Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kemampuan berpikir kritis dianggap sebagai kemampuan dasar yang


sangat penting untuk dikuasai. Menurut Simbolon dkk (Simbolon et al., 2017),
berpikir kritis merupakan proses mencari, menganalisis, mensintesis dan
konseptualisasi informasi untuk mengembangkan pemikiran seseorang,
menambah kreativitas dan mengambil resiko. Rendahnya kemampuan berpikir
kritis disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu siswa cenderung menghafal materi
dan rumus daripada memahami konsep. Hal tersebut sesuai dengan investigasi
awal penelitian dari Sianturi dkk (2018), dijelaskan bahwa kurangnya respon
siswa dan kecenderungan menghafal daripada memahami konsep menyebabkan
kemampuan berpikir kritis siswa kurang terlatih. Peran aktif siswa masih kurang,
ditunjukkan dengan sedikitnya siswa yang aktif dalam bertanya dan berpendapat.
Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa cenderung berfokus pada guru tanpa
menganalisis, mengkritik, mengevaluasi apa yang disampaikan oleh guru.
Kemampuan berpikir kritis dapat dikembangkan dengan penggunaan model
pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan
yaitu model Problem Based Learning. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Muslim dkk (2015), penerapan model Problem Based Learning
dalam pembelajaran dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan
berpikir kritis siswa.

Model problem based learning dipadukan dengan media pembelajaran


interaktif. Media pembelajaran interaktif yaitu alat yang dirancang untuk
memperjelas penyajian informasi, serta dapat mengatasi keterbatasan indera,
ruang, waktu seperti benda yang terlalu besar ataupun terlalu kecil dapat dilihat
menggunakan mikroskop, slide, film ataupun dengan gambar (Zuhelmi et al.,
2017). Media pembelajaran interaktif tersebut dilengkapi dengan animasi untuk
menumbuhkan minat belajar siswa, dan pemahaman konsep siswa. Animasi dapat

1
menggambarkan sejumlah konsep yang membantu pemahaman siswa dari
berbagai konsep yang abstrak (Fatahullah, 2016). Untuk menunjang proses
pembelajaran secara daring, dapat digunakan platform media online seperti google
classroom, whatsapp group dan lain-lain.

Problem Based Learning (PBL) adalah suatu pendekatan pembelajaran


yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk
belajar tentang keterampilan pemecahan masalah (Arends, 2007). Dalam PBL,
masalah yang diajukan oleh guru adalah permasalahan dunia nyata dan menarik,
sehingga siswa dilatih untuk memecahkan masalah yang membutuhkan pemikiran
kreatif (Bilgin et al., 2009). PBL memberikan tantangan kepada siswa, bekerja
bersama dalam suatu kelompok untuk menyelesaikan permasalahan.
Permasalahan ini digunakan untuk memberikan tantangan kepada siswa tentang
keingintahuan dan prakarsa untuk menyelesaikan suatu masalah. PBL banyak
menggunakan pemecahan masalah sebagai aktivitas belajar dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berpikir kreatif, mengemukakan ide kritisnya, dan
mengkomunikasikan hasil pekerjaannya kepada teman. PBL membantu siswa
mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah
(Ibrahim & Nur, 2005). PBL merupakan salah satu aplikasi pembelajaran aktif.
PBL adalah pendekatan yang berpusat pada siswa dan berfokus pada
keterampilan, belajar seumur hidup, kemampuan untuk menerapkan pengetahuan,
dan keterampilan dalam pemecahan masalah (Tarhan et al., 2008). Menurut
Albanese & Mitchell; Dolmans & Schmidt, sebagaimana dikutip oleh Selcuk
(2010), mengungkapkan bahwa PBL selain melengkapi siswa dengan
pengetahuan, PBL juga bisa digunakan untuk meningkatkan keterampilan
pemecahan masalah, kemampuan berpikir kritis dan kreatif, belajar sepanjang
hayat, keterampilan komunikasi, kerjasama kelompok, adaptasi terhadap
perubahan dan kemampuan evaluasi diri. PBL dirancang untuk membantu guru
memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa melalui suatu
permasalahan. PBL membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan
berpikir dan keterampilan mengatasi masalah, mempelajari orang dewasa dan
menjadi pelajar yang mandiri (Arends, 2007).
I.2. Rumusan Masalah

I.3. Tujuan Penelitian

I.4. Manfaat Penelitian


BAB II
TELAAH PUSTAKA

II.1. Kajian Teori

1. Problem Based Learning


Goodman dan Stivers (2010) mendefinisikan Project Based Learning
(PjBL) merupakan pendekatan pengajaran yang dibangun di atas kegiatan
pembelajaran dan tugas nyata yang memberikan tantangan bagi peserta didik yang
terkait dengan kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan secara berkelompok. Grant
(2002) mendefinisikan project based learning atau pembelajaran berbasis proyek
merupakan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik untuk melakukan
suatu investigasi yang mendalam terhadap suatu topik. Peserta didik secara
konstruktif melakukan pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset
terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata, dan relevan.
Sedangkan Made Wena (dalam Lestari, 2015: 14) menyatakan bahwa model Project
Based Learning adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
pendidik untuk mengelola pembelajaran dikelas dengan melibatkan kerja proyek.
Kerja proyek merupakan suatu bentuk kerja yang memuat tugas-tugas kompleks
berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan yang sangat menantang dan
menuntun peserta didik untuk merancang, memecahkan masalah, membuat
keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan peserta
didik untuk bekerja secara mandiri.
Pada model PjBL peserta didik tidak hanya memahami konten, tetapi juga
menumbuhkan keterampilan pada peserta didik bagaimanan berperan di masyarakat.
Keterampilan yang ditumbukan dalam PjBl diantaranya keterampilan komunikasi
dan presentasi, keterampilan manajemen organisasi dan waktu, keterampilan
penelitian dan penyelidikan, keterampilan penilaian diri dan refleksi, partisipasi
kelompok dan kepemimpinan, dan pemikiran kritis. Penilian kinerja pada PjBL
dapat dilakukan secara individual dengan memperhitungkan kualitas produk yang
dihasilkan, kedalaman pemahaman konten yang ditunjukkan, dan kontribusi yang
diberikan pada proses realisasi proyek yang sedang berlangsung. PjBL juga
memungkinkan peserta didik untuk merefleksikan ide dan pendapat mereka sendiri,
dan membuat keputusan yang mempengaruhi hasil proyek dan proses pembelajaran
secara umum, dan mempresentasikan hasil akhir produk.
2. Berpikir Matematis
Menurut Mason, Burton, dan Stacey (2010; 144) “Berfikir
matematis adalah sebuah proses dinamis yang memungkinkan kita untuk
meningkatkan kompleksitas ide dan memperluas pemahaman matematika”.
Menurut siswono (2009:1) “Berfikir matematis adalah merupakan suatu
kegiatan mental yang dialami seseorang bila mereka dihadapkan dari suatu
maslah atau situasi yang harus dipecahkan”. Menurut Wijaya (2012)
“Berfikir matematis adalah kemampuan berfikir yang berkaitan dengan
kemampuan dalam menggunakan penalaran untuk membangun argumen
matematis, kemampuan dalam mengembangkan strategi atau metode,
pemahaman konten matematika, serta kemampuan mengkomunikasikan
gagasan.   Dapat ditarik kesimpulan bahwa berfikir matematis ialah
kemampuan untuk melakukan penalaran suatu masalah, kemampuan
mengembangkan metode atau strategi, menemukan suatu strategi atau
metode yang dapat digunakan lalu mengeksperimenkannya dan
mendapatkan kesimpulan atas penyelesaiannya tersebut.
3. Multimedia Interaktif
Multimedia Interaktif adalah bentuk dari konten Multimedia
yang memungkinkan pengguna untuk lebih interaktif berkontribusi dalam
konten Multimedia tersebut. Interaktif disini adalah pengguna dapat
mengontrol, mengomentari dan menambahkan elemen-elemen yang ada di
dalam sebuah konten Multimedia tersebut menggunakan manipulasi
digital. Multimedia interaktif adalah media yang menggabungkan teks,
grafik, video, animasi dan suara. Untuk menyampaikan suatu pesan dan
informasi,  melalui media elektronik seperti komputer dan perangkat
elektronik lainnya.
Pengertian Multimedia Interaktif menurut beberapa ahli dijelaskan
sebagai berikut:
a. Menurut Robin dan Linda (seperti dikutip Benardo, 2011) Multimedia
interaktif adalah alat yang dapat menciptakan persentasi yang dinamis dan
interaktif, yang mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio dan gambar
video.
b. Menurut Hofstetter (seperti dikutip Benardo, 2011) Multimedia interaktif
adalah pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks,
grafik, audio, gambar bergerak (video dan animasi) dengan menggabungkan
link dan tool yang memungkinkan pemakai melakukan navigasi, berintraksi,
berkreasi dan berkomunikasi
Menurut Suyanto (seperti dikutip Benardo, 2011) jenis multimedia
interaktif terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Multimedia Interaktif Online Multimedia interaktif online adalah media
interaktif yang cara penyampaiannya melalui jalur/kawat/saluran/jaringan.
Contohnya situs Web, Yahoo Messengers, dan lain sebagainya. Jenis media
ini termasuk media lini atas, yang komunitas sasarannya luas, dan
mencakup masyarakat luas.
b. Multimedia Interaktif Offline Multimedia interaktif offline adalah media
interaktif yang cara penyampainnya tidak melalui jalur/kawat/saluran/
jaringan. Contohnya CD interaktif : Company Profile, Media Pembelajaran.
Media ini termasuk media lini bawah karena sasarannya, tidak terlalu luas
dan hanya mencakup masyarakat pada daerah tertentu saja.
II.2. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan.

Ada beberapa penelitian terdahulu yang bertujuan untuk mengetahui adanya relevansi
dengan penelitian ini, disamping itu untuk menghindari pengulangan atau persamaan
terhadap metode atau kajian data yang telah ditemukan oleh penelitian terdahulu.

1. Menurut Dimas Sofri fikri Arif, dkk (2020) dalam jurnal nya yang berjudul
“Analisis Kemampuan Berfikir Kritis Matematis pada model Problem Based
Learning (PBL) berbantu Multimedia Interaktif dan Google Classroom”.
Menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis memiliki 5 indikator, yaitu
klarifikasi dasar, memberikan alasan sebuah keputusan, menyimpulkan, klarifikasi
lebih lanjut, dugaan dan keterpaduan. Kemampuan berpikir kritis siswa sangat
diperlukan dalam menyelesaikan permasalahan, sehingga dibutuhkan model
pembelajaran yang dapat menunjang kemampuan berpikir kritis. Model Problem
Based Learning dapat menambah aktifitas berpikir siswa, membiasakan siswa dalam
menghadapi permasalahan dan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
Penggunaan model problem based learning dipandukan dengan multimedia interaktif
untuk menarik perhatian siswa serta memudahkan siswa untuk memahami konsep
abstrak.

II.3. Kerangka Berfikir

Pada kelas eksperimen penulis menggunakan model pembelajaran problem based


learning (PBL) dan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis matematis peserta
didik penulis menggunkan soal tes esai dengan materi Trigonometri kemudian untuk
mengukur pengisian keyakinan diri peserta didik penulis menggukan instrumen
angket untuk melihat tinggi, sedang, dan rendahnyan keyakinan peserta didik dalam
menyelesaikan permasalahan matematika dan diujikan untuk semua peserta didik baik
kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

II.4. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir kritis, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
terdapat:

a. Perngaruh pada penggunaan model pembelajaran problem based learning keislaman


terhadap kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik.
b. Pengaruh dalam kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik tinggi, sedang
dan rendah.
c. Interaksi model pembelajaran problem based learning terhadap kemampuan berpikir
kritis matematis peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai