Anda di halaman 1dari 92

PELAKSANAAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN OLEH

PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DELI


SERDANG LUBUK PAKAM TAHUN 2019

SKRIPSI

Oleh

DITA RISKY SAPUTRI HASIBUAN


NIM. 151000197

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

Universitas Sumatera Utara


PELAKSANAAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN OLEH
PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DELI
SERDANG LUBUK PAKAM TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

DITA RISKY SAPUTRI HASIBUAN


NIM. 151000197

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

Universitas Sumatera Utara


ii
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal: 6 Januari 2020

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes.


Anggota : 1. Cholina Siregar, S.Kep., Ners., M.Kep.
2. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.P.H.

iii
Universitas Sumatera Utara
iv
Universitas Sumatera Utara
Abstrak

Budaya Keselamatan pasien merupakan faktor penting dalam upaya mengurangi


insiden. Pelaksanaan budaya keselamatan pasien dilakukan untuk melindungi
pasien dari kesalahan tatalaksana maupun cidera akibat intervensi dan agar
perawat tidak takut untuk melaporkan kejadian kesalahan yang terjadi. Penelitian
ini bertujuan mendeskripsikan pelaksanaan budaya keselamatan pasien oleh
perawat di instalasi rawat inap RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.
Sampel penelitian adalah perawat berjumlah 171 orang dengan menggunakan
teknik pengambilan sampel proportionate stratified random sampling.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis yang
digunakan adalah analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi
budaya keterbukaan (open culture) terdapat 85 responden (49,8%) dalam kategori
budaya keselamatan pasien tidak baik. Persepsi budaya keselamatan pasien
keadilan (just culture) menunjukkan bahwa terdapat 86 responden (50,3%)
mendapatkan hasil dengan kategori tidak baik dalam budaya keselamatan pasien.
Persepsi budaya pelaporan (reporting culture) dikatakan rendah terdapat 85
responden (49,8%) dikategorikan budaya keselamatan pasien tidak baik. Budaya
keselamatan pasien dikatakan rendah terdapat pada persepsi budaya pembelajaran
(learning culture) 83 responden (48,5%) dalam kategori tidak baik. Persepsi
budaya informasi (informad culture) terdapat 86 responden (50,3%) dikategorikan
budaya keselamatan pasien tidak baik. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan budaya keselamatan pasien oleh perawat di
instalasi rawat inap masih dikatakan rendah dalam pelaksanaannya. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi rumah sakit untuk lebih
meningkatkan budaya keselamatan pasien sehingga dapat meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan kepada pasien di rumah sakit.

Kata kunci: Budaya keselamatan pasien, rawat inap

v
Universitas Sumatera Utara
Abstract

Patient safety culture is an important factor in efforts to reduce incidents. the


implementation of a patient safety culture is carried out to protect patients from
management errors and injuries resulting from the intervention and so that nurses
are not afraid to report errors that occur. This study aims to describe the
Implementation of Patient Safety Culture by Nurses in the Inpatient Installation of
Deli Serdang Lubuk Pakam Hospital. This research is a quantitative descriptive
study with cross sectional approach. The research sample was 171 nurses using
proportionate stratified random sampling technique. Data collection was carried
out using a questionnaire. The analysis used is univariate analysis. The results
showed that the perception of culture of openness (open culture) there were 85
respondents (49.8%) in the category of patient safety culture was not good. The
perception of patient safety culture in fairness (just culture) shows that there were
86 respondents (50.3%) getting results in the poor category in patient safety
culture. Perception of reporting culture is said to be low, there are 85 respondents
(49.8%) categorized as patient safety culture is not good. Patient safety culture is
said to be low found in the perception of learning culture (learning culture) 83
respondents (48.5%) in the category of not good. Perceived information culture
(informad culture) there were 86 respondents (50.3%) categorized as poor patient
safety culture. Based on the results of the study it can be concluded that the
implementation of patient safety culture by nurses in inpatient installations is still
said to be low in its implementation. The results of this study are expected to be
information for hospitals to further enhance patient safety culture so as to
improve the quality of health services to patients in hospitals.

Keywords: Patient safety culture, inpatient

vi
Universitas Sumatera Utara
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah

yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pelaksanaan Budaya Keselamatan Pasien oleh Perawat di Instalasi

Rawat Inap RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2019”. Skripsi ini

adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada

kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya

kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes. selaku Ketua Departemen Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan sekaligus selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, dan

masukan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Cholina Siregar, S.Kep., Ners., M.Kep. selaku Dosen Penguji I dan Puteri

Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.P.H. selaku Dosen Penguji II yang

telah meluangkan waktu dan pikiran dalam penyempurnaan skripsi ini.

vii
Universitas Sumatera Utara
5. Prof. Drs. Heru Santosa, MS., Ph.D. selaku Dosen Penasehat Akademik yang

telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas

Kesehatan Masyarakat USU.

6. Para Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat USU atas ilmu yang telah

diajarkan selama ini kepada penulis.

7. Pegawai dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah banyak

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam, Kepala

Perawat RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam, serta seluruh pegawai dan staf di

RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam yang telah memberikan izin memperoleh

data – data yang mendukung penulis dalam menyelesaikan penelitian.

9. Teristimewa kedua orang tua tercinta Iskandar Hasibuan dan Safridah

Hannum Lubis yang sudah banyak berkorban, memberikan semangat, dan

doa yang tiada pernah terputus untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Terkhusus untuk Lily Suryani Hasibuan dan Dina Sukandar Hasibuan, Aris

Munandar Hasibuan, Normansya Adi Pura dan Ananda Sukirno Pratama,

serta seluruh keluarga besar yang dengan penuh kasih senantiasa memberikan

dukungan, doa dan juga semangat kepada penulis sehingga sampai saat ini.

11. Kepada sahabat terdekat saya yang selalu memberikan semangat, saran dan

dukungan kepada penulis.

12. Teman-teman peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan dan teman-

teman lainnya yang memberikan motivasi serta berbagai ilmu kepada penulis

dalam meyelesaikan skripsi ini.

viii
Universitas Sumatera Utara
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh

sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari

semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis

berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat

bagi pembaca.

Medan, Januari 2020

Dita Risky Saputri Hasibuan

ix
Universitas Sumatera Utara
Daftar Isi

Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi vii
Daftar Tabel viii
Daftar Gambar ix
Daftar Lampiran x
Daftar Istilah xi
Riwayat Hidup xii

Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 9
Tujuan Penelitian 10
Tujuan umum 10
Tujuan khusus 10
Manfaat Penelitian 11

Tinjauan Pustaka 12
Budaya Keselamatan Pasien 12
Manfaat penilaian budaya keselamatan pasien 12
Komponen budaya keselamatan pasien 13
Survei budaya keselamatan pasien 14
Persepsi 21
Keselamatan Pasien 23
Pengertian keselamatan pasien 22
Pelaksanaan keselamatan pasien 22
Manfaat program keselamatan pasien 23
Pelaporan insiden keselamatan pasien 24
Sasaran keselamatan pasien 26
Standar keselamatan pasien 25
Meghubungkan budaya keselamatan pasien 25
Landasan Teori 26
Kerangka Konsep 27

Metode Penelitian 28
Jenis Penelitian 28
Lokasi dan Waktu Penelitian 28
Populasi dan Sampel 28

x
Universitas Sumatera Utara
Variabel dan Definisi Operasional 31
Metode Pengumpulan Data 32
Metode Pengukuran 32
Metode Analisis Data 33

Hasil Penelitian 34
Gambaran Umum RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam 34
Karakteristik Responden 35
Persepsi Budaya Keselamatan Pasien Ruang Rawat Inap
RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2019 38
Persepsi budaya keterbukaan (open culture) 38
Persepsi budaya keadilan ( just culture) 38
Persepsi budaya pelaporan (reporting culture) 40
Persepsi budaya pembelajaran (learning culture) 41
Persepsi budaya informasi (Informad culture) 41

Pembahasan 43
Persepsi Budaya Keselamatan Pasien Ruang Rawat Inap 43
Persepsi budaya keterbukaan (open culture) 43
Persepsi budaya keadilan (just culture) 44
Persepsi budaya pelaporan (reporting culture) 46
Persepsi budaya pembelajaran (learning culture) 47
Persepsi budaya informasi (informad culture) 48
Keterbatasan Penelitian 49

Kesimpulan dan Saran 50


Kesimpulan 50
Saran 51

Daftar Pustaka 52
Lampiran 55

xi
Universitas Sumatera Utara
Daftar Tabel

No Judul Halaman
1 Perbandingan Elemen Budaya Keselamatan pada
Setiap Instrumen 20

2 Jumlah Populasi dan Sampel 30

3 Aspek Pengukuran Variabel Persepsi Budaya


Keselamatan Pasien 33

4 Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Umur,


Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Lama Kerja di Ruang
Rawat Inap RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun
2019 36

5 Distribusi Persepsi Budaya Keterbukaan (Open Culture)


Keselamatan Pasien 39

6 Distribusi Persepsi Aspek Pengukuran Variabel


Budaya Keadilan (Just Culture) 39

7 Distribus Persepsi Aspek Pengukuran Variabel Budaya


Pelaporan (Reporting Culture) 40

8 Distribusi Persepsi Aspek Pengukuran Variabel


Budaya Pembelajaran (Learning Cuture) 41

9 Distribusi Persepsi Aspek Pengukuran Variabel


Budaya Informasi (Informad Culture) 42

xii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Gambar

No Judul Halaman
1 Kerangka konsep
27

xiii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman


1 Kuesioner Penelitian 55
2 Hasil Olahan Data 57
3 Master Data 62
4 Surat Izin Penelitian 70
5 Surat Selesai Penelitian 72
6 Dokumentasi Penelitian 73

xiv
Universitas Sumatera Utara
Daftar Istilah

AHRQ Agency Hospital Research Quality


FMEA Failure Modes and Effects Analysis
KKP-RS Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
KTD Kejadin Tidak Diharapkan
MENKES Mentri Kesehatan
NPSA National Patient Safety Agency
WHO World Health Organization

xv
Universitas Sumatera Utara
Riwayat Hidup

Penulis bernama Dita Risky Saputri Hasibuan berumur 22 tahun,

dilahirkan di Panyabungan pada tanggal 29 Januari 1997. Penulis beragama Islam,

anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Iskandar Hasibuan dan

Ibu Safridah Hannum Lubis.

Pendidikan formal dimulai di TK Bhayangkari Tahun 2003. Pendidikan

sekolah dasar di SD Negeri 2 Panyabungan Tahun 2004 – 2009, sekolah

menengah pertama di SMP Negeri 1 Panyabungan Tahun 2010 – 2012, sekolah

menengah atas di MAN 1 Panyabungan Tahun 2013 – 2015, selanjutnya penulis

melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara.

Medan, Januari 2020

Dita Risky Saputri Hasibuan

xvi
Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan

Latar Belakang

Rumah Sakit dimana merupakan institusi pelayanan terhadap kesehatan

seharusnya dapat memberikan pelayanan untuk masyarakat di dalam suatu

lingkup lokal ataupun internasional. Dengan demikian supaya mutu pelayanan

kesehatan dapat menjadi topik sentral di sebuah pengelolaan rumah sakit, maka

dimana salah satu yang telah mendapatkan perhatian yang sangat penting

merupakan terhadap masalah konsep keselamatan pasien yang secara umum

dikenal sebagai konsep patient safety.

Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem yang dibuat oleh

rumah sakit agar asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi penilaian

risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan pasien koma,

pelaporan dan analisis accident, kemampuan belajar dari accident dan tindak

lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Tujuan

dilakukannya kegiatan keselamatan pasien di rumah sakit adalah untuk

menciptakan budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan

akuntabilitas rumah sakit, menurunkan KTD di rumah sakit, terlaksananya

program-program pencegahan sehingga tidak terjadi kejadian tidak diharapkan

(Depkes RI, 2008) .

Budaya keselamatan pasien merupakan pondasi utama dalam menuju

keselamatan pasien. Budaya keselamatan pasien merupakan faktor penting dalam

upaya untuk mengurangi kejadian tidak diharapkan di rumah sakit dan

meningkatkan keselamatan pasien (Wang, 2014). Penerapan ini sejalan dengan

1
Universitas Sumatera Utara
2

program National Patient Safety Agency (NPSA) dan Komite Keselamatan Pasien

Rumah Sakit (KKP-RS) dalam tujuh langkah keselamatan pasien yang

menekankan bahwa langkah awal menuju keselamatan pasien adalah dengan

menerapkan budaya keselamatan pasien (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia (Depkes RI , 2008).

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah

sakit. Sejak Institute of Medicine (1999) di Amerika Serikat menerbitkan laporan

yang mengagetkan banyak pihak to err is human, building a safer health sistem.

Laporan itu mengemukakan penelitian di rumah sakit di Utah dan Colorado serta

New York. Utah dan Colorado ditemukan KTD (Adverse Event) sebesar 2,9%,

dimana 6,6% diantaranya meninggal. New York KTD adalah sebesar 3,7%

dengan angka kematian 13,6%. Angka kematian akibat KTD pada pasien rawat

inap di seluruh Amerika yang berjumlah 33,6 juta per tahun berkisar 44.000 –

98.000 per tahun. Publikasi WHO pada Tahun 2004, mengumpulkan angka-angka

penelitian rumah sakit di berbagai negara seperti Amerika, Inggris, Denmark, dan

Australia, ditemukan KTD dengan rentang 3,2 – 16,6%. Dengan data-data

tersebut, berbagai negara segera melakukan penelitian dan mengembangkan

sistem keselamatan pasien (Depkes RI, 2008).

Semua organisasi memiliki budaya yang mencerminkan bagaimana

mereka melakukan apa yang mereka lakukan, begitu juga organisasi dibidang

kesehatan. Budaya keselamatan pasien secara umum didefinisikan oleh peneliti

sebagai nilai-nilai, keyakinan, dan persepsi yang mengelilingi perilaku orang yang

bekerja di rumah sakit atau sistem. Budaya keselamatan pasien dalam organisasi

Universitas Sumatera Utara


3

kesehatan memiliki pengaruh yang kuat pada banyak usaha, termasuk usaha untuk

mengidentifikasi perilaku, asumsi, atau kelalaian yang dapat menyebabkan

kesalahan medis (Clancy, 2011). Membangun budaya keselamatan pasien di

rumah sakit adalah kewajiban dan tanggung jawab seluruh staf yang bekerja di

rumah sakit terutama para tenaga medis dan tenaga kesehatan yang berhubungan

langsung dengan pasien seperti dokter dan perawat.

Budaya keselamatan pasien menurut Sorra (2014) dapat diukur dari segi

perspektif staf rumah sakit yang terdiri dari harapan atasan atau manajer dan

tindakan mendukung keselamatan, organisasi pembelajaran perbaikan

berkelanjutan, kerja sama dalam unit rumah sakit, komunikasi terbuka, umpan

balik dan komunikasi tentang kesalahan, respon tidak menghukum atas kesalahan,

susunan kepegawaian atau staffing, dukungan manajemen untuk keselamatan

pasien, kerja sama di seluruh unit rumah sakit, handoffs atau perpindahan dan

transisi pasien, persepsi keseluruhan dari keselamatan pasien, dan frekuensi

kejadian yang dilaporkan (Agency Hospital Research Quality [AHRQ], 2004).

Budaya keselamatan pasien memiliki hubungan langsung terhadap

peningkatan implementasi keselamatan pasien. Oleh karena itu penting bagi suatu

rumah sakit mengetahui budaya keselamatan pasien yang sedang berkembang saat

ini di rumah sakit bersangkutan sehingga dapat diketahui upaya – upaya yang

harus dikembangkan untuk meningkatkan keselamatan bagi pasien (Fadden,

2009). Data tentang KTD apalagi KNC masih langka di Indonesia, namun dilain

pihak terjadi peningkatan tuduhan malapraktik yang belum tentu dengan

pembuktian akhir. Kondisi ini perlu mendapatkan perhatian dan pengkajian

Universitas Sumatera Utara


4

obyektif untuk memastikan apakah data tersebut benar atau tidak, karena data IKP

sangat bermanfaat untuk melakukan evaluasi dan perbaikan sistem pelayanan

yang berbasis keselamatan pasien (Depkes RI, 2008).

Beberapa studi melaporkan bahwa respon yang negatif dalam organisasi

membuat perawat dan dokter takut untuk melaporkan kesalahan yang terjadi saat

melakukan prosedur medis. Organisasi kesehatan untuk itu harus mampu

menciptakan lingkungan yang tidak menghukum dengan tujuan agar setiap

elemen tidak takut melaporkan kejadian (Carroll, 2014). IOM merekomendasikan

bahwa prinsip utama dalam mendesain sistem keselamatan pasien adalah dengan

kepemimpinan. Keselamatan pasien menjadi tanggung jawab bersama serta

menyediakan sumber daya manusia maupun dana untuk analisa kejadian dan

merancang ulang sistem (Kohn, 2012).

Membangun budaya keselamatan, diperlukan 6 perilaku yang harus

dimiliki pemimpin menurut Beginta (2012) yaitu membuat dan

mengkomunikasikan visi keselamatan yang jelas, mendorong staf untuk

mencapai visi, secara aktif melakukan upaya pengembangan keselamatan,

memberikan teladan, fokus pada isu dibandingkan pada kesalahan individu, dan

secara kontinu melakukan penelitian sebagai upaya melakukan perbaikan.

Pembelajaran organisasional yang berkelanjutan merupakan proses

proaktif yang dapat menciptakan serta meneruskan pengetahuan dalam nilai-nilai

organisasi. Pembelajaran sebagai proses perbaikan terus-menerus untuk

menghasilkan kinerja dan produktivitas yang tinggi. Pembelajaran dapat berupa

analisa dari kesalahan yang terjadi untuk tujuan pencegahan di masa depan analisa

Universitas Sumatera Utara


5

akar masalah, Failure Modes and Effects Analysis (FMEA), atau metode analisa

lain dapat dipakai sebagai upaya pemecahan masalah yang ada dalam rangka

memberikan umpan balik pada setiap laporan kejadian kesalahan (Mahajan,

2010).

Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam merupakan

satu-satunya rumah sakit yang ada di Daerah Kabupaten Deli Serdang Lubuk

Pakam milik pemerintah, dimana rumah sakit ini juga merupakan rumah sakit

pendidikan berdasarkan yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1069/MENKES/SK/XI/2008 dan merupakan rumah sakit

yang menjadi pusat rujukan pelayanan kesehatan dengan status tipe B. Jumlah

pasien setiap harinya meningkat, untuk jumlah tempat tidur berjumlah 486

tempat tidur, RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam memiliki lima ruang rawat

inap : kelas VIP, kelas I, kelas II, kelas III, kelas perawatan khusus.

Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di RSUD

Deli Serdang Lubuk Pakam, pada tanggal 11 Juni 2019, dengan mewawancarai

kepala perawat instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang

Lubuk Pakam, mengemukakan tentang bagaimana pelaksanaan program

keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit Umum Daerah Deli

Serdang Lubuk Pakam. Pelaksanaan program keselamatan pasien (patient

safety) dijelaskan bahwa ada beberapa program yang belum berjalan dengan

maksimal, adapun program yang belum berjalan yaitu lima dari enam

program sasaran keselamatan pasien.

Universitas Sumatera Utara


6

Sasaran keselamatan pasien yang telah dijalankan oleh pihak rumah

sakit yaitu terlaksananya kepastian tempat lokasi, tempat prosedur, tempat

pasien operasi. Program yang belum dijalankan untuk sasaran keselamatan

pasien yaitu belum berjalannya ketepatan identifikasi, peningkatan komunikasi

yang efektif, keamanan obat yang perlu diwaspadai, pengurangan risiko pasien

jatuh.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi dijelaskan oleh kepala perawat

ruang rawat inap mengenai persepsi terhadap keterbukaan (open culture) perawat

terhadap komunikasi yang efektif dimana persepsi yang ada bahwa adanya

permasalahan perawat, bahwa perawat belum sepenuhnya melaksanakan program

keterbukaan terhadap komunikasi yang efektif secara maksimal dan belum

berjalan dengan baik. Akibat komunikasi yang buruk menyebabkan efek terhadap

aspek pelayanan kesehatan, sehingga menimbulkan permasalahan dalam

pengidentifikasian pasien, kesalahan pengobatan dan transfusi serta alergi

diabaikan, salah prosedur operasi, salah sisi bagian yang dioperasi, semua hal

tersebut berpotensi terhadap terjadinya insiden keselamatan pasien, dikarenakan

adanya perbedaan persepsi budaya keselamatan pasien antara perawat dan petugas

rumah sakit, pada perawat masih terjadi persepsi yang kurang terhadap komukasi

yang efektif dan rasa ketakutan akan hukuman yang berat apabila melaporkan

terkait keselamatan pasien.

Persepsi mengenai keadilan (just culture) pada saat terjadi insiden

terhadap pasien, mengenai persepsi yang perawat lakukan tidak pernah

memberikan informasi dan melibatkan keluarga secara adil dalam setiap

Universitas Sumatera Utara


7

pengambilan keputusan dikarenakan jumlah perawat terlalu banyak dan beban

kerja terlalu banyak. Persepsi perawat dan pasien tidak adanya diperlakukan

secara adil saat terjadi insiden karena terjadi kesalahan. Akibat persepsi tidak

adanya keadilan terhadap pasien dan keluarga, staf membuat pelaporan secara

tidak jujur mengenai kejadian yang terjadi.

Persepsi yang terjadi terhadap budaya informasi (informad culture)

mengenai permasalah risiko pasien jatuh di rumah sakit, persepsi yang

disampaikan bahwa terjadinya insiden keselamatan pasien di rawat inap

rumah sakit disebabkan oleh kelalaian perawat, karena pada saat pergantian

shift, informasi mengenai pasien sering hilang, pergantian yang terjadi

menyebabkan masalah bagi pasien dikarenakan perawat lupa untuk memasang

pengaman /restren terhadap pasien, sebab itu mengakibatkan terjadinya pasien

jatuh dari tempat tidur, mengakibatkan sebagian terjadinya cidera dan ada juga

yang mengakibatkan kematian.

Insiden kejadian yang terjadi KTD di rawat inap Rumah Sakit Umum

Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam persepsi yang didapat bahwa terdapatnya

insiden pasien jatuh 15 dengan 30,55% , kerusakan alat medis 1 dengan 2,78

kerusakan dan untuk persepsi mengenai kejadian KNC insiden yang terjadi

yaitu terjadinya penanganan pasien yang terlambat di tangani yaitu dua dengan

11,12% kejadian keterlambatan penanganan terhadap pasien, insiden salah

transfusi darah yaitu empat insiden dengan 15,7% kesalahan transfusi darah,

kesalahan terhadap pemberian obat yaitu 8,33% yang telah terjadi, sedangkan

persepsi yang di lihat mengenai KS terjadinya insiden terhadap luka operasi

Universitas Sumatera Utara


8

yang terbuka yaitu 13,33% terhadap suatu kejadian luka operasi yang terjadi di

rumah sakit .

Berdasarkan hasil wawancarai kepala ruangan pada Juni 2019,

terjadinya risiko pasien jatuh ataupun kecelakaan pasien, disebakan kurangnya

suatu informasi atau adanya kelalaian perawat dan masih belum semua perawat

pernah mengikuti sosialisasi maupun pelatihan keselamatan pasien, akibatnya

kurangnya pembelajaran dan kurangnya pengetahuan perawat tentang

bagaimana budaya keselamatan pasien di rumah sakit, dengan itu pengetahuan

perawat tentang keselamatan pasien masih minim. Berdasarkan standar

pelayanan minimal rumah sakit yang tercantum di Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 bahwa di rumah sakit tidak boleh

ada kejadian pasien jatuh yang berakibat kecacatan mapupun kematian.

Persepsi terhadap pelaporan (reporting culture) kejadian insiden

keselamatan pasien di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam, adanya suatu data

tetapi data yang telah diperoleh tidak lengkap, dikarenakan setiap pelaporan

kejadian insiden keselamatan pasien tidak semua di sampaikan. Perawat takut

untuk memberikan laporan yang benar.

Persepsi budaya pembelajaran yang ada dapat dikatakan dikarenakan

kurangnya pemahaman perawat terhadap pelatihan keselamatan pasien, dalam

proses pembelajaran belum semua perawat pernah diikutsertakan dalam pelatihan

keselamatan pasien. Hal tersebut merupakan bukti bahwa kesadaran staf tenaga

kesehatan dan rumah sakit akan pembelajaran keselamatan masih rendah.

Universitas Sumatera Utara


9

Hasil penelitian Utarini (2011) terhadap pasien rawat inap menunjukkan

angka KTD yang bervariasi yaitu 8,0% hingga 98,2% untuk diagnostic error dan

4,1% hingga 91,6% untuk medication error. Sejak itu, bukti-bukti tentang

keselamatan pasien di Indonesia pun semakin banyak. Meningkatkan komunikasi

yang efektif merupakan kunci bagi tenaga kesehatan terutama dokter untuk

mencapai keselamatan pasien berdasarkan standar keselamatan pasien di rumah

sakit.

Melihat adanya permasalah pelaksanaan keselamatan pasien di RSUD Deli

Serdang Lubuk Pakam, maka peneliti ingin melakukan penelitian pelaksanaan

budaya keselamatan pasien oleh di instalasi rawat inap RSUD Deli Serdang

Lubuk Pakam Tahun 2019.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi rumusan masalah yaitu

sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi tentang budaya keterbukaan (open culture) keselamatan

pasien (patient safety) di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Deli

Serdang Lubuk Pakam.

2. Bagaimana persepsi tentang budaya keadilan (just culture) keselamatan

pasien (patient safety) di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Deli

Serdang Lubuk Pakam.

3. Bagaimana persepsi tentang budaya pelaporan (reporting culture) keselamatan

pasien (patient safety) di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Deli

Serdang Lubuk Pakam.

Universitas Sumatera Utara


10

4. Bagaimana persepsi tentang pembelajaran (Learning culture) keselamatan

pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk

Pakam.

5. Bagaimana persepsi tentang budaya informasi (informed culture) keselamatan

pasien (patient safety) di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Deli

Serdang Lubuk Pakam.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Tujuan umum penelitian ini adalah mendeskripsikan

pelaksanaan budaya keselamatan pasien oleh Perawat di Instalasi rawat inap

Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2019.

Tujuan khusus. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk:

1. Mendeskripsikan persepsi tentang budaya keterbukaan (open culture)

keselamatan pasien (patient safety) di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum

Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam.

2. Mendeskripsikan persepsi tentang budaya keadilan (just culture) keselamatan

pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk

Pakam.

3. Mendeskripsikan persepsi tentang budaya pelaporan (reporting culture)

keselamatan pasien (patient safety) di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum

Daerah Deli Sedang Lubuk Pakam.

4. Mendeskripsikan persepsi tentang pembelajaran (learning culture) keselamatan

pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk

Pakam.

Universitas Sumatera Utara


11

5. Mendeskripsikan persepsi tentang budaya informasi (informad culture)

keselamatan pasien (patient safety) di Rumah Sakit Umum Deli Sedang Lubuk

Pakam.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penilitian ini sebagai berikut:

1. Untuk Rumah Sakit RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam yaitu hasil dari

penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi atau bahan

evaluasi dalam menilai mutu pelayanan di rawat inap khususnya dalam

mengevaluasi pelaksanaan program keselamatan pasien.

2. Untuk tim komite keselamatan pasien rumah sakit yaitu hasil dari penelitian ini

diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran informasi atau bahan

evaluasi dalam menilai keselamatan pasien di rawat inap khususnya dalam

mengevaluasi budaya pelaksanaan keselamatan pasien.

3. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan yaitu penelitian ini dapat diharapkan

menjadi salah satu sumber referensi informasi penelitian berhubungan dengan

masalah yang telah diangkat pada penelitian ini atau menjadi sumbangan

untuk memperluas ilmu, khususnya yang berhubungan dengan budaya.

Universitas Sumatera Utara


12

Tinjauan Pustaka

Budaya Keselamatan Pasien

Budaya keselamatan pasien merupakan persepsi yang dibagikan diantara

anggota organisasi ditujukan untuk melindungi pasien dari kesalahan tatalaksana

maupun cidera akibat intervensi. Persepsi ini meliputi kumpulan norma, standar

profesi, kebijakan, komunikasi dan tanggung jawab dalam keselamatan pasien.

Budaya ini kemudian memengaruhi keyakinan dan tindakan individu dalam

memberikan pelayanan budaya keselamatan pasien merupakan bagian penting

dalam keseluruhan budaya organisasi yang diperlukan dalam institusi kesehatan.

Budaya keselamatan didefinisikan sebagai seperangkat keyakinan, norma,

perilaku, peran, dan praktek sosial maupun teknis dalam meminimalkan pajanan

yang membahayakan atau mencelakakan karyawan, manajemen, pasien, atau,

anggota masyarakat lainnya (Blegen, 2006).

Menurut Fleming (2006) budaya keselamatan pasien adalah hal yang

sangat pening untuk dapat membangun budaya keselamatan pasien secara

keseluruhan, dikarena jika lebih berfokus kepada budaya yang lebih apabila telah

dibandingkan hanya dengan memfokuskan program saja.

Manfaat penilaian budaya keselamatan pasien. Menurut Hamdani

(2007) manfaat budaya keselamatan pasien antara lain:

1. Organisasi yang akan lebih tahu jika telah terjadi kesalahan yang akan terjadi.

2. Dapat meningkatnya suatu laporan kejadian yang dapat dibuat atau telah

belajar dari kesalahan yang terjadi akan berpotensi menurunnya kejadian

sama yang berulang kembali dan keparahan dari keselamatan pasien.

12
Universitas Sumatera Utara
13

3. kesadaran akan keselamatan pasien, yaitu bekerja untuk mencegah error dan

melaporkan jika ada kesalahan.

4. berkurangnya perawat yang merasa tertekan, bersalah, malu karena kesalahan

yang telah diperbuat.

5. berkurangnya turn over pasien, karena pasien yang mengalami insiden

umumnya akan mengalami perpanjangan hari perawatan dan pengobatan

yang akan diberikan lebih dari pengobatan yang seharusnya diteima pasien.

6. mengurangi biaya yang diakibatkan oleh kesalahan dan penambahan terapi.

7. mengurangi sumber daya yang dibutuhkan dalam menangani keluhan pasien.

Komponen budaya keselamatan pasien. Menurut Hamdani (2007)

budaya keselamatan terdiri dari lima komponen (subculture) yaitu:

Budaya keterbukaan (open culture). Budaya dimana pihak yang

mengatur dan mengoperasikan sistem memiliki pengetahuan terkini tentang

faktor-faktor yang menjelaskan keselamatan dalam suatu sistem.

Budaya pelaporan (reporting culture). Budaya dimana anggota

didalamnya siap untuk melaporkan kesalahan atau near miss. Pada budaya ini

organisasi dapat belajar dari pengalaman sebelumnya. Konsekuensinya makin

baik reporting culture maka laporan kejadian akan semakin meningkat.

Budaya keadilan (just culture). Budaya membawa atmofer trust sehingga

anggota bersedia dan memiliki untuk memeberikan data dan informasi serta

sensitif terhadap perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima. Termasuk

di dalamnya lingkungan non punitive (no blame culture) bila staf melakukan

kesalahan. Penting bagi setiap level di organisasi untuk bersikap jujur dan terbuka.

Universitas Sumatera Utara


14

Budaya pembelajaran (learning culture). Budaya dimana setiap anggota

mampu dan bersedia untuk menggali pengetahuan dari pengalaman dan data yang

diperoleh serta kesediaan untuk mengimplementasikan perubahan dan perbaikan

yang berkesinambungan (continous improvement). Learning culture merupakan

budaya belajar dari insiden dan near miss.

Budaya informasi (informed culture). Organisasi mampu belajar dari

pengalaman masa lalu sehingga memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi dan

menghindari insiden yang akan terjadi karena telah belajar dan di informasi

dengan jelas dari insiden yang sudah pernah terjadi, misalnya dari pelaporan

kejadian dan investigasi.

Survei budaya keselamatan pasien. Pada tahun 2004 Agency for

Healthcare Research and Quality (AHRQ) suatu komite untuk kualitas kesehatan

di Amerika meluncurkan Hospital Survey on Patient Safety Culture (HSPSC)

merupakan sebuah survei bagi seluruh staf rumah sakit yang didesain untuk

membantu rumah sakit menilai budaya keselamatan pasien di institusinya. Sejak

saat itu 100 rumah sakit di Amerika telah mengimplementasikan survei ini

(AHRQ, 2004).

Survei Hospital Survey on Patient Safety Culture mengukur budaya

keselamatan pasien dari segi perspektif staf rumah sakit. Survei ini dapat

mengukur budaya keselamatan pasien untuk seluruh staf rumah sakit dari

housekeeping, bagian keamanan, sampai dokter dan perawat, adapun dimensinya

sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


15

1. Tingkat unit terdiri atas dimensi:

a. Supervisor/manager action promoting safety

b. Organizational learning-perbaikan berkelanjutan

c. Kerja sama dalam unit di rumah sakit

d. Komunikasi terbuka

e. Umpan balik dan komunikasi mengenai kesehatan

f. Respon tidak mempersalahkan terhadap kesalahan

g. Staffing

2. Tingkat rumah sakit terdiri atas dimensi:

a. Dukungan manajemen terhadap uapaya keselamatan pasien

b. Kerja sama antar unit di rumah sakit

c. Handsoff atau perpindahan dan transisi pasien

3. Keluaran terdiri atas dimensi:

a. Persepsi keseluruhan staf di rumah sakit terkait keselamatan pasien

b. Frekuensi pelaporan kejadian

Survei budaya keselamatan berguna untuk mengukur kondisi organisasi

yang dapat mengurangi KTD dan kecelakaan pasien di rumah sakit. Rumah sakit

yang ingin menilai budaya keselamatan pasien di organisasinya harus menyadari

pelakasanaan survei budaya keselamatan pasien (AHRQ, 2004).

Berikut adalah penjelasan dari dimensi-dimensi yang digunakan untuk

mengukur budaya keselamatan pasien:

Kepemimpinan. Konvensi nasional mutu rumah sakit dalam membangun

budaya keselamatan pasien di rumah sakit ada dua model kepemimpinan

Universitas Sumatera Utara


16

sekaligus yang dibutuhkan yakni kepemimpinan transaksional dan

transformasional. Kepemimpinan transaksional dapat digunakan untuk mendorong

staf melakukan pelaporan kejadian insiden dan kepemimpinan transformasional

dipakai untuk proses belajar dari kejadian dan merancang kembali program untuk

keselamatan pasien (Yahya, 2006).

Kerja sama atau teamwork. Kerja sama didefinisikan sebagai kumpulan

individu dengan keahlian spesifik yang bekerja sama dan berinteraksi untuk

mencapai tujuan bersama (Ilyas, 2003). Kinerja kerja sama tim yang terganggu

juga merupakan salah satu penyebab insiden keselamatan pasien yang merupakan

kombinasi dari kegagalan sistem. Peluang insiden terjadi akibat dari kondisi-

kondisi tertentu. Kondisi yang memudahkan terjadinya kesalahan misalnya

gangguan lingkungan dan teamworkyang tidak berjalan (Cahyono,2008).

Komunikasi terbuka. Menurut Nazhar (2009) komunikasi dalam

keselamatan pasien telah menjadi standar dalam Joint Commision Acerditation of

Health Organization (JCAHO) sejak Tahun 2010. Komunikasi terbuka dapat

diwujudkan pada saat serah terima, briefing, dan ronde keperawatan. Perawat

menggunakan komunikasi terbuka pada saat serah terima dengan

mengkomunikasikan kepada perawat lain tentang risiko terjadinya insiden,

melibatkan pasien pada saat serah terima. Briefieng digunakan untuk berbagi

informasi seputar isu-isu keselamatan pasien, perawat dapat secara bebas bertanya

seputar keselamatan pasien yang potensial terjadi dalam kegiatan sehari-hari.

Dalam komunikasi hal mejadi pokok penting salah satunya adalah

komunikasi efektif. Komunikasi efektif merupakan salah satu strategi untuk

Universitas Sumatera Utara


17

membangun budaya keselamatan pasien. Komunikasi efektif sangat berperan

dalam menurunkan KTD dalam sebuah asuhan medis pasien. Strategi ini

ditetapkan oleh Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organization

(JCAHO) sebagai tujuan nasional keselamatan pasien. Hal ini didasarkan pada

laporan Agency of Healthcare Research and Quality (AHRQ) bahwa komunikasi

merupakan 65% menjadi akar masalah dari KTD. Strategi yang diterapkan

JCAHO untuk menciptakan proses komunikasi efektif adalah 34 pendekatan

standarisasi komunikasi dalam serah terima pasien (hand over). Komunikasi saat

proses transisi perawatan pasien dapat berisiko kesalahan ketika informasi yang

diberikan tidak akurat (Cahyono, 2008).

Respon non-punitive atau respon tidak menyalahkan. Perawat dan

pasien diperlakukan secara adil ketika terjadi insiden. Ketika terjadi insiden, tidak

berfokus untuk mencari kesalahan individu tetapi lebih mempelajari secara sistem

yang mengakibatkan terjadinya kesalahan. Budaya tidak menyalahkan perlu

dikembangkan dalam menumbuhkan budaya keselamatan pasien. Perawat akan

membuat laporan kejadian jika yakin bahwa laporan tersebut tidak akan

mendapatkan hukuman atas kesalahan yang terjadi. Lingkungan terbuka dan adil

akan membantu membuat pelaporan yang dapat menjadi pelajaran dalam

keselamatan pasien (Nurmalia, 2012).

Menurut Reason (2000), kesalahan yang terjadi lebih banyak disebabkan

kesalahan sistem, jadi 35 fokus apa yang diperbuat, hambatan yang

mengakibatkan kesalahan serta risiko lain yang dapat terjadi dapat dijadikan

pembelajaran dari pada hanya terfokus pada siapa yang melakukan.

Universitas Sumatera Utara


18

Staffing. Menurut Doughlas (1976) staffing di definisikan sebagai proses

menegaskan pekerja yang ahli untuk mengisi struktur organisasi melalui seleksi

dan pengembangan personel. Dengan adanya staffing diharapkan terpenuhinya

jumlah dan keterampilan yang dimiliki dokter sesuai dengan kebutuhan yang ada

di tiap unit yang dibutuhkan. Jumlah dokter di rumah sakit memengaruhi kualitas

pelayanan yang diterima pasien di rumah sakit.

Reporting culture. Menurut Bird (2005) hambatan atau kendala dalam

pelaporan telah diidentifikasi sehingga proses pelaporan insiden menjadi lebih

mudah. Hambatan yang dapat terjadi pada pelaporan diantaranya perasaan takut

akan disalahkan, perasaan kegagalan, takut akan hukuman, kebingungan dalam

bentuk pelaporan, kurang kepercayaan dari organisasi, kurang menyadari

keuntungan dari pelaporan.

Budaya keselamatan dalam implementasi sistem manajemen kesehatan

yang kuat mencakup mendorong setiap orang bertanggung jawab akan

keselamatan terhadap diri sendiri, rekan kerja, pasien, dan pengunjung,

mengutamakan keselamatan dan keuntungan di atas keuntungan dan tujuan

organisasi, mendorong dan memberikan penghargaan terhadap identifkasi,

pelapooran dan penyelesaian isu keselamatan, memberi kesempatan pembelajaran

dari kejadian celaka, mengalokasikan sumber daya, struktur dan tanggung jawab,

yang sesuai untuk memelihara sistem keselamatan yang efektif, serta menghindari

tindakan sembrono yang absolut.

Organizational learning. Organizational learning atau perbaikan yang

berkelanjutan dilakukan tim inti untuk menentukan strategi pembudayaan nilai-

Universitas Sumatera Utara


19

nilai keselamtan pasien. Tim tersebut secara berkala bertemu untuk menganalisis

RCA (Root Cause Analys) atau mencari akar masalah dari setiap insiden

keselamatan pasien. Tim tersebut juga menentukan pola sosialisasi serta

mengevaluasi program yang telah dilaksanakan melaui riset-riset aplikatif.

Melalui upaya perbaikan yang berkelanjutan akan diperoleh pengetahuan yang

tersirat maupun tersurat untuk menangani persoalan kejadian insiden keselamatan

pasien (Budiharjo, 2008).

Menurut Reiling (2006), setiap lini dalam organisasi, baik dokter maupun

manajemen menggunakan insiden yang terjadi sebagai proses belajar dokter dan

manajemen berkomitmen untuk mempelajari kejadian yang terjadi. Mengambil

tindakan atas kejadian tersebut untuk diterapkan sehingga dapat mencegah

terulangnya kesalahan. Umpan balik dari organisasi dan rekan satu tim merupakan

suatu bentuk dari organisasi yang belajar.

Handsoff atau transisi. Menurut Kumar (2003) transisi merupakan proses

berpindahnya pasien dari satu lingkungan ke lingkungan lain. Perpindahan pasien

dari satu lingkungan ke lingkungan lain dapat berupa perpindahan pasien dari IGD

ke unit dalam rangka mendapatkan pengobatan. Dalam perpindahan tersebut dapat

terjadi suatu kesalahan sehingga membahayakan pasien seperti jatuhnya pasien

dan kesalahan informasi ketika terjadi pertukaran informasi mengenai pasien

tersebut.

Standford mengembangkan instrumen Safety Attitude Questionnare (SAQ)

mengidentifikasi 6 elemen. Standford Instrument (SI) melihat 5 elemen budaya

keselamatan pasien. Sedangkan modifikasi dari standford instrument yaitu

Universitas Sumatera Utara


20

modified standford instrument hanya mengidentifikasi 3 elemen yang

memengaruhi budaya keselamatan pasien. Walaupun instrumen yang

dikembangkan menggunakan elemen yang berbeda-beda, namun pada dasarnya

elemen-elemen yanga ada pada setiap instrumen tersebut untuk mengukur 4

dimensi budaya keselamatan yaitu keterbukaan (informed culture), keadilan (just

culture), pealporan (report culture), dan pembelajaran dari masalah (learning

culture). Perbandingan masing-masing elemen budaya keselamatan pasien pada

masing-masing instrumen dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Hamdani, 2007).

Tabel 1

Perbandingan Elemen Budaya Keselamatan pada Setiap Instrumen

Komponen Instrumen
Keselamatan
HSPSC SAQ SI MSI
Pasien
Keterbukaan  Komunikasi Kerjasama Kesadaran Nilai
(open  Kerjasama dalam unit Iklim diri keselamatan
culture)  Kerjasama antar unit Persepsi Persepsi
 Persepsi keselamatan manajemen keselamatan
pasien
Keadilan (just Umpan balik dan Kepuasan Produksi Takut atau
culture) komunikasi kerja Departeme reaksi negatif
 Staffing Kondisi n
 Respon stress
tidak
menghukum Kondisi
kerja
Pelaporan  Pelaporan kejadian Kondisi Pelaporan Takut atau
(report  Handover dan transisi stress reaksi negatif
culture) Kondisi
kerja
Pembelajaran  Pembelajaran Pengorgani
(learning organisasi sasian
culture)  Ekspetasi manajer
 Dukungan manajer
Sumber : Flemming (2005)

Universitas Sumatera Utara


21

Keterangan :

HSPC = Hospital Survey on Patient Safety Culture

SAQ = Safety Attitude Quastionnare

SI = Standard Instrument

MSI = Modified Standford Intsrument

Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang telah dilakukan seseorang untuk

dapat memilih sesuatu, menyusun, ataupun mengorganisasikan, dan dapat

memberikan makna kepada pajanan stimulus internal dan eksternal.

Persepsi menurut Robin (2003) dalam Nivalinda (2013) merupakan

dimana sebagai proses yang telah digunakan untuk dapat mengelola dan dapat

menafsirkan kesan suatu indera yang telah memberikan makna kepada lingkungan

suatu individu tersebut.

Menurut Robin (2003) dalam Nivalinda (2013) persepsi adalah suatu

proses yang telah melakukan pengamatan seseorang yang telah berasal dari

komponen kognisi yang telah dapat dipengaruhi suatu faktor dimana beberapa

faktor seperti pengalaman, proses belajar, wawasan ataupun mempunyai

pengetahuan. Faktor yang telah mempengaruhi persepsi dapat berasal dari suatu

pihak yang membentuk suatu persepsi, dalam obyek ataupun target yang

dipersepsikan, atau telah didalam konteks situasi dimana telah dibuatnya persepi

tersebut.

Universitas Sumatera Utara


22

Keselamatan Pasien

Keselamatan pasien didefinisikan sebagai layanan yang tidak mencederai

dan merugikan pasien ataupun sebagai suatau sistem dimana rumah sakit

membuat asuhan pasien lebih aman. Keselamatan pasien adalah suatu sistem yang

membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan

pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari

insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk menimilkan

timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan

akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang

seharusnya diambil (Permenkes No 11 Tahun 2017).

Pelaksanaan keselamatan pasien rumah sakit. Menurut Permenkes

Nomor 1691/ Menkes/ Per/ VIII/ 2011 bahwa rumah sakit dan tenaga kesehatan

yang bekerja di rumah sakit wajib melaksanakan program dengan mengacu pada

kebijakan nasional komite nasional keselamatan pasien rumah sakit. Setiap rumah

sakit wajib membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit (TKPRS) yang

ditetapkan oleh kepala rumah sakit sebagai pelaksana kegiatan keselamatan

pasien. TKPRS yang dimaksud bertanggung jawab kepada kepala rumah sakit.

Keanggotaan TKPRS terdiri dari manajemen rumah sakit dan unsur dari profesi

kesehatan di rumah sakit. TKPRS melaksanakan tugas :

1. Mengembangkan program keselamatan pasien di rumah sakit sesuai dengan

kekhususan rumah sakit tersebut.

2. Menyusun kebijakan dan prosedur terkait dengan program keselamatan pasien

rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara


23

3. Menjalankan peran untuk melakukan motivasi, edukasi, konsultasi,

pemantauan (monitoring) dan penilaian (evaluasi) tentang terapan

(implementasi) program keselamatan pasien rumah sakit.

4. Bekerja sama dengan bagian pendidikan dan pelatihan rumah sakit untuk

melakukan pelatihan internal keselamatan pasien rumah sakit.

5. Melakukan pencatatan, pelaporan insiden, analisa insiden serta

mengembangkan solusi untuk pembelajaran.

6. Memberikan masukan dan pertimbangan kepada kepala rumah sakit dalam

rangka pengambilan kebijakan keselamatan pasien rumah sakit.

7. Membuat laporan kegiatan kepada kepala rumah sakit.

Manfaat program keselamatan pasien. Menurut (Simamora, 2018).

Program keselamatan pasien ini memberikan berbagai manfaat bagi rumah sakit

antara lain :

1. Adanya kecenderungan green product, produk yang aman di bidang industri

lain seperti halnya menjadi persyaratan dalam berbagai proses transaksi

sehingga suatu produk menjadi semakin laris dan dicari masyarakat.

2. Rumah sakit yang menerapkan sistem keselamatan pasien akan lebih

mendominasi pasar jasa bagi perusahaan-perusahaan dan asuransi-asuransi dan

menggunakan rumah sakit tersebut sebagai provider kesehatan karyawan atau

klien mereka dan kemudian diikuti oleh masyarakat untuk mencari rumah sakit

yang aman.

3. Kegiatan di rumah sakit akan lebih memfokuskan diri dalam kawasan

keselamatan pasien.

Universitas Sumatera Utara


24

Pelaporan insiden keselamatan pasien. Menurut Permenkes 1691/

Menkes/ Per/ VIII/ 2011 menyatakan bahwa sistem pelaporan insiden dilakukan

di internal rumah sakit dan kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah

Sakit. Pelaporan insiden kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah

Sakit mencakup KTD, KNC dan KTC dilakukan setelah analisis dan mendapatkan

rekomendasi dan solusi dari TKPRS. Sistem pelaporan insiden kepada Komite

Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit harus dijamin keamanannya, bersifat

rahasia, anonim (tanpa identitas), tidak mudah diakses oleh yang tidak berhak.

Pelaporan insiden ditujukan untuk menurunkan insiden dan mengoreksi sistem

dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien dan tidak untuk menyalahkan

orang (non blaming).

Setiap insiden harus dilaporkan secara internal kepada TKPRS dalam

waktu paling lambat 2X24 jam sesuai format laporan yang ada. TKPRS

melakukan analisis dan memberikan rekomendasi serta solusi atas insiden yang

dilaporkan. TKPRS melaporkan hasil kegiatannya kepada kepala rumah sakit.

Rumah sakit harus melaporkan insiden, analisis, rekomendasi dan solusi Kejadian

Tidak Diharapkan (KTD) secara tertulis kepada Komite Nasional Keselamatan

Pasien Rumah Sakit. Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit

melakukan pengkajian dan memberikan umpan balik (feedback) dan solusi atas

laporan secara nasional (Permenkes 1691/ Menkes/ Per/ VIII/ 2011).

Sasaran keselamatan pasien. Sasaran keselamatan pasien merupakan

dimana untuk syarat diterapkannya di semua rumah sakit yang diakreditasi oleh

Komisi Akreditasi Rumah Sakit.Berikut merupakan 6 sasaran keselamatan pasien:

Universitas Sumatera Utara


25

1. Ketepatan Identifikasi Pasien.

2. Peningkatan komunikasi yang efektif.

3. Peningkatan keamanan obat yang Perlu di waspadai (High- Alert)

4. Kepastian tempat-likasi, tempat- prosedur, tempat pasien operasi

5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

6. Pengurangan risiko pasien jatuh

Standar keselamatan pasien. Standar keselamatan pasien wajib dapat

diterapkan dalam pelayanan kesehatan. Standar keselamatan pasien meliputi yaitu:

1. Hak pasien.

2. Pendidikan bagi pasien dan keluarga.

3. Keselamatan pasien dalam berkesinambungan pelayanan.

4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan

peningkatan keselamatan pasien.

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien dan

6. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

Menghubungkan Budaya dengan Pelaksanaan Keselamatan Pasien

Mc Fadden (2009) mengembangkan the patient safety chain yang

menjelaskan bahwa terdapat hubungan langsung antara kepemimpinan

transformasional dalam menciptakan budaya keselamatan pasien. budaya

keselamatan pasien memiliki hubungan dalam meningkatkan implementasi dari

upaya keselamatan pasien yang akhirnya akan berdampak kepada outcome dari

keselamatan pasien mencakup frekuensi error, pemahaman mengenai error,

Universitas Sumatera Utara


26

tingkat kepedulian terhadap error dan dampak yang ditimbulkan oleh error

tersebut.

Landasan Teori

Budaya keselamatan pasien adalah hal yang sangat pening untuk dapat

membangun budaya keselamatan pasien secara keseluruhan, dikarena jika lebih

berfokus kepada budaya yang lebih apabila telah dibandingkan hanya dengan

memfokuskan program saja. Komponen budaya keselamatan pasien menurut

Hamdani (2007) yaitu budaya keterbukaan (open culture) yaitu budaya dimana

pihak yang mengatur dan mengoperasikan sistem. Budaya pelaporan (reporting

culture) yaitu budaya dimana anggota didalamnya siap untuk melaporkan

kesalahan atau near miss. Budaya keadilan (just culture) yaitu budaya membawa

atmofer trust sehingga anggota bersedia dan memiliki untuk memeberikan data

dan informasi serta sensitif terhadap perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat

diterima. Budaya pembelajaran (learning culture) yaitu budaya dimana setiap

anggota mampu dan bersedia untuk menggali pengetahuan. Budaya informasi

(informed culture) yaitu organisasi mampu belajar dari pengalaman masa lalu

sehingga memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi dan menghindari insiden

yang akan terjadi.

Universitas Sumatera Utara


27

Kerangka Konsep

Budaya keterbukaan
(open culture)

Budaya keadilan
(just culture)

Budaya keselamatan Budaya pelaporan


pasien (reporting culture)

Budaya pembelajaran
(learning culture)

Budaya informasi
(informasion culture)

Gambar 1. Kerangka konsep

Universitas Sumatera Utara


Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan suatu desain cross

sectional. Penelitian ini menggunakan suatu desain cross sectional dimana

peneliti ingin mengukur sebuah variabel pada waktu yang bersamaan. Metode

penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan

utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara

objektif Notoatmodjo (2005). Dengan ini penelitian cross sectional merupakan

pengukuran ataupun suatu pengamatan dilakukan pada saat bersamaan pada suatu

data variabel independen dan dependen.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di instalasi rawat inap

RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam dan terdiri dari lima bagaian yaitu: kelas VIP,

kelas 1 , kelas II, kelas III, kelas perawatan khusus.

Waktu penelitian. Penelitian ini di lakukan pada bulan Mei 2019 sampai

dengan November 2019.

Populasi dan sampel

Populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang ada di

instalasi rawat inap di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam dengan jumlah

perawat di rawat inap sebanyak 300 perawat.

Sampel. Penentuan Sampel dalam penelitian ini yaitu dengan

menggunakan teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah proportionate

28
Universitas Sumatera Utara
29

stratified random sampling jumlah sampel sebanyak 171 perawat. Sampel

tersebut di dapat dengan rumus slovin sebagai berikut:

N
n =
1 + N (e) 2

300
n =
1 + 300 ( 0,05) 2

n = 171

Keterangan:

N = Besarnya populasi

n = Besarnya sampel

e = Persentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang

masih bisa ditolerin, e = 0,05

Dari hasil perhitungan terdapat 171 responden. Kemudian dilakukan

penentuan jumlah sampel pada setiap ruangan perawat yang diteliti, jumlah

sampel disetiap ruangan didapat dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

n x Xn
N=
S

Keterangan:

N = Jumlah sampel tiap ruangan

n = Jumlah populasi di ruangan

S = Jumlah seluruh populasi di ruangan

Xn = Jumlah sampel

Hasil yang di dapat dari masing-masing sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


30

65 x 171
VIP =
300

= 37

35 x 171
Kelas I =
300

= 19,9 20

13 x 171
Kelas II =
300
=7

39 x 171
Kelas III =
300

= 50,7 51

98 x 171
Perawatan khusus =
300

= 55,8 56

Tabel 2

Jumlah Populasi dan Sampel

Nama Ruangan Jumlah Populasi Jumlah Sampel


Kelas VIP 65 37
Kelas I 35 20
Kelas II 13 7
Kelas III 89 51
Kelas perawatan khusus 98 56
Jumlah 300 171

Teknik sampling. Pengambilan sampel dari populasi penelitian dilakukan

dengan teknik pengambilan sampel proporsional random sampling. Proporsional

Universitas Sumatera Utara


31

random sampling yaitu cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan

menggunakan cara acak tanpa memperhatikan stara dalam populasi tersebut.

Variabel dan Definisi Operasional

Adapun variabel dependen dalam penelitian ini adalah pelaksanaan

keselamatan pasien dan variabel independen yaitu budaya keselamatan pasien.

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

Persepsi budaya keselamatan pasien. adalah upaya yang dilakukan

RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam untuk mendorong peningkatan pelaksanaan

dalam keselamatan pasien yang meliputi :

Budaya keterbukaan (open culture). Bagaimana komunikasi yang efektif

dengan tata cara pemberian informasi antara profesi dalam rangka memberikan

pelayanan kepada pasien rumah sakit yang dilakukan perawat di ruang rawat inap

RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.

Budaya keadilan (just culture). Merupakan bertanggung jawab atas

kesalahan yang terjadi berfokus pada pencarian penyebab masalah, bukan mencari

siapa yang salah, Penyebab masalah yang dicari dengan mempelajari sistem,

kemudian dinalisis terhadap penyediaan informasi keselamatan pasien.

Budaya pelaporan (reporting culture). Seberapa sering pelaporan

mengenai Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan Kejadian Nyaris Cedera (KNC)

pada perawat di ruang rawat inap RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam

Budaya pembelajaran (learning culture). Proses pembelajaran dari

kejadian kesalahan, bagaimana terjadi dan tindakan pencegahan yang harus

Universitas Sumatera Utara


32

dilakukan supaya tidak lagi terjadi error yang kemudian membuat proses

pembelajaran berkelanjutan sehingga membawa perubahan yang positif.

Budaya informasi (informed culture). Suatu proses penyampaian pesan

informasi dari staf tanpa rasa takut atau bebas baik mengenai tindakan yang

diputuskan maupun dan jika mereka melihat sesuatu dengan negatif yang dapat

mempengaruhi pasien pada perawat di ruang rawat inap RSUD Deli Serdang

Lubuk Pakam yang ditunjukkan.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh langsung dari responden dengan

menggunakan kuesioner dengan berpedoman pada panduan wawancara yang

telah dipersiapkan terlebih dahulu yang berisi tentang variabel penelitian. Untuk

mendapatkan hasil peneliti juga mengumpulkan dokumen-dokumen terkait

dengan tujuan.

Metode Pengukuran

Sebagai alat pengukur data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

kuesioner dengan wawancara kepada perawat yang bertugas di ruang rawat inap

RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.

Aspek pengukuran variabel persepsi budaya keselamatan pasien.

Aspek pengukuran variabel persepsi budaya keselamatan pasien dikategorikan

menjadi tiga tingkat dari skala likert. Dimana dalam aspek pengukuran mengenai

persepsi budaya keselamatan pasien berjumlah lima aspek pengukuran. Berikut

adalah aspek pengukuran.

Universitas Sumatera Utara


33

Tabel 3

Aspek Pengukuran Variabel Persepsi Budaya Keselamatan Pasien

Persepsi Bobot Nilai Bobot Nilai Variabel


1 Indikator 8 Indikator
Sangat baik 1 8
Baik 2 14
Tidak baik 3 24

Untuk mengetahui persepsi budaya keselamatan pasien dinilai berdasarkan

jumlah nilai yang dapat diperoleh dari jawaban kuesioner mengenai budaya

keselamatan pasien responden melalui delapan pertanyaan. Sehingga didapatkan

jumlah nilai maksimal 24.

Berdasarkan jawaban tersebut, sikap responden kemudian dikategorikan

dalam tiga kategori, yaitu sebagai berikut:

1. Sangat baik jika skor yang diperoleh responden 8 – 13

2. Baik jika skor yang diperoleh 14 – 19

3. Tidak baik jika skor yang diperoleh 19 – 24

Metode Analisis Data

Dalam hal teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis

univariat yaitu untuk dapat mengetahui bagaimana gambaran suatu distribusi

frekuensi dari karakteristik responden atau terhadap masing – masing variabel

yang telah diteliti.

Universitas Sumatera Utara


34

Hasil Penelitian

Gambaran Umum RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam

Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang adalah satu – satunya rumah

sakit umum milik pemerintah Kabupaten Deli Serdang, RSUD Deli Serdang

merupakan pusat rujukan pelayanan dengan status tipe B pendidikan berdasarkan

keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1069/ MENKES/ SK/

XI/2008. Tahun 2016 dari komisi akreditasi rumah sakit, sertifikat akreditasi

rumah sakit diberikan sebagai pengakuan bahwa RSUD Deli Serdang Lubuk

Pakam telah memenuhi standar pelayanan rumah sakit meliputti :

1. Kelompok standar pelayanan berfokus pada pasien

2. Kelompok standar manajemen rumah sakit

3. Sasaran keselamatan pasien rumah sakit

4. Sasaran milenium development goals

Rumah Sakit Umum Deli Serdang mempunyai visi dan misi pelayanan, yaitu :

1. Visi RSUD Deli Serdang adalah Menjadi Rumah Sakit pendidikan yang

berdaya saing dengan mengutamakan pelayanan profesional, inovatif dan

berbudaya menuju rumah sakit berstandar internasional.

2. Misi RSUD Deli Serdang yaitu:

a. Meningkatkan profesionalisme, sumberdaya manusia melalui pendidikan,

pelatihan dan penelitian secara berkesinambungan.

b. Mengembangkan pelayanan unggulan untuk meningkatkan daya saing serta

membangun jejaringan dengan institusi lain dalam pelayanan kesehatan.

c. Mengedepankan rasa kemanusiaan serta pengabdian dalam melayani

34
Universitas Sumatera Utara
35

masyarakat.

d. Menyediakan sarana dalam mendidik mahasiswa, kepekaan sosial dan

berguna bagi nusa dan bangsa.

Sebagai wujud dari pelaksanaan visi dan misi UPT. RSUD Deli Serdang

maka perlu untuk mengembangkan dan mewujudkan pikiran, ucapan serta

tindakan untuk membangun budaya kerja yang berdasarkan pada tiga seperti:

profesionalisme, integritas, kerja sama. Budaya kerja ditetapkan untuk

menyatukan derap langkah dalam melaksanakan tugas serta untuk membangun

etos kerja yang tinggi.

Rumah Sakit Umum Deli Serdang mempunyai wiayah kerja 22 kecamatan

yang ada di Kabupaten Deli Serdang, dengan jumlah penduduk 2.193.070 jiwa.

Menghadapi perkembangan serta keadaan yang cepat berubah dalam era

globalisasi dan otonomi daerah maupun kebijakan desentralisasi khususnya

persaingan bidang pelayanan kesehatan, serta menghadapi tuntutan masyarakat

akan peningkatan mutu pelayanan.

Maka rumah sakit sebagai pelaksana pelayanan kesehatan rujukan harus

mampu melakukan perkembangan baik perubahan anajemen dan kebijakan, pola

pikiran mau peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia.

Karakteristik Responden

Karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan, jenis kelamin, dan

lama kerja dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini:

Universitas Sumatera Utara


36

Tabel 4

Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Umur, Jenis Kelamin,


Pendidikan, dan Lama Kerja di Ruang Rawat Inap RSUD Deli Serdang Lubuk
Pakam Tahun 2019

Karakteristik n (171) %
Umur
< 25 tahun 16 9,4
26 – 35 tahun 87 50.9
36 – 45 tahun 61 35.7
45 – 55 tahun 7 4.1
Jenis kelamin
Wanita 124 72.5
Laki – laki 47 27.5
Pendidikan
D3 115 67.3
SI 56 32.7
Lama kerja
1 – 5 tahun 93 54.4
6 – 10 tahun 50 29.2
11 – 15 tahun 28 16.4

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4 diatas menunjukan bahwa umur

responden pada <25 sebanyak 16 orang (9,4%) dimana umur tersebut merupakan

tahap muda, sehingga pada saat bekerja masih kurang cekatan dalam pelaksanaan

keselamatan pasien dan masih kurang pengetahuan saat bekerja, umur 26 – 35

tahun sebanyak 87 orang (50,9%) usia tersebut merupakan tahap dewasa muda.

Dimana tahap dewasa muda waktu saat seseorang memiliki perkembangan

puncak dari kondisi fisik, tahap dewasa muda merupakan tahap dimana seseorang

mulai memiliki karir yang jelas dan produktivitas dalam pelaksanaan keselamatan

pasien lebih dominan, tingkat absensi dan kepuasan kerja pada usia tersebut lebih

banyak. Umur 36 – 45 sebanyak 61 orang ( 35,7%), dan umur 45 – 55 sebanyak 7

orang (4,1%) merupakan umur tahap yang lebih tua, produktivitas seseorang akan

Universitas Sumatera Utara


37

menurun dengan semakin bertambahnya usia atau semakin tua, karena dengan

bertambahnya usia akan terjadi penurunan kecepatan, kecekatan, kekuatan,

koordinasi dengan berjalannya waktu dan adanya rasa kebosanan yang berlarut –

larut. Sehingga dapat dikatakan dalam karakteristik umur lebih banyak yang

berumur 26 – 36 tahun dimana umur tersebut merupakan tahap dewasa muda

memiliki kondisi dalam bekerja lebih aktif dan cekatan.

Berdasarkan jenis kelamin responden perempuan sebanyak 124 orang

(72,5%) dan responden pria sebanyak 47 orang (27,5%). Berdasarkan hasil

penelitian dimana yang menjadi responden yang paling banyak berjenis kelamin

perempuan menurut manajemen keperawatan tidak ada batas ideal perbandingan

antara perawat perempuan dan laki-laki, namun mengenai pengaturan jadwal

dinas dianjurkan dalam satu shift ada perawat laki – laki dan perempuan, sehingga

apabila melakukan tindakan yang bersifat privasi bisa dilakukan oleh perawat

yang jenis kelaminnya sama. Perawat ruang rawat inap memiliki perawat laki –

laki yang lebih sedikit. Maka dengan itu dalam manajemen keperawatan tindakan

yang bersifat privasi dapat dilakukan oleh perawat lai-laki.

Berdasarkan pendidikan responden sebanyak 115 orang (67,3%)

berpendidikan D3, pada kelompok pendidikan masih kurang dikarenaka perawat

merupakan perawat pelaksana seharusnya lebih di bagikan lagi untuk pendidikan

dikarenakan tingkat pendidikan yang lebih baik akan menciptakan budaya kerja

yang baik, hal ini menjadi dasar bagi pihak manajemen rumah sakit dalam

memberdayakan perawat dalam memberikan pelayanan bagi pasien dan untuk 56

orang (32,7%) pendidikan S1 seharusnnya lebih banyak dikarenakan tenaga

Universitas Sumatera Utara


38

profesional dan lebih banyak pengetahuan. Sehingga dapat dikatakan pendidikan

responden yang paling banyak berpendidikan D3 sebesar (32,7%).

Berdasarkan hasil penelitian lebih banyak perawat yang lama kerja 1 – 5

tahun sebanyak 93 orang (54,4%), untuk lama bekerja tersebut kurang baik untuk

pengalaman bekerja. Dimana perawat belum berpengalaman dalam ketelatenan

pekerjaan masih diperlukan pengajaran pada perawat unttuk melaksanakan

pelaksanaan keselamatan pasien. Sebanyak 50 orang (29,2%) lama kerja 6 – 10

tahun, untuk lama bekerja pada 6 – 10 tahun merupakan lama bekerja paling baik

dikarenakan lama bekerja menentukan perawat dalam menjalankan fungsinya

sehari – hari, semakin lama orang bekerja semakin terampil melaksanakan

pekerjaan. Sedangkan untuk 11 – 15 tahun sebanyak 28 orang (16,4%) yang

sudah lama kerja merupakan pekerja yang sudah lama bekerja, lebih banyak yang

menjadi kepala perawat karena lebih banyak pengalaman melaksankan pekerjaan

dan lebih banyak pengetahuan untuk menyampaikan kepada perawat bahwa waktu

kerjanya masih sedikit.

Persepsi Budaya Keselamatan Pasien Ruang Rawat Inap RSUD Deli Serdang
Lubuk Pakam Tahun 2019

Pada bagian ini disajikan persepsi secara kuantitatif dari 5 persepsi budaya

keselamatan pasien ruang rawat inap RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun

2019. Persepsi budaya dikatakan membudaya lemah apabila pertanyaan yang

dibuat sangat baik jika skor yang diperoleh responden 8 – 13, baik jika skor yang

diperoleh 14 – 19, tidak baik jika skor yang diperoleh 19 – 24.

Persepsi budaya keterbukaan (open culture). Berdasarkan Distribusi

responden dalam persepsi budaya keterbukaan (open culture) keselamatan pasien

Universitas Sumatera Utara


39

di ruang rawat inap RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

Tabel 5

Distribusi Persepsi Budaya Keterbukaan (Open Culture) Keselamatan Pasien

Persepsi n %
Sangat baik 30 17.5
Baik 56 32.7
Tidak baik 85 49,8

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5 maka dapat diketahui persepsi

perawat terhadap budaya keterbukaan (open culture) dari 171 reponden terdapat

budaya keterbukaan sebanyak 85 orang (49,7%) memiliki jawaban tidak baik,

budaya keterbukaan perwat dengan menjawab baik sebanyak 56 orang (32,7%),

sedangkan budaya keterbukaan sangat baik sebanyak 30 orang (17,5%).

Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner persepsi responden tentang budaya

keterbukaan (open culture) bahwa dapat dikatakan masih rendahnya budaya

keterbukaan yang terjadi di ruang rawat inap dikarenakan masih banyak

responden yang menjawab tidak baik.

Persepsi budaya keadilan (just culture). Distribusi persepsi budaya

keadilan (just culture) keselamatan pasien di ruangan rawat inap RSUD Deli

Serdang Lubuk Pakam.

Tabel 6

Distribusi Persepsi Aspek Pengukuran Variabel Budaya Keadilan (Just Culture)

Persepsi n %
Sangat baik 29 17,0
Baik 56 32,7
Tidak baik 86 50,3

Universitas Sumatera Utara


40

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 6 bahwa dapat diketahui bahwa

persepsi budaya keadilan (just culture) dari 171 responden masih banyak

menjawab budaya keadian tidak baik sebanyak 86 orang (50,3%), budaya

keadilan yang menjawab baik sebanyak 56 orang (32,7%), sedangkan budaya

keadilan sangat baik menjawab sebanyak 29 orang (17,0%). Berdasarkan hasil

penelitian bahwa persepsi mengenai keadilan (just culture) budaya keselamatan

pasien di ruang rawat inap menunjukkan bahwa yang menjawab tidak baik, lebih

banyak dikarenakan dalam membudayakan keselamatan pasien pada persepsi

keadilan (just culture) masih rendah.

Persepsi budaya pelaporan (reporting culture). Distribusi frekuensi

persepsi budaya pelaporan (reporting culture) keselamatan pasien di ruangan

rawat inap RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.

Tabel 7
Distribus Persepsi Aspek Pengukuran Variabel Budaya Pelaporan (Reporting
Culture)

Persepsi n %
Sangat baik 25 14,6
Baik 61 35,6
Tidak baik 85 49.8

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 7 persepsi budaya pelaporan

(reporting cuture) dengan responden 171, budaya pelaporan yang menjawab tidak

baik sebanyak 85 orang (48,9%), budaya pelaporan jawaban baik sebanyak 61

orang (35,7%), sedangkan budaya pelaporan sangat baik sebanyak 25 orang

(14,6%). Berdasarkan hasil persepsi pelaporan (reporting culture) budaya

keselamatan pasien di ruang rawat inap menunjukkan bahwa responden yang

Universitas Sumatera Utara


41

menjawab tidak baik lebih banyak dikarenakan dalam membudayakan

keselamatan pasien pada persepsi pelaporan (reporting culture) masih rendah.

Persepsi budaya pembelajaran (learning culture). Distribusi frekuensi

persepsi budaya pembelajaran (learning culture) keselamatan pasien di ruangan

rawat inap RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.

Tabel 8

Distribusi Persepsi Aspek Pengukuran Variabel Budaya Pembelajaran (Learning


Cuture)

Persepsi n %
Sangat baik 24 14.1
Baik 64 37.4
Tidak baik 83 48.5

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 8 bahwa responden dengan

budaya pembelajaran yang menjawab tidak baik sebanyak 83 orang (48,5%),

budaya pemebajaran baik sebanyak 64 orang (37,4%), sedangkan budaya

pembelajaran dengan jawaban sangat baik sebanyak 24 orang (14,0%).

Berdasarkan hasil penelitian persepsi mengenai pembelajaran (learning culture)

budaya keselamatan pasien di ruang rawat inap menunjukkan bahwa responden

pada penelitian ini yang menjawab tidak baik lebih banyak yaitu 83 responden

(48,5%), dikarenakan dalam membudayakan keselamatan pasien pada persepsi

pembelajaran (learning culture) kurang baik atau masih rendahnya

membudayakan.

Persepsi budaya informasi (informad culture). Distribusi frekuensi

persepsi budaya informasi (informad culture) keselamatan pasien di ruangan

rawat inap RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.

Universitas Sumatera Utara


42

Tabel 9

Distribusi Persepsi Aspek Pengukuran Variabel Budaya Informasi (Informad


Culture)

Persepsi n %
Sangat baik 35 20.5
Baik 50 29.2
Tidak baik 86 50.3

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 9 bahwa responden budaya

informasi yang menjawab tidak baik sebanyak 86 orang (50,3%), budaya

informasi jawaban baik sebanyak 50 orang (29,2%), sedangkan budaya informasi

menjawab sangat baik sebanyak 35 orang (20,5%). Berdasarkan hasil penelitian,

persepsi informasi (informad culture) budaya keselamatan pasien di ruang rawat

inap menunjukkan bahwa lebih banyak yang menjawab tidak baik 86 orang

(50,3%), dikarenakan dalam membudayakan keselamatan pasien pada persepsi

informasi (informad culture) kurang baik atau membudayakan lemah.

Universitas Sumatera Utara


43

Pembahasan

Persepsi Budaya Keselamatan Pasien Ruang Rawat Inap RSUD Deli Serdang
Lubuk Pakam Tahun 2019

Persepsi budaya keselamatan pasien adalah dimensi penting dalam

pelaksanaan budaya keselamatan pasien di rumah sakit. Menurut Blegen (2006)

budaya keselamatan pasien merupakan persepsi yang dibagikan di antara anggota

organisasi ditujukan untuk melindungi pasien dari kesalahan tata laksana maupun

cidera akibat intervensi. Persepsi ini meliputi komunikasi, keadilan dan tanggung

jawab dalam keselamatan pasien. Budaya ini kemudian mempersepsikan

bagaimana memberikan pelayanan kesehatan. Persepsi budaya keselamatan pasien

yang diukur di instalasi rawat inap RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam dihasilkan

dengan jawaban sangat baik, baik, tidak baik. Ada 5 budaya keselamatan pasien

yang diukur, berikut penjelasannya.

Persepsi budaya keterbukaan (open culture). Hasil penelitian budaya

keterbukaan (open culture) dalam pelaksanaan budaya keselamatan pasien

instalasi rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam

menunjukkan bahwa budaya keterbukaan masih dikategorikan tidak baik,

dikarenakan perawat jarang melakukan pelaksanaan budaya keterbukaan, hal ini

disebabkan karena perwat tidak baik menjalankan konfirmasi keterbukaan atau

tidak di berikannya hasil pemeriksaan dengan baik. Tidak berjalannya kerja sama

tim dalam pembagian tugas keselamatan pasien, menyebabkan tiga kali lebih

besar terjadi insiden keselamatan pasien dan masih banyak perawat yang takut

untuk bertanya ketika mengetahui ada yang tidak beres dalam pelayanan pasien.

43
Universitas Sumatera Utara
44

Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian Thampson (2000)

mendefinisikan bahwa kurangnya budaya yang terjadi terhadap keterbukaan

perawat dalam melakukan konfirmasi terhadap tim pelaksanaan, dikarenakan

tidak adanya pencapaian tujuan yang sama semua ingin terlihat lebih baik. Cheng

(2010) menyakatan keterbukaan tidak dapat terbentuk jika perawat merasa malu

untuk membicarakan sesuatu dan menanyakan sesuatu yang tampak tidak benar.

Menurut Cahyono (2008) kinerja kerja sama tim yang terganggu juga

merupakan salah satu penyebab kurangnya keterbukaan komunikasi insiden

keselamatan pasien yang merupakan kombinasi dari kegagalan sistem

keterbukaan. Berbeda dengan penelitian Ariyani (2009) dalam menginformasikan

budaya keterbukaan perawat melaksanakan pekerjaan dengan baik dan selalu

bekerja sama antara tim dalam menjalankan keselamatan pasien.

Akibat lemahnya budaya keterbukaan pada rumah sakit mengakibatkan

perawat tidak baik mengkonfirmasi dan mengakui bahwa masalah utama

terjadinya adalah pertukaran informasi diakibatkan kurangnya budaya

keterbukaan, akibat budaya keterbukaan yang buruk menyebabkan efek terhadap

pelayanan kesehatan, dikarenakan adanya perbedaan persepsi budaya keselamatan

pasien antar perawat dan petugas rumah sakit, dengan itu seharusnya dalam

keterbukaan lebih terbuka dan dalam pembagian tugas harus bekerja sama dalam

tim, kerja sama tim dan perawat harus lebih dapat mengungkapkan atau

menyampaikan apa yang dirasa tidak baik.

Persepsi budaya keadilan (just culture). Hasil penelitian budaya

keadilan (just culture) dalam pelaksanaan budaya keselamatan pasien instalasi

Universitas Sumatera Utara


45

rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam

menunjukkan bahwa budaya keadilan masih dikategorikan tidak baik, dikarenakan

perawat belum melaksanakan budaya keadilan, hal ini disebabkan karena tidak

berlakunya tanggung jawab atas kesalahan keselamatan pasien yang terjadi hanya

berfokus pada pencarian penyebab masalah saja, penyebab masalah yang terjadi

yaitu dengan mempelajari sistem keselamatan pasien, kemudian dinalisis terhadap

penyediaan informasi keselamatan pasien.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Wagner (2013) dikategorikan

tidak baik dikarenakan perawat melakukan pekerjaan terlalu cepat dalam rentang

waktu yang tidak efektif untuk mengerjakan pekerjaan. Menurut Jardali (2014)

organisasi pelayanan kesehatan yang mempunyai perawat yang kurang dari

kebutuhan untuk melakukan pelayanan kepada pasien, maka perawat tersebut

akan merasa kelelahan ketika bekerja.

Berbeda dengan penelitian Chen (2010) budaya keadilan dikategorikan

baik dikarenakan perawat merasa bahwa jumlah yang bekerja di rumah sakit

mencukupi untuk menerapkan keselamatan pasien pada saat bekerja

Berdasarkan hasil penelitianpeneliti dan penelitian terdahulu jumlah

perawat harus sesuai dengan yang dibutuhkan, dan tidak ada kepuasan dalam

bekerja karena beban kerja terlalu banyak menyebabkan kondisi kerja kurang baik

seperti yang ada di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam. Diharapkan dilakukan

pengurangan perawat dan adanya keterampilan dari perawat sesuai dengan

kebutuhan yang ada di setiap unit yang dibutuhkan.

Universitas Sumatera Utara


46

Persepsi budaya pelaporan (reporting culture). Hasil penelitian budaya

pelaporan (reporting culture) dalam pelaksanaan budaya keselamatan pasien

instalasi rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam,

menunjukkan bahwa budaya pelaporan masih dikategorikan tidak baik,

dikarenakan perawat jarang melaksanakan budaya pelaporan, hal ini disebabkan

karena perawat malas untuk melakukan pelaporan, perawat kurang pemahaman

tentang pelaporan dan perawat merasa takut disalahkan jika melaporkan, budaya

pelaporan belum tumbuh secara merata dikarenakan kurangnya keaktifan dari

pihak KKPRS (Komite Keselamatan Paisen Rumah Sakit) dan tidak baiknya

KTD, KNC, KS dalam keselamatan pasien. Insiden yang terjadi akibat tidak

adanya laporan dari perawat membahayakan pasien.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Gunawan (2015) menyatakan

bahwa tingkat pelaporan kejadian masih rendah dikarenakan kurangnya

pemahaman petugas untuk melaporkan, kurang optimalnya pelaksanaan sistem

pelaporan, ketakutan untuk melaporkan dan tingginya beban kerja SDM.

Penelitian Bump (2014) yang dilakukan pada 10 Rumah Sakit di Kota Pitts Burgh

Amerika Serikat menyatakan bahwa mereka belum melaporkan kejadian

keselamatan pasien 12 bulan, dikarenaka mereka takut untuk melaporkan dan

kebanyakan perawat melakukan kesalahan medis setiap hari untuk setiap

minggunya tidak pernah melaporkan kesalahan mereka sendiri.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti dan penelitian

terdahulu di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam hal tersebut mendeskripsikan

bahwa banyak perawat merasa takut pada saat pelaporan. Jika terjadi kesalahan

Universitas Sumatera Utara


47

diharapkan dapat meningkatkan motivasi pelaporan kejadian dengan cara

menghilangkan perasaan takut akan disalahkan. Menurut Najihah (2018) dengan

melakukan pelaporan insiden keselamatan pasien dapat meningkatkan penerapan

budaya keselamatan pasien sehingga insiden keselamatan pasien dapat dihindari.

Namun masih banyak petugas kesehatan yang mengabaikan pelaporan insiden

tersebut karena merasa insiden tersebut dapat ditangani sendiri dan hanya

melaporkan apabila sudah terjadi cedera.

Persepsi budaya pembelajaran (learning culture). Hasil penelitian

budaya pembelajaran (learning culture) dalam pelaksanaan budaya keselamatan

pasien instalasi rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk

Pakam menunjukkan bahwa budaya pembelajaran masih dikategorikan tidak

baik, dikarenakan perawat belum melaksanakan budaya pembelajaran, hal ini

disebabkan karena kurangnya pemahaman perawat terhadap pelatihan

keselamatan pasien, tidak adanya umpan balik dari organisasi dan rekan satu tim

sehingga program pembelajaran keselamatan pasien tidak berjalan dengan baik,

dikarenakan tidak ada kepedulian perawat terhadap insiden yang terjadi

disebabkan tidak pahamnya perawat dalam budaya pembelajaran.

Hasil penelitian terdahulu Budiharjo (2008) memiliki kategori tidak baik

dikarenakan tidak adanya pengetahuan yang tersirat maupun tersurat perawat

untuk mempelajari mengenai penanganan persoalan kejadian keselamatan pasien.

Menurut Setiowati (2010) perawat tidak mempelajari kejadian yang terjadi, tidak

adanya mengambil tindakan atas kejadian yang terjadi

Universitas Sumatera Utara


48

Untuk itu pembelajaran yang ada di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam

perawatnya masih banyak yang belum bersedia untuk menggali pengetahuan serta

belum semua perawat bersedia untuk mengimplementasikan perubahan ataupun

perbaikan. Argote (2011) pembelajaran sebagai perubahan dalam pengetahuan

organisasi dirinya dalam berbagai cara, termasuk perubahan dalam rutinitas dan

perilaku. Meskipun anggota individu adalah mekanisme yang melalui organisasi

pembelajaran pada umumnya terjadi, pengetahuan yang dimiliki individu harus

tertanam dalam repocitioni suprain dividual agar pembelajaran organisasi dapat

terjadi. Artinya, pengetahuan individu harus tertanam dalam organisasi sehingga

anggota dapat mengaksesnya, bahkan jika individu tersebut meninggalkan

oranisasi

Persepsi budaya informasi (informad culture). Hasil penelitian budaya

informasi (informadt culture) dalam pelaksanaan budaya keselamatan pasien

instalasi rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam

menunjukkan bahwa budaya informasi masih dikategorikan tidak baik,

dikarenakan perawat belum melaksanakan budaya informasi dengan baik, hal ini

disebabkan karena perawat tidak melakukan review laporan insiden secara

langsung, perawat dalam menidentifikasi insiden yang mungkin terjadi hanya

melalui arahan dan diskusi dari kepala ruangan, dan laporan yang ditulis tentang

kondisi pasien saat pergantian jaga.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Reason (2015) yang

mengatakan bahwa aktivitas dalam membentuk sistem informasi yang

mengumpulkan, menganalisis dan menginformasikan insiden untuk tidak proaktif.

Universitas Sumatera Utara


49

Dengan kata lain setiap individu harus selalu memiliki informasi yang mendetail

terkait keselamatan pasien yang bisa diketahui melaalui laporan atau data – data.

Nasution (2009) bahwa informasi mempersepsikan terhadap tindakan yang terjadi

terhadap pasien jika tidak ada konfirmasi yang terjadi jika dilakukan pembedahan,

respon kurang baik melakukan informasi kurang baik. Hasil yang berbeda

diperlihatkan oleh Siregar (2008) di RSUD Swdana di Tarutung informasi sangat

bermanfaat pada tim dan pasien pada saat terjadi insiden keselamatan pasien.

Permasalahan yang terjadi terhadap kurangnya informasi (informed

culture), organisasi mampu belajar dari pengalaman masa lalu sehingga memiliki

kemampuan untuk mengidentifikasi dan menghindari insiden yang akan terjadi

karena telah belajar dan terinformasi dengan jelas dari insiden yang sudah pernah

terjadi, misalnya dari pelaporan kejadian dan investigasi. Budaya informasi yang

ada bahwa masih lemahnya budaya informasi (informed culture). Berbagai

penelitian di luar negeri membuktikan rumah sakit yang mempunyai sistem

informasi yang baik, cenderung berhasil dalam menumbuhkan budaya

keselamatan pasien yang baik (Sammer, 2010 ).

Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

1. Peneliti terbatas dalam kegiatan mewawancarai informan-informan tersebut

karena masing-masing informan memiliki kegiatan.

2. Peneliti terbatas dalam mengatur waktu antara informan dan peneliti

sengingga hambatan ini memengaruhi kelancaran penelitian.

Universitas Sumatera Utara


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Kesimpulan pada penelitian tentang pelaksanaan budaya keselamatan

pasien oleh di instalasi rawat inap RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam adalah :

1. Pelaksanaan budaya keterbukaan dalam keselamata pasien tidak baik yaitu

49,7% disebabkan perawat tidak mengkonfirmasi hasil pemeriksaan yang

dilakukan, hasilnya terjadi pertukaran informasi yang tidak baik dan tidak

berjalannya kerja sama antar tim untuk menjalankan program pelaksanaan

budaya keselamatan pasien.

2. Pelaksanaan budaya keadilan tidak baik dalam keselamatan pasien yaitu

50,3%, akibat terjadinya kegagalan insiden yang terjadi perawat melakukan

pelaporan secara tidak jujur mengenai permasalahan kejadian yang terjadi.

3. Pelaksanan budaya pelaporan dalam keselamatan pasien tidak baik yaitu

48,9% dalam pelaksanaan keselamatan pasien perawat jarang untuk

melakukan pelaporan insiden kejadian tidak diharapkan, kejadian nyaris

cedera dan adanya rasa takut untuk disalahkan jika melaporkan insiden

keselamatan pasien, tidak baiknya budaya pelaporan juga termasuk akibat

kurangnya keaktifan dari komite keselamatan pasien rumah sakit.

4. Pelaksanaan budaya pembelajaran dalam keselamatan pasien tidak baik yaitu

48,5%, masih banyaknya perawat yang tidak diikutsertakan dalam pelatihan

keselamatan pasien, masih perlunya dilakukan pelatihan keselamatan pasien

pada perawat karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman perawat

terhadap budaya keselamatan pasien.

50
Universitas Sumatera Utara
51

5. Pelaksanaan budaya informasi tidak baik dalam keselamatan pasien yaitu

50,3%, perawat tidak ada melakukan review laporan insiden keselamatan

pasien secara langsung dalam mengidentifikasi insiden keselamatan pasien

hanya dilakukan melalui arahan dan diskusi dari kepala ruangan dan laporan

yang ditulis tentang kondisi pasien saat pergantian jaga.

Saran

Adapun saran dalam peneliti ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam, perlunya

pembekalan dalam program pelaksanaan budaya keselamatan pasien kepada

setiap perawat dan dilakukannya home visit, sosialisasi untuk melakukan

pengarahan keselamatan pasien, kegiatan lain yang dapat menunjang

keberlangsungan perawat dan keberhasilan pelaksanaan yang sudah dilakukan

selama ini demi meningkatkan program budaya keselamatan pasien.

2. Rumah sakit seharusnya membentuk komite keselamatan pasien rumah sakit

untuk lebih dapat memantau pelaksanaan budaya keselamatan pasien dan

diharpkan dapat melakukan kegiatan pembelajaran dan sosialisasi serta

diberlakukannya evaluasi terhadap program pelaksanaan keselamatan pasien.

3. Perawat Rumah Sakit Umum Deli Serdang Lubuk Pakam harus lebih terbuka

untuk membahas penyebab tidak berjalannya program pelaksanaan budaya

keselamatan pasien, dan dapat memberikan laporan dan sosialisasi insiden

yang terjadi kepada seluruh perawat dan atasan untuk saling terbuka.

Universitas Sumatera Utara


Daftar Pustaka

Amirullah, N. A., Pasinringi, S. A., & Kapalwi, I. (2014). Gambaran budaya


keselamatan pasien di RSUD Sykh Yusuf Kabupaten Gowa (Skripsi,
Universitas Hasanudin). Diakses dari http://repository.unhas.ac.id

Argote. 2011, Analisis Pengetahuan dan pembelajaran penerapan budaya


keselamatan pasient safety. (Tesis, Universitas Islam Negeri Jakarta)
Diakses dari http://repository.uinj.ac.id

Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta:


Rineka Cipta

Ariyani. 2009). Analisis pengetahuan dan motivasi perawat yang memengaruhi


sikap mendung penerapan program pasient safety di instalasi perawat
intensif RSUD DR. Moewardi Surakarta Tahun 2009. (Tesis, Universitas
Dipenogoro). Diakses dari http://repository.undip.ac.id

Beginta, R. (2012). Pengaruh budaya keselamatan pasien, gaya


kepemimpinan,tim kerja, terhadap persepsi pelaporan kesalahan
pelayanan oleh perawat di unit rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Bekasi (Tesis, Universitas Indonesia). Diakses dari
http://repository.ui.ac.id

Budihardjo, A. (2008). Pentingnya safety culture di rumah sakit: upaya


meminimalkan advers event. Jurnal Manajemen Bisnis, 1(1), 24-28.

Budihardjo, R. (2006). Pentingnya safety culture di rumah sakit upaya yang


meminimal adverse events. Jakarta: CV. Prasetya Mulya

Bump, G. M. (2014). Budaya pelaporan keselamatan pasien di Pitts Burgh.


Journal of Nursing Scholarship, 2(6), 6-10.

Cahyono, J. B., & Suharjo B. (2008). Membangun budaya keselamatan pasien


dalam praktik kedokteran. Yogyakarta. Kanisius

Carroll, R. (2009). Risk management handbook for health care organization.


Toluca, Mexico: Elsevier

Carthey, K., & Clarke, J. (2010). Implementing human factor in health care: how
to guide. London Raya, Inggris: Macmillan Publisher

Chen, I. C., & Li, H. H. (2010). Measuring pasient safety culture in Taiwan using
the Hospital Survey on Patient Safety Culture (HSOPSC). Hakka, Taiwan:
BMC

52
Universitas Sumatera Utara
53

Clancy, M. C. (2011). New research highlight the role of patient safety culture &
safer care. Journal of Nurs Care Quality, 26(3), 193-196.

Fleming, M. (2006). Patient safety culture measurement and improvement a how


to guide. Journal Health Care Quarterly; 8(14), 14-19.

Gunawan., Widodo, F. Y., & Harijanto, T. (2015). Analisis rendahnya laporan


insiden keselamatan pasien di rumah sakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya,
28(2), 24-29.

Hamdani. (2007). Analisis Budaya keselamatan pasien (patient safety culture) di


Rumah Sakit Islam Jakarta Tahun 2007. (Tesis, Universitas Indonesia)
Diakses dari http://repository.ui.ac.id

Ilyas. (2003). Kiat sukses manajemen tim kerja. Jakarta: Gramedia PustakaUtama

Jardali. (2014). Analisis budaya keselamatan pasien (patient safety culture. (Tesis,
Universitas Indonesia) Diakses dari http://repository.ui.ac.id

Kohn, L. T. (2000). To err is human building a safer health system. Washington,


USA: Academy of Science

Mahajan, R. P. (2010). Critical incident reporting and learning. British Journal of


Anaesthesia, 105(84), 69-75.

Najihah. (2018). Budaya keselamatan pasien dan insiden keselamatan pasien di


rumah sakit. Journal UIN Alauddin, 24(12), 14-18.

Nasution (2009). Pengaruh karakteristik individu dan psikologi terhadap


kinerja perawat dalam kelengkapan rekam medis di ruangan rawat inap
Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan. (Skripsi, Universitas Sumatera
Utara). Diakses dari http://repository.usu.ac.id

National Patient Safety Agency (NPSA). (2004). Seven step to patient safety: the
full reference guide. London Raya, Inggris: National Health System

Notoadmodjo. (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691/Menkes.Per/VIII/2011 tentang


Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1069/MENKES/XI/2008 tentang Keputusan


Pusat Rujukan Pelayanan.

Robbins, S. P. (2003) . Perilaku organisasi. New Jersey, USA: Practice Hall

Universitas Sumatera Utara


54

Sammer, C., & Lykens, K. (2010). Patient safety culture. Journal of nursing
scholarship, 42(2), 156-65.

Soeroso, S. (2003). Manajemen sumber daya manusia di rumah sakit suatu


pendekatan sistem. Jakarta: EGC

Stiowati, D. (2010) Hubungan kepemimpinan efektif head nurse dengan


penerapan budaya keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di RSUPN
Dr. Cipto Mangunkusomo. (Tesis, Universitas Indonesia). Diakses dari
http://repository.ui.ac.id

Sunaryo. (2004) . Psikologi industri dan organisasi. Jakarta: EGC

Wagner , L. M., Capezuti, E., & Rice, J. C. (2009). Nurses perceptions of safety
culture in long team care settings. Journal of Nursing Schol larship,
41(2), 184–192.

Wang, X. (2014). The relationship between patient safety culture and adverse
events: a questionnaire survey. Journal Nurs Stud, 13(12), 7-11.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

PELAKSANAAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN OLEH PERAWAT


DI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DELI SERDANG LUBUK
PAKAM TAHUN 2019

Petunjuk

1. Baca dan pahami baik-baik setiap pertanyaan dan pilih saah satu jawabannya

I. Identitas Responden

1. Nomor :
2. Nama :
3. Umur :
4. Jenis Kelamin :
5. Pendidikan :
D3 Keperawatan :
S1 Keperawatan :
S2 Keperawatan :
6. Lama Kerja :

II Persepsi Budaya keselamatan Pasien.

A. Persepsi budaya keterbukaan (open culture)

No Pertanyaan Sangat Baik Tidak Baik


Baik
1 Apakah perawat bekerja sama
antara tim untuk mengerjakan
pembagian tugas keselamatan
pasien dengan baik
Apakah perawat telah
2 mengkonfirmasi perintah atau
hasil pemeriksaan dengan baik.

55
Universitas Sumatera Utara
56

B. Persepsi budaya keadilan ( just culture)

No Pertanyaan Sangat Baik Tidak Baik


Baik
1 Bagaimanakah persepsi perawat
dalam mengerjakan keselamatan
pasien

C. Persepsi pelaporan (reporting culture)

No Pertanyaan Sangat Baik Tidak Baik


Baik
1 Pada saat terjadinya KTD,
KNC,KS dan membahayakan
pasien bagaimana perawat
melaksanakan pelaporkan
kejadian tersebut

D. Persepsi pembelajaran (learning culture)

No Pertanyaan Sangat Baik Tidak Baik


Baik
1 Bagaimana pemahaman perawat
dalam budaya pembelajaran

Apakah dilakukannya sosialisasi


2 pembelajaran terhadap perawat

E. Persepsi informasi (informad culture)

No Pertanyaan Sangat Baik Tidak Baik


Baik
1 Pada saat Pergantian shift
apakah informasi tentang pasien
dikonfirmasi
Apakah sering terjadi kurangnya
2 informasi terhadap unit pada saat
menyelesaikan tugas

Universitas Sumatera Utara


57

Lampiran 2. Hasil Olahan Data

Karakteristik responden

Statistics

Valid 171
Missing 3

Umur
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid < 25 16 9.2 9.4 9.4
26 - 35 87 50.0 50.9 60.2
36 - 45 61 35.1 35.7 95.9
45 - 55 7 4.0 4.1 100.0
Total 171 98.3 100.0
Missing System 3 1.7
Total 174 100.0

Statistics
JK
N Valid 171
Missing 3

JK
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid laki - laki 47 27.0 27.5 27.5
Perempuan 124 71.3 72.5 100.0
Total 171 98.3 100.0
Missing System 3 1.7
Total 174 100.0

Universitas Sumatera Utara


58

Statistics

N Valid 171
Missing 3

Pk
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid D3 115 66.1 67.3 67.3
S1 56 32.2 32.7 100.0
Total 171 98.3 100.0
Missing System 3 1.7
Total 174 100.0

Statistics

N Valid 171
Missing 3

Lk
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 1- 5 93 53.4 54.4 54.4
6 – 10 50 28.7 29.2 83.6
11 – 15 28 16.1 16.4 100.0
Total 171 98.3 100.0
Missing System 3 1.7
Total 174 100.0

Universitas Sumatera Utara


59

Statistics

n Valid 171
Missing 3

univariat12
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid sangat baik 30 17.2 17.5 17.5
Baik 56 32.2 32.7 50.3
tidak baik 85 48.9 49.7 100.0
Total 171 98.3 100.0
Missing System 3 1.7
Total 174 100.0

Statistics

n Valid 171
Missing 3

univariatBK.3
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid sangat baik 29 16.7 17.0 17.0
Baik 56 32.2 32.7 49.7
tidak baik 86 49.4 50.3 100.0
Total 171 98.3 100.0
Missing System 3 1.7
Total 174 100.0

Universitas Sumatera Utara


60

Statistics

N Valid 171
Missing 3

univariatBP
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid sangat baik 25 14.4 14.6 14.6
Baik 61 35.1 35.7 50.3
tidak baik 85 48.9 49.7 100.0
Total 171 98.3 100.0
Missing System 3 1.7
Total 174 100.0

Statistics

n Valid 171
Missing 3

univariatp12
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid sangat baik 24 13.8 14.0 14.0
Baik 64 36.8 37.4 51.5
tidak baik 83 47.7 48.5 100.0
Total 171 98.3 100.0
Missing System 3 1.7
Total 174 100.0

Universitas Sumatera Utara


61

Statistics
univariatI12
n Valid 171
Missing 3

univariatI12
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid sangat baik 35 20.1 20.5 20.5
Baik 50 28.7 29.2 49.7
tidak baik 86 49.4 50.3 100.0
Total 171 98.3 100.0
Missing System 3 1.7
Total 174 100.0

Universitas Sumatera Utara


2

Pelaksanaan Keselamatan pasien


Persepsi Budaya Keselamatan Pasien
No Total Total
BK.1 BK.2 BK.3 BP PP.1 PP.2 PI.1 PI.2 PK.1 PK.2 PK.3 PK.4 PK.5
1 1 1 3 3 1 1 2 3 15 3 3 1 2 1 10
2 3 2 3 3 3 2 3 3 22 3 3 1 2 1 10
3 3 2 3 3 3 3 3 2 22 3 3 1 1 2 10
4 3 3 3 3 3 2 3 3 23 3 2 2 2 3 12
5 3 3 3 3 2 3 3 3 23 3 1 3 2 3 12
6 3 3 2 3 1 3 2 2 19 3 1 3 3 2 12
7 3 3 2 3 2 3 3 3 22 3 3 2 3 3 14
8 3 3 1 3 3 3 3 2 21 3 3 3 2 2 13
9 3 3 3 3 2 3 3 3 23 3 2 1 3 2 11
10 1 3 3 3 1 3 2 3 19 3 3 2 2 2 12
11 3 3 2 3 3 3 3 3 23 3 3 3 3 1 13
12 3 3 3 3 3 2 3 3 23 3 3 2 2 1 11
13 2 3 3 3 3 3 2 3 22 3 2 1 3 2 11
14 1 3 3 3 3 3 3 3 22 1 3 2 3 1 10
15 3 2 3 2 3 3 2 3 21 3 3 3 3 2 14
16 2 2 3 3 1 3 3 3 20 3 3 2 2 1 11
17 1 2 3 1 3 3 1 3 17 3 3 3 3 1 13
18 1 3 3 2 1 2 3 3 18 1 3 3 3 2 12
19 2 2 3 3 3 3 3 3 22 2 2 3 3 1 11
20 2 3 3 2 3 2 3 3 21 3 3 2 2 2 12
21 1 2 3 1 3 3 2 3 18 2 2 3 3 3 13

Universitas Sumatera Utara


3

22 1 3 3 2 3 3 3 2 20 1 3 3 2 3 12
23 2 2 2 3 3 2 1 3 18 2 3 3 1 3 12
24 3 3 2 2 3 3 1 3 20 3 3 3 2 3 14
25 2 3 2 2 3 3 2 3 20 3 3 3 3 3 15
26 1 3 3 2 2 2 3 3 19 3 3 3 2 2 13
27 2 2 2 3 3 1 1 3 17 2 3 3 1 3 12
28 2 3 2 2 2 2 2 2 17 2 2 3 1 2 10
29 2 2 2 1 3 3 3 3 19 3 3 3 2 3 14
30 1 3 3 3 3 2 2 2 19 3 2 2 3 2 12
31 2 1 2 3 3 1 3 3 18 1 1 3 2 1 8
32 2 1 2 3 3 2 3 3 19 3 2 2 1 2 10
33 2 1 2 1 3 3 2 3 17 3 3 3 2 3 14
34 1 3 3 3 3 2 3 3 21 2 2 2 2 2 10
35 3 1 2 3 3 2 2 3 19 1 1 2 3 1 8
36 3 3 1 2 3 3 2 3 20 2 2 3 2 2 11
37 3 2 1 3 3 3 3 3 21 3 3 2 1 3 12
38 1 3 2 2 3 3 3 3 20 1 2 3 2 2 10
39 2 2 3 3 3 3 3 2 21 3 1 2 3 3 12
40 3 3 2 3 2 3 3 3 22 3 2 3 2 3 13
41 3 1 3 3 3 1 3 3 20 3 3 2 2 3 13
42 1 2 2 1 1 2 3 3 15 1 2 3 1 3 10
43 2 2 3 3 2 3 2 3 20 2 1 2 2 2 9
44 3 3 2 3 3 2 3 3 22 3 2 3 3 3 14
45 3 2 3 1 3 3 3 3 21 3 3 3 2 3 14

Universitas Sumatera Utara


4

46 1 3 2 2 1 2 1 3 15 3 3 1 3 1 11
47 2 1 3 3 2 3 2 3 19 1 1 3 2 2 9
48 3 1 2 3 1 2 2 3 17 3 2 2 1 3 11
49 2 2 3 3 2 3 1 3 19 3 3 3 2 2 13
50 1 3 3 3 3 2 1 2 18 2 2 2 3 1 10
51 3 3 2 3 1 3 2 3 20 1 1 1 2 2 7
52 3 2 1 3 2 2 3 3 19 2 3 3 1 3 12
53 3 2 2 2 3 3 3 3 21 3 3 3 3 3 15
54 3 2 3 2 1 2 2 3 18 2 2 2 3 1 10
55 3 3 2 2 2 3 3 3 21 1 1 3 3 2 10
56 3 2 1 2 3 3 3 2 19 2 3 3 1 3 12
57 3 3 3 2 3 2 3 3 22 3 3 3 2 3 14
58 3 3 2 2 1 3 3 3 20 2 1 3 3 3 12
59 3 3 3 2 2 2 2 3 20 1 3 3 2 2 11
60 2 3 2 3 3 3 3 3 22 2 3 3 1 3 12
61 2 3 3 2 2 2 2 2 18 3 2 3 3 3 14
62 2 3 2 3 1 1 2 3 17 2 1 2 3 3 11
63 2 3 3 2 1 2 3 3 19 1 3 3 2 2 11
64 2 3 3 3 3 3 2 3 22 3 3 2 1 3 12
65 2 3 2 2 3 2 3 2 19 3 2 3 2 2 12
66 3 2 3 3 3 2 2 3 21 3 1 2 3 1 10
67 2 3 3 2 3 2 3 3 21 1 3 3 2 2 11
68 2 3 2 3 3 2 2 3 20 3 3 2 1 3 12
69 2 3 2 2 3 2 3 3 20 3 3 3 2 2 13

Universitas Sumatera Utara


5

70 2 2 2 3 3 1 2 2 17 3 1 3 3 1 11
71 2 3 3 2 3 1 3 2 19 3 3 3 3 3 15
72 2 2 2 1 1 1 1 2 12 3 3 3 3 3 15
73 3 3 2 1 1 1 2 3 16 3 3 2 2 3 13
74 3 2 2 2 1 3 1 2 16 3 3 3 3 3 15
75 3 3 3 3 1 2 2 2 19 1 2 3 3 2 11
76 3 2 2 2 2 3 3 3 20 2 3 3 3 3 14
77 3 3 2 1 1 3 2 2 17 3 2 3 2 2 12
78 3 3 2 2 2 2 1 2 17 2 2 2 3 1 10
79 3 3 3 3 3 3 3 3 24 1 3 2 2 2 10
80 3 1 2 3 2 2 2 2 17 2 2 3 2 3 12
81 3 3 2 3 1 1 3 1 17 3 3 2 3 2 13
82 3 2 3 2 2 2 2 2 18 3 2 1 2 1 9
83 2 3 3 2 3 3 3 3 22 3 3 2 3 2 13
84 2 3 3 3 2 1 3 2 19 3 2 3 2 3 13
85 1 3 2 2 1 2 3 1 15 3 3 2 3 3 14
86 1 3 1 3 2 3 3 2 18 3 2 1 3 1 10
87 1 2 2 2 3 2 3 3 18 2 2 2 3 2 11
88 3 3 3 3 2 1 2 2 19 2 3 3 3 3 14
89 3 3 2 2 3 3 3 3 22 2 3 2 3 2 12
90 3 3 1 3 2 3 2 3 20 2 3 1 3 1 10
91 3 3 1 3 1 2 3 2 18 3 3 3 3 3 15
92 3 3 1 3 2 3 2 3 20 3 3 3 3 3 15
93 3 3 1 3 3 2 1 2 18 3 2 3 3 3 14

Universitas Sumatera Utara


6

94 3 2 2 3 2 3 2 2 19 3 1 3 3 3 13
95 3 3 3 3 1 1 3 2 19 3 2 2 3 2 12
96 3 3 2 3 2 2 3 2 20 3 3 3 2 3 14
97 3 2 3 3 3 3 2 3 22 2 2 2 3 2 11
98 3 1 2 3 2 2 1 1 15 2 1 2 2 1 8
99 2 1 3 3 1 1 2 2 15 2 2 1 3 2 10
100 2 1 2 1 2 2 3 2 15 3 3 2 2 2 12
101 2 3 3 2 3 3 1 2 19 2 2 3 2 1 10
102 3 3 2 3 2 2 1 2 18 2 2 3 3 2 12
103 3 3 3 2 1 1 2 3 18 2 3 1 2 3 11
104 3 3 3 1 2 2 2 2 18 3 2 1 3 2 11
105 2 3 3 3 3 3 3 3 23 3 2 2 2 3 12
106 1 3 2 3 2 2 3 2 18 3 3 3 3 3 15
107 1 3 3 3 1 1 2 3 17 3 2 2 3 3 13
108 1 2 3 1 2 2 3 2 16 3 2 1 2 3 11
109 2 2 3 3 3 3 3 3 22 3 2 2 3 3 13
110 2 2 3 3 3 2 2 2 19 3 3 3 3 3 15
111 2 1 3 2 2 1 3 3 17 2 2 2 2 2 10
112 3 2 2 1 2 2 2 2 16 3 2 1 3 2 11
113 3 3 1 2 3 3 3 2 20 2 3 2 2 2 11
114 3 3 2 3 1 1 2 3 18 2 2 3 3 3 13
115 3 3 1 1 2 2 2 2 16 3 3 2 2 1 11
116 3 3 2 1 3 3 2 2 19 3 3 3 3 2 14
117 2 1 3 1 1 3 3 1 15 3 3 3 3 3 15

Universitas Sumatera Utara


7

118 3 3 1 2 2 3 2 2 18 3 3 3 3 3 15
119 2 3 2 3 3 2 3 2 20 3 3 3 2 3 14
120 3 3 1 2 2 1 2 3 17 2 2 2 3 3 12
121 2 1 1 1 1 2 3 2 13 3 3 3 3 3 15
122 3 3 1 2 2 3 2 1 17 2 2 2 2 3 11
123 2 3 2 3 3 2 3 2 20 1 1 3 1 1 7
124 3 3 1 2 1 1 2 3 16 2 3 2 2 3 12
125 2 1 2 1 2 2 3 2 15 3 2 2 3 1 11
126 3 2 1 2 3 3 2 2 18 2 1 3 2 1 9
127 3 3 3 3 1 3 3 1 20 1 2 2 1 2 8
128 3 2 1 2 1 3 3 2 17 2 3 3 1 3 12
129 3 3 3 1 2 3 3 2 20 3 2 3 2 2 12
130 3 1 3 2 2 1 3 3 18 2 1 3 3 1 10
131 2 2 1 3 3 3 3 2 19 1 2 3 2 1 9
132 3 1 1 2 1 3 2 2 15 2 3 3 1 2 11
133 2 2 3 1 2 1 2 1 14 3 2 3 2 3 13
134 3 3 3 2 1 2 1 2 17 2 1 3 3 2 11
135 2 2 3 3 1 1 2 1 15 1 1 3 3 1 9
136 3 1 1 2 2 2 3 2 16 2 2 3 2 2 11
137 2 2 3 1 1 1 2 3 15 3 3 3 3 3 15
138 3 3 3 2 3 2 2 2 20 2 2 2 3 2 11
139 2 2 3 2 1 1 1 3 15 1 3 2 3 1 10
140 3 1 3 3 2 2 2 3 19 2 2 2 3 1 10
141 2 2 3 2 3 1 3 2 18 3 3 3 2 2 13

Universitas Sumatera Utara


8

142 3 3 1 2 1 2 2 2 16 2 2 2 3 3 12
143 2 2 3 1 3 3 1 3 18 1 3 3 3 2 12
144 3 1 3 1 3 3 2 3 19 2 2 3 3 3 13
145 2 2 3 1 3 3 3 2 19 1 3 3 3 3 13
146 3 3 1 1 3 3 2 2 18 2 3 3 3 3 14
147 3 2 2 2 3 2 1 3 18 3 2 2 3 2 12
148 3 1 1 2 3 3 3 2 18 2 2 3 3 3 13
149 3 3 3 3 3 2 2 1 20 1 3 2 3 2 11
150 3 3 1 3 3 3 3 2 21 2 2 1 3 2 10
151 3 2 2 3 3 2 2 2 19 3 2 2 3 3 13
152 3 1 1 3 2 2 1 3 16 2 3 3 2 2 12
153 3 3 1 3 2 2 2 2 18 1 2 2 3 3 11
154 2 3 1 3 2 2 3 1 17 2 3 1 2 2 10
155 2 2 2 3 2 3 2 2 18 3 2 2 3 3 13
156 2 1 3 3 2 3 3 3 20 2 3 3 2 2 12
157 2 2 3 3 3 3 2 2 20 3 2 3 3 2 13
158 1 3 3 3 3 2 3 1 19 2 1 3 2 3 11
159 1 3 3 3 1 1 1 2 15 3 2 3 3 3 14
160 1 1 3 2 1 2 1 3 14 2 3 3 2 3 13
161 2 2 3 2 2 1 2 3 17 1 2 3 3 3 12
162 3 3 3 2 2 3 3 2 21 2 3 2 2 2 11
163 3 3 3 2 2 3 1 1 18 3 2 3 2 3 13
164 1 3 3 2 2 3 2 3 19 2 3 3 3 2 13
165 2 3 3 2 2 3 3 2 20 1 2 2 2 3 10

Universitas Sumatera Utara


9

166 3 3 3 3 3 3 2 3 23 2 3 3 3 3 14
167 3 3 3 3 3 3 2 2 22 3 2 3 3 3 14
168 1 2 2 2 3 3 3 3 19 2 3 2 3 3 13
169 2 3 3 2 1 2 2 2 17 1 3 3 2 3 12
170 3 3 3 3 1 2 3 2 20 2 3 3 3 3 14
171 3 3 3 2 2 3 2 3 21 3 3 3 2 3 14

Universitas Sumatera Utara


10

Universitas Sumatera Utara


11

Universitas Sumatera Utara


70

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian

Universitas Sumatera Utara


71

Universitas Sumatera Utara


72

Lampiran 5. Surat Selesai Penelitian

Universitas Sumatera Utara


73

Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Penyebaran kusioner

Gambar 2. Memberikan pertanyaan

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai