Anda di halaman 1dari 10

SWAMEDIKASI

I. DASAR TEORI

II. TUJUAN

III. ALAT DAN BAHAN

IV. PROSEDUR KERJA

V. HASIL
A. Studi Kasus
Seorang laki-laki 30 tahun dating dengan keluhan nyeri di kepala tidak disertai
demam dan meminta saran ke apoteker.

B. Hasil Pemeriksaan

DOKUMENTASI SWAMEDIKASI

Nama Pasien : Rano


Umur : 30 Tahun
Alamat : Purwosari
Keluhan : Nyeri di kepala dan tidak disertai demam. Tidak
mempunyai riwayat penyakit maupun riwayat alergo
terhadap obat maupun makanan.
Terapi Yang Diberikan :
1. Terapi Farmakologi
 Pamol Paracetamol : Aturan pakai 3x sehari 1 tablet,
diminum setelah makan.
2. Terapi Non Farmakologi
 Perbanyak istirahat, ditambah dengan olahraga seperti
relaksasi dan tidak boleh terlalu stress.

VI. PEMBAHASAN
Swamedikasi adalah pengobatan mandiri atau obat yang dibutuhkan pasien secara
rasional dapat diberikan oleh Apoteker tanpa resep dokter. Obat-obat tersebut
meliputi obat bebas, bebas terbatas, OWA, tradisional.
Pada pasien bernama bapak Rano yang datang ke apotek dengan keluhan nyeri di
kepala dan tidak disertai demam. Sebelumnya pasien tidak mempunyai riwayat
penyakit yang diderita maupun riwayat alergi terhadap obat-obatan ataupun makanan.
Pasien datang ke apotek dengan mengeluhkan rasa sakit yang dialaminya dan
meminta saran kepada apoteker obat yang cocok untuk nyeri kepala yang dialaminya.
Sakit kepala adalah rasa sakit atau tidak nyaman antara orbita dengan kepala yang
berasal dari struktur sensitif terhadap rasa sakit. Sakit kepala bisa disebabkan oleh
kelainan vascular, jaringan saraf, gigi-geligi, orbita, hidung, sinus paranasal, jaringan
lunak di kepala (kulit, jaringan subkutan, otot, dan periosteum kepala).
Pemakaian berlebihan dari suatu pengobatan nyeri kepala merupakan tantangan
untuk klinis. Agen yang dapat mengobati nyeri kepala adalah formula asetaminofen,
aspirin, kafein, triptans, opioid, butalbital dan ergotamin. Pengobatan berlebihan
biasanya digabung dengan frekuensi penggunaan (lebih dari 2 kali sehari) selama 3
bulan atau lebih dan terjadi dalam waktu agen berhenti.
Analgesik diberikan dalam bentuk oral dan topikal tanpa menggunakan resep.
Oral analgesik didasarkan pada tiga senyawa yaitu aspirin, Ibuprofen dan
paracetamol. Aspirin dan Ibuprofen adalah obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) yang
memiliki kesamaan mekanisme kerja dalam tubuh. Paracetamol bukan merupakan
obat anti inflamasi nonsteroid. Semuanya digunakan untuk mengobati sakit dan nyeri
termasuk sakit kepala, migrain, sakit gigi, nyeri berkala serta nyeri otot dan reumatik.
Untuk keluhan yang dialami oleh pasien, apoteker menyarankan agar pasien
mengonsumsi obat paracetamol terlebih dahulu, dengan harapan rasa nyeri kepala
yang dialami pasien bisa reda ataupun sembuh. Acetaminophen atau paracetamol
adalah obat untuk penurun demam dan pereda nyeri (analgesic dan antipiretik),
seperti nyeri haid, nyeri kepala dan sakit gigi. Paracetamol tersedia dalam bentuk
tablet 500 mg dan 600 mg, sirup, drop, suppositoria, dan infus. Paracetamol bekerja
dengan cara mengurangi produksi zat penyebab peradangan, yaitu prostaglandin.
Dengan penurunan kadar prostaglandin di dalam tubuh, tanda peradangan seperti
demam dan nyeri akan berkurang. Pada pasien nyeri kepala seperti yang dialami oleh
pasien yang datang ke apotek, paracetamol dapat digunakan dengan cara
meminumnya 3x sehari sebanyak satu tablet, dan dikonsumsi setelah makan.
Obat paracetamol sendiri bisa dikonsumsi oleh ibu hamil, paracetamol juga tidak
memberikan efek samping yang serius terhadap janin yang ada dikandungan. Sejauh
ini paracetamol belum ada laporan mengenai terjadinya cacat janin ketika dikonsumsi
oleh ibu hamil. Akan tetapi jika paracetamol dikonsumsi untuk ibu menyusui, obat
dapat terserap ke dalam ASI, tetapi dalam jumlah kecil.
Untuk dosis paracetamol disesuaikan dengan usia dan kondisi penderita. Berikut
adalah dosis paracetamol dalam bentuk obat minum dan suppositoria untuk
meredakan demam dan nyeri:
 Dewasa
325–650 mg tiap 4–6 jam atau 1.000 mg tiap 6–8 jam. Paracetamol
biasanya tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 500 mg.
Paracetamol 500 mg dapat diminum tiap 4–6 jam sekali untuk meredakan
demam.
 Anak < 2 bulan
10–15 mg/kgBB, tiap 6–8 jam sekali atau sesuai dengan anjuran dokter.
 Anak 2 bulan–12 tahun
10–15 mg/kgBB, tiap 4–6 jam sekali atau sesuai anjuran dokter. Dosis
maksimal 5 kali pemberian dalam 24 jam.
 Anak > 12 tahun
325–650 mg per 4–6 jam atau 1.000 mg tiap 6–8 jam.
Efek samping yang akan dialami setelah mengkonsumsi paracetamol adalah
demam, muncul ruam kulit yang terasa gatal, sakit tenggorokan, muncul sariawan ,
nyeri punggung, tubuh terasa lemah, kulit atau mata berwarna kekuningan, timbul
memar pada kulit, urine berwarna keruh atau berdarah, tinja berwarna hitam atau
BAB berdarah, mual, muntah, dan pusing. Akan tetapi jika pasien mengalami efek
samping ringan seperti mual, muntah, pusing, dan tubuh terasa lemah pasien tidak
perlu takut atau khawatir hal tersebut bisa di atasi dengan cara istirahat dan tidak
melakukan kegiatan yang berat-berat untuk beberapa saat. Pasien yang mengalami
efek samping sedang hingga berat seperti muncul ruam pada kulit yang terasa gatal,
urine berwarna keruh atau berdarah, dan tinja berwarna hitam dan BAB disertai
darah, maka hentikan mengkonsumsi paracetamol dan segera dating ke apotek untuk
mengeluhkan efek samping yang di alami atau bisa langsung konsultasi dengan
dokter.
Untuk membantu meredakan nyeri kepala yang di alami pasien juga bisa dengan
cara terapi non farmakologi seperti memperbaiki pola istirahat yang cukup,
mengurangi beban pikiran yang bisa mengakibatkan strees dan menimbulkan rasa
nyeri kepala, serta melakukan olahraga relaksasi secara rutin untuk mengurangi
risiko kambuhnya nyeri kepala.

VII. KESIMPULAN
Sakit kepala bisa disebabkan oleh kelainan vascular, jaringan saraf, gigi-geligi,
orbita, hidung, sinus paranasal, jaringan lunak di kepala (kulit, jaringan subkutan,
otot, dan periosteum kepala). Analgesik diberikan dalam bentuk oral dan topikal
tanpa menggunakan resep. Oral analgesik didasarkan pada tiga senyawa yaitu aspirin,
Ibuprofen dan paracetamol. Paracetamol bukan merupakan obat anti inflamasi
nonsteroid. Paracetamol digunakan untuk mengobati sakit dan nyeri termasuk sakit
kepala, migrain, sakit gigi, nyeri berkala serta nyeri otot dan reumatik.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
KIE
I. DASAR TEORI

II. TUJUAN

III. ALAT DAN BAHAN

IV. PROSEDUR KERJA

V. HASIL
A. Resep

RUMAH SAKIT ISLAM


“SUNAN KUDUS”
Jl. Kudus Permai No. 1 Kudus 59361
Telp. (0291) 434709

dr. Solomon Putera, Sp. PD.


SIP : 33.19/59361/DS/02/449/III/2017

R/Actifed Syr No.I


S. 3. d. d. 1 cth

Nama : Rowiyah BB : 60 kg
Umur : No. Reg : 12
Alamat : No. RM : 057080
B. Hasil Catatan Pengobatan
CATATAN PENGOBATAN PASIEN
Nama Pasien : Rowiyah
Alamat : Purwosari RT 03 / RW 05
No. Telp/HP :-
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Riwayat Alergi : Obat (Asam Mefenamat)
Riwayat Penyakit : Turunan Diabetes
Hamil/ Menyusui : Tidak
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 40 tahun
TB/ BB : 60 kg
Gol Darah :-

No Tanggal Data Dokter Kasus Terapi yang Keterangan


Nama Alamat
. diberikan (Tgl R/, (TD Pasien,
Nama Obat, Dosis, GD Pasien,
Cara Pemberian) Info Apt,
dll)
1. 20 April Dr. Jl. Pilek dan R/Actifed Syr No.I -
S. 3. d. d. 1 cth
2021 Solomon Kudus hidung
Putera, Permai tersumbat
Sp. PD No.1,
Kudus
59361

VI. PEMBAHASAN
KIE merupakan komunikasi, informasi, dan edukasi atau konseling. Informasi
yang diberikan kepada pasien antara lain seperti, nama obat, indikasi/keguanaan obat,
cara pakai/penggunaan, aturan pakai, efek samping obat, lama penggunaan obat,
kontra indikasi obat, dan hal-hal lainya yang harus diperhatikan pasien saat menerima
obat. Dalam melakukan penyerahan obat hendaklah dilakukan dengan cara baik dan
memastikan yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya.
Informasi yang diberikan antara lain nama obat, indikasi/keguanaan obat, cara
pakai/penggunaan, aturan pakai, efek samping obat, lama penggunaan obat, kontra
indikasi obat, dan hal-hal lainya yang harus diperhatikan pasien saat menerima obat.
dalam melakukan penyerahan obat hendaklah dilakukan dengan cara baik dan
memastikan yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya.
Pada pasien yang berkonsultasi kepada apoteker mengeluhkan penyakit yang di
alaminya yaitu pasien mengeluh pilek dan juga hidung tersumbat. Sebelumnya
apoteker telah menanyakan usia dan berat badan pasien, usia dari pasien yaitu 40
tahun dengan berat badan 60 kg. pasien juga mempunyai riwayat alergi terhadap obat
Asam Mefenamat dan juga alergi terhadap makanan yakni kepiting. Sedangkan untuk
riwayat penyakit, pasien memiliki riwayat penyakit turunan diabetes. Saat
berkonsultasi, pasien tidak sedang dalam keadaan hamil atau menyusui.
Hidung tersumbat dan pilek dapat terjadi ketika jaringan di dalam hidung
terganggu. Gangguan bisa disebabkan iritasi karena menghirup polusi udara, baik dari
asap kendaraan atau pajanan asap rokok. Penyebab lain dari hidung tersumbat adalah
alergi, sinusitis, dan infeksi, contohnya ISPA dan influenza.
Dari keluhan yang dialami oleh pasien tersebeut apoteker menyarankan agar
pasien mengonsumsi obat Actifed Syr. Actifed Syr merupakan obat untuk
meringankan gejala pilek serta alergi pernafasan di hidung. Untuk setiap penggunaan
5 ml Actifed Cough mengandung : 1). Tripolidine HCl adalah zat aktif yang
digunakan untuk mengobati gejala alergi seperti rhinitis dan urtikaria. Termasuk
dalam golongan antihistamin generasi pertama yang memiliki efek sedatif rendah. 2).
Pseudoephedrin adalah zat aktif golongan simpatomimetik yang memiliki aktivitas
sebagai nasal dekongestan, stimulant, dan wakefulness promoting agent. Senyawa ini
bekerja dengan mengecilkan pembuluh darah untuk mengurangi pembengkakan dan
penyumbatan.  
Untuk masing-masing usia, dosis yang diberikan maka berbeda-beda. Dosis untuk
orang dewasa dan anak usia lebih dari12 tahun, diresepkan meminumnya 3 kali sehari
1 sendok takar (5 mL). Sedangkan untuk anak usia 6 -12 tahun diresepkan untuk
meminumnya 3 kali sehari 1/2 sendok takar (2.5 mL). Actifed Syr ini tidak
dianjurkan untuk anak-anak yang usianya masih di bawah 6 tahun. Penggunaan dari
obat ini bisa diberikan bersamaan atau tanpa makanan, sebelum dikonsumsi
sebaiknya obat dikocok terlebih dahulu. Pada cara penyimpanannya sebaiknya
disimpan pada suhu di bawah 30°C dan terlindung dari cahaya, dan juga selalu
simpan botol di dalam karton.
Actifed Syr ini dapat menimbulkan efek samping setelah dikonsumsi. Efek
samping yang dapat terjadi antara lain adalah mengantuk, gangguan pencernaan, sakit
kepala, insomnia, eksitasi, tremor, takikardi, aritmia, mulut kering, palpitasi, sulit
berkemih. Akan tetapi jika pasien mengalami efek samping tersebut, pasien tidak
perlu merasa takut. Jika pasien mengalami efek samping ringan seperti mengantuk,
sakit kepala, dan lainnya, pasien bisa menanganinya sendiri dengan cara istirahat dan
tidak melakukan kegiatan yang berat-berat. Dan jika pasien mengalami efek samping
berat maka pasien bisa menghentikan pemakaian obat, dan bisa dating lagi ke apotek
untuk mengeluhkan efek samping yang di alami atau bisa langsung berkonsultasi
kepada dokter.

VII. KESIMPULAN
Hidung tersumbat dan pilek dapat terjadi ketika jaringan di dalam hidung
terganggu. Gangguan bisa disebabkan iritasi karena menghirup polusi udara, baik dari
asap kendaraan atau pajanan asap rokok. Diberikannya obat Actifed Syr merupakan
obat untuk meringankan gejala pilek serta alergi pernafasan di hidung. Pemberiannya
diresepkan 3 kali sehari dengan setiap penggunaan 5 ml Actifed Cough ini
mengandung Tripolidine HCl adalah zat aktif yang digunakan untuk mengobati gejala
alergi seperti rhinitis dan urtikaria. Dan Pseudoephedrin adalah zat aktif golongan
simpatomimetik yang memiliki aktivitas sebagai nasal dekongestan, stimulant, dan
wakefulness promoting agent. Senyawa ini bekerja dengan mengecilkan pembuluh
darah untuk mengurangi pembengkakan dan penyumbatan.  

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai