Anda di halaman 1dari 3

Peradilan agama di Indonesia

Peradilan Agama adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung bagi rakyat pencari
keadilan yang beragama Islam mengenai perkara perdata tertentu yang diatur dalam Undang-
Undang.

Lingkungan Peradilan Agama meliputi:

 Pengadilan Tinggi Agama (pengadilan tingkat banding)


 Pengadilan Agama (pengadilan tingkat pertama)
 Pengadilan Khusus
o Mahkamah Syar'iyah
 Mahkamah Syar'iyah Provinsi (pengadilan tingkat banding)
 Mahkamah Syar'iyah Kabupaten/Kota (pengadilan tingkat pertama)

 1 Kewenangan
o 1.1 Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama
o 1.2 Mahkamah Syar'iyah
 2 Peralihan ke Mahkamah Agung
 3 Keterbukaan informasi di Pengadilan
 4 Pranala luar
 5 Referensi

Kewenangan
Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama

Peradilan Agama berwenang mengadili perkara perdata agama yakni :

1. Perkawinan
o Izin poligami
o Pencegahan perkawinan
o Penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah (PPN)
o Pembatalan perkawinan
o Kelalaian Kewajiban suami / istri
o Cerai talak
o Cerai gugat
o Harta bersama
o Penguasaan anak / Hadlonah
o Nafkah anak oleh ibu
o Hak-hak bekas istri
o Pengesahan anak / Pengangkatan anak
o Pencabutan kekuasaan orang tua
o Perwalian
o Pencabutan kekuasaan wali
o Penunjukan orang lain sebagai wali
o Ganti rugi terhadap wali
o Asal-usul anak
o Penolakan kawin campuran
o Itsbat Nikah
o Izin kawin
o Dispensasi kawin
o Wali adhol
2. Ekonomi Syariah
3. Kewarisan
4. Wasiat
5. Hibah
6. Wakaf
7. Zakat / Infaq / Shodaqoh
8. P3HP / Penetapan ahli waris
9. Perkara lain yang ditetapkan undang-undang

Mahkamah Syar'iyah

Kewenangan Mahkamah Syar'iyah sama dengan kewenangan Pengadilan Agama dan Pengadilan
Tinggi Agama ditambah dengan perkara Jinayat seperti :

1. khamr (minum-minuman keras/napza)


2. maisir (perjudian)
3. khalwat

Peralihan ke Mahkamah Agung


Perubahan UUD 1945 yang membawa perubahan mendasar mengenai penyelengaraan
kekuasaan kehakiman, membuat perlunya dilakukan perubahan secara komprehensif mengenai
Undang-Undang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman mengatur mengenai


badan-badan peradilan penyelenggara kekuasaan kehakiman, asas-asas penyelengaraan
kekuasaan kehakiman, jaminan kedudukan dan perlakuan yang sama bagi setiap orang dalam
hukum dan dalam mencari keadilan.

Konsekuensi dari UU Kekuasaan Kehakiman adalah pengalihan organisasi, administrasi, dan


finansial badan peradilan di bawah Mahkamah Agung. Sebelumnya, pembinaan peradilan agama
berada di bawah Direktorat Pembinaan Peradilan Agama Departemen Agama. Terhitung sejak
tanggal 30 Juni 2004, organisasi, administrasi, dan finansial peradilan agama dialihkan dari
Departemen Agama ke Mahkamah Agung. Peralihan tersebut termasuk peralihan status
pembinaan kepegawaian, aset, keuangan, arsip/dokumen, dan anggaran menjadi berada di bawah
Mahkamah Agung.

Keterbukaan informasi di Pengadilan


Sesuai Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI No. 144/KMA/SK/VIII/2007 tentang
keterbukaan informasi di pengadilan, maka dengan dipelopori oleh Direktorat Jenderal Badan
Peradilan Agama (yang situsnya telah aktif sejak April 2005), situs-situs pengadilan tingkat
pertama (Pengadilan Agama) dan pengadilan tingkat banding (Pengadilan Tinggi Agama) pun
bermunculan.

Adapun informasi-informasi yang harus dipublikasikan pada situs-situs tersebut adalah informasi
yang bersifat memberikan pelayanan bagi para pencari keadilan, diantaranya, Profil Pengadilan,
Prosedur Standar Pengajuan Perkara, Prosedur Pengaduan, Biaya Panjar Perkara, Agenda
Persidangan, Pemanggilan Pihak yang tidak diketahui alamatnya, Putusan, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai