Anda di halaman 1dari 35

Samarinda,8 September 2019

Perihal : Surat Keberatan


Lampiran : 5 berkas

Kepada Yth,Bapak Ketua Tanfizd


Pengurus Cabang Kota Samarinda
Di Samarinda

Asslammu’alaikum Wr,Wb.
Puji syukur kehadiran Allah SWT,semoga kita diberikan kemudahan dalam
menjalan aktifitas sehari hari.Sholawat dan salam terlimpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW,semoga kita semua mendapatkan syafaatnya.
Amiiinn.

Berkenaan dengan surat mandat yang kami terima pada tanggal 30 April
2019,tentang, pembentukan MWC NU Kec.Sungai Kunjang,serta dinamika
yang kami rasakan ,maka dengan ini kami sampaikan hal-hal sebagai
berikut :

1.Bahwa pada tanggal 30 April 2019,kami telah menerima surat mandat


,yang di tanda tangani lengkap Pengurus PC NU Kota Samarinda, untuk
membentuk MWC Kec.Sungai Kunjang ( data terlampir no.1)

2.Bahwa atas dasar surat mandat tersebut Pengurus MWC Sungai


Kunjang,yang di tanda tangani oleh KH Ja’far Shodiq selaku Ro’is
Syuriah,dan Ustad Aliansyah selaku Ketua Tanfidiyah, telah membentuk
panitya musyawarah pembentukan MWC Sungai Kunjang masa bakti
2019-2024, dengan Ketua Sdr.Drs.Hasan Basri dan Sekretaris Sdr.Ust
Siswanto (data terlampir no 2)

3.Bahwa dalam acara Musyawarah pembentukan MWC Kec.Sungai kunjang


tersebut kami mengikut serta 7 Kelurahan, wilayah se Kec. Sungai
Kunjang ( Data terlam no 3)
4.Bahwa selain pertisipant dari 7 keluarahan juga di hadiri oleh kurang
lebih 32 orang hadirin ( absen data terlampir no 4 )

5.Bahwa dari musyawarah yang kami laksanakan telah mengasilkan


kepengurusan masa bakti 2019-2024 ,yang struktur organisasi dan
personalia nya telah mengikuti aturan yang berlaku pada organisasi
Nahdlathul Ulama NU khususnya pada peraruran organisasi pasal 2 (data
terlampir 5)

6 Bahwa berdasarkan hasil akhir tersebut ,sebagaimana isi mandat di


maksud,dan oleh karena Bapak Ustad H Ashari Hasan S.Sos baik selaku
penerima mandat juga A’wan PC kota Samarinda berhalangan hadir kami
laporkan juga hasilnya

Selanjutnya ,tanpa se pengetauan kami semua,ada pembetukan juga di


wilayah MWC Kec.Sungai Kunjang yang di lakukan oleh oknum yang tidak
melalui prosedur ,dan setelah kami tenelusuri ,kami temukan ,banyak
temuan temuan antara lain :

1.Bahwa pembentukan struktur oraganisasi dan personalia yang di bentuk


oleh oknum yang tidak berhak,tersebut,bertentangan AD/ART,serta
Peraturan Organisasi

2 Bahwa oleh karena itu struktur dan personalia yang di bentuk tidak
melalui procedure legalitas ,karena tidak melibatkan pengurus MWC
periode sebelumnya

3,Bahwa personalia di pilih tidak dengan dibentuk panitya ,tidak dengan


ber musyararah ,tetapi hanya dengan cara dipilih pilih dan langsung
oleh oknum

4.Bahwa personalia yang di pilih dan di angkat tidak pernah menjadi


pengurus Ranting atau pengurus MWC atau lembaga banom sebelum
sebagaiman di atur dalam peraturan organisasi dalam pasal 2

5.Bahwa setelah kami temui beberapa personalia yang di pilih dan diangkat
Oleh Oknum tersebut tidak keberatan jika kepengurusan nya tidak di
lanjutkan,atau jika di minta untuk bersama sama bergabung dan
untuk belajar ber organisasi membersarkan Nadlatul Ulama,karena
sebelumnya memang belum penah berorganisasi ,sebesar NU.
Sehubungan dengan hal-hal yang telah kami sampaikan tersebut
diatas,maka dengan ini kami mengajukan beberapa hal sebagai berikut :

1. Bahwa kami sangat KEBERATAN atas terbentuknya struktur dan


personalia selain yang telah kami bentuk berdasarkan urat mandat
dan procedure yang telah kami laksanakan,sebagai peraturan
organissi Nadhlatul Ulama.

2. Bahwa untuk segera dapat melaksanakan program proram organisasi


dengan ini juga kami mohon perkenankaan kepada Pengurus Cabang
Kota Samarinda untuk menerbitkan Surat Keputusan penganggkatan
tentang struktur orgnisasi dan personalian sebagaimna hasil
Musyawarah tertanggal 22 Juni 2019 dalam jangka waktu 7 hari

3. Bahwa ,sebelum surat keputusan tentang pengangkatan struktur


oraganisasi dan personalian di terbitkan dalam jangka 7 hari
sebagaimanan permohanan kami,maka jika masih di kehendaki untuk
merubah personalia dengan maksud penyempuranaan dan penguatan
organisasi kami menyediakan diri untuk mendiskusikan dan
membahasnya di tempat yang di setujui bersama

Demikian surat keberatan dan sekaligus permohonan ini kami


sampaikan ,atas perhatian dan bantuanya di ucapkan banyak
terimaksih

Wallahul Muwafifila Aqwamit Thoriq,Wassalammu;alauku.Wr WB

1.Drs. H Hasan Basri


------------------------ ……………………………
Ketua Panitya

2.Ust.Siswanto
---------------- ……………………………..
Sekretaris

3.Ustd Ali Mahmudi S.pdI ………………………………


----------------------------
Ketua Tanfidz Terpilih

4 KH Sulhan
------------- ……………………………
Penerima Mandat

5 USt.Siswanto
---------------- -------------------------
Penerima mandat

Tembusan :

1. Pengurus Besar Nadhatul Ulama di Jakarta


2. Pengurus Nadhatul Ulama Willayah Kalimantan Timur
3. Arsip
Samarinda,8 Septsember 2019

Perihal : mohon supervisi dan pembinaan


Lampiran : 1 (bundle)

Kepada Yth,Bapak Ketua Tanfizd


Pengurus Wilayah Nadhlatul Ulama
Kalimantan Timur
Di Samarinda

Asslammu’alaikum Wr,Wb.
Puji syukur kehadiran Allah SWT,semoga kita diberikan kemudahan dalam
menjalan aktifitas sehari hari.Sholawat dan salam terlimpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW,semoga kita semua mendapatkan syafaatnya.
Amiiinn.

Berkenaan dengan surat keberatan kami yang kami sampaikan kepada


Pengurus cabang NU Kota Samarinda ,maka bersama dengan ini kami
menyampakan permohonan kepada Bapak dan segenap Pengurus Wilayah
NU Kalimantan Timur untuk dapat kiranya ,mengawasi,men
supervise,memediasi,pembinaan atas surat keberatan yang telah kami
sampaiIkan kepada PC NU Kota samarinda.

Demikian surat keberatan dan sekaligus permohonan ini kami sampaikan


atas perhatian dan bantuanya di ucapkan banyak terimaksih

Wallahul Muwafifila Aqwamit Thoriq,Wassalammu;alauku.Wr WB

1.Drs. H Hasan Basri


------------------------ ……………………………
Ketua Panitya
2.Ust.Siswanto
---------------- ……………………………..
Sekretaris

3.Ustd Ali Mahmudi S.pdI ………………………………


----------------------------
Ketua Tanfidz Terpilih

4 KH Sulhan
------------- ……………………………
Penerima Mandat

5 USt.Siswanto
---------------- -------------------------
Penerima mandat

Tembusan :

1. Pengurus Besar Nadhatu Ulama di Jakarta


2. A s i p
Samarinda Oktober 2019

Perihal : mohon hasil keputusan supervisi dan pembinaan


Lampiran : -

Kepada Yth,Bapak Ketua Tanfizd


Pengurus Wilayah Nadhlatul Ulama
Kalimantan Timur
Di Samarinda

Asslammu’alaikum Wr,Wb.
Puji syukur kehadiran Allah SWT,semoga kita diberikan kemudahan dalam
menjalan aktifitas sehari hari.Sholawat dan salam terlimpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW,semoga kita semua mendapatkan syafaatnya.
Amiiinn.

Berkenaan dengan surat keberatan kami yang kami sampaikan kepada


Pengurus PW NU KALTIM pada tanggal 8 September 2019, tentang surat
permohonan kami untuk ,mensupervisi,me mediasi,dan pembinaan atas
surat keberatan yang telah kami sampaiIkan kepada PC NU Kota
samarinda,maka bersama dengan surat ini perkenankan kami
menyampaikan hal-hal sebagai berikut :

1.Bahwa mengingat sudah lamanya surat kami sampai saat ini , sejak
tertanggal 08 September 2019 belum mendapat balasan sebagimana isi
dimaksud dalam pokok surat tentang hasil keputusan mediasi,dan
pembinaan dimaksud

2.Bahwa dengan surat ini perkenankan kami menyampaikan pemeritahuan


Serta mohon dukungan ,jika PC Samarinda tidak menerbitkan SK
Pengurus MWC Sungaikunjang, kami dalam waktu tidak terlalu lama
kami akan melakukan langkah langkah hukum baik pidana maupun
perdata terhadap oknum2 maupun kelembagaan pengurus di PC NU Kota
Samarinda
Demikian surat ini kami sampaikan atas perhatian dan bantuan serta di
trimanya dengan baik surat ini di ucapkan banyak terimakasih

Wallahul Muwafifila Aqwamit Thoriq,Wassalammu;alauku.Wr WB

1.Drs. H Hasan Basri ……………………………


Ketua Panitya

2.Ust.Siswanto
---------------- ……………………………..
Sekretaris

3.Ustd Ali Mahmudi S.pdI ………………………………


----------------------------
Ketua Tanfidz Terpilih

4 KH Sulhan
------------- ……………………………
Penerima Mandat

5 USt.Siswanto
---------------- -------------------------
Penerima mandat

Tembusan :

1. Pengurus Besar Nadhatu Ulama di Jakarta


2. A s i p
KANTOR PENGACARA & PENASEHAT HUKUM
Drs.A S I R ,SH,SYAHRUN,SH & Rekan
Sekretariat : Jalan Damai RT 26 N0 8 Kelurahan
Sidodamai,Samarinda Tlp.081346325675
------------------------------------------------------------------------------------

Samarinda, September 2019


Perihal : Somasi

Kepada Yth
Ketua Tanfidz Pengurus Cabang NU Samarinda
Di Samarinda

Dengan hormat,

I
Kami dar KANTOR PENGACARA & PENASEHAT HUKUM
Drs.A S I R ,SH,SYAHRUN,SH & Rekan beralamat di, Jalan Damai RT 26 N0 8
Kelurahan Sidodamai,Samarinda,bertindak berdasarkan surat kuasa
tertanggal,25 September 2019 ,untuk dan atas nama,Drs Hasan Basri
,Ustad Siswanto,Ustad Ali Mahmudi S.Pdi,KH Sulhan,kami sampaikan
kepada saudara hal-hal sebagai berikut :

1.Bahwa pada tanggal 25 September 2019,telah datang saudara nama –


nama yang tersebut diatas,
2.Bahwa berdasarkan keteranganya ,saudara telah memberikan mandat
tertulis kepada nama nama tersebut untuk membentuk pengurus MWC
Sungai kunjang,
3.Bahwa tanpa sepengetahuan para penerima mandat tersebut diatas
saudara juga membentuk tanpa melibatkan pengurus yang lama
4.Bahwa setelah kami pelajari secara seksama dokumen dokumen proses
pembentukan nya sudah sangat sesuai dengan procedure ,tatacara yang
di atur dalam organisani Nahdhlanul Ulama
5.Bahwa sehubungan dengan hal tersebut akan lebih tepat jika saudara
segera menerbitkan surat keputusan kepengurusan MWC Sungai Kunjang
sebagaimana hasil kerja penerima mandat.
6.Bahwa oleh karena itu kami member peringantan ( somasi) untuk paling
lama 7 hari bisa di terbitkan surat keputusan di maksud
7.Bahwa jika dalam 7 hari saudara tidak menerbitkan surat keputusan
untuk pengurusan MWC Sungai Kunjang sebagaimana hasil kerja
penerima mandat,kami akan mengambil langkah hukum pidana maupun
perdata kepada saudara

Demikian surat peringantan( somasi ) ini di sampaikan kiranya untuk


mendapat tanggapan sebagaimana mestinya

Kuasa Hukum

1.Drs. Asir SH

2.Syahrun SH
SURAT KUASA

YANG BERTANDA TANGAN DI BAWAHAN KAMI ;

1.KH DRS HASAN BASRI,alamat,……….

2.USTAD SISWANTO,alamat………………..

3.USTAD ALI MAHMUDI S.spdi,alamat…………………….

4.KH SULHAN,alamat……………………………….

Memberi kuasa kepada

KANTOR PENGACARA & PENASEHAT HUKUM


Drs.A S I R ,SH,SYAHRUN,SH & Rekan
Sekretariat : Jalan Damai RT 26 N0 8 Kelurahan Sidodamai,Samarinda Tlp.081346325675

“Khusus”

Mewakili Pemberi kuasa untuk menggugat di Pengadilan Negeri samarinda/Mendampingi pelapor untuk
laporkan perbuatan pidana di Polresta Samarinda,berkaitan dengan perbuatan melawan hukum/diduga
tindak pidana pemalsuan,dalam proses pembentukan pengurus MWC Kelurahan Sungai Kunjang Kota
Samarinda

………..Untuk itu penerima kuasa,berhak untuk melakukan gugatan perdata berdasarkan perbuatan
melawan hukum yang di lakukan oleh tergugat/para tergugat,di Pengadilan Negeri Samarinda dan
melapor,mendampingi pelaporkan atas tindak pidana kepada polresta Samarinda,mengajukan
somasi,perdamaian,gugatan,eksepsi,replik,duplik,mengajukan bukti bukti,mengajukan saksi
saksi,ahli,menyampaikan pelaksanaan putusan mengambil tindakan penting ,perlu dan berguna
sehubungan dengan menjalankan kuasa,serta dapat mengerjakan segala sesuatu pekerjaan pada
umumnya yang dapat dilakukan oleh seorang kuasa guna kepentingan tersebut diatas

Kekuasaan ini diberikan hak untuk melimpahkan ( subtitusi ) baik sebagian maupun seluruhnya yang di
kuasakan ini kepada orang lain

Samarinda ,25 September 2019

Pemberi kuasa Penerima kauasa


1.KH DRS HASAN BASRI 1.Drs ASIR,SH

2.USTAD SISWANTO Materei 6000 2 SYAHRUN,SH

3.USTAD ALI MAHMUDI S.spdi

4.KH SULHAN
KANTOR PENGACARAI DAN PEYARUN SH DAN NASEHAT DRS.ASIR ,SH,& Rekan
Sekretariat :Jalan

DEWAN PENGURUS WILAYAH


IKATAN PONDOK PESANTER(IPPI) KALIMANTAN TIMUR
SEKRETARIAT PONDOK PESANTERN MUJAHIDIN I JL.SLAMET RIYADI SAMARINDA,KALIMANTAN TIMUR
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kepada Yth
Sekretrais DPP IPI
Cq Steering Comite Munas
Di Jakarta

Assalammu’alikum wr wb

Bersama dengan ini kami sampaikan usulan berupa konsep Komisi Organiasai yang berisi Perubahan AD/AD
dan Penyempurnaan Komisi Program kerja , hasil dari Muspim /Muskernas IPI di Jakarta untuk di jadikan
bahan masukan munas IPI di Surabaya yang pada pokoknya berisi hal-hal sebagai berikut :

1.KOMISI ORGANISASI

Bahwa “Komisi organisasi” yang semula berisi Peraturan Administrasi surat menyurat IPI ,kami usulan di
ubah khusus membahas tentang AD/ dan ART “

Alasan:
1.Peraturan organisasi adalah kewenangan DPP IPI untuk menentukan dan pengurus dibawahnya wajib
mengikuti jadi tidak perlu di bahas di munas,tetapi tentang AD/ART memang wajib di dibahas dalam komisi
organisasi di munas.
2.Konsep usulan perbaikan AD/ART terlampir

2.KOMISI PROGRAM KERJA

Bahwa komisi program kerja harus berisi melaksanakan program kerja yang di tertuang dalam AD/ART dalam
TUJUAN dan USAHA Pasal 4( AD yang lama ) kami usul untuk di ubah menjadi Bab IV ( versi usulan kami )
TUJUAN DAN USAHA yaitu Pasal 9 perlu dilaksanakan dalam program Internal dan pasal 10 perlu
dilaksanakan dalam program ekternal

3.KOMISIS REKOMENDASI
Bahwa komisi rekomensi sebaik nya terdiri dari 2 hal wajib memuat rekomendasi :

Internal antara lain :


1.Bahwa berisi berubahnya IPI-JFK menjadi IPPI atau IPI
2.Bahwa DPP di amanatkan oleh munas untuk segerta melaporkan kepada pemerintah
3.Dan yang lainnya sebagaimna konsep DPP

Ekternal antara lain :


1.Jihad melawan Terorisme dan radikalisme
2. Dan yang lainnya sebagaimna konsep DPP

Lampiran : Usulan Perubahan Anggaran Dasar terdiri dari 26 pasal dan XIII Bab

ANGGARAN DASAR
IKATAN PONDOK PESANTREN INDONESIA

MUQADDIMAH

Bahwa pembangunan Nasional yang sedang dilaksankan Bangsa dan Rakyat Indonesia
dewasa ini merupakan upaya yang terus menerus dan berkesinambungan untuk mencapai
kesejahteraan rakyat menuju masyarakat beriman, bertaqwa dan berakhlaqul karimah, adil
dan sejahtera lahir dan batin berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Bahwa Keluarga Besar Ikatan Pesantren Indonesia Jami’iyyah Kubro ( IPI-JFK) diseluruh
pelosok tanah air yang telah aktif melakukan kegiatan pembinaan dan pengembangan
pendidikan Islam bersama – sama komponen masyarakat dilingkungannya dipandang perlu
untuk berkumpul dan bersinergi dalam satu wadah menjadi Ikatan Pondok Pesantren
Indonesia (IPPI)

Bahwa potensi yang sangat besar ini dipandang perlu untuk digunakan dan dikembangkan
untuk diorganisasikan secara baik dan professional.

Bahwa pada saat ini telah menucul gagasan dan keinginn yang kuat dari seluruh pelosok
daerah di tanah air ,untuk dapat meng akomodir memberikan keempatan kepada pondok
Pesantren di Luar IPI-JFK untuk bergabung dan berjuang serta mengembangkan organisasi
ini dalam satu wadah ikatan Pondok Pesanren.Untk itu dalam musyawarah nasiona IPI-JFK
disepakati merubah dan menyempurnakan Anggaran Dasar dan anggran Rumah tangga
sebagai berikut :

Pengantar tersebut atas dasar pemikiran :


1.Masih menyebut kalimat IPI-JFK ,dengan maksud Untuk tidak menghilangkan sejarah
eksistensi IPI JFK,
2.Agar supaya IPPI atu IPI hasil Munas di Surabaya tetap di lahirkan pada tanggal 04
September 2014 ( lihat Pasal 2)
3.Kalau di setujui nama dengan mengunakan singkatan IPPI dengan maksud untuk tidak
menghilangkan identitas pondoknya

BAB I

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN,BENTUK, SIFAT

Pasal 1
Nama

Organisasi ini bernama Ikatan Pondok Pesantren Indonesia disingkat IPPI didirikan pada
tanggal 04 September 2014

Pasal 2
Tempat Kedudukan,

Pusat Organisasi ini berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia.


Pasal
7
SIFAT
Pasal 3
( baru )
Bentuk

Organisasi ini berbentuk perkumpulan yang menghimpun seluruh komponen yang ada dalam
lingkup Pondok Pesantren atau sebutan lain dan warga negara yang peduli untuk
mengakomodir dan bekerjasama dengan lapisan masyarakat luas dalam proses membangun
peradaban Islam, Negara dan Bangsa.

Pasal 4
(pindahan dari pasal 7 )
Sifat

IPPI adalah organisasi bersifat Sosial Kemasyarakatan dan Keagamaan.

Nama organisasi dan tempat kedudukan ,bentuk dan sifat di pisah menjadi pasal yang
berdiri sendiri dg alasan :
“Untuk menegaskan jika nama dan tempat secara perinci sebagaimana lazimnya AD”
BAB II
PEDOMAN, AQIDAH DAN AZAS

Pasal 5

Organisasi ippi beraqidah Islam Ahlussunnah wal Jama’ah

Pasal 6

Organisasi ippi berazaskan Pancasila

BAB III
Kedaulatan
Paal 7

Kedaulatan IPPI berada di tangan Anggota dan di laksanakan sepenuhnya melalui


Musyawarah Nasional (Munas)

BAB IV
Fungsi
Pasal 8

IPPI berfungsi :
1.Sebagai wadah silahturahmi ,koordinasi,interaksi,dan wahana pemberdayaan Sumber
Daya manusia (SDM) serta peningkatan kesejahteraan masyarakat Pondok Pesantren
2.Sebagai pelindung dan pembela hak-hak dan kepentingan masyarakat Pondok Pesantre
3.Sebagai pendukung dan penggerak serta berperan aktive pembangunan Negara Republik
Indonesia dalam bingkai Negara kesatuan Republik Indonesia

BAB V
ATRIBUT

Pasal 9

Organisasi ini mempunyai Lambang, Bendera dan Atribut lainnya yang diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga

BAB VI
TUJUAN DAN USAHA
Pasal 10
Tujuan
Tujuan IPPI adalah mewujudkan kebersamaan potren secara demokratis ,adil,dan sejahtera
dengan :
1. Menghimpun dan mempersatukan potensi sumber daya manusia Pondok Pesantren
secara optimal untuk mengaktualisasikan nilai-nilai agama Islam yang Ramatan lil
alamin dalam dalam kehidupan ber masarakat berbangsa dan ber Negara dalam
menunjang pada pelaksanaan pembangunan nasional.
2. Meningkatkan taraf hidup dan sosial ekonomi di lngkungan anggota dengan menjujung
tinggi harkat dan martabat manusia ,serta melindungi, mengayomi dan menyalurkan
aspirasi Anggota melalui jalan konstitusional dengan tata cara dan norma yang berlaku
agar dapat berdaya guna dan berhasil guna secara optimal.
3. Melakukan pemberdayaan masarakat dalam rangka meningkatkan sumber daya
manusia yang cerdas, kritis,dan berakhlakul karimah
4. Meningkatkan komonikasi dan kerjasama dengan intansi terkait,oraganisasi keagamaan
lainnya ,organisasi baik di dalam maupun di luar negeri.

Pasal 11
Usaha

1. Mengadakan usaha – usaha untuk menjamin terciptanya dan kelangsungan organisasi


yang baik dan professional
2. Mengusahakan peningkatan kualitas anggota dengan cara mempertinggi mutu
pengetahuan, keterampilan serta pengetahuan di bidang organisasi
3. Bekerjasama dengan badan-badan pemerintah, swasta dan organisasi lainnya yang tidak
bertentangan dengan azas tujuan AD/ART.
4. Mengadakan usaha – usaha badan hukum perkoperasian dan atau badan hukum lainnya,
untuk meningkatkan,melayani dan memenuhi kebutuhan anggota , serta usaha – usaha
lain yang sah dan bermanfaat serta tidak bertentangan dengan AD/ART maupun
perundang – ungangan yang berlaku.
5. Dibidang pendidikan, pengajaran dan kebudayaan, mengupayakan terwujudnya
penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran serta pengembangan kebudayaan yang
sesuai dengan ajaran Islam untuk membina umat agar menjadi muslim yang taqwa,
berbudi luhur, berpengetahuan luas dan terampil, serta berguna bagi agama, bangsa
dan Negara
6. Di bidang sosial, mengupayakan terwujudnya kesejahteraan lahir dan batin bagi
Anggota,dan masarakat.
7. Di bidang ekonomi, mengupayakan terwujudnya pembangunan ekonomi untuk
pemerataan kesempatan berusaha dan menikmati hasil-hasil pembangunan, dengan
mengutamakan tumbuh dan berkembangnya ekonomi kerakyatan. Mengembangkan
usaha-usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat banyak guna terwujudnya Khaira
Ummah.

*Alasan pemisahan tujuan dan usaha:


Tujuan bersifat umum dan usaha bersifat konkrit*

BAB VII
Keanggotaan
Pasal 12
1.Keanggotaan kelembagaan yaitu pesantern atau sebutan lain se-indonesia yang terdaftar
di kementrian Agama
2.Anggota per –oranan yaitu semua guru / ustad yang mengajar di pesanter/sebutan lain
yang terdaftar
3.Anggota kehormatan yaitu individu yang dianggap pedulu dan mau ber kontribusi dalam
memajukan IPPI
4.Tata cara penerimaan anggota diatur dalam Anggran Rumah tanggga

BAB VIII
STRUKTUR DAN PERANGKAT ORGANISASI
Struktur Organisasi

Struktur Organisasi IPPI mempunyai tingkatanyang terdiri dari :


a. Pengurus IPPI Tingkat Pusat selanjutnya di sebut Dewan Pimpinan Pusat IPPI yang
disingkat DPP IPPI ,berkedudukan di ibu Kota Negara Republik Indonesia
b. Pengurus di tingkat Provinsi, selanjutnya di sebut Dewan Pimpinan Wilayah IPPI yang
disingkat DPW- IPPI ,berkedudukan di ibu Kota Provinsi
c. Pengurus di tingkat Kabupaten /Kota selanjutnya di sebut Dewan Pimpinan Cabang IPPI
yang disingkat DPC- IPPI ,berkedudukan di ibu Kota Kabupaten/Kota
d. Pengurus di tingkat kecamatan, selanjutnya di sebut Dewan Pimpinan anak Cabang IPPI
yang disingkat PAC- IPPI ,berkedudukan di ibu Kota Kecamatan
e.Departemen.lembaga,Badan Otonom

*Penambahan huruf e dengan alasan untuk me legaliser pembentukan ,


Departemen,lembaga,Badan Otonom dalam ART sebagaiman di sebut dalam pasal 13
dibawah ini*

Pasal 14

Ketentuan pembentukan Departemen, Lembaga dan Badan Otonom diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga.
Pasal 15
Masa Bhakti

1. Masa jabatan Pengurus sebagaimana dimaksud pada Pasal 15 adalah 5 ( lima ) tahun
di semua tingkatan.
2. Masa jabatan Pengurus Departemen, Lembaga dan Badan Otonom ditentukan dalam
Rapat pengurus yang bersangkutan dengan ketentuan tidak melebihi masa bhakti
pengurus IPPI disemua tingkatan.

*Usulan pasal 14 tersebut usulan pasal baru untuk menegaskan/melengkapi


pengurus dalam masa baktinya*

Pasal 16
1. Pengurus IPPI di semua tingkatan dipilih dan ditetapkan dalam permusyawaratan
sesuai tingkatannya.
2. Ketentuan pemilihan dan penetapan Pengurus IPPI diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.
Pasal 17

Apabila terjadi kekosongan jabatan antar waktu dalam kepengurusan IPPI maka ketentuan
pengisiannya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB XI
PERMUSYAWARATAN
Pasal 18
Permusyawaratan di lingkungan IPPI meliputi :
a. Musyawarah Nasional .
b. Rapat Kerja Nasional
c. Rakernas
d. Rapat kerja Wilayah
e. Musyawarah Cabang,
f. Musyawarah Anak Cabang’
g. Rapat Kerja Anak cabang
h. Rapat untuk mengambil keputusan organisasi,meliputi rapat harian,rapat
pleno,rapat, Perangkat Organisasi ( Departemen, Lembaga dan Badan Otonom ) dan
rapat koordinasi
i. Musyawarah Luar Biasa (Dalam hal kejadian luar biasa)

Pasal 19

Bentuk dan Tata Cara Permusyawaratan sebagaimana disebut dalam Pasal 18 diatur lebih
lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 20

Permusyawaratan untuk lingkungan Perangkat Organisasi diatur dalam ketentuan internal


Departemen, Lembaga dan Badan Otonom yang bersangkutan dengan memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
a. Permusyawaratan Tertinggi merujuk kepada Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga,
dan Program-program IPPI
b. Permusyawaratan diatur dalam Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangganya.
c. Segala hasil permusyawaratan dan kebijakan Departemen, Lembaga dan Badan Otonom
dinyatakan tidak sah sepanjang bertentangan dengan Keputusan Hasil
Permusyawaratan IPPI sesuai dengan tingkatanya.

BAB XI
KEUANGAN DAN KEKAYAAN
Pasal 21
1. Keuangan IPPI digali dari sumber-sumber dana di lingkungan IPPI maupun sumber
sumber lain yang halal dan tidak mengikat.
2. Sumbangan dari warga dan simpatisan IPPI.
3. Usaha-usaha lain yang halal dan tidak mengikat.

Pasal 22
1. Kekayaan IPPI dan perangkatnya berupa dana, harta benda bergerak dan atau harta
benda tidak bergerak harus dicatatkan sebagai kekayaan organisasi IPPI .
2. Ketua Dewan Pengurus mewakili IPPI di dalam maupun di luar Pengadilan tentang
segala hal dan segala kejadian, baik mengenai kepengurusan maupun tindakan
kepemilikan dengan tidak mengurangi pembatasan yang diputuskan.
3. Dewan Pengurus Pusat dapat melimpahkan penguasaan, pengelolaan dan atau
pengurusan kekayaan IPPI kepada Dewan Pengurus Wilayah, Dewan Pengurus Cabang
atau kepada Pengurus Anak Cabang yang ketentuannya diatur dalam Peraturan
Organisasi.
4. Segala aset IPPI hanya dapat digunakan untuk kepentingan organisasi IPPI dan atau
perangkatnya.

*Pasal 22 usulan baru untuk memperjelas asset IPPI*

BAB XI
PERUBAHAN
Pasal 23

1. Anggaran Dasar ini hanya dapat diubah oleh Keputusan Musyawarah Nasional yang
sah yang dihadiri sedikitnya dua pertiga dari jumlah Wilayah dan Cabang yang sah.
2. Dalam hal Musyawarah Nasional yang dimaksud ayat (1) Pasal ini tidak dapat
diadakan karena tidak tercapai kuorum, maka ditunda selambat-Iambatnya 1 (satu)
bulan dan selanjutnya dengan memenuhi syarat dan ketentuan yang sama dapat
dimulai dan dapat mengambil keputusan yang sah.

*Pasal tersebut usulan baru*

BAB XII
PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 24

1. Pembubaran IPPI sebagai organisasi hanya dapat dilakukan oleh Munas yang khusus
diadakan untuk itu dengan ketentuan Quarom dan pengambilan keputusan yang
diatur dalam Anggran rumah tangga.
2. Tata cara pembubaranb organisasi diatur dalam Anggaran Rumah tangga
3. Kekayaannya organisasi stelah di bubarkan diatut lebih lanjut oleh Munas dengan
mengikuti peratutan perundangan yang berlaku

BAB XIII
PENUTUP
Pasal 25

Segala sesuatu yang belum cukup diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 26

Anggaran Dasar ini mulai berlaku sejak saat ditetapkan.

ditetapkan di : Surabaya
Pada tanggal : 29 Februari 2016 M

MUSYAWARAH NASIONAL
IKATAN PONDOK PESANTREN INDONESIA

PIMPINAN SIDANG PLENO …….

1. ( ………………………………….) Ketua ……………………………

2. ( ………………………………….) Sekretaris …………………………………..

3. ( ………………………………….) Anggota …………………………..

4. ( ………………………………….) Anggota …………………………………..

5. ( ………………………………….) Anggota …………………………..


Usulan perbaikan Anggaran Rumah tangga

ANGGARAN RUMAH TANGGA


IKATAN PONDOK PESANTREN INDONESIA

BAB I
KEANGGOTAAN

4. Keanggotaan IPPI terdiri dari anggota biasa, anggota kelembagaan, anggota


kehormatan dan Anggota Luar Biasa.
5. Ketentuan menjadi anggota dan pemberhentian keanggotaan diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga.
Pasal 2

Ketentuan mengenai kewajiban dan hak anggota serta lain - lainnya diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga.

Pasal 1

Keanggotaan Ikatan Pondok Pesantren Indonesia terdiri dari:


a. Anggota biasa/perorangan, selanjutnya disebut anggota, ialah setiap Warga Negara Indonesia yang
beragama Islam, menganut faham Ahlusunnah wal Jamaah dan menurut salah satu Mazhab Empat.
sudah aqil baligh, menyetujui aqidah. asas. tujuan, usaha – usaha serta sanggup melaksanakan semua
keputusan IPPI.
b. Anggota Kelembagaan ialah setiap lembaga Pondok Pesantren atau yang sejenis, berfaham
Ahlussunnah wal Jama’ah, berada dalam wilayah Negara Republik Indonesia, menyetujui aqidah.
asas. tujuan, usaha - usaha serta sanggup melaksanakan semua keputusan IPPI.
c. Anggota luar biasa, ialah setiap orang yang beragama Islam, menganut faham Ahlusunnah wal
Jamaah dan menurut salah satu Mazhab Empat, sudah aqil baligh. menyetujui aqidah. asas. tujuan
dan usaha-usaha IPPI. namun yang bersangkutan berdomisili secara tetap di luar Wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
d. Anggota kehormatan, ialah setiap orang yang bukan anggota biasa atau anggota luar biasa yang
dinyatakan telah berjasa kepada IPPI dan ditetapkan dalam keputusan Pengurus Pusat.

BAB II
KEPENGURUSAN
Pasal 15
(seluruh kata dewan dihapus) dan pasal ini di pindah ke ART
6. Kepengurusan IPPI terdiri dari Pembina, Penasehat dan Pengurus.
7. Pembina adalah ulama atau tokoh yang telah memberikan dedikasi, pengabdian dan
loyalitasnya kepada IPPI.
8. Penasehat adalah Sekumpulan para tokoh yang bertugas memberikan saran,
pendapat atau nasehat kepada IPPI sesuai dengan tingkatan masing – masing.
9. Pengurus adalah sekumpulan orang profesional yang bertugas menjalankan roda
organisasi sesuai amanah musyawarah disemua tingkatan.
10. Untuk melaksanakan tugasnya, pengurus dapat membentuk Departemen,
Lembaga dana tau Badan Otonom sesuai dengan keperluan.
11. Tugas, wewenang, kewajiban dan hak Pembina, Penasehat dan Pengurus
Harian IPPI diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB II
TATACARA PENERIMAAN DAN
PEMBERHENTIAN KEANGGOTAAN
Pasal 2

1. Anggota biasa diterima melalui Cabang dan atau Anak Cabang setempat.
2. Apabila tidak ada Pengurus Cabang dan Anak Cabang setempat maka pendaftaran anggota dilakukan di
pengurus Cabang dan Anak Cabang terdekat.
3. Anggota luar biasa diterima melalui Pengurus Cabang Istimewa.

Pasal 3
(Dihapus) kembali ke pasal 5 ipi jfk
1. Penerimaan anggota biasa maupun anggota luar biasa diatur dengan cara:
a. Mengajukan permintaan menjadi anggota disertai pernyataan setuju pada aqidah, asas, tujuan, dan
usaha-usaha IPPI secara tertulis atau lisan, membayar uang pangkal sebesar Rp. 100.000,- (seratus
ribu rupiah).
b. Jika permintaan itu diluluskan, maka yang bersangkutan menjadi calon anggota selama 6 (enam)
bulan, dengan hak menghadiri kegiatan-kegiatan IPPI yang dilaksanakan secara terbuka.
c. Apabila selama menjadi calon anggota yang bersangkutan menunjukkan hal-hal yang positif, maka ia
diterima menjadi anggota penuh dan kepadanya diberikan Kartu Tanda Anggota IPPI (KTA IPPI).
d. Permintaan menjadi anggota dapat ditolak apabila terdapat alasan yang kuat, baik syar'i maupun
organisasi.
2. Anggota keluarga dari anggota biasa dan anggota luar biasa dan Anggota Kehormatan IPPI diakui sebagai
anggota keluarga besar Perkumpulan Jam'iyah Pondok Pesantren Indonesia.
3. Santri, Asatidz dan Pengurus Anggota Perkumpulan diakui sebagai anggota keluarga besar Perkumpulan
Jam'iyah Pondok Pesantren Indonesia.

Pasal 4

1. Anggota kehormatan dapat diusulkan oleh pengurus Cabang, Pengurus Cabang Istimewa, Pengurus
Wilayah atau Pengurus Pusat.
2. Setelah mempertimbangkan kesediaan yang bersangkutan dan memperoleh persetujuan Dewan Pengurus
Pusat IPI, kepadanya diberikan surat pengesahan.

Pasal 5
Kembali ke ipi jfk
1. Seseorang dinyatakan berhenti dari keanggotaan IPPI karena meninggal dunia, permintaan sendiri,
dipecat, atau tidak lagi memenuhi syarat keanggotaan IPPI.
2. Seseorang berhenti dari keanggotaan IPPI karena permintaan sendiri yang diajukan kepada Pengurus
Anak Cabang secara tertulis, atau jika dinyatakan secara lisan perlu disaksikan oleh sedikitnya 2 (dua)
orang anggota Pengurus Anak Cabang.
3. Seseorang dipecat dari keanggotaan IPPI karena dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya sebagai
anggota atau melakukan perbuatan yang mencemarkan dan menodai nama IPPI, baik ditinjau dari segi
syar'i, kemaslahatan umum maupun organisasi dengan prosedur sebagai berikut:
a. Pemecatan anggota biasa dilakukan berdasarkan Rapat Pleno Pengurus Cabang setelah menerima
usul dari Pengurus Anak Cabang berdasarkan Rapat Pleno Pengurus Anak Cabang.
b. Pemecatan anggota luar biasa dilakukan berdasarkan Rapat Pleno Pengurus Cabang Istimewa atau
Rapat Pleno Pengurus Pusat.
c. Sebelum dipecat, anggota yang bersangkutan diberi surat peringatan oleh pengurus Anak Cabang.
d. Jika setelah 15 (lima belas) hari peringatan itu tidak diperhatikan, maka Pengurus Cabang dapat
memberhentikan sementara selama 3 (tiga) bulan.
e. Anggota biasa yang diberhentikan sementara atau dipecat dapat membela diri dalam suatu
Musyawarah Dewan Pengurus Cabang atau naik banding ke Pengurus Wilayah.
f. Anggota luar biasa yang diberhentikan sementara atau dipecat dapat membela diri dalam suatu
Musyawarah Dewan Pengurus Cabang Istimewa atau naik banding ke Pengurus Pusat.
g. Pengurus Pusat, pengurus Wilayah, Pengurus Cabang atau Cabang Istimewa dapat mengambil
keputusan atas pembelaan itu.
h. Surat pemberhentian atau pemecatan sebagai anggota dikeluarkan oleh Pengurus Cabang, Pengurus
Cabang Istimewa bersangkutan atas keputusan Rapat Pleno Pengurus Cabang, Rapat Pleno Pengurus
Cabang Istimewa.
i. Jika selama pemberhentian sementara yang bersangkutan tidak ruju' ilal haq, maka keanggotaannya
gugur dengan sendirinya.
j. Pengurus Pusat mempunyai wewenang memecat anggota secara langsung jika tidak dapat dilakukan
oleh Pengurus di bawahnya.
k. Pemecatan kepada seorang anggota yang dilakukan langsung oleh Pengurus Pusat berdasarkan hasil
Rapat Pleno pengurus Pusat.
l. Anggota yang dipecat langsung oleh Pengurus Pusat dapat membela diri dalam Rapat – Rapat
Pengurus Pusat atau Musyawarah Nasional.
m. Pertimbangan dan tatacara tersebut pada ayat (3) juga berlaku terhadap pencabutan anggota
kehormatan.

BAB III
KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA
Pasal 6
(kembali ke pasal 3 ipi jfk)
Anggota IPPI berkewajiban:
a. Setia, tunduk dan taat kepada AD / ART dan peraturan organisasi IPPI lainnya.
b. Bersungguh-sungguh mendukung dan membantu segala langkah IPPI, serta bertanggungjawab atas segala
sesuatu yang diamanahkan kepadanya.
c. Membayar i’anah Syahriyah (iuran bulanan) dan I'anah Sanawiyah (iuran tahunan) yang jumlahnya
ditetapkan oleh Pengurus Pusat IPPI.
d. Memupuk dan memelihara Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Wathoniyah dan Ukhuwah Insaniyah serta
persatuan nasional dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pasal 7
Kembali ke ipi jfk
1. Anggota biasa berhak:
a. Menghadiri Rapat Anggota Anak Cabang, mengemukakan pendapat dan memberikan suara.
b. Memilih dan dipilih menjadi pengurus atau menduduki jabatan lain yang ditetapkan baginya.
c. Mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh IPPI.
d. Memberikan usulan, masukan dan koreksi kepada Pengurus dengan cara dan tujuan yang baik.
e. Mendapatkan pembelaan, perlindungan dan pelayanan.
f. Melakukan pembelaan atas keputusan IPPI terhadap dirinya.

2. Anggota luarbiasa berhak:


a. Mengikuti kegiatan-kegiatan yg diselenggarakan oleh IPPI.
b. Memberikan usulan, masukan dan koreksi kepada Pengurus dengan tujuan dan cara yang baik.
c. Mendapatkan pelayanan informasi tentang program dan kegiatan IPPI.
d. Melakukan pembelaan atas keputusan IPPI terhadap dirinya.

3. Anggota kehormatan berhak menghadiri kegiatan-kegiatan IPPI atas undangan Pengurus dan dapat
memberikan saran-saran, pendapatnya, namun tidak memiliki hak suara atas pendapatnya maupun hak
memilih dan dipilih.

4. Anggota Biasa dan Luar Biasa IPPI tidak diperkenankan merangkap menjadi anggota organisasi sosial
kemasyarakatan lain yang mempunyai aqidah, asas dan tujuan yang berbeda atau merugikan IPPI.

BAB IV
TINGKAT KEPENGURUSAN
Pasal 8
Sesuaikan di BAB VII ART IPI JFK
Tingkat kepengurusan dalam organisasi IPPI terdiri dari :
a. Dewan Pengurus Pusat disingkat DPP untuk tingkat Pusat
b. Dewan Pengurus Wilayah disingkat DPW untuk tingkat Propinsi
c. Dewan Pengurus Cabang disingkat DPC untuk tingkat Kabupaten Kota dan Dewan Pengurus Cabang
Istimewa disingkat DPCI untuk cabang Luar Negeri.
d. Pengurus Anak Cabang disingkat PAC untuk tingkat Kecamatan.

Pasal 9

1. Pengurus Pusat Ikatan Pondok Pesantren Indonesia adalah kepengurusan Perkumpulan Jam'iyah sebagai
suatu organisasi di tingkat pusat dan berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia.
2. Pengurus Pusat sebagai tingkat kepengurusan tertinggi dalam oraganisasi IPPI merupakan penanggung
jawab kebijakan dalam pengendalian organisasi dan pelaksanaan keputusan-keputusan Musyawarah.

Pasal 10

1. Dewan Pengurus Wilayah adalah kepengurusan organisasi IPPI di tingkat propinsi dan berkedudukan di ibu
kota propinsi.
2. Pengurus Wilayah IPPI dapat dibentuk jika terdapat sekurang - kurangnya 5 (lima) Cabang.
3. Permintaan untuk membentuk pengurus Wilayah IPPI disampaikan kepada pengurus Pusat dengan disertai
keterangan tentang daerah yang bersangkutan dan jumlah Cabang yang ada di daerah itu setelah melalui
masa percobaan 3 (tiga) bulan.
4. Pengurus Wilayah berfungsi sebagai koordinator Cabang-Cabang di daerahnya dan sebagai pelaksana
pengurus Pusat ditingkat daerah yang bersangkutan.

Pasal 11

1. Dewan Pengurus Cabang adalah kepengurusan organisasi IPPI di tingkat Kabupaten / Kota dan
berkedudukan di ibu kota Kabupaten / Kota.
2. Dalam hal-hal yang menyimpang dari ketentuan ayat (1) diatas disebabkan oleh besarnya jumlah penduduk
dan luasnya daerah atau sulitnya komunikasi dan atau faktor kesejarahan, pembentukan Cabang diatur
oleh kebijakan Pengurus Pusat IPPI.
3. Pengurus Cabang IPPI dapat dibentuk jika terdapat sekurang - kurangnya 3 (tiga) Anak Cabang.
4. Permintaan untuk membentuk pengurus Cabang disampaikan kepada Pengurus Pusat dalam bentuk
permohonan yang dikuatkan oleh Pengurus Wilayah yang bersangkutan setelah melalui masa percobaan
selama 3 (tiga) bulan.
5. Pengurus Cabang IPPI memimpin dan mengkoordinir Anak Cabang di daerah kewenangannya, melaksanakan
kebijaksanaan Pengurus Wilayah dan Pengurus Pusat untuk daerahnya

Pasal 12

1. Pengurus Cabang Istimewa adalah kepengurusan organisasi IPPI setingkat Cabang yang berada di luar
negeri.
2. Pengurus Cabang Istimewa dibentuk oleh Pengurus Pusat IPPI atas permohonan sekurang-kurangnya 25
(dua puluh lima) orang anggota setelah melalui masa percobaan selama 3 (tiga) bulan.

Pasal 13

1. Pengurus Anak Cabang adalah tingkat kepengurusan organisasi IPPI di tingkat Kecamatan.
2. Pengurus Anak Cabang dapat dibentuk jika terdapat sekurang-kurangnya 50 (Lima Puluh) Anggota.
3. Permintaan untuk membentuk Anak Cabang disampaikan kepada Pengurus Wilayah dengan rekomendasi
Pengurus Cabang dan dapat disahkan oleh Pengurus Wilayah setelah melalui masa percobaan selama 3
(tiga) bulan.

BAB V
ATRIBUT ORGANISASI
Pasal 14
LAMBANG IPPI Berupa : Kelopak Bunga segi lima yang didalamnya terdapat tali tersimpul dikitari oleh
Sembilan bintang, lima bintang terletak diatas tulisan arab “ Ittihadul Ma’ahid Al Indonesy yang terbesar
diantaranya terletak ditengah atas, sedang empat bintang lainya melingkar dibawah tulisan arab. Didalam tali
simpul terdapat empat buah kitab kuning. Diantara Kelopak bunga dan bintang, terdapat tulisan melingkar
“IKATAN PONDOK PESANTREN INDONESIA”

Bendera, Panji, Lencana dan Atribut lain seperti Kop Surat, Stempel, baju seragam lebih lanjut akan
ditetapkan dalam peraturan oraganinsasi

BAB VI
PERANGKAT ORGANISASI
Pasal 15

Perangkat organisasi Nahdlatul Ulama terdiri dari:


a. Departemen.
b. Lembaga.
c. Badan Otonom.
Pasal 16

1. Departemen adalah perangkat departementasi organisasi yang berfungsi sebagai pelaksana kebijakan IPPI
berkaitan dengan suatu bidang tertentu.
2. Ketua Departemen ditunjuk langsung dan bertanggung jawab kepada pengurus IPPI sesuai dengan
tingkatannya.
3. Ketua Departemen dapat diangkat untuk maksimal 2 (dua) masa jabatan.
4. Departemen sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 butir (a) dan ayat(1) Pasal 15 adalah:
a. Departemen Organisasi, bertugas melaksanakan kebijakan IPPI di bidang pengembangan Organisasi dan
Pembinaan Kader yang menganut faham Ahlussunnah wal Jamaah.
b. Departemen Pendidikan, bertugas melaksanakan kebijakan IPPI dibidang pendidikan dan pengajaran
formal maupun non formal.
c. Departemen Perekonomian, bertugas melaksanakan kebijakan IPPI di bidang pengembangan ekonomi
Jam’iyyah IPPI.
d. Departemen LITBANG, bertugas melaksanakan kebijakan IPPI di bidang pengkajian dan pengembangan
sumber daya manusia.

5. Pembentukan dan atau penghapusan Departemen ditetapkan oleh permusyawaratan pada masing-masing
tingkat kepengurusan IPPI.
6. Pembentukan Departemen di tingkat Pusat, Wilayah, Cabang, Cabang Istimewa dan Anak Cabang
disesuaikan dengan kebutuhan.

Pasal 16
(seluruh cabang istimewa dihapus)
1. Lembaga adalah perangkat organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan program IPPI yang memerlukan
penanganan khusus.
2. Lembaga ditunjuk langsung dan bertanggung jawab kepada pengurus IPPI sesuai dengan tingkatannya.
3. Ketua Lembaga dapat diangkat untuk maksimal 2 (dua) masa jabatan.
4. Lembaga sebagaimana yang dimaksud Pasal 14 butir (b) dan Pasal 16 ayat (1) adalah :

a. Lembaga Da’wah
b. Lembaga Seni dan Budaya
c. Lembaga Ketrampilan
d. Lembaga Penjamin Mutu

5. Pembentukan dan atau penghapusan Lembaga ditetapkan oleh permusyawaratan pada masing-masing
tingkat kepengurusan.
6. Pembentukan Lembaga di tingkat Pusat, Wilayah, Cabang, Cabang Istimewa dan Anak Cabang dilakukan
sesuai dengan keperluan penanganan program khusus dan tenaga yang tersedia.

Pasal 17

Pasal 18
(Seluruh badan otonom dihapus)
Pengurus IPPI berkewajiban membina dan mengayomi seluruh Departemen, Lembaga dan Badan Otonom pada
tingkat masing-masing.

BAB VI
SUSUNAN DEWAN PENGURUS PUSAT
Pasal 19
(Kembali ke IPI JFK)
1. Dewan Pembina Pengurus Pusat terdiri dari beberapa orang.
2. Dewan Penasehat Pengurus Pusat terdiri dari Ketua dan beberapa orang anggota.
3. Dewan Pengurus Harian terdiri dari Ketua Umum dan beberapa orang Ketua, Sekretaris Jenderal dan
beberapa orang Sekretaris, Bendahara Umum dan beberapa Orang Wakil Bendahara.
4. Pengurus Pleno lengkap terdiri dari Pembina, Penasehat dan Pengurus Harian, Ketua Departemen,
Lembaga dan Badan Otonom.

BAB VII
SUSUNAN DEWAN PENGURUS WILAYAH
Pasal 20

1. Dewan Pembina Pengurus Wilayah terdiri dari beberapa orang.


2. Dewan Penasehat Pengurus Wilayah terdiri dari Ketua dan beberapa orang anggota.
3. Dewan Pengurus Harian terdiri dari Ketua dan beberapa orang Wakil Ketua, Sekretaris dan beberapa orang
Wakil Sekretaris, Bendahara dan beberapa Orang Wakil Bendahara.
4. Pengurus Pleno terdiri dari Pembina, Penasehat dan Pengurus Harian, Ketua Departemen, Lembaga dan
Badan Otonom.

BAB VIII
SUSUNAN DEWAN PENGURUS CABANG / CABANG ISTIMEWA
Pasal 21

1. Dewan Pembina Pengurus Cabang / Cabang Istimewa terdiri dari beberapa orang.
2. Dewan Penasehat Pengurus Cabang / Cabang Istimwea terdiri dari Ketua dan beberapa orang anggota.
3. Dewan Pengurus Harian terdiri dari Ketua dan beberapa orang Wakil Ketua, Sekretaris dan beberapa orang
Wakil Sekretaris, Bendahara dan beberapa Orang Wakil Bendahara.
4. Pengurus Pleno terdiri dari Pembina, Penasehat dan Pengurus Harian, Ketua Departemen, Lembaga dan
Badan Otonom.

BAB IX
SUSUNAN PENGURUS ANAK CABANG
Pasal 22

1. Dewan Pembina Pengurus Anak Cabang terdiri dari beberapa orang.


2. Dewan Penasehat Pengurus Anak Cabang terdiri dari Ketua dan beberapa orang anggota.
3. Dewan Pengurus Harian terdiri dari Ketua dan beberapa orang Wakil Ketua, Sekretaris dan beberapa orang
Wakil Sekretaris, Bendahara dan beberapa Orang Wakil Bendahara.
4. Pengurus Pleno terdiri dari Pembina, Penasehat dan Pengurus Harian, Ketua Departemen, Lembaga dan
Badan Otonom.

Dibahas dalam rapat baru sampai disini


BAB X
SYARAT MENJADI PENGURUS
Pasal 23

1. Untuk menjadi pengurus Anak Cabang atau Cabang, seorang calon harus sudah aktif menjadi anggota IPPI
atau Departemen, Lembaga dan Badan Otonomnya sekurang-kurangnya selama 1 (satu) tahun.
2. Untuk menjadi Pengurus Wilayah, seorang calon harus sudah aktif menjadi anggota IPPI atau Departemen,
Lembaga dan Badan Otonomnya sekurang-kurangnya selama 2 (dua) tahun.
3. Untuk menjadi Pengurus Pusat, seorang calon harus sudah aktif menjadi anggota IPPI atau Departemen,
Lembaga dan Badan Otonomnya sekurang-kurangnya selama 4 (empat) tahun.
4. Keanggotaan pada ayat 1, 2 dan 3 pasal ini adalah sebagaimana dimaksud Pasal 11 ayat (1) Anggaran Dasar
dan Pasal 1 butir (a) dan (b) Anggaran Rumah Tangga.

BAB XI
PEMILIHAN DAN PENETAPAN PENGURUS
Pasal 24

Pemilihan dan penetapan pengurus Pusat IPPI :


a. Ketua Umum dipilih secara langsung oleh Peserta MUNAS.
b. Ketua Umum terpilih bertugas melengkapi susunan pengurus : Pembina, Penasehat dan Pengurus Harian
dengan dibantu oleh beberapa anggota tim formatur yang dipilih dari dan oleh peserta MUNAS.
c. Pengurus Harian dapat membentuk tim tertentu untuk menyusun kelengkapan Pengurus Departemen,
Lembaga dan Badan Otonom.
d. Dalam hal tata cara pemilihan dan segala sesuatunya lebih lanjut akan diatur dalam tata tertib MUNAS.

Pasal 25

Susunan dan Personalia Pengurus Pusat ditetapkan oleh Musyawarah Sasional dan di laporkan kepada
Pemerintah atau lembaga yang berwenang untuk itu.

Pasal 26

Pemilihan pengurus Wilayah IPPI :


a. Ketua dipilih secara langsung oleh Peserta Musyawarah Wilayah.
b. Ketua terpilih bertugas melengkapi susunan pengurus : Pembina, Penasehat dan Pengurus Harian dengan
dibantu oleh beberapa anggota tim formatur yang dipilih dari dan oleh peserta Musyawarah Wilayah.
c. Pengurus Harian dapat membentuk tim tertentu untuk menyusun kelengkapan Pengurus Departemen,
Lembaga dan Badan Otonom.
d. Dalam hal tata cara pemilihan dan segala sesuatunya lebih lanjut akan diatur dalam tata tertib
Musyawarah Wilayah.

Pasal 27

Susunan dan Personalia Pengurus Wilayah ditetapkan oleh Musyawarah Wilayah dan di terbitkan Surat
Keputusan oleh Pengurus Pusat.

Pasal 28

Pemilihan pengurus Cabang IPPI :


a. Ketua dipilih secara langsung oleh Peserta Musyawarah Cabang.
b. Ketua terpilih bertugas melengkapi susunan pengurus : Pembina, Penasehat dan Pengurus Harian dengan
dibantu oleh beberapa anggota tim formatur yang dipilih dari dan oleh peserta Musyawarah Cabang.
c. Pengurus Harian dapat membentuk tim tertentu untuk menyusun kelengkapan Pengurus Departemen,
Lembaga dan Badan Otonom.
d. Dalam hal tata cara pemilihan dan segala sesuatunya lebih lanjut akan diatur dalam tata tertib
Musyawarah Cabang.

Pasal 29

Susunan dan Personalia Pengurus Cabang ditetapkan oleh Musyawarah Cabang dan di terbitkan Surat
Keputusan oleh Pengurus Pusat setelah mendapatkan rekomendasi Pengurus Wilayah.

Pasal 30

Pemilihan pengurus Anak Cabang IPPI :


a. Ketua dipilih secara langsung oleh Peserta Musyawarah Anak Cabang.
b. Ketua terpilih bertugas melengkapi susunan pengurus : Pembina, Penasehat dan Pengurus Harian dengan
dibantu oleh beberapa anggota tim formatur yang dipilih dari dan oleh peserta Musyawarah Anak Cabang.
c. Pengurus Harian dapat membentuk tim tertentu untuk menyusun kelengkapan Pengurus Departemen,
Lembaga dan Badan Otonom.
d. Dalam hal tata cara pemilihan dan segala sesuatunya lebih lanjut akan diatur dalam tata tertib
Musyawarah Anak Cabang.

Pasal 31

Susuna dan Personalia Pengurus Anak Cabang ditetapkan oleh Musyawarah Anak Cabang dan di terbitkan Surat
Keputusan oleh Pengurus Wilayah setelah mendapat rekomendasi Pengurus Cabang.

Pasal 32

1. Susunan dan personalia pimpinan Departemen, Lembaga dan Badan Otonom tingkat pusat ditetapkan oleh
Pengurus Pusat.
2. Susunan dan personalia pimpinan Departemen, Lembaga dan Badan Otonom tingkat Wilayah ditetapkan
oleh Pengurus Wilayah dan dilaporkan kepada Pimpinan Pusat Departemen, Lembaga atau badan Otonom
yang bersangkutan.
3. Susunan dan personalia pimpinan Departemen, Lembaga dan Badan Otonom ditingkat Cabang ditetapkan
oleh Pengurus Cabangl Cabang Istimewa dan dilaporkan kepada Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Pusat
Departemen, Lembaga atau Badan Otonom yang bersangkutan.

BAB XII
PENGISIAN JABATAN ANTAR WAKTU
Pasal 33

1. Apabila terjadi kekosongan jabatan Ketua Dewan Pertimbangan, maka Anggota urut dibawahnya menjadi
Pejabat Sementara Ketua Dewan Pertimbangan.
2. Apabila Ketua Umum berhalangan sementara, maka Ketua Umum menunjuk salah seorang Ketua sebagai
Pelaksana Tugas Harian.
3. Apabila Ketua Umum berhalangan tetap, maka rapat Pleno Pengurus menetapkan Pejabat Ketua Umum.
4. Apabila terjadi kekosongan jabatan Sekretaris Jenderal, Wakil Sekretaris, Bendahara, Wakil Bendahara,
dan Ketua Departemen, Lembaga dan Badan Otonom maka pengisian jabatan tersebut ditetapkan melalui
rapat Pengurus Harian.

Pasal 34

Apabila terjadi kekosongan jabatan pada Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang / Cabang Istimewa dan
Pengurus Anak Cabang, maka proses pengisian jabata tersebut disesuaikan dengan ketentuan sebagaimana
tercantum dalam Pasal 32 Anggaran Rumah Tangga ini.

BAB XIII
MASA JABATAN
Pasal 35

1. Masa jabatan dalam kepengurusan IPPI mengikuti ketentuan Pasal 16 ayat (1) Anggaran Dasar IPPI.
2. Ketua Umum dapat dipilih kembali.
3. Pengurus Departemen, Lembaga dan Badan Otonom yang masa jabatannya sudah berakhir, tetap
melaksnakan tugasnya sampai dengan terbentuknya kepengurusan yang baru, dengan tidak mengambil
kebijakan yang mendasar.

BAB XV
RANGKAP JABATAN
Pasal 36

1. Jabatan pengurus Harian IPPI, Departemen, Lembaga dan Badan Otonom, tidak dapat dirangkap dengan
jabatan pengurus harian pada semua tingkat kepengurusan yang lain.
2. Jabatan pengurus Harian IPPI, Departmen, Lembaga dan Badan Otonom pada semua tingkat kepengurusan
tidak dapat dirangkap dengan jabatan Pengurus Harian Partai Politik dan atau Organisasi yang berafiliasi
kepadanya.
3. Jika pengurus Harian IPPI mencalonkan diri atau dicalonkan untuk mendapatkan jabatan politik. maka
yang bersangkutan harus non aktif sementara hingga penetapan jabatan politik tersebut dinyatakan final
dan apabila terpilih maka yang bersangkutan dapat mengundurkan diri atau diberhentikan dengan hormat.

BAB XVI
PEMBEKUAN PENGURUS
Pasal 37

1. Dewan Pengurus Pusat dapat membekukan Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang melalui keputusan yang
ditetapkan oleh Rapat Pleno Pengurus Pusat.
2. Dewan Pengurus Wilayah dapat membekukan Pengurus Anak Cabang setelah mendapat rekomendasi dari
Pengurus Cabang.
3. Pembekuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) Pasal ini didasarkan pada pertimbangan syar'i dan
atau ketentuan organisasi.
4. Sekurang-kurangnya 15 (lima belas) hari sebelum pembekuan dilakukan, terlebih dahulu diberi peringatan
tertulis untuk memperbaiki.
5. Kepengurusan yang dibekukan diambil alih oleh Pengurus setingkat lebih tinggi dengan tugas
mempersiapkan penyelenggaraan permusyawaratan yang akan memilih pengurus baru.
6. Selambat-Iambatnya 3 (tiga) bulan setelah pembekuan harus sudah terselenggara permusyawaratan untuk
memilih Pengurus baru.

BAB XVII
TUGAS DAN WEWENANG PENGURUS
Pasal 38
Pembina bertugas melakukan pembinaan kepada organisasi sserta memberikan saran dan masukan kepada
Pengurus IPPI menurut tingkatannya baik diminta maupun tidak.

Pasal 39

Dewan Penasehat bertugas memberikan saran, pendapat atau nasehat kepada IPPI sesuai dengan tingkatan
masing – masing.

Pasal 40

1. Dewan Pengurus selaku pimpinan tertinggi sebagai pengendali, pengawas dan penentu kebijakan organisasi
mempunyai tugas dan wewenang:
a. Menentukan arah kebijakan organisasi dalam melakukan usaha dan tindakan untuk mencapai tujuan
IPPI.
b. Memberikan petunjuk, bimbingan dan pembinaan pemahaman, pengamalan dan pengembangan ajaran
Islam berdasar faham Ahlussunnah wal Jamaah, baik di bidang aqidah, syari'ah maupun
akhlaq/tasawuf.
c. Mengendalikan, mengawasi dan memberikan koreksi sesuai dengan pertimbangan syar'i dan ketentuan
organisasi.
d. Membatalkan keputusan perangkat organisasi IPPI sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 19 ayat (2)
Anggaran Dasar.

Pasal 41

1. Dewan Pengurus sebagai pelaksana mempunyai tugas :


a. Memimpin jalannya organisasi sehari-hari sesuai dengan kebijakan yang ditentukan oleh keputusan
Hasil Musyawarah.
b. Melaksanakan program IPPI.
c. Membina dan mengawasi kegiatan semua perangkat Jam'iyah yang berada di bawahnya.
d. Menyampaikan laporan secara periodik kepada Rapat Pleno tentang pelaksanaan tugasnya.
2. Dalam menggerakkan dan mengelola program, dewan pengurus berwenang membentuk tim kerja tetap
atau sementara sesuai kebutuhan.
3. Pembagian tugas diantara anggota Pengurus diatur dalam Peraturan dan Pedoman Tata Kerja Organisasi.

BAB XVIII
KEWAJIBAN DAN HAK PENGURUS
Pasal 52

1. Pengurus berkewajiban :
a. Menjaga dan menjalankan amanat organisasi.
b. Menjaga keutuhan organisasi kedalam maupun keluar.
c. Mematuhi ketentuan-ketentuan organisasi.
2. Pengurus berhak :
a. Membuat kebijakan, keputusan dan peraturan organisasi sepanjang tidak bertentangan dengan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga atau keputusan pengurus IPPI yang lebih tinggi.
b. Memberikan saran atau koreksi kepada Pengurus setingkat lebih tinggi dengan tujuan dan cara yang
baik.
c. Memberikan motivasi dan dorongan kepada Departemen, Lembaga dan Badan Otonom untuk
meningkatkan kinerjanya.

BAB XIX
PERMUSYAWARATAN TINGKAT NASIONAL
Pasal 53

1. Musyawarah Nasional adalah instansi permusyawaratan tertinggi di dalam organisasi IPPI, diselenggarakan
oleh Pengurus Pusat Ikatan Pondok Pesantren Indonesia, sekali dalam 5 (lima) tahun.
2. Musyawarah Nasional dipimpin oleh pengurus Pusat IPPI.
3. Musyawarah Nasional dihadiri oleh :
a. Pengurus Pusat.
b. Pengurus Wilayah.
c. pengurus Cabang/ Cabang Istimewa.
4. Musyawarah Nasional adalah sah apabila dihadiri oleh dua pertiga (2/3) jumlah Wilayah dan Cabang /
Cabang Istimewa yang sah.
5. Untuk penyelenggaraan Musyawarah Nasional, Dewan Pengurus Pusat membentuk Panitia Penyelenggara
yang bertanggung jawab kepada pengurus pusat IPPI.
6. Dewan Pengurus Pusat berkewajiban menyampaikan Laporan Pertanggung Jawaban Organisasi dalam
Musyawarah Nasional.
7. Dewan Pengurus Pusat IPPI membuat Susunan Acara Musyawarah Nasional dan Rancangan Peraturan Tata
Tertib Musyawarah Nasional yang mencakup susunan dan tata cara pemilihan Pengurus.

Pasal 54

Musyawarah Nasional Luar Biasa sebagaimana dimaksud Pasal 17 ayat (1) butir (b) Anggaran Dasar, dapat
diselenggarakan atas permintaan Dua Pertiga (2/3) Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang dengan
ketentuan:
a. Diselenggarakan untuk menyelesaikan masalah-masalah nasional atau mengenai keberadaan
Perkumpulan / Jam'iyah Pondok Pesantren.
b. Penyelesaian masalah - masalah dimaksud butir (a) tak dapat diselesaikan dalam permusyawaratan lain.
c. Atas dasar keputusan Rapat Pleno Pengurus Besar dan rekomendasi Rapat Kerja Nasional.

Pasal 55

1. Rapat Kerja Nasional merupakan instansi permusyawaratan tertinggi setelah Musyawarah Nasional dan
diadakan oleh Pengurus Pusat IPPI.
2. Rapat Kerja Nasional dihadiri oleh anggota Pleno Pengurus Pusat dan utusan Pengurus Wilayah .
3. Rapat Kerja Nasional dapat juga diselenggarakan atas permintaan sekurang - kurangnya separuh dari
jumlah Pengurus Wilayah yang sah.
4. Rapat Kerja Nasional membicarakan pelaksanaan keputusan - keputusan Musyawarah Nasional dan
mengkaji perkembangan organisasi serta peranannya ditengah masyarakat.
5. Rapat Kerja Nasional tidak dapat mengubah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan keputusan -
keputusan Musyawarah Nasional dan tidak memilih Pengurus baru.
6. Rapat Kerja Nasional adalah sah apabila dihadiri oleh lebih dari separuh jumlah peserta sebagaimana
dimaksud ayat (2) Pasal ini.
7. Susunan acara dan peraturan Tata Tertib Rapat Kerja Nasional ditetapkan oleh pengurus pusat.
8. Rapat Kerja Nasional dipimpin oleh pengurus pusat.
9. Rapat Kerja Nasional diadakan sekurang – kurangnya satu kali dalam tengah masa jabatan pengurus pusat.

Pasal 56

1. Musyawarah Nasional Alim Ulama Pondok Pesantren yang diselenggarakan oleh pengurus pusat. sekurang-
kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) masa jabatan kepengurusan untuk membicarakan masalah
keagamaan.
2. Musyawarah tersebut dapat mengundang Alim Ulama dan Tenaga Ahli, baik dari dalam maupun dari luar
Pengurus IPPI.
3. Musyawarah Nasional Alim Ulama Pondok Pesantren tidak dapat mengubah Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga, Keputusan-keputusan Musyawarah Nasional dan tidak mengadakan pemilihan Pengurus.
4. Musyawarah Alim Ulama Pondok Pesantren yang serupa dapat juga diselenggarakan oleh Wilayah atau
Cabang, sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) masa jabatan.

Pasal 57

1. Rapat Koordinasi Nasional diselenggarakan oleh Pengurus pusat untuk melaksanakan koordinasi atas suatu
masalah atau kewajiban organisasi yang mendesak.
2. Rapat Koordinasi Nasional dapat diselenggarakan sewaktu-waktu sesuai dengan keperluan.
3. Rapat Koordinasi Nasional dihadiri oleh Pengurus pusat dan Pengurus Wilayah.

BAB XX
PERMUSYAWARATAN TlNGKAT DAERAH
Pasal 58

1. Musyawarah Wilayah adalah instansi permusyawaratan tertinggi untuk tingkat Wilayah, dihadiri oleh
Pengurus Wilayah dan utusan pengurus Cabang yang syah yang ada di daerahnya.
2. Musyawarah Wilayah diselenggarakan sekali dalam 5 (lima) tahun.
3. Musyawarah Wilayah diselenggarakan atas undangan Pengurus Wilayah atau atas permintaan sekurang-
kurangnya separuh jumlah Cabang yang yang syah yang ada di daerahnya.
4. Musyawarah Wilayah membicarakan pertanggung jawaban Pengurus Wilayah. menyusun rencana kerja 5
(lima) tahun. memilih pengurus Wilayah yang baru dan membahas masalah-masalah keagamaan, Pondok
Pesantren dan kemasyarakatan pada umumnya terutama yang terjadi diwilayah bersangkutan.
5. Pengurus Wilayah membuat Rancangan Tata Tertib Musyawarah Wilayah termasuk di dalamnya tata cara
pemilihan pengurus baru sebagaimana dimaksud Pasal 26 huruf (d) Anggaran Rumah Tangga.
6. Musyawarah Wilayah adalah sah apabila dihadiri oleh lebih dari separuh jumlah Cabang yang syah yang ada
di daerahnya dan dalam pengambilan keputusan, pengurus Wilayah sebagai lembaga dan tiap-tiap Cabang
yang hadir mempunyai hak 1 (satu) suara.

Pasal 59

1. Rapat Kerja Wilayah diselenggarakan oleh Pengurus Wilayah sekurangkurangnya 2 (dua) kali dalam 1 (satu)
periode kepengurusan.
2. Rapat Kerja Wilayah dihadiri oleh pengurus Pleno Wilayah dan Pengurus Cabang di daerahnya.
3. Rapat Kerja Wilayah membicarakan pelaksanaan keputusan-keputusan Musyawarah Wilayah, mengkaji
perkembangan organisasi dan peranannya di tengah masyarakat, membahas masalah keagamaan, Pondok
Pesantren dan masalah kemasyarakatan yang ada di daerahnya.
4. Dalam Rapat Kerja Wilayah tidak diadakan pemilihan Pengurus baru.

Pasal 60

1. Musyawarah Cabang adalah instansi permusyawaratan tertinggi untuk tingkat Cabang, dihadiri oleh
Pengurus Cabang, utusan Pengurus Anak Cabang yang ada di daerahnya.
2. Musyawarah Cabang diadakan atas undangan Pengurus Cabang atau atas permintaan sekurang-kurangnya
separuh dari jumlah Anak Cabang didaerahnya.
3. Musyawarah Cabang membicarakan pertanggungjawaban Pengurus Cabang, menyusun rencana kerja 5
(lima) tahun, memilih Pengurus Cabang dan membahas masalah-masalah keagamaan, Pondok Pesantren
dan kemasyarakatan pada umumnya. terutama yang terjadi di daerah Cabang yang bersangkutan.
4. Pengurus Cabang membuat Rancangan Tata Tertib Musyawarah Cabang, termasuk tata cara pemilihan
pengurus sebagaimana dimaksud Pasal 28 huruf (d) Anggaran Rumah Tangga.
5. Musyawarah Cabang adalah sah apabila dihadiri oleh lebih dari separuh jumlah Anak Cabang di daerahnya
dan dalam pengambilan keputusan, Pengurus Cabang sebagai lembaga dan tiap-tiap Anak Cabang yang
hadir mempunyai hak 1 (satu) suara.

Pasal 61

1. Rapata Kerja Cabang diselenggarakan oleh Pengurus Cabang sekurang - kurangnya 2 (dua) kali dalam 1
(satu) periode kepengurusan.
2. Rapat Kerja Cabang dihadiri oleh pengurus Pleno Cabang dan Pengurus Anak Cabang di daerahnya.
3. Rapat Kerja Cabang membicarakan pelaksanaan keputusan - keputusan Musyawarah Cabang, mengkaji
perkembangan organisasi dan peranannya di tengah masyarakat. membahas masalah keagamaan, Pondok
Pesantren dan kemasyarakatan.
4. Dalam Rapat Kerja Cabang tidak diadakan pemilihan Pengurus baru.

Pasal 62
1. Musyawarah Anak Cabang adalah instansi permusyawaratan tertingi ada tingkat Anak Cabang, dihadiri oleh
pengurus Anak Cabang dan anggota – anggota yang ada di daerahnya.
2. Musyswarah Anak Cabang diselenggarakan atas undangan pengurus Anak Cabang atau atas permintaan
sekurang-kurangnya setengah dari jumlah anggota di daerahnya.
3. Musyawarah Anak Cabang membicarakan pertanggungjawaban Pengurus Anak Cabang, menyusun rencana
kerja untuk masa 5 (lima) tahun, memilih Pengurus Anak Cabang dan membahas masalah kemasyarakatan
pada umumnya, terutama yang terjadi di daerahnya.
4. Pengurus Anak Cabang membuat Rancangan Tata Tertib Konferensi, termasuk tata cara pemilihan
Pengurus sebagaimana dimaksud Pasal 39 Anggaran Rumah Tangga.
5. Konferensi Majelis Wakil Cabang adalah sah apabila dihadiri oleh lebih dari separuh dari jumlah Ranting di
daerahnya. Dalam setiap pengambilan keputusan, Pengurus Majelis Wakil Cabang sebagai satu kesatuan
dan tiap-tiap Ranting yang hadir masing-masing mempunyai 1 (satu) suara.

Pasal 63

1. Rapat Kerja Anak Cabang diselenggarakan oleh pengurus Anak Cabang sekurang - kurangnya 2 (dua) kali
dalam 1 (satu) periode kepengurusan.
2. Rapat Kerja Anak Cabang dihadiri oleh Pengurus Pleno Anak Cabang dan anggota di daerahnya.
3. Rapat Kerja Anak Cabang membicarakan pelaksanaan keputusan – keputusan Musyawarah Anak Cabang,
mengkaji perkembangan organisasi dan peranannya di tengah masyarakat, membahas masalah keagamaan
dan kemasyarakatan.
4. Dalam Rapat Kerja Anak Cabang tidak diadakan pemilihan Pengurus baru.

Pasal 64

BAB XXI
KEUANGAN DAN KEKAYAAN
Pasal 65

Uang pangkal, I'anah Syahriyah dan I'anah Sanawiyah yang diterima dari anggota IPPI digunakan untuk
membiayai kegiatan organisasi dan dimanfaatkan dengan perimbangan sebagai berikut:
a. 60% untuk membiayai kegiatan Anak Cabang.
b. 20% untuk membiayai kegiatan Dewan Pengurus Cabang.
c. 15% untuk membiayai kegiatan Dewan Pengurus Wilayah.
d. 5% untuk membiayai kegiatan Dewan Pengurus Pusat.

Pasal 66

1. Dalam laporan pertanggungjawaban pengurus pusat kepada Musyawarah Nasional dimuat pula
pertanggungjawaban keuangan dan inventaris Pengurus Pusat, Lembaga, Lajnah dan Badan Otonom.
2. Dalam laporan pertanggungjawaban pengurus Wilayah kepada Konferensi dilaporkan pula
pertanggungjawaban keuangan dan inventaris pengurus Wilayah, Departemen, Lembaga dan Badan
Otonom.
3. Dalam laporan pertanggungjawaban pengurus Wilayah, Pengurus Cabang / Cabang Istimewa, Pengurus
Anak Cabang kepada Musyawarah Wilayah, Musyawarah Cabang / Cabang Istimewa, Musyawarah Anak
Cabang dilaporkan pula pertanggungjawaban keuangan dan inventaris Pengurus, Departemen, Lembaga.
dan Badan Otonom.

Pasal 67

Kekayaan IPPI yang berupa harta benda tidak bergerak tidak dapat dialihkan hak kepemilikannya kepada
pihak lain kecuali atas persetujuan Pengurus Pusat.

BAB XXII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 68
1. Segala sesuatu yang belum cukup diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini ditetapkan lebih lanjut oleh
Pengurus Pusat IPPI.
2. Anggaran Rumah Tangga ini hanya dapat diubah oleh Musyawrah Nasional.

Ditetetapkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 29 Februari 2016 M

MUSYAWARAH NASIONAL
IKATAN PONDOK PESANTREN INDONESIA

PIMPINAN SIDANG PLENO …….

1. ( ………………………………….) Ketua ……………………………

2. ( ………………………………….) Sekretaris …………………………………..

3. ( ………………………………….) Anggota …………………………..

4. ( ………………………………….) Anggota …………………………………..

5. ( ………………………………….) Anggota …………………………..

Tim Perumus :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Anda mungkin juga menyukai