukti bahwa A ∩ (A ∪ B) = A.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa A ∪ (A ∩ B) = A ∩ (A ∪ B) = A

11. PENGHILANGAN

Jika A = B, maka A ∩ C = A ∩ B untuk C suatu himpunan.

Contoh:

Diketahui A = {k, l, m}, B = {k, l, m} dan C = {l, m, n, o}. Buktikan bahwa A ∩ C = A ∩ B.

HIMPUNAN 11
Penyelesaian:

Langkah pertama, kita tentukan A ∩ C.

A ∩ C = {k, l, m} ∩ {l, m, n, o} = {l, m}

Langkah kedua, kita tentukan A ∩ B.

B ∩ C = {k, l, m} ∩ {l, m, n, o} = {l, m}

Dengan demikian, terbukti bahwa A ∩ C = B ∩ C untuk C suatu himpunan

12. DUALITAS

Prinsip dualitas berlaku bila kita menukar “∪” dengan “∩”, “S” dengan “∅”, dan sebaliknya.
Pernyataan baru tersebut disebut dual dari pernyataan aslinya.

Contoh:

Diketahui pernyataan (A ∪ ∅) ∩ (S ∪ B) = A. Tentukan dual dari pernyataan tersebut.

Penyelesaian:

Dual dari pernyataan (A ∪ ∅) ∩ (S ∪ B) = A adalah (A ∩ S) ∪ (∅ ∩ B) = A.

C. PEMBUKTIAN HIMPUNAN
1. PEMBUKTIAN PROPOSISI PERIHAL HIMPUNAN
Proposisi himpunan adalah argument yang menggunakan notasi himpunan
Proposisi dapat berupa
a. Kesaamman (identitiy), contoh buktikan A ∩ (B ∪ C)= (A ∩ B) ∪ (A∩C)
b. Implikasi, contoh : buktikan bahwa “jika A ∩ B= ∅ dan A ⸦ (B ∪ C) maka selalu berlaku
bahwa A ⸦ C
2. PEMBUKTIAN DENGAN DIAGRAM VENN
Diagram venn hanya dapat di gunakan jika himpunan yang di gambarkan tidak banyak jumlahnya.
Mlebih mengistrulasikan dari pada membuktikan fakta diagram venn tidak di anggap metode yang
valid untuk pembuktian secara formal.
Contoh
Misalkan A, B dan C adalah himpunan. Buktikan bahwa A ∩ (B ∪ C) = (A ∩ B) ∪ (A∩C) dengan
diagram venn
Kedua diagram venn memberikan area arsiran yang sama. Terbukti bahwa A ∩ (B ∪ C)= (A ∩ B) ∪
(A∩C)

HIMPUNAN 12
3. PEMBUKTIAN DENGAN TABEL KEANGGOTAAN
Misalkan A,B,C adalah himpunan. Bektikan bahwa A ∩ (B ∪ C)= (A ∩ B) ∪ (A∩C)
B∪C

A B C B∪C A ∩ (B ∪ A ∩ B A∩C (A ∩ B) ∪
C) (A∩C)
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 1 0 0 0 0
0 1 0 1 0 0 0 0
0 1 1 1 0 0 0 0

1 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 1 1 0 1 1
1 1 0 1 1 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1⸦ 1

4. PEMBUKTIAN DENGAN ALJABAR HIMPUNAN


MISALKAN A dan B himpunan . Buktikan bahwa ( A∩B) ∪ (A∩BC) =A
Bukti ( A∩B) ∪ (A ∩ BC)=A∩(B ∪ BC) (Hukum Distributif)
( A∩B) ∪ (A ∩ BC)= A∩ ∪ ( Hukum Komplemen)
( A∩B) ∪ (A ∩ BC)= A ( Hukum Identitas)
MISALKAN A dan B himpunan. Buktikan bahwa A ∪ ( B – A) = A ∪ B
Bukti A ∪ (B – A) = A ∪ ( B ∩ AC) (Definisi Operasi Selisih)
A ∪ (B – A) = (A ∪ B ) ∩ ( A ∪ AC) (Hukum Didtributif)
A ∪ (B – A) = (A ∪ B ) ∩ ∪ (Hukum Komplemen)
A ∪ (B – A) = A ∪ B ( Hukum Identitas)
5. PEMBUKTIAN DENGAN DEFINISI
Metode ini digunakan untuk membuktikan pernyataan himpunan yang tidak berbentuk kesamaan,
tetapi pernyataan yang berbentuk implikasi.
Biasanya di dalam implikasi tersebut terdapat notasi himpunan bagian ( ⸦ atau ⸦ ).
Contoh : Misalkan A dan B himpunan . Jika A ∩ B = ∅ dan A ⸦ ( B ∪ C ) maka A ⸦ C. Buktikan !
Bukti :
Dari definisi himpunan bagian , P ⸦ Q jika dan hanya jika setiap x ϵ P juga ϵ Q. Misalkan x ϵ
A. Karena A ⸦ ( B ∪ C ), maka dari definisi himpunan bagian, x juga ( B ∪ C), maka dari
definisi himpunan bagian. X juga ϵ ( B ∪ C ). Dari definisi operasi gabungan (∪ ), x ϵ ( B ∪ C )
berarti x B atau x C.
Karena x ϵ A dan A ∩ B = ∅ , maka x ϵ B.
Dari pembuktian di atas, x ϵ C harus benar. Karena ⩝ X ϵ A Juga berlaku x ϵ C, maka dapat
disimpulkan A ⸦ C

HIMPUNAN 13
BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Himpunan adalah suatu konsep matematika. Konsep himpunan adalah ide dari kumpulan objek dan
memandang objek tersebut sewbagai entitas tunggal. . Konsep himpunan mendasari hampir semua
cabang matematika. Gerorg cantor di anggap sebagai bapak teori himpunan. Himpunan merupakan
kumpulan benda benda atau objek objek yang di definisikan dengan jelas dimaksudkan agar apakah
suatu benda merupakan anggota himpunan yang di maksudkan tadi atau tidak

B. SARAN
Dalam pembuatan makalah kami ini masih banyak kesalahan yang kami buat. Untuk itu kami mohon
agar kepada pembaca memberikan saran dan kritik agar maklah kami ini dapat menjadi sempurna.
Demikianalah makalah kami ini akhir kata saya ucapkan terimakasih.

HIMPUNAN 14
DAFTAR PUSTAKA

https://idschool.net/sma/operasi-pada-himpunan/

http://mtksmplengkap.blogspot.com/2016/01/sifat-sifat-operasi-himpunan.html

https://www.belajarstatistics.com/blog/2021/06/10/pembuktian-pembuktian-himpunan/

HIMPUNAN 15

Anda mungkin juga menyukai