Disusun Oleh :
Kelompok 7 PAI 2018
1. Nisa’ul Maghfiroh ( 201811001004 )
2. Uswatul Hasanah ( 201811001018 )
3. Novi Fuzi Rahayu ( 201811001021 )
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat, hidayah dan karunia-Nya maka penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
dengan Judul “SHALAT JUM’AT DAN SHALAT ‘ID”.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memenuhi
tugas Mata Kuliah Fiqih II di STIT PGRI Pasuruan. Penyusun menyadari bahwa
dalam proses penyusunan makalah ini banyak mengalami kendala, namun berkat
bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari Allah SWT
sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi.
Atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan makalah ini, penyusun sangat
mengharapkan masukan, kritik, dan saran yang bersifat membangun kearah perbaikan
dan penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak dan semoga amal baik yang telah diberikan kepada kami mendapat
balasan dari Allah SWT.
Pasuruan, Mei2021
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 2
C. Tujuan Masalah................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Shalat Jum’at ................................................................................... 4
B. Shalat ‘Id.......................................................................................... 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 17
B. Saran ............................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
2
15. Apa saja keutamaan dari shalat idul Fitri dan Idul Adha?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui pengertian shalat jum’at.
2. Untuk Mengetahui hukum shalat jum’at.
3. Untuk Mengetahui kewajiban mengerjakan shalat jum’at.
4. Untuk Mengetahui orang-orang yang berkewajiban menunaikan shalat jum’at.
5. Untuk Mengetahui syarat sah shalat jum’at.
6. Untuk Mengetahui Sunnah sebelum shalat jum’at.
7. Untuk Mengetahui Tata cara shalat jum’at.
8. Untuk Mengetahui Waktu shalat jum’at.
9. Untuk Mengetahui Keutamaan shalat jum’at.
10. Untuk Mengetahui pengertian shalat ‘id.
11. Untuk Mengetahui hukum dan disyariatkannya shalat ‘id.
12. Untuk Mengetahui tata cara solat shalat ‘id.
13. Untuk MengetahuiWaktu shalat ‘id.
14. Untuk Mengetahuihal-hal yang disunnahkan pada waktu hari raya idul fitri
dan idul adha.
15. Untuk Mengetahuikeutamaan dari shalat idul Fitri dan Idul Adha.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. SHALAT JUM’AT
1. Pengertian Shalat Jumat
1
Umay M. dja’far Shiddieq, Syari’ah Ibadah, (Jakarta Pusat: alGhuraba), Hal. 75.
4
dan tinggalkanlah jual beli, yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui." (QS. Al Jumuah : 9)
Hukum shalat jum’at Fardhu ‘Ain, artinya kewajiban individu mukallaf
(muslim, baligh, berakal) kecuali 6 golongan:
a. Hamba sahaya (budak belian)
b. Perempuan
c. Anak kecil (yang belum baligh)
d. Orang sakit yang tidak dapat menghadiri Jumat
e. Musafir, yakni orang yang sedang dalam perjalanan jauh
f. Orang yang udzur jum’at, seperi ada bencana alam atau bahaya.
Pengecualian ini ditetapkan oleh sabda Nabi SAW:
حيح77(ص.يض َ َو,ٌ َواِ ْم َرأَة,ٌ َم ْملُوك:ًسلِ ٍم فِي َج َما َع ٍة إِاَّل أَ ْربَ َعة
ٌ َو َم ِر,صبِ ٌّي ْ ب َعلَى ُك ِّل ُم ٌّ ا ْل ُج ُم َعةُ َح
ٌ ق َوا ِج
)علي شرطي البخا ري ومسلم
“Jum'at itu hak yang wajib bagi setiap Muslim dengan berjama'ah kecuali
empat orang, yaitu: budak, wanita, anak kecil, dan orang yang sakit."
2
Ibid, Hal. 76.
5
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat
Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui. (QS. Al-Jumu’ah: 9)
Kandungan Hukum:
Merujuk ayat di atas, para ulama menyimpulkan bahwa kandungan
hukum berikut:
a. Jum’at Wajib ‘Aini bagi yang memenuhi syarat-syarat yang telah
ditetapkan. Orang yang meniggalkannya tanpa udzur adalah dosa
besar.
b. Bila sudah dikumandangkan adzan jum’at, wajib segera untuk
mendengar khutbah dan menunaikan shalat jum’at.
c. Sesudah adzan jum’at berkumandang haram hukumnya bagi yang
wajib jum’at melakukan kegiatan yang bersifat duniawi seperti jual
beli atau pekerjaan lainnya.3
Kewajiban shalat jum’at ditetapkan oleh Al-Qur’an dan dikuatkan
oleh hadis Nabi SAW, salah satunya dengan ancaman bagi orang yang
meninggalkan jum’at tanpa udzur.
a. Nabi SAW, bercita-cita menyuruh orang mencari kayu bakar dan yang
lainnya mengumandangkan adzan, lalu Beliau akan membakar rumah
orang yang tidak pergi jum’at.
b. Nabi SAW, bersabda dari mimbarnya, “Hendaklah kaum-kaum itu
berhenti meninggalkan jum’at atau Allah kunci hati-hati mereka dan
mereka dijadikan orang-orang yang lalai.”
c. Barang siapa meninggalkan tiga jum’at karena menyepelekannya maka
Allah akan menutup hatinya.4
3
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta: Pena), Hal. 459.
4
Ibid, 460.
6
Diantara oramg-orang yang berkewajiban menunaikan Shalat jum’at
adalah sebagai berikut :
a. Islam
b. Laki-laki
c. Merdeka (Bukan Hamba Sahya)
d. Baligh (Cukup Umur)
e. Aqil (Berakal)
f. Sehat (Tidak Sakit)
g. Muqim (Penduduk Tetap) bukan seorang musafir
ق واجب علي ك ّل مسلم اال أربعة عبد مملوك أوامرأة أو صب ّي أومريض
ّ الجمعة ح
Shalat jum’at adalah hak yang wajib atas setiap muslim kecuali empat
golongan: budak belian, wanita, anak-anak, orang sakit. (HR.Abu Dawud).5
5
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Amzah,
2011), Hal. 309.
7
e. Shalat jum’atnya tidak berbarengan atau didahului oleh shalat jum’at
dimasjid lain yang masih satu perkampungan. Artinya tidak boleh ada dua
jum’at atau lebih dalam satu kapung atau satu tempat yang sama.
f. Harus didahului dua khutbah.6
8
shalat Jumat ini dikerjakan setelah khatib selesai menyampaikan dua khotbah.
Setelah khatib turun dari atas mimbar, muadzin melaksanakan iqamah sebagai
tanda shalat Jumat akan segera dimulai. Gerakkan shalat Jumat sama dengan
gerakan shalat pada umumnya. Begitu pula dengan bacaan di dalam shalat
Jumat.
a) Niat Shalat Jumat
Sebelum mulai, sebaiknya membaca niat shalat Jumat, baik sebagai
Imam atau Makmum. Dream akan memberikan bacaan niat shalat Jumat
lengkap dengan artinya.
Niat shalat Jumat sebagai Imam
“USHALLI FARDAL JUM’ATI ADA’AN MUSTAQBILAL
QIBLATI IMAMAN LILLAHI TA’ALA.”
Artinya: " Aku niat melakukan shalat Jumat 2 rakaat dengan menghadap
kiblat sebagai imam karena Allah Ta'ala."
9
b) Berdzikir Setelah Shalat Jumat
Setelah selesai mengerjakan shalat Jumat, dianjurkan untuk dzikir.
Kemudian membaca surat Al-Fatihah, surat Al-Ikhlas, surat Al-Falaq, dan
surat An-naas.
Masing-masing dari surat Alquran itu dibaca sebanyak tujuh kali.
Soal membaca surat Alquran ini dijelaskan Imam Nawawi dalam kitab Al
Adzkar An Nawawi.
"Dari aisyah RA berkata, Rasulullah Saw bersabda, ’barang siapa
yang membaca (setelah shalat Jumat) Al Ikhlas, Al Falaq, dan An Nas
sebanyak tujuh kali, maka Allah akan menghindarkannya dari keburukan
(kejahatan) sampai Jumat berikutnya."
7
Ibid, Fiqih Sunnah, Hal. 462.
10
9. Keutamaan Shalat Jum’at
Selain paham mengenai pengertian shalat Jumat, hukum, serta tata
caranya, perlu juga mengetahui apa sebenarnya keutamaan yang ada pada
shalat Jumat ini. Beberapa keutamaan shalat Jumat adalah:
a. Menghapus dosa
“Di antara shalat lima waktu, di antara Jumat yang satu dan Jumat
yang berikutnya, itu dapat menghapuskan dosa di antara keduanya
selama tidak dilakukan dosa besar.” (HR. Muslim).
Hari Jumat adalah hari di mana Allah menyempurnakan Islam dan
mencukupkan nikmat. Hal ini sesuai dengan surat Al-Ma’idah ayat 3
yang artinya:
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu
jadi agama bagimu” (Q.S Al-Ma’idah: 3).
b. Mendapat pahala yang besar
“Barangsiapa mandi pada hari jumat sebagaimana mandi janabah,
lalu berangkat menuju masjid, maka dia seolah berkurban dengan seekor
unta. Barangsiapa yang datang pada kesempatan (waktu) kedua maka
dia seolah berkurban dengan seekor sapi. Barangsiapa yang datang
pada kesempatan (waktu) ketiga maka dia seolah berkurban dengan
seekor kambing yang bertanduk. Barangsiapa yang datang pada
kesempatan (waktu) keempat maka dia seolah berkurban dengan seekor
ayam. Dan barangsiapa yang datang pada kesempatan (waktu) kelima
maka dia seolah berkurban dengan sebutir telur. Dan apabila imam
sudah keluar (untuk memberi khutbah), maka para malaikat hadir
mendengarkan dzikir (khutbah tersebut).” (HR. Bukhari dan Muslim).
Bahkan, tiap langkah saat seseorang akan pergi melaksanakan
shalat jumat, setara dengan mendapat ganjaran puasa serta shalat setahun
“Barangsiapa yang mandi pada hari Jumat dengan mencuci kepala
dan anggota badan lainnya, lalu ia pergi di awal waktu atau ia pergi dan
11
mendapati khutbah pertama, lalu ia mendekat pada imam, mendengar
khutbah serta diam, maka setiap langkah kakinya terhitung seperti puasa
dan shalat setahun.” (HR. Tirmidzi).
B. SHALAT ‘ID
1. Pengertian Shalat Idul Fitri dan Shalat Idul Adha
Shalat ‘id(idain) merupakan shalat dua hari raya umat islam yaitu shalat
idul fitri dan idul adha.
Shalat idul fitri adalah shalat 2 rakaat yang dikerjakan pada hari raya
idul fitri, yaitu setiap tanggal 1 Syawal.
Shalat idul adha adalah shalat 2 rakaat yang dikerjakan pada hari raya
idul adha, yaitu setiap tanggal 10 Dzulhijjah.
2. Hukum dan disyariatkannya shalat hari raya idul fitridan idul Adha
Hukum kedua shalat 2 hari raya ini (shalat ‘id) adalah Sunnat Muakkad,
yaitu sunat yang sangat dianjurkan.
Hari Raya 'Idul Fithri disyariatkan pertama kali pada tahun awal
Hijriyah. Seperti dilaporkan oleh Anas: Adalah mereka (penduduk Madinah)
memiliki dua hari raya, hari dimana mereka bermain dan bergembira, sampai
Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Rasulullah SAW bertanya: Apakah
tujuan dan arti dua hari ini? Mereka menjawab; pada zaman jahiliyah dulu
kami bermain pada dua hari raya ini. Rasulullah SAW berkata: Sesungguhnya
Allah SWT telah mengganti dua hari itu dengan hari Raya yang lebih baik,
yakni hari raya "'Idul Fithri" dan hari raya "'Idul Adhha" (HR. Nasa'I - Ibnu
Hibban) Hukum shalat 'idul fithri adalah sunnah muakadah, yaitu sunnah yang
sangat dipelihara dan dianjurkan oleh Rasulullah SAW kepada umatnya. Dalil
yang menunjukkan atas disyariatkannya shalat 'Idul Fithri, salah satunya: Al-
Qur'an surat al Kautsar ayat 2. (maka dirikanlah solat karena rabb mu; dan
berkorbanlah)
12
3. Tata Cara Shalat ‘Id
Tata cara shalat Idul Adha sama seperti pelaksanaan Idul Fitri. Namun,
perbedaannya hanya terletak pada bacaan niatnya saja. Untuk tata cara shalat
‘id Sebagai berikut:
a. Membaca niat shalat Idul Fitri atau Idul Adha
1) Niat Shalat Idul Fitri
"Ushalli sunnatan li idi fitri rak'atayni mustaqbilal qiblati
ada'an imaman/ma'muman lillahi ta'ala".
Artinya: Aku berniat salat sunnah Idul Fitri dua rakaat
(menjadi makmum/imam) karena Allah ta'ala.
2) Niat Shalat Idul Adha
"Ushalli sunnatan li idi fitri rak'atayni mustaqbilal qiblati
ada'an imaman/ma'muman lillahi ta'ala".
Artinya: Aku berniat salat sunnah Idul Adha dua rakaat
(menjadi makmum/imam) karena Allah ta'ala.
Setelah membaca niat shalat Idul Fitri dan Idul Adha, takbiratul
ihram sambil mengangkat kedua tangan
13
4. Waktu Pelaksanaan Shalat ‘Id
Waktu shalat dua hari raya dimulai begitu berakhirnya waktu shalat
subuh, atau ketika terbitnya matahari, ia masih dapat dikerjakan hingga
masuknya waktu zhuhur atau ketika matahari mulai tergelincir ke arah barat.
Ada dua hari kemenangan bagi umat Islam, yaitu hari raya Idul Fitri dan
hari raya Idul Adha. Dua hari kemenangan ini diawali dengan melaksanakan
shalat sunnah khusus yaitu shalat sunnah hari raya idul fitri dan shalat sunnah
idul adha. Lalu kapan waktu dimulai dan berakhirnya waktu dua shalat sunnah
tersebut? Berikut penjelasannya.
Waktu shalat dua hari raya dimulai begitu berakhirnya waktu shalat
subuh, atau ketika terbitnya matahari, ia masih dapat dikerjakan hingga
masuknya waktu zhuhur atau ketika matahari mulai tergelincir ke arah barat.
Akan tetapi pelaksanaan shalat Id sebaiknya ditunda hingga matahari mulai
naik hingga setinggi tombak. Meskipun waktunya telah masuk, tetapi ia
sebaiknya tidak dikerjakan terlalu pagi agar memberi kesempatan kepada
masyarakat untuk melakukan persiapan dan pergi ke masjid atau lapangan.
Imam nawawi dalam kitab Al-Majmu’ (5/6) menjelaskan:
Artinya: “waktu pelaksanaan shalat Id adalah sejak terbitnya matahari
hingga tergelincir, namun afdhalnya ia ditangguhkan hingga matahari naik
setinggi tombak”.
Kemudian, Shalat ‘id sikerjakan tanpa kumandang azdan da juga
iqamat. Hal ini berdasarkan pada hadist dai Ibnu Abbas, dimana ia berkata:
“Tidak pernah dikumandangkan adzan pada hari raya idul fitri dan j
uga idul adha”. (HR MuttafaqunAlaih).
5. Sunnah-sunnah Pada Waktu Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha
Hal-hal sunnah yang dilakukan pada saat hari raya adalah :
a. Mandi, Berhias diri, berpakaian yang sebaik-baiknya dan memakai wangi-
wangian. Niat mandi hari raya adalah sebagai berikut :
سنَّةً ِهللِ تَ َع ٰالى ْ َ ْاأل/ س َل لِ ِع ْي ِد ا ْلفِ ْط ِر
ُ ض ٰحى ْ نَ َويْتُ ا ْل ُغ.
14
Artinya: “Aku berniat mandi idul fitri/adha, sunnah, karena Allah”.
Seorang muslim disunahkan untuk berdandan saat akan
menunaikan hari raya dengan memakai pakaian yang bagus, sebagaimana
tertera dalam hadist Jabir RA, bahwa Nabi SAW memiliki pakaian yang
selalu dipakainya pada shalat dua hari raya dan shalat Jum’at (HR. Ibnu
Khuzaimah didalam kitab sahihnya). Dalam hadist lain juga disebutkan
bahwa Nabi SAW biasa mengenakan pakaian yang paling bagus saat
menunaikan shalat dua hari raya.
Sedangkan untuk muslimah, Imam Syafi’i berkata: saya lebih
menyukai apabila kaum wanita yang hendak menghadiri shalat hari raya
atau shalat-shalat yang lain dalam keadaan bersih dan tidak memakai
wangi-wangian, mereka juga tidak memakai pakaian yang sangat
bercorak, serta tidak juga memakai perhiasan. Namun hendaknya mereka
mengenakan pakaian yang sederhana.
b. Disunahkan berangkat pagi-pagi saat hendak menunaikan shalat hari raya
supaya berada pada posisi yang dekat dengan imam dan memperoleh
keutamaan menantikan shalat yang menyebabkannya berhak memperoleh
pahala berlimpah.
c. Makan sebelum berangkat shalat pada hari raya idul fitri, sedangkan pada
hari raya idul adha disunatkan tidak makan apa-apa sebelum berangkat
shalat.
Imam Syafi’i berkata: Diriwayatkan dari Safwan bin
Salim,“Bahwa Nabi SAW makan sebelum keluar ke tempat shalat pada
hari raya Idul Fitri,dan memerintahkan manusia akan hal itu.”8
d. Jalan yang dilewati pada saat berangkat dan pulang shalat hendaknya
berlainan.
Disunahkan untuk berangkat ke tempat pelaksanaan shalat 'Id
melalui suatu jalan dan kembali pulang menempuh jalan yang lain. Hal ini
sesuai dengan hadits yang diriwayatkan dari Jabir ra, dimana ia bercerita :
88
Imam Syafi’i,Ringkasan Kitab Al Umm. (Jakarta:Pustaka Azzam) cet .2,jilid 1,hl.327
15
“Apabila berangkat shalat 'id, Nabi menempuh jalan yang berbeda
dengan jalan lyang beliau tempuh pada saat pulang.” (HR Imam Al –
Bukhari).
Ibnul Qyyim al – Juziyah (dalam Al Izzah) menerangkan pengertian
“menempuh jalan lain” yaitu : beliau pergi melalui sebuah jalan dan
pulang melalui jalan lain. Diantara hikmahnya adalah untuk
menampakkan syiar islam.
e. Memperbanyak Melantunkan Takbir (Takbiran)
1) Idul Fitri: Melantunkan takbir dimulai sejak terbenamnya matahari
pada akhir ramadhan sampai dilaksanakannya shalat ‘id.
2) Idul Adha: Melantunkan Takbir dimulai sejak shubuh hari arafah
tanggal 9 dzulhijjah sampai waktu ashar hari tasyriq yang berakhir
pada tanggal 13 dzulhijjah, dan disunatkan bertakbir pada setiap
selesai habis shalat fardhu (Takbir yang disunahkan pada setiap selesai
shalat disebut takbir muqayyad. Sedangkan Takbir yang disunahkan
tidak pada setiap shalat disebut takbir mursal.)
f. Tahniah (ungkapan suka cita) atas datangnya hari raya disertai dengan
berjabat tangan. Seperti lafadh:
تَقَبَّ َل هللاُ ِمنَّا َو ِم ْنك
g. Menjawab ucapan suka cita (tahni’ah) dengan bacaan:
َام َوأَ ْنتُ ْم ِب َخ ْي ٍر
ٍ ُك َّل ع، أَ ْحيَا ُك ُم هللاُ ِألَ ْمثَالِ ِه،تَقَبَّ َل هللاُ ِم ْن ُك ْم
6. Keutamaan dan Kedudukan Hari Raya Idul Fitri & Idul Adha
1. Melalui Abu Hurairah RA:
“Hiassilah hari rayamu dengan mengucapkan takbir”.
Nabi Muhammad SAW bersabda: barang siapa yang mengucapkan
“Subhanaallah wal hamdulillah ...pada hari raya sebanyak 300 kali dan
dihadiahkan untuk orang muslim yang sudah mati, maka 1000 macam nur
akan masuk ke setiap kuburannya, dan kelak Allah akan menjadikan
kuburannya dengan 1000 nur pula.
16
2. Allah SWT akan mengampuni dosa umat Muhammad pada hari raya ini
dan allah menciptakan syurga bagi mereka.
3. Apabila datang bulan dzulhijjah dan keesokannyadia berpuasa pada
tanggal 8 dzhulhijjah maka allah akan memberi pahala seperti pada
sabarnya Nabi Ayyub as. Ketika menghadapi cobaan. dan barang siapa
yang berpuasa di tanggal 9 dhulhijjah maka allah akan memberi pahala
seperti pahalanya Nabi Isa as.
17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Shalat Jum'at adalah ibadah shalat yang dikerjakan di hari jum'at dua rakaat
secara berjamaah dan dilaksanakan setelah khutbah. Shalah Jum'at memiliki
hukum wajib 'ain bagi setiap muslim laki-laki / pria dewasa beragama islam,
merdeka sudah mukallaf, sehat badan serta muqaim (bukan dalam keadaan
mussafir) dan menetap di dalam negeri atau tempat tertentu dan shalat jum’at juga
memiliki syarat-syarat wajib dan syarat syah nya yang harus dilaksanakan, supaya
shalat jumat nya menjadi sempurna.
Hari raya idul fitri dan idul adha memang banyak makna bagi tiap-tiap
orang tapi kita seharusnya memaknai sesuai dengan apa yang telah di ajarkan
rasulullah SAW yakni idul fitri ialah kembali berbuka (makan minum) setelah
berpuasa atau kembali kepada fithrah setelah melalui masa training dan
pembersihan (tathhir) selama bulan Ramadhan idul fitri. Dan idul adha ialah hari
besar nya umat islam dan menunaikan haji dan berkurban hewan ternak.
Kemudian hukum dari solat Id adalah sunnah muakadah, yaitu sunnah yang sangat
dipelihara dan dianjurkan oleh Rasulullah SAW kepada umatnya. Kemudian
sunnah yang telah dianjurkan oleh rasulullah pada waktu hari raya di antaranya:
Mandi, memakai wangi-wangian, menggosok gigi,memakai sebaik-baik pakaian.
Bersegera menuju tempat shalat 'Idul fithri, dengan tenang, dan penuh ketulusan.
Dan lebih afdlol kalau berjalan, serta tak lupa untuk makan sebelum berangkat
solat idul fitri dan makan setelah shalat idul adha.
B. SARAN
Dari kesimpulan tadi kami memberikan saran jika untuk mengerjakan
sebuah amal ibadah bekal ilmu syar’i memang mutlak diperlukan. Bila tidak
ibadah hanya dikerjakan berdasar apa yg dia lihat dari para orang tua. Tidak ayal
bentuk amalan pun menjadi demikian jauh dari yang dimaukan syariat. Demikian
18
pula dengan Shalat Jum’at dan Shalat ‘Id bila kita paham bagaimana bimbingan
Rasulullah SAW tentu berbagai masalah yang selama ini kita saksikan bisa
diminimalkan.
Kemudian,dari beberapa uraian diatas tentunya banyak sekali kesalahan dan
kekurangan. Semua itu dikarenakan keterbatasan penulis. Untuk itu, demi
kemajuan bersama kami mengharap kritik dan sarannya yang bersifat membangun
untuk lebih sempurnanya dalam pembuatan makalah selanjutnya.
19
DAFTAR PUSTAKA
20